Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
dengan judul Teori dan Metode Psikologi Perkembangan dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
Kelompok 2
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Teori-teori Psikologi Perkembangan...............................................................................2
1. Teori Psikodinamik......................................................................................................2
2. Teori Kognitif..............................................................................................................7
3. Teori Kontekstual......................................................................................................10
4. Teori Behavior dan Belajar Sosial.............................................................................11
B. Metode Penelitian Psikologi Perkembangan.................................................................12
1. Pendekatan Yang Umum...........................................................................................12
2. Metode Yang Spesifik................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu, manusia (makhluk hidup) pasti mengalami
suatu perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikologinya. Dimana perkembangan
fisik lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan sedangkan pada yang lain lainnya (non fisik)
dinamakan perkembangan psikologinya. Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai
perubahan – perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia, binatang, diantara konsepsi
(pembuahan) dan mati. Psikologi pekembangan memegang peranan penting dalam
membahas psikolologi kriminil. Ilmu pengetahuan ini merupakan salah satu ilmu pembantu
utama dari lingkungan psikologi sehubungan dengan pembahasan psikologi kriminil.
Selain itu dalam disiplin ilmu, psikologi perkembangan tentunya memiliki suatu teori-
teori yang membangunnya, sehingga menjadi disiplin ilmu yang baik. Teori adalah
pernyataan – pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun secara integratif yang
berfungsi sebagai acuan saat harus menyebutkan atau mendeskripsikan, membuat prediksi
dan menjelaskan sebuah fenomena atau prilaku yang muncul. Teori sangatlah penting, karena
dengan teori kita dapat memberikan dasar dan alasan ketika kita akan melakukan intervensi
dan tindakan nyata, selain itu dengan teori juga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan memberikan perlakuan yang lebih baik. Dan teori
pada psikologi perkembangan ini ada berbagai macam.
Sehingga pada makalah ini akan kita bahas mengenai macam-macam teori yang ada
pada psikologi perkembangan.
B. Rumusan Masalah
1
3. Bagaimana bentuk – bentuk dari teori Psikodinamik, Kognitif, Kontekstual,
Behavioral, dan Sosial Belajar?
6. Diantara metode spesifik apa saja yang digunakan dalam penilitian psikologi
perkembangan?
BAB I
PEMBAHASAN
Menurut pengertian yang paling umum, teori merupakan lawan dari fakta. Chaplin
(2002) mendefinisikan teori sebagai "satu prinsip umum yang dirumuskan untuk menjelaskan
sekelompok gejala yang berkaitan. Menurut Santrock (1998), teori adalah hipotesis yang
belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui akurasinya.
Menurut Miller (1993), setidak-tidaknya ada dua peranan penting dari teori perkembangan,
yaitu:
2
2. Memberikan pedoman dalam melakukan penelitian dan menghasilkan informasi baru.
Dalam pembahasan tentang perkembangan manusia, terdapat banyak teori, mulai dari
yang sederhana dan sistematis sampai pada yang rumit dan bertele-tele. Berikut ini akan
diuraikan secara singkat beberapa teori perkembangan yang umum dibahas dalam literature
psikologi perkembangan, diantaranya: psikodinamik, kognitif, konstektual, behavior dan
belajar social.
1. Teori Psikodinamik
3
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamik. Teori ini
berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang.
Freud yakin bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur penting, yaitu id, ego dan
super ego. Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang
secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id
merupakan severvoir energy psikis dan meyediakan seluruh daya untuk menggerakkan kedua
struktur kepribadian lainnya.
Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego di sebut
sebagai "executive branch" (badan pelaksana) kepribadian karena ego membuat keputusan-
keputusan rasional dan memiliki fungsi tertentu. Superego adalah struktur kepribadian yang
merupakan badan moral kepribadian. Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu
itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang
diakui oleh masyarakat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa id, ego dan superego adalah suatu konsep untuk
menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id), psikologis (ego) dan social
(superego).
Frued yakin bahwa kepribadian manusia memiliki 3 struktur penting yaitu Id, Ego, Superego.
Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang secara
psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan gudang energi psikis
dan menyediakan seluruh daya untuk menggerakan kedua struktur kepribadian lainnya.
4
Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut
sebagai badan pelaksana kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan rasional.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa id, ego, dan superego adalah suatu konsep
yang dikembangkan Freud untuk menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis
(id), psikologis (ego), dan social (superego). Ketiga komponen kepribadian ini berkembang
melalui tahap-tahap perkembangan psikoseksual. Freud menggunakan istilah-istilah
“seksual” untuk segala tindakan dan pikiran yang memberi kenikmatan atau kepuasan, dan
istilah “psikoseksual” digunakan untuk menunjukkan bahwa proses perkembangan psikologis
ditandai dengan adanya libido (energi seksual) yang dipusatkan pada daerah-daerah tubuh
tertentu yang berbeda-beda. Freud yakin bahwa perkembangan manusia melewati 5 tahap
perkembangan psikoseksual dan bahwa setiap tahap perkembangan tersebut individu
mengalami kenikmatan pada satu bagian tubuh lebih daripada bagian tubuh lainnya.
5
Anak menekan semua minat terhadap seks dan mengembangkan
Latency 6-12 ketrampilan social dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan
banyak energi anak kedalam bidang-bidang yang amn secara
emosional dan menolong anak melupakan konflik pada tahap phalic
yang sangat menekan.
Dorongan-dorongan seks yang ada pada masa phallic kembali
Genital 12-dewasa berkembang, setelah berada pada keadaan tenang selama masa
latency. Kematangan fisiologis ketika anak memasuki masa remaja,
mempengaruhi timbulnya daerah-daerah erogen pada alat kelamin
sebagai sumber kenikmatan
6
Menurut teori psikososial Erikson, kepribadian terbentuk ketika seseorang melewati
tahap psikososial sepanjang hidupnya. Masing-masing tahap memiliki tugas perkembangan
yang khas, dan mengharuskan individu menghadapi dan menyelesaikan krisis. Erikson
melihat bahwa krisis tersebut sudah ada sejak lahir, tetapi pada saat-saat tertentu dalam siklus
kehidupan, krisis menjadi dominan. Bagi Erikson, krisis bukanlah suatu bencana, tetapi suatu
titik balik peningkatan uulnerabality (kerentanan) dan potensi. Untuk setiap krisis, selalu ada
pemecahan yang negatif dan positif. Pemecahan yang positif, akan menghasilkan kesehatan
jiwa, sedangkan pemecahan yang negatif akan membentuk penyesuaian diri yang buruk.
Semakin berhasil seseorang mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangannya.
Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame and doubt), yaitu
tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan dan masa
baru pandai berjalan. Setelah memperoleh kepercayaan diri dari pengasuh mereka, bayi mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan
rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari kemauan mereka. Pada tahap ini, bila
7
orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat berdiri diatas kedua kaki
mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak akan mampu
mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan dan diri sendiri (otonom).
Sebaliknya, jika orang tua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak
untuk menyelidiki anak akan mengalami rasa malu dan ragu-ragu.
Tahap prakarsa dan rasa bersalah (iniative versus guilt), yaitu tahap perkembangan
psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun prasekolah. Pada tahap ini anak
terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat dan suka menantang
lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi, dan permainan khayalan, dia
memperoleh perasaan harga diri. Bila orangtua bias memahami, menjawab pertanyaan anak,
dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak-anak akan belajar untuk mendekati
apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif menjadi kuat. Sebaliknya, bila orang tua kurang
memahami, kurang sabar, suka memberikan hukuman, dan menganggap bahwa pengajuan
pertanyaan, bermain dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat, maka anak
akan merasa bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif untuk mendekati apa
yang diinginkannya (Supratik: 1993).
Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus inferiority), yaitu tahap
perkembangan psikososial keempat yang berlangsung kira-kira pada tahun-tahun sekolah
dasar. Pada tahun ini, anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala
aturan dan tujuan. Anak mulai mengerahkan energy mereka menuju penguasaan pengetahuan
dan keterampilan intelektual. Alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-angsur
digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif serta alat-alat yang dipakai untuk
bekerja. Akan tetapi, apabila anak tidak berhasil menguasai keterampilan dan tugas-tugas
yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru-guru dan orang tuanya, maka anak akan
mengembangkan perasaan rendah diri.
8
Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity versus identity confusion), yaitu tahap
perkembangan psikososial yang kelima yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja.
Pada tahap merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah
individu unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti di tengah masyarakat, baik peran
yang bersifat menyesuaikan diri maupun yang bersifat memperbarui. Tetapi, karena peralihan
yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan karena kepekaan
terhadap perubahan sosial dan historis lain, maka anak akan mengalami krisis identitas. Bila
krisis ini tidak segera diatasi, maka anak akan mengalami kebingungan peran atau kekacauan
identitas, yang dapat menyebabkan anak merasa terisolasi, cemas, hampa, dan bimbang.
Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation), yaitu tahap perkembangan
psikososial keenam yang dialami individu selama tahun-tahun awal masa dewasa. Tugas
perkembangan individu pada masa ini adalah membentuk relasi intim dengan orang lain.
Menurut Erikson, keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang
mengarah pada hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak
tercapainya keintiman dari tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari
berhubungan secara intim dengan orang lain, kecuali dalam lingkup yang amat terbatas.
9
Tahap integritas dan keputusasaan (intregity versus despair), yaitu tahap perkembangan
kedelapan yang dialami individu selama akhir dewasa. Integritas terjadi ketika seseorang
pada tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang
telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri dengan
keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tenteram, serta menikmati
hidup sebagi yang berharga dan layak. Akan tetapi bagi orang tua yang dihantui oleh perasaan
bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak mempunyai makna ataupun memberikan
kepuasan pada dirinya, maka ia akan merasa putus asa.
2. Teori Kognitif
10
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk
membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
TABEL 2.2
11
a) Skema (struktur kognitif)
Adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Atau suatu pola
sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan
suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
Contoh : Gerakan refleks menghisap pada bayi, ada gerakan otot pada pipi dan bibir yang
menimbulkan gerakan menghisap.
a) Asimilasi
Integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah
lengkap pada organism. Asimilasi terjadi ketika individu menggunakan informasi baru ke
dalam pengetahuan mendalam yang sudah ada.
Contoh : Seorang bayi yang menghisap puting susu ibunya atau dot botol susu, akan
melakukan tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek baru.
b) Akomodasi
Contoh : bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini
berarti bahwa bayi telah mengubah puting susu ibu menjadi ibu jari.
12
Teori pemrosesan informasi merupakan teori alternative terhadap teori kognitif Piaget.
Teori pemrosesan informasi ini didasari atas tiga asumsi umum,pertama, pemikiran
dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua, individu-
individu memproses informasi dari lingkungan, dan ketiga, terdapat keterbatasan pada
kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.
Gambar 2.1 Model kognisi dari teori pemrosesan informasi (diadaptasi dari Seifert &
Huffnung, 1994)
3. Teori Kontekstual
13
Dalam teori kontekstual ini ada beberapa bentuk teori yang mempengaruhi, yaitu:
a. Teori Etologis
b. Teori Ekologis
Teori Ekologis lebih menekankan pada system lingkungan menurut Urie Brofenbrenner
terhadap perkembangan mengajukan bahwa konstek di mana berlangsung perkembangan
individu, baik kognitif, sosioemosional, kapsitas dan karakteristik motivasional, maupun
partisipasi aktifnya, merupakan unsur-unsur penting bagi perubahan perkembangan. Dalam
teori ekologisnya, Brofenbrenner menggambarkan empat kondisi lingkungan di mana
perkembangan terjadi, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem dan makrosistem.
Dalam teori Behavioral ada tiga versi tradisi behavioral, yaitu Pavlov dan
kondisioning klasik, B.F. Skinner dan kondisioning operant, serta Bandura dan teori belajar
sosial.
14
Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849 –1936)
ilmuan Rusia yang mulai mengembangkan teori melalui percobaannya tentang anjing dan air
liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov adalah perangsang yang asli dan netral atau
rangsangan biasanya secara berulang – ulang dipasangkan dengan unsur penguat, akan
menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral tadi disebut perangsang bersyarat atau
US (unconditioned stimulus). Reaksi alami (biasa) atau reaksi ynag tidak dipelajari disebut
reaksi bersyarat atau CR (conditioned response). Pavlov mengaplikasikan istilah – istilah
tersebut sebagai berikut: suatu penguat ialah setiap agen, seperti makanan yang biasa
mengurangi sebagian dari suatu kebutuhan.
B.F. Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa
mengembangkan teori perilaku dari Watson. Pandangannnya tentang kepribadian disebut
dengan “behaviorisme radikal”. Behaviorisme menekankan studi ilmiah
tentang respons perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan. Dalam
behaviorisme Skinner, pikiran, sadar atau tidak sadar, maka tidak akan diperlukan untuk
menjelaskan perilaku dan perkembangan. Bagi Skinner perkembangan adalah perilaku. Oleh
karena itu para behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai
dengan pengalaman – pengalaman lingkungan.
15
Model belajar terbaru yang dikembangkan Bandura meliputi tingkah laku, pribadi dan
lingkungan. Hubungan timbal balik antara perilaku, pengaruh lingkungan dan kognisi adalah
faktor kunci dalam memahami bagaimana individu belajar. Faktor – faktor perilaku, kognitif
dan perilaku lainnya, serta pengaruh lingkungan, bekerja secara interaktif. Perilaku dapat
mempengaruhi kognisi dan sebaliknya kegiatan kognitif seseorang dapat mempengaruhi
lingkungan, pengaruh lingkungan dapat mengubah proses pemikiran seseorang dan
seterusnya.
Behavior
Faktor
Pribadi dan
Lingkungan
16
B. Metode Penelitian Psikologi Perkembangan
Menurut Monks, Knoers, dan Haditono (2001), pembahasan tentang metode penelitian ini
dapat dibedakan antara pendekatan yang lebih umum dan metode yang lebih spesifik. Berikut
pembahasan mengenai kedua bentuk metode penelitian ini :
Pendekatan yang umum mengandung dua pengertian, yaitu memberikan lebih banyak
data mengenai keseluruhan perkembangan atau beberapa aspeknya, dan meninjau pengaruh
faktor endogen (bawaan) dan eksogen (lingkungan, khususnya kebudayaan) bagi
perkembangan seseorang. Pendekatan yang digunakan dalam studi-studi psikologi
perkembangan yaitu :
a. Pendekatan cross-sectional
b. Pendekatan longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara
menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama.
17
Keuntungan pendekatan longitudinal :
c. Pendekatan sekuensial
18
d. Pendekatan cross-cultural
1) Metode observasi
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat
pada suatu jangka wajtu tertentu atau pada suatu tahapan perkembangan tertentu. Metode
observasi dapat dibedakan atas dua, yaitu observasi alami dan observasi terkontrol.
2) Metode eksperimen
3) Metode klinis
19
Adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak dengan cara
mengamat-amati , mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab.
4) Metode tes
Adalah metode yang digunaka untuk mengadakan pengukuran tertentu terhadap objeknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai garis
besar dari makalah ini, yaitu bahwasannya Perkembangan manusia dimulai sejak masa
konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa
mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan berkesinambungan. Seorang
individu bisa dikatakan mengalami perkembangan apabila ia telah mengalami pertumbuhan,
kematangan dan perubahan baik jasmani maupun rohani. Dengan mempelajari Psikologi
perkembangan, kita dapat memahami tingkah laku individu sesuai dengan masanya. Terdapat
berbagai macam mengenai teori perkembanga, diantaranya: Psikodinamik, Kognitif,
Kognitif, Behavior dan Belajar Sosial. Dan terdapat Metode penilitian Psikologi
perkembangan mealui Pendekatan yang umum dan Metode yang spesifik.
B. Saran
Makalah yang kami buat ini masih banyak kekuranggannya, dan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu Kami mohon kritik, saran serta masukan-masukan dari rekan-
rekan yang membaca makalah kami, agar kedepannya dalam pembuatan makalah kami bisa
lebih baik lagi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Wiji Hidayati dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Teras, Yogyakarta; 2008, hlm 34
Haditono dan Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta; 2002, hlm 16
Yudrik Jahya, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarata; 2012, hlm
115
21
Desmita, Psikologi Perkembangan, hlm 55 – 57
Sumber : http://fitrianahadi.blogspot.com/2015/12/makalah-teori-teori-psikologi.html
Sumber : http://ideade.id/psikologi/teori-perkembangan-kognitif-piaget/
Sumber : https://ramacahyati8910.wordpress.com/2012/12/12/teori-perkembangan-kognitif-
piaget/
Sumber : http://hrynisaaa.blogspot.com/2015/04/teori-dan-metode-psikologi-
perkembangan.html
Sumber : http://makalahpendidikanagamaislamtarbiyah.blogspot.com/2015/06/psikologi-
perkembangan.html
22