You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN

DENGAN ISOLASI SOSIAL

OLEH :

NI WAYAN MUJANI

P07120216021

TK. 3A/ D4 KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan
cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami,
dkk. 2009).
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok
mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat
dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya
(Carpenito, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Stuart & Sundeen, 2006).
Menarik diri adalah reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik
maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindari
sumber stresor. Misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dll.
Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi individu dengan orang
lain. Individu merasa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalannya.
Orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian dan sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Depkes
RI, 2006).
Rentang Respon Sosial
Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisme
Saling ketergantungan
Gambar.1.1 Rentang respon social, (Stuart and Sundeen, 1998).

a. Rentang respon yang adaptif


1) Menyendiri (solitude) adalah respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan
sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan
langkah selanjutnya, solitude umumnya dilakukan setelah
melakukan kegiatan.
2) Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran perasaan dalam hubungan sosialnya.
3) Bekerja sama merupakan suatu kondisi dalam hubungan sosial
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling
memberi dan menerima.
4) Saling tergantung merupakan kondisi saling tergantung antara
individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
b. Rentang respon yang maladaptif
1) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
2) Ketergantungan merupakan sifat dimana seseorang cenderung
lebih bergantung kepada orang lain.
3) Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat
pada individu menganggap orang lain sebagai objek, individu
tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4) Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
dengan orang lain.
5) Independen merupakan sifat dimana seseorang cenderung
mengerjakan sendiri tanpa bergantung dengan orang lain.

2. Etiologi
Proses terjadinya isolasi sosial pada pasien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stres adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari
faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
a. Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri,
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA.
b. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan
pengalaman negatif pasien terhadap gambaran diri, ketidakjelasan
atau berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam mencapai
harapan atau cita-cita, krisis identitas dan kurangnya penghargaan
baik dari diri sendiri maupun lingkungan, yang dapat menyebabkan
gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain, yang akhirnya
menjadi masalah isolasi sosial.
c. Faktor sosial budaya
Pasien dengan isolasi sosial umumnya berasal dari tingkat sosial
ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada usia
perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah dan kegagalan
dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri).
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi
penting dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti
sikap bermusuhan/ hostilitas, sikap mengancam, merendahkan dan
menjelek-jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak
tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya,
kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah, ekspresi emosi yang tinggi, double bind, dua pesan
yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat
bingung dan kecemasannya meningkat.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan isolasi sosial adalah
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
kekerasan dalam keluarga, kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien, konflik antar masyarakat.
3. Pohon Masalah

EFEK Resiko perubahan persepsi


sensori : Halusianasi …..

CORE PROBLEM ISOLASI SOSIAL :


MENARIK DIRI

Faktor Predisposisi Faktor Pencetus


CAUSA Faktor Biologi Trauma
Faktor psikososial Kegagalan
Faktor social budaya Perpisahan
Faktor lingkungan Kemiskinan
keluarga konflik

(Nita Fitria, 2010)


4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung
dengan data hasil observasi.
a. Data Subjektif
Sukar didapati jika pasien menolak berkomunikasi. Beberapa data
subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-
kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien merasa bosan
d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e. Klien merasa tidak berguna
b. Data Objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2) Menghindari orang lain (menyendiri), pasien tampak memisahkan
diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
3) Komunikasi kurang/ tidak ada. pasien tidak mampu bercakap-
cakap dengan pasien lain/ perawat.
4) Tidak ada kontak mata, pasien lebih sering menunduk.
5) Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah. Pasien kurang
mobilitasnya.
6) Menolak berhubungan dengan orang lain. Pasien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8) Posisi janin pada saat tidur.
9) Masukan makanan dan minuman terganggu
10) Rentensi urine dan feces
11) Rendah diri
12) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya
pada posisi tidur)
5. Penatalaksanaan Medis
Menurut Dalami (2009), isolasi sosial termasuk dalam kelompok
penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan yang
bisa dilakukan adalah :
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan di bagian temporal kepala (pelipis kiri dan
kanan). Arus listrik tersebut menimbulkan kejang grand mall yang
berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan
listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia
di dalam otak. Indikasi :
1) Depresi mayor
a) Pasien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada
perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat
badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang
menetap.
b) Pasien depresi ringan adanya riwayat responsif atau
memberikan respon membaik pada ECT.
c) Pasien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau pasien tidak dapat menerima antidepresan.
2) Maniak
Pasien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain
atau terapi lain berbahaya bagi pasien.
3) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi
bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, tujuannya untuk memberikan rasa
aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat
berbicara mengenai masalahnya, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada pasien.
c. Terapi okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri
seseorang.
d. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi
sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan
sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat
pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan
massa. (Keliat, 2004 : hal.14)
e. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien
6. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku
menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga yang bisa dialami pasien dengan latar belakang yang penuh
dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan (Prabowo,
2014: 112).
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien
menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien
semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah
laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami,
dkk 2009)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pasien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara,
observasi, serta pemeriksaan fisik kepada pasien dan keluarga. Data yang
harus dikaji adalah; identitas pasien, alasan masuk rumah sakit, faktor
predisposisi, fisik, psikolososial (berupa genogram, konsep diri, hubungan
sosial, spiritual), status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme
koping, masalah psikososial dan lingkungan, tingkat pengetahuan, dan
aspek medis. Tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang lain?
2. Apakah ada perasaan tidak aman?
3. Bagaimana pendapat anda terhadap orang-orang di sekitarnya
(keluarga atau tetangga)?
4. Apakah anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat?
Bila punya siapa anggota keluarga dan teman dekatnya itu?
5. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan anda?
Bila punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya
itu?
6. Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut?
a. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut:
1) Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
3) Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
4) Kontak mata kurang
b. Analisa Data
Analisa data merupakan: suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa,
mempelajari, membandingkan dan ada dan membuat interprestasi yang
dibutuhkan
c. Daftar Masalah.
1) Isolasi sosial: Menarik diri
2) Harga diri rendah
3) Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4) Resiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain serta
lingkungan
5) Defisit perawatan diri
6) Koping keluarga tidak efektif
7) Koping individu tidak efektif
8) Kerusakan komunikasi verbal

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
Isolasi sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda
dan gejala isolasi sosial, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan
adalah :
a. Isolasi sosial
3. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Menurut (Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan
Jiwa RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, 2007) strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan menggunakan SP, yaitu :
Diagnosa : Isolasi Sosial
Tujuan:
Dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
I. Pasien
SP 1 (pasien) :
1.1. Membina hubungan saling percaya
1.2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia pasien.
1.3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
1.4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain.
1.5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
1.6. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP 2 (pasien) :
2.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2.2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara
berkenalan dengan dua orang.
2.3. Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP 3 (pasien) :
3.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
3.2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua
orang atau lebih.
3.3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

II. Keluarga
SP 1 (keluarga) :
1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami pasien beserta proses terjadinya.
1.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2 (keluarga) :
2.1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial.
2.2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial.
SP 3 (keluarga) :
3.1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
3.2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
4. Rencana Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial

Diagnosa Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1 Isolasi Sosial TUM : Setelah 1x ... menit Bina hubungan saling percaya dengan: Dengan terbinanya
Pasien dapat interaksi pasien 1. Beri salam setiap interaksi hubungan saling percaya
beerinteraksi menunjukkan tanda- 2. Perkenalkan nama, nama panggilan merupakan dasar untuk
dengan orang tanda percaya kepada/ perawat, dan tujuan perawat interaksi perawat dengan
lain. terhadap perawat: berkenalan pasien dan dasar untuk
1. Wajah cerah, 3. Tanyakan dan panggil nama merencanakan
TUK/SP : tersenyum kesukaaan pasien perencanakan selanjutnya.
1. Pasien dapat 2. Mau berkenalan 4. Tunjukkan sikap jujur dan
membina 3. Ada kontak mata menepati janji
hubungan 4. Bersedia 5. Tanyakan perasaan pasien dan
saling menceritakan masalah yang dihadapi pasien
percaya perasaan 6. Buat kontrak interaksi yang jelas
5. Bersedia 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
mengungkapkan ekspresi perasaan pasien
masalahnya
2. Pasien Setelah 1x ... menit 1. Tanyakan pada pasien tentang: Diketahuinya penyebab akan
mampu interaksi pasien dapat a. Orang yang tinggal serumah/ dapat dihubungkan dengan
menyebutkan menyebutkan minimal teman sekamar pasien faktor presipitasi yang
penyebab satu penyebab menarik b. Orang yang paling dekat dialami pasien
menarik diri diri dari: dengan pasien di rumah/ di
1. Diri sendiri ruang perawatan
2. Orang lain c. Apa yang membuat pasien
3. Lingkungan dekat dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan
pasien di rumah/di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat pasien
tidak dekat dengan orang
tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain
2. Diskusikan dengan pasien
penyebab menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuan
pasien mengungkapkan
perasaannya
3. Pasien Setelah 1x.... menit 1. Tanyakan pada pasien tentang: Dengan mengetahui
mampu interaksi dengan pasien a. Manfaat hubungan sosial keuntungan dari berinteraksi
menyebutkan dapat meneybutkan b. Kerugian menarik diri pasien diharapkan terdorong
keuntungan keuntungan 2. Diskusikan bersama pasien tentang untuk berinteraksi
berhubungan berhubungan sosial, manfaat berhubungan sosial dan
sosial dan misalnya: kerugian menarik diri
kerugian 1. Banyak teman 3. Beri pujian terhadap kamampuan
menarik diri. 2. Tidak kesepian pasien mengungkapkan
3. Bisa diskusi perasaannya
4. Saling menolong
Dan kerugian menarik
diri, misalnya:
1. Sendiri
2. Kesepian
3. Tidak bisa diskusi
4. Pasien dapat Setelah 1x... menit 1. Observasi perilaku pasien saat Pasien harus mencoba
melaksanaka interaksi pasien dapat berhubungan sosial berinteraksi secara bertahap
n hubungan melaksanakan 2. Beri motivasi dan bantu pasien agar terbiasa membina
sosial secara hubungan sosial secara untuk berkenalan/ berkomunikasi hubungan yang sehat dengan
bertahap. bertahap dengan: dengan: orang lain
1. Perawat a. Perawat lain
2. Perawat lain b. Pasien lain
3. Pasien lain c. Kelompok
4. Kelompok 3. Libatkan pasien dalam Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan pasien
bersosialisasi
5. Beri motivasi pasien untuk
melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap kemampuan
pasien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang dilaksanakan
5. Pasien Setalah 1x... menit 1. Diskusikan dengan pasien tentang Mengungkapkan perasaan
mampu interaksi pasien dapat perasaannya setelah berhubungan akan membantu pasien
menjelaskan menjelaskan sosial dengan: menilai keuntungan
perasaannya perasaannya setelah a. Orang lain berinteraksi dengan orang
setelah berhubungan sosial b. Kelompok lain.
berhubungan dengan: 2. Beri pujian terhadap kemampuan
sosial. 1. Orang lain pasien mengungkapkan
2. Kelompok perasaannya
6. Pasien 1. Setelah 1x.... menit 1. Diskusikan pentingnya peran serta Keterlibatan keluarga sangat
mendapat pertemuan keluarga keluarga sebagai pendukung untuk mendukung terhadap proses
dukungan dapat menjelaskan mengatasi perilaku menarik diri perubahan perilaku pasien.
keluarga tentang: 2. Diskusikan potensi keluarga untuk
dalam a. Pengertian membantu pasien mengatasi
memperluas menarik diri perilaku menarik diri
hubungan b. Tanda dan 3. Jelaskan pada keluarga tentang:
sosial gejala menarrik a. Pengertian menarik diri
diri b. Tanda dan gejala menarik diri
c. Penyebab dan c. Penyebab dan akibat menarik
akibat menarik diri
diri d. Cara merawat pasien menarik
d. Cara merawat diri
pasien menarik 4. Latih keluarga cara merawat pasien
diri menarik diri
2. Setelah 1x20 menit 5. Tanyakan perasaan keluarga
pertemuan keluarga setelah mencaba cara yang
dapat dilatihkan
mempraktekan cara 6. Beri motivasi keluarga agar
merawat pasien membantu pasien untuk
menarik diri bersosialisasi
7. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatnnya merawapasien di
rumah sakit
7. Pasien dapat Setelah 1x.... menit 1. Diskusikan dengan pasien tentang Komunikasi yang terapeutik
memanfaatka interaksi pasien manfaat dan kerugian tidak minum dan disertai dengan
n obat menyebutkan: obat, nama, warna, dosis, cara, efek penggunaan obat secara
dengan baik. 1. 12 benar terapi, dan efek samping benar melalui prinsip 5 benar
2. Meminta minum penggunaan obat akan sangat membantu
obat kepada 2. Pantau pasien saat penggunaan obat pasien dalam mengatasi
perawat jika sudah 3. Beri pujian jika kliien permasalahannya yang
waktunya menggunakan obat dengan benar sedang dihadapi.
3. Manfaat minum 4. Diskusikan akibat berhenti minum
obat obat tanpa konsultasi dokter
5. Anjurkan pasien untuk konsultasi
kepada dokter/perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat. 1999. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik
Diri. Jakarta : FIK UI
Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial,
Jakarta: Trans Info Media
Dinas Provinsi Jawa Barat. 2012. Panduan Standar Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik Berdasarkan Kewenangan Pemberi Pelayanan Kesehatan
Di Provinsi Jawa Barat.
Http://www.diskes.jabarprov.go.id/assets/data/menu/standar_pemeriks
aan_penunjang.pdf. Diakses pada Rabu, 7 Desember 2016. Pukul
18.20 wita.
Herdman, T.H. 2015.NANDA International Nursing Diagnoses Definition and
Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley-Blackwell
Keliat, B.A., dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic
Course). Jakarta: EGC
Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta: Salemba
Medika
Stuart dan Sundeen .2005. Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta: EGC
LEMBAR PENGESAHAN

………………………2019
Nama Pembimbing / CT Nama Mahasiswa

……………………………………. Ni Wayan Mujani


NIP. NIM P07120216021

Nama pembimbing / CI

……………………………………….
NIP.

You might also like