You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PERILAKU KEKERASAN (PK)

OLEH :
NI WAYAN MUJANI
P07120216021
TK. 3A/ D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PERILAKU KEKERASAN (PK)

A. Pengertian
Menurut Ah. Yusuf dkk (2015), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
hilangnya kendali perilaku seseorang yang di arahkan pada diri sendiri, orang lain,
atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri
untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku
kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku
merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan.
Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan
di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang
paling maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang
dirasakan sebagai ancaman. (Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons
kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991).
Menurut Berkowitz (1993), perilaku kekerasan adalah perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis, sedangkan
menurut Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) perilaku kekerasan adalah
respon dan perilaku manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai agresif fisik
yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu.
Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil
dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon
terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.
Perasaan terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik,
kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di
tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit
fisik).
Menurut Keliat, dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk,
2011).Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan individu
tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual kepada orang
lain (Herdman, 2012)
Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
1. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat
dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/ dihina).
2. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa,
keinginan tidak tercapai, tidak puas).
3. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.

B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
d. Bioneurologis, kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.

2. Faktor Prespitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
C. Rentang Respon

1. Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respon Maladaptif
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial
2. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan
yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi.
1. Data Subjektif:
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul/ melukai
2. Data Objektif:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mondar mandir
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
Menurut Ah. Yusuf, dkk (2015), tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu :
1. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
e. Jengkel
2. Intelektual
a. Mendominasi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
f. Meremehkan
3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
g. Penyalahgunaan zat
h. Tekanan darah meningkat
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
g. Humor
E. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku kekerasan (PK)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

F. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai
dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif
rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi
meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti
agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak
harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca koran,
main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan
kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti
kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan
ditentukan program kegiatannya (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
3. Peran Serta Keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat membantu keluarga
agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan
sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan
mengtasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan
primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan skunder) dan
memulihkan perilaku maladaptif ke perilakuadaptif (pencegahan tersier)
sehinnga derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara
optimal (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
a. Terapi Somatik
Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatik terapi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan
yang ditunjukkan pada kondisi fisik pasien,terapi adalah perilaku pasien (Eko
Prabowo, 2014: hal 146).
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang menangani skizofrenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari
sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo, 2014: hal 146).

G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa factor
presipitasi, predisposisi, penilaian terhadap streesor, sumber koping dan kemampuan
yang dimiliki klien.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, No.
MR.

2. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RS, biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang
lain, merusak alat “RT dan marah”.
3. Faktor predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan.
b. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga.
c. Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
d. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mangganggu.
4. Fisik
Pada saat marah tensi biasanya meningkat.
5. Psikososial
a. Genogram
Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
2) Identitas
Klien biasanya tidak puas dengan status dan posisinya baik sebelum
maupun ketika dirawat tapi klien biasanya puas dengan statusnya sebagai
laki-laki/perempuan.
3) Peran
Klien biasanya menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien
terganggu.
4) Ideal diri
Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang tidak terpenuhi.
5) Harga diri
Klien biasanya memiliki harga diri rendah sehubungan dengan sakitnya.

6. Hubungan sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, mengajuhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
7. Spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
linngkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.
8. Status mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok/serasi dan berubah
dari biasanya.
b. Pembicaraan
Biasanya pembicaraannya cepat dan kasar
c. Aktivitas motorik
Aktivitas motorik meningkat klien biasanya terganggu dan gelisah
d. Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi
misalnya: sedih dan putus asa.
e. Afek
Afek klien biasanya sesuai
f. Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan
dan mudah tersinggung.
g. Persepsi
Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan
persepsi.
h. Proses pikir
Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan
koheren.
i. Isi piker
Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
k. Memori
Tidak terjadi ganggguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek
klien mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien biasanya tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.
m. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mampu mengambil keputusan jika menghadapi masalah
yang ringan, klien mampu menilai dan mengevaluasi diri sendiri.
n. Daya tilik diri
Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak memerlukan
pertolongan, klien juga seringmenyalahkan hal-hal diluar dirinya.
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan: pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya
termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b. BAB/BAK: observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan
klien untuk membersihkan dirinya.
c. Mandi : biasanya klien mandi berulang/ tidak mandi sama sekali
d. Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e. Istirahat: observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam, biasanya
istirahat klien terganggu karena klien gelisah dengan masalah yang dihadapi.
f. Sistem pendukung: untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran
keluarga dan sistem pendukung sangat menentukan.
g. Aktifitas dalam rumah: klien mampu melakukan aktivitas dalam rumah
seperti menyapu.
h. Mekanisme koping
Biasanya mekanisme yang dicapai oleh klien adalah maladaptif, klien
mengatakan kalau ada masalah pengennya marah-marah, merusak barang
dan keluyuran.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan
I. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No
Keperawata Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
.
n
1. Perilaku Tujuan Umum:
Pasien mampu
kekerasan
mengontrol
perilaku
kekerasannya
TUK 1: Setelah diberikan asuhan Bina hubungan saling percaya dengan :
Pasien dapat 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
keperawatan selama 1x 15 menit
membina hubungan non verbal
dalam 1 x pertemuan diharapkan
2. Beri salam setiap interaksi
saling percaya
pasien dapat menjalin dan membina 3. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
hubungan saling percaya dengan dan tujuan perawat berkenalan
4. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
perawat dengan kriteria hasil :
5. Jelaskan tujuan interaksi
1. Mau menjawab salam
6. Yakinkan dia dalam keadaan aman dan perawat
2. Mau menjabat tangan
3. Mau menyebutkan nama siap menolong dan mendampinginya
7. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
(identitas diri)
8. Tanyakan perasan pasien dan masalah yang
4. Ekspresi wajah tenang dan
dihadapi pasien
tersenyum kepada perawat
9. Tunjukkan sifat empati dan menerima pasien
5. Ada kontak mata
6. Mau duduk berdampingan apa adanya
7. Mau mengutarakan masalah yang 10. Ciptakan lingkungan yang bersahabat dan
sedang dihadapi tenang
11. Beri perhatian dan penghargaan, temani pasien
walaupun tidak menjawab
12. Dengarkan pasien, beri kesempatan bicara
jangan terburu-buru tunjukkan perawat
mengikuti pembicaraan klien
TUK 2 : Setelah diberikan asuhan Bantu pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Pasien dapat 1. Beri kesempatan pasien untuk menceritakan
keperawatan selama 1x 15 menit
mengidentifikasi penyebab kesal/ jengkelnya
dalam 1x pertemuan, diharapkan
2. Dengarkan tanpa menyela atau memberi
penyebab perilaku
pasien dapat menceritakan penyebab
penilaian setiap ungkapan perasaan pasien
kekerasan
perilaku kekerasan yang 3. Beri pujian terhadap kemampuan pasien
dilakukannya : menceritakan mengungkapkan perasaannya
penyebab jengkel/ kesal baik dari
diri sendiri maupun lingkungannya
TUK 3 : Setelah diberikan asuhan 1. Anjurkan pasien mengungkapkan yang
Pasien dapat
keperawatan selama 1x15 menit dialami dan dirasakan saat jengkel/ kesal
mengidentifikasi 2. Bantu pasien mengungkapkan tanda-tanda
dalam 1x pertemuan, diharapkan
tanda perilaku perilaku kekerasan yang dialaminya
pasien menceritakan tanda saat
a. Motivasi pasien menceritakan kondisi
kekerasannya
terjadi perilaku kekerasan
fisik (tanda fisik) saat perilaku kekerasan
1. Tanda fisik : mata merah, tangan
terjadi
mengepal, ekspresi tegang, dll b. Motivasi pasien menceritakan kondisi
2. Tanda emosional : perasaan
emosi (tanda emosi) saat perilaku
marah, jengkel, bicara kasar
kekerasan
3. Tanda sosial : bermusuhan yang
c. Motivasi pasien menceritakan kondisi
dialami saat terjadi perilaku
hubungan dengan orang lain (tanda sosial)
kekerasan
saat perilaku kekerasan
3. Observasi tanda perilaku kekerasan pada
pasien
4. Simpulkan bersama pasien tanda-tanda
jengkel/ kesal yang dialami pasien
TUK 4 : Setelah diberikan asuhan Diskusikan dengan pasien perilaku kekerasan yang
Pasien mampu
keperawatan selama 1x 15 menit dilakukan selama ini :
mengungkapkan 1. Motivasi pasien untuk menceritakan jenis
dalam 1x pertemuan, diharapkan
perilaku marah tindakan perilaku kekerasan yang selama ini
pasien mampu menjelaskan
yang sering 1. Ekspresi kemarahannya yang pernah dilakukannya
2. Motivasi pasien untuk menceritakan
dilakukan selama ini telah dilakukannya
2. Perasaan saat dia melakukan perasaannya setelah melakukan kekerasan
3. Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan
kekerasan
3. Efektifitas cara yang dipakai yang dilakukannya masalah terselesaikan
dalam menyelesaikan masalah
TUK 5 : Setelah diberikan asuhan 1. Bicarakan akibat / kerugian cara yang
Pasien dapat
keperawatan selama 1x 15 menit dilakukan pada diri sendiri, orang lain/
mengidentifikasi
dalam 1x pertemuan, diharapkan keluarga dan lingkungan
akibat perilaku pasien dapat menjelaskan akibat dari 2. Bersama pasien menyimpulkan cara yang
kekerasan cara yang digunakan : digunakan pasien.
1. Diri sendiri : luka, dijauhi teman, 3. Tanyakan pasien apakah mau tahu cara marah
dll yang sehat untuk mengontrol rasa jengkel/
2. Orang lain/ keluarga : luka,
marah
tersinggung, ketakutan dll
3. Lingkungan : barang/ benda
rusak, dll
TUK 6 : Setelah diberikan asuhan Diskusikan dengan pasien :
Pasien mampu keperawatan selama 1x 15 menit 1. Tanyakan pada pasien apakah pasien mau tahu
mengidentifikasi dalam 1x pertemuan, diharapkan cara baru yang sehat untuk mengungkapkan
cara construksi pasien dapat : marah
1. Menjelaskan cara yang sehat 2. Jelaskan berbagai alternative pilihan untuk
dalam berespon
mengungkapkan marah (cara mengungkapkan marah selain perilaku
terhadap perilaku
fisik, verbal, sosial, spiritual) kekerasan yang diketahui pasien
kekerasan
2. Mendemonstrasikan cara 3. Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan
mengungkapkan marah yang marah
a. Cara fisik : Tarik nafas dalam jika kesal,
sehat secara verbal, fisik, sosial
pukul bantal atau Kasur, olahraga,
dan spiritual
melakukan kegiatan
b. Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya
sedang kesal kepada orang lain
c. Social : latihan asertif dalam kelompok
cara marah yang sehat
d. Spiritual : sembahyang/ doa, dzikir,
meditasi dll, sesuai dengan agama masing-
masing
TUK 7 : Setelah diberikan asuhan 1. diskusikan dengan pasien untuk memilih cara
Pasien dapat
keperawatan selama 1x 15 menit yang paling tepat dalam mengungkapkan
mendemonstrasika
dalam 1x pertemuan, diharapkan marah.
n cara mengontrol 2. Pasien dapat mengidentifikasi manfaat yang
pasien mendemonstrasikan cara
perilaku kekerasan terpilih
mengontrol perilaku kekerasan
3. Bantu pasien mendemonstrasikan cara yang
dengan cara :
dipilih :
1. Fisik
a. Peragakan cara yang dipilih
2. Verbal
b. Jelaskan manfaat cara tersebut
3. Social
c. Anjurkan pasien menirukan peragaan yang
4. spiritual
sudah dilakukan
d. Beri penguatan pada pasien, perbaiki cara
yang belum sempurna
4. Anjurkan pasien menggunakan cara yang
sudah dilatih saat jengkel/ marah
5. Susun jadwal untuk melakukan cara yang telah
dipelajari
6. Beri reinforcement positif atas keberhasilan
2. Resiko TUK 1: Setelah diberikan asuhan Bina hubungan saling percaya dengan :
Pasien dapat 13. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
mencederai keperawatan selama 1x 15 menit
membina hubungan non verbal
diri sendiri, saling percaya dalam 1 x pertemuan diharapkan 14. Beri salam setiap interaksi
15. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
orang lain, pasien dapat menjalin dan membina
dan tujuan perawat berkenalan
dan hubungan saling percaya dengan
16. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
lingkungan perawat dengan kriteria hasil : 17. Jelaskan tujuan interaksi
8. Mau menjawab salam 18. Yakinkan dia dalam keadaan aman dan perawat
9. Mau menjabat tangan
siap menolong dan mendampinginya
10. Mau menyebutkan nama
19. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
(identitas diri) 20. Tanyakan perasan pasien dan masalah yang
11. Ekspresi wajah tenang dan
dihadapi pasien
tersenyum kepada perawat 21. Tunjukkan sifat empati dan menerima pasien
12. Ada kontak mata
apa adanya
13. Mau duduk berdampingan
22. Ciptakan lingkungan yang bersahabat dan
14. Mau mengutarakan masalah yang
tenang
sedang dihadapi
23. Beri perhatian dan penghargaan, temani pasien
walaupun tidak menjawab
24. Dengarkan pasien, beri kesempatan bicara
jangan terburu-buru tunjukkan perawat
mengikuti pembicaraan klien
TUK 2 : Keluarga pasien dapat : 1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat
Pasien dapat
1. Menyebutkan cara merawat pasien dari sikap apa yang telah dilakukan.
dukungan keluarga 2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
pasien dengan perilaku
mengontrol marah pasien.
kekerasan.
3. Jelaskan cara-cara merawat pasien.
2. Mengungkapkan rasa puas dalam
4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara
merawat pasien merawat pasien.
5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi.
TUK 3 : 1. Pasien dapat menggunakan obat- 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien
Pasien dapat obat yang diminum dengan dan keluarga
2. Diskusikan manfaat minum obat.
menggunakan obat kegunaannya.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat
2. Pasien dapat minum obat sesuai
dengan benar 4. Anjurkan pasien minum obat tepat waktu
program pengobatan
TUK 4 : 1. Lingkungan mengetahui 1. Jelaskan peran serta lingkungan terhadap
Pasien dapat bagaimana cara menyikapi pasien kondisi pasien
2. Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi
dukungan dari dengan perilaku kekerasan.
pasien dengan perilaku kekerasan
lingkungan untuk
3. Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk
mengontrol marah
menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka Aditama.
Herdman, T.H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses Definition &
Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
Keliat, B.A., Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2011.
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic Course). Jakarta:
EGC
Lab/UPF Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
Nuraenah. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat
Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender
Jakarta Timur, 29-37.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sari, K. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.
Stuart, G.W.& Laraia, M.T. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th
edition. Missouri: Mosby
Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St. Louis: Elsevier.
Yusuf, Ah, PK, Rizky Fitryasari, dan Nihayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar,

Mengetahui,

Nama Pembimbing/ CT Mahasiswa

……………………………… ………………………………
NIP. NIM.

You might also like