Professional Documents
Culture Documents
Salmonella?
Kondisi yang menurunkan keasaman lambung (usia <1 tahun, konsumsi antasid, atau
penyakit achlorhydric) atau integritas usus (penyakit radang usus, sebelum operasi
kerentanan terhadap infeksi Salmonella. Gastr mengeluarkan asam hidroklorik (HCl) yang selain
untuk aktivitas enzimatik juga dapat membunuh bakteri dan menyediakan lingkungan asam.
Penurunan asam lambung akan ikut menurunkan mekanisme perlindungan terhadap ingesti
bakteri Salmonella. Integritas usus juga menjadi faktor penentu proteksi intestinal. Pada saluran
cerna terdapat respons imunitas humeral mukosa. Jika struktur mukosa usus tidak intak, atau
respons imunitas humeral mukosa (lgA) usus kurang baik, maka bakteri Salmonella akan
mudah menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya masuk hingga mengakibatkan
bakteremia.
2. Disebutkan bahwa bisa terjadi peningkatan SGOT dan SGPT pada demam tifoid,
Pada demam tifoid dapat terjadi hepatitis tifosa ditandai peningkatan fungsi hati tanpa
adanya penyebab hepatitis yang lain. SGOT dan SGPT seringkali meningkat. Hal ini
disebabkan perubahan histopatologi hepar yang terjadi akibat dari endotoksin Salmonella dan
reaksi imun melawan kuman sehingga timbul jejas pada sel hepatosit yang bersifat reversible.
Dengan mikroskop cahaya di hepar akan terlihat gambaran degenerasi lemak disertai
pembengkakan sel sebagai manifestasi pertama jejas akibat pergeseran air ekstra ke intrasel.
Hepar mengalami hiperemia, lebih lunak dan membengkak, bahkan dapat terjadi pembentukan
abses. Cloudy swelling juga bisa terjadi pada minggu pertama infeksi. Terjadi degenerasi
ballooning dengan vakuolisasi sel- sel hepatosit. Proliferasi sel kupffer, limfosit, dan neutrofil
muncul diantara sel-sel hepatosit yang disertai pembentukan fokal nodul typhoid. SGOT SGPT
akan kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
3. Bagaimana dapat terjadi komplikasi perforasi intestinal pada demam tifoid dan
typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, hiperplasia jaringan dan
nekrosis organ. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar
plague Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel
mononuklear di dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke
Gejala dan tanda perforasi yang perlu diperhatikan seperti nyeri perut, vomitus, hiccup,
pada perforasi duodenum sering disertai rasa nyeri epigastrium yang mendadak dengan atau
tanpa radiasi kedaerah bahu. Peritonitis generalisata dapat timbul dalam beberapa jam
kemudian, Pada pemeriksaan fisik perlu dicermati keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital,
apakah dijumpai keadaan syok atau tidak. Palpasi secara hati-hati seluruh abdomen, apakah
teraba massa atau nyeri tekan generalisata bahkan defans muskuler. Auskultasi bising usus
Adanya demam, takikardia, dan nyeri abdomen menyeluruh perlu di curigai adanya
peritonitis. Pemeriksaan darah rutin maupun kimia meskipun tidak mempunyai nilai diagnostik
langsung terhadap diagnosis perforasi intestinal, namun penting untuk mengetahui kemungkinan
ditemukannya pneumoperitoneum pada foto toraks posteroanterior dan lateral dapat membantu
dalam penegakan diagnosis perforasi intestinal, demikian juga pemeriksaan foto X-Ray abdomen
tiga posisi untuk mendiagnosis dugaan adanya ileus yang mungkin menyertainya.
4. Seperti yang kita ketahui pemeriksaan kultur pada tifoid adalah baku emas namun
memerlukan waktu yang lama. Bagaimana jika dilakukan pemeriksaan kultur darah
ditemukan hasil negatif, namun pasien telah ditatalaksana sebagai demam tifoid?
Hasil kultur darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif tidak
menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal seperti berikut: 1).
Telah mendapat terapi antibiotik, pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
mungkin negatif; 2). Volume darah kurang (diperlukan kurang lebih 5 cc darah). Bila darah yang
dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif. Darah yang diambil sebaiknya secara bedside
langsung dimasukkan ke dalam media cair empedu (oxgall) untuk pertumbuhan kuman; 3).
Riwayat vaksinasi. Vaksinasi menimbulkan antibodi dalam darah yang menekan bakteremia
hingga biakan darah dapat negatif; 4). Waktu pengambilan darah setelah minggu pertama, pada
Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson dengan dosis sesuai
pedoman WHO 2011. Pada wanita dengan tifoid, status kehamilan harus dinilai sebelum
memulai terapi antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk mengobati demam tifoid sangat
berbeda pada wanita hamil dibandingkan dengan mereka yang tidak hamil. Beberapa jenis
dapat terjadi partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan grey syndrome pada neonatus.
kemungkinan efek teratogenik terhadap fetus pada manusia belum dapat disingkirkan.
digunakan untuk mengobati demam tifoid. Kuinolon (cont: siprofloksasin) yang diyakini sebagai
drug of choice untuk demam tifoid, lebih digunakan pada kelompok yang tidak hamil. Kuinolon
sering dihindari pada kehamilan karena potensi risiko toksisitas terhadap struktur skeletal janin.
6. Seberapa besar efektivitas vaksinasi tifoid dan bagaimana dengan vaksinasi di
Indonesia?
Serokonversi (peningkatan titer antibodi 4 kali) setelah vaksinasi dengan ViCPS terjadi
secara cepat yaitu sekitar 15 hari-3 minggu dan 90% bertahan selama 3 tahun. Kemampuan
proteksi sebesar 77% pada daerah endemik (Nepal) dan sebesar 60% untuk daerah hiperendemik.
Untuk vaksin oral Ty21a yang diberikan 3 kali secara bermakna menurunkan 66% kasus infeksi
demam tifoid selama 5 tahun, laporan lain sebesar 33% selama 3 tahun.
Usia sasaran vaksinasi berbeda efektivitasnya, penurunan insidens sebanyak 53% pada
anak > 10 tahun dan anak usia 5-9 th insidens turun 17%. Vaksin parenteral non-aktif relatif
lebih sering menyebabkan efek samping serta tidak seefektif vaksin jenis ViCPS maupun
Ty21a oral.
Jenis vaksin dan jadwal pemberiannya, yang ada saat ini di Indonesia hanya ViCPS, sediaan
vaksin kombinasi Vi kapsuler polisakarida dan hepatitis A inaktif. Vaksin kombinasi ini
direkomendasikan untuk individu di atas usia 16 tahun. Level protektif akan dicapai setelah 2-3
minggu pemberian vaksin. Vaksin tersedia dalam bentuk dual chamber syringe siap pakai
dengan volume 1 ml, masing-masing 0,5 ml untuk setiap vaksin. Dosis tersebut diulang setiap 3
tahun sekali.
Vaksinasi tifoid belum dianjurkan secara rutin di USA, demikian juga di daerah lain.
lndikasi vaksinasi adalah bila 1) wisatawan yang hendak mengunjungi daerah endemik, risiko
terserang demam tifoid semakin tinggi untuk daerah berkembang (Amerika Latin, Asia,
Afrika), 2) orang yang terpapar dengan penderita demam tifoid karier, dan 3). petugas
laboratorium/mikrobiologi kesehatan.
7. Bagaimana penggunaan antibiotik kloramfenikol dapat menyebabkan depresi
sumsum tulang?
Reaksi toksik kloramfenikol salah satunya dengan mainfestasi depresi sumsum tulang
belakang. Kelainan ini berhubungan dengan dosis, progresivitas dan akan pulih bila pengobatan
dihentikan. Kelainan darah yang terlihat anemia, retikulositopenia, peningkatan serum iron, dan
iron binding capacity serta vakuolisasi seri eritrosit muda. Reaksi ini terlihat bila kadar
aplastik dengan pansitopenia yang irreversibel dan memiliki prognosis yang sangat buruk.
Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan. Insiden berkisar antara 1:
24000 – 50000. efek samping ini diduga efek idiosinkrasi dan mungkin disebabkan oleh kelainan
genetik. Kloramfenikol juga dapat menimbulkan hemolisis pada pasien defisiens enzim G6PD
bentuk mediteranean.
Kloramfenikol dalam dosis terapi dapat menghambat sintesis protein dan mitokondria sumsum
tulang manusia tanpa memengaruhi respirasi mitokondria atau fosforilasi oksidatif. Studi
Terdapat korelasi antara tingkat perubahan ultrastruktural, derajat kejenuhan globulin yang
mengikat besi, dan kadar serum kloramfenikol. Efek penghambatan kloramfenikol secara khusus
diarahkan pada sintesis protein struktural atau membran mitokondria. Jaringan dengan indeks
mitosis tinggi dan tingkat mitokondriogenesis yang tinggi akan sangat rentan. Patogenesis
aplasia sumsum tulang yang diinduksi kloramfenikol masih belum jelas. Hipotesis kerja yang
paling masuk akal adalah bahwa komplikasi ini terjadi atas dasar kecenderungan biokimiawi
. Hitung sel darah yang dilakukan secara berkala dapat memberi petunjuk untuk
mengurangi dosis atau menghentikan terapi. Dianjurkan untuk hitung leukosit dan hitung jenis
tiap 2 hari. Pengobatan terlalu lama atau berulang kali perlu dihindari. Timbulnya nyeri
tenggorok dan infeksi baru selama pemberian kloramfenikol menunjukkan adanya kemungkinan
leukopeni.