You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL ANSIETAS/KECEMASAN

OLEH :
NI WAYAN MUJANI
P07120216021
TK. 3A/ D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL
ANSIETAS/ KECEMASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Banyak para ahli yang menguraikan definisi ansietas, namun dari sekian
banyak definisi yang dikemukakan pada dasarnya pengertian ansietas akan
mengarah pada suatu kesimpulan yang sama. Kata ansietas berasal dari bahasa
latin, angere yang berarti tercekik atau tercekat. Gangguan ansietas adalah
keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai oleh
perasaan khawatir, tidak menentu atau takut (Maramis, 2009).
Menurut Bickley (2009), kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu
sendiri, bagi sebagian kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan
reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit
yang dideritanya.
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan
dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berbahaya (Kusumawati & Hartono,
2012).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart & Sundeen, 2014).
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan
gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif
dipacu oleh ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru, dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi
emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke
tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat
untuk tujuan pengobatan: ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat
menemukan pasien cemas dimana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan
kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas
autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin,
diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido
turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala
utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang;
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
f. Tidur terganggu;
g. Nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi.
Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat
ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara
atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk
akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada
cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan
gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang
jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
2. Penyebab
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan, antara lain faktor
organ biologi, faktor psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah
ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor-faktor
psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik
hal yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
(Elvira, 2008)

3. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Gangguan perilaku : kecemasan Core Problem

Koping individu tak efektif


4. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan,Stressor
yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas.
Menurut Videbeck (2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut
Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan
e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi menurun
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
g) Rahang menegang, mengertakan gigi
h) Mondar-mandir, berteriak
i) Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah-pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memerhatikan ancaman
g) Preokupasi dengan pikiran sendiri
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai
berikut :
1) Respons fisik
a) Flight, fight, atau freeze
b) Ketegangan otot sangat berat
c) Agitasi motorik kasar
d) Pupil dilatasi
e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
f) Tidak dapat tidur
g) Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
a) Persepsi sangat sempit
b) Pikiran tidak logis, terganggu
c) Kepribadian kacau
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah
e) Fokus pada pikiran sendiri
f) Tidak rasional
g) Sulit memahami stimulus eksternal
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
b) Merasa terbebani
c) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
d) Lepas kendali
e) Mengamuk, putus asa
f) Marah, sangat takut
g) Mengharapkan hasil yang buruk
h) Kaget, takut
i) Lelah
Selain itu, tingkat kecemasan sebagai berikut:
a. Kecemasan ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata
lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada satu area lain.
d. Tingkat panik dari kecemasan.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan
aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan
kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi
dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
5. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan (Direja, 2011).


6. Tanda dan Gejala
a. Respons fisik :
1) Kardiovaskular : Palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi,
denyut nadi cepat
2) Pernafasan : Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada napas
dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah
3) Neuromuskular : Refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah
tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal
4) Gastrointestinal : Anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman
pada abdomen
5) Traktur urinarius : Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
6) Kulit : Wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit
b. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidakaman
d. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan,
distressed, khawatir, prihatin
7. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan skala pengukuran
kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang
mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor
antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959
yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala HARS dalam penilaian
kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :
a. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah tergaggu dan lesu.
c. Ketakutan : Takut terhadap gelap, terhadap orang lain, bila tinggal sendiri
dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur, sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan : Penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f. Perasaan depresi : Hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik : Nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak
stabil dan gertakan otot.
h. Gejala sensorik : Perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat, serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler : Takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras dan
detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernafasan : Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
nafas panjang dan merasa nafas pendek.
k. Gejala gastrointestinal : Sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas
perut.
l. Gejala urogenital : Sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,
ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegative : Mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara : Gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = Tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = Berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = Sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
a. Skor kurang dari 6 = Tidak ada kecemasan.
b. Skor 7 – 14 = Kecemasan ringan.
c. Skor 15 – 27 = Kecemasan sedang.
d. Skor lebih dari 27 = Kecemasan berat.
8. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Uji psikologis
9. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang berigizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Olahraga yang teratur
4) Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi suportif
2) Psikoterapi re-edukatif
3) Psikoterapi re-konstruktif
4) Psikoterapi kognitif
5) Psikoterapi psikodinamik
6) Psikoterapi keluarga
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
10. Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia hibefrenik
d. Skizofrenia simplek

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007)
yaitu:
Identitas Klien
1) Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-
laki, karena wanita lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang
besar.
4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang
rendah lebih rentan mengalami ansietas
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi
dalam kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan
ansietas dengan depresi
d. Fisik
Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi
tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa
tercekik terengah- engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan
lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart,
2007):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin
pingsan, pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
rigiditas, gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman
pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6 : Lemah.
e. Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah,
keringat berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi
pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /
masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke
arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang
tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
Hubungan Sosial:
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan
dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan
menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah
f. Status Mental:
1) Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik
biasanya penampilannya tidak rapi.
2) Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3) Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4) Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5) Afek : labil
6) Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan
mudah curiga, kontak mata kurang.
7) Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
8) Proses pikir : persevarsi
9) Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10) Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu,
tempat dan orang (ansietas berat)
11) Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif
Disorder) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai
gangguan daya ingat jangka pendek.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13) Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14) Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang
lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,
keamanan, tempat tinggal, dan perawatan.
2) Kegiatan hidup sehari-hari:
3) Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
4) Perawatan diri
5) Nutrisi
6) Tidur
h. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik).
Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan
ansietas berat dan sedang menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara
realistis
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative
pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas,
mekanisme ini dapat menjadi repon maladaptif terhadap stres.
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1) Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam
kegiatan kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar
dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat.
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat
stressor yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
3) Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam
menempuh pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang
pendidikan berikutnya.
4) Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
5) Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena
bencana alam, pengusuran dan kebakaran.
6) Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam
mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas
kesehatan.
j. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping,
obat-obatan, dan masalah lain tentang ansietas
k. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua
atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan
individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
a) Kedutan otot atau rasa gemetar
b) Otot tegang/kaku/pegel linu
c) Tidak bisa diam
d) Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
a) Nafas pendek/ terasa berat
b) Jantung berdebar-debar
c) Telapak tangan basah dingin
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
f) Mual, mencret, perut tidak enak
g) Muka panas/ badan menggigil
h) Buang air kecil lebih sering
i) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
3) Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam
gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan
kegiatan rutin.
2. Masalah Keperawatan
a. Ansietas
b. Harga Diri Rendah
c. Gangguan Citra Tubuh
d. Koping individu infektif
e. Kurangnya pengetahuan
Masalah dan Data yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji


Ansietas DS:
1. Pasien menganggap dirinya
mudah gelisah dan tidak
berdaya
2. Pasien mengatakan takut dan
cemas
3. Pasien mengatakan susah tidur
DO:
1. Pasien terlihat sering melamun
dan murung
2. Pasien cenderung
menyalahkan orang lain

3. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
4. Intervensi Keperawatan
Dx Kep Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Ansietas TUM : Setelah 1 X 15 menit 1. Bina hubungan saling percaya
(Kecemasan) Pasien tidak merasa interaksi, pasien dengan menerapkan prinsip
cemas lagi . menunjukkan tanda- komunikasi terapeutik.
2. Sapa pasien dengan ramah baik
tanda percaya kepada
verbal maupun nonverbal
TUK 1 : perawat:
3. Perkenalkan diri secara sopan
Pasien dapat 1) Wajah cerah, 4. Tanyakan nama lengkap pasien
membina hubungan tersenyum dan nama panggilan yang di sukai
saling percaya 2) Mau berkenalan pasien
5. Jelaskan tujuan pertemuan
3) Ada kontak mata
6. Jujur dan menepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya

1. Bina hubungan saling percaya :


salam terapeutik, perkenalan diri,
TUK 2 : pasien Setelah 1 X 15 menit jelaskan tujuan, lingkungan yang
dapat interaksi, pasien dapat terapeutik, kontrak yang jelas.
mempertahankan mengungkapkan rasa 2. Dorong dan beri kesempatan
kontak mata dan cemasnya dengan cara : pasien untuk mengungkapkan
pasien dapat 1) Melakukan kontak perasaannya.
mengenal mata 3. Dengarkan ungkapan pasien
ansietasnya 2) Bersedia dengan empati.
menceritakan 4. Beri reinforcement yang positif
perasaannya secara atas kemampuan pasien
jujur mengungkapkan perasannya.
3) Wajah tenang 5. Beri pengetahuan terhadap pasien
4) Bersedia mengenai penyakitnya
menceritakan
perasaan
5) Bersedia
mengungkapkan 1. Bina hubungan saling percaya :
masalahnya salam terapeutik, perkenalan
diri, jelaskan tujuan, lingkungan
TUK 3: pasien Setelah 1 X 15 menit yang terapeutik, kontrak yang
dapat mengurangi pasien mampu jelas.
2. Dorong pasien mengungkapkan
rasa cemas dan mengurangi rasa
apa yang dilakukan jika cemas
mengetahui cara- cemasnya dan
terjadi
cara mengurangi mengetahui cara-cara
3. Dorong pasien mengungkapkan
cemasnya. menguranginya dengan
caranya untuk mengurangi
criteria :
kecemasannya
1) pasien tetap kontak 4. Dengarkan ungkapan pasien
mata dengan empati.
5. Motivasi pasien agar
2) Pasien mampu
mempertahankan kontak mata
mengatakan
saat berbicara
kecemasannya
3) Bisa mempraktekkan 1. Bina hubungan saling percaya :
cara salam terapeutik, perkenalan diri,
menanggulanginya. jelaskan tujuan, lingkungan yang
terapeutik, kontrak yang jelas.
2. Ajarkan pasien teknik relaksasi
untuk meningkatkan control dan
TUK 4 : Pasien Setelah diberikan asuhan
rasa percaya diri
dapat menggunakan keperawatan selama 1 x
3. Dorong pasien untuk
teknik relaksasi 15 menit dalam 1 x
menggunakan relaksasi dalam
pertemuan diharapkan
menurunkan tingkat ansietas
teknik relaksasi dapat
digunakan dengan
kriteria :
1. Cemas dapat
berkurang
1. Bina hubungan saling percaya :
2. Pasien dapat
salam terapeutik, perkenalan diri,
melakukan teknik
jelaskan tujuan, lingkungan yang
relaksasi dengan
terapeutik, kontrak yang jelas.
benar.
2. Tanyakan kepada pasien apa yang
dilakukan keluarganya saat pasien
Setelah diberikan asuhan
TUK 5 : Pasien mengalami kecemasan.
mendapat dukungan keperawatan selama 1 x
keluarga mengontrol 15 menit dalam 1x
tingkat kecemasan pertemuan diharapkan
pasien dapat dukungan
keluarga dalam
mengontrol perilaku
kekerasan dengan kriteria
hasil:
1. Keluarga pasien dapat
menyebutkan :
Cara merawat pasien
yang mengalami 1. Bina hubungan saling percaya :
kecemasan dan salam terapeutik, perkenalan diri,
mengungkapkan rasa jelaskan tujuan, lingkungan yang
puas dalam merawat terapeutik, kontrak yang jelas.
2. Tanyakan kepada pasien apakah
pasien
pasien mengetahui obat yang di
minumnya.
TUK 6 : Pasien Setelah diberikan asuhan
3. Tanyakan kepada pasien apa yang
dapat menggunakan keperawatan selama 1 x
dilakukan pasien jika obat tidak
obat dengan benar 15 menit dalam 1x
diberikan saat waktunya minum
( sesuai dengan pertemuan diharapkan
obat
program ) penggunaan obat 4. Berikan pujian jika pasien
dilakukan dengan benar mengetahui dengan benar
sesuai programnya pemberian obat
dengan kriteria hasil:
1. Pasien dapat
menyebut kan obat –
obat yang di minum
dan kegunaanya
(jenis ,waktu,dosis,dan
efek.
2. Pasien dapat minum
obat sesuai program
pengobatan
3. Pasien meminta obat
saat waktunya minum
obat

5. Implementasi
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi pasien.
6. Evaluasi
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil
yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan
perilakunya dengan kepribadian yang sehat.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S: Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O: Respon objektif pasien terhadapa keperawatan yang dilaksanakan
A: Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masih tetap atau masuk giliran baru.
P: Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
Hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi pada pasien dengan
ansietas/cemas yaitu :
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Pasien mengetahui atau mengenal ansietasnya
c. Pasien dapat mengontrol cemas dengan relaksasi nafas dalam.
DAFTAR PUSTAKA

Bickley, Lynn S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta: EGC

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika

Elvira, Sylvia D. 2008. Gangguan Panik. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Maramis, Willy F & Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surabaya: Airlangga UniversityPress.

Nurjannah. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses


Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Pasien. Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia

Stuart & Sundeen. 2014. Buku Saku Keperawatan Jiwa ( Edisi 3). Jakarta : EGC

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keprawatan Jiwa.Jakarta : EGC


LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar,

Mengetahui,
Mahasiswa
Nama Pembimbing/ CI

………………………………
………………………………
NIP.
NIM.

Nama Pembimbing/ CT

………………………………

NIP.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar,

Mengetahui,
Mahasiswa
Nama Pembimbing/ CI

………………………………
………………………………
NIP.
NIM.

Nama Pembimbing/ CT

………………………………

NIP.

You might also like