You are on page 1of 22

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus vittatus) DAN IKAN LELE

(Clarias gariepinus)

Oleh :
Nama : Siska Noviana Dewi
NIM : B1A017018
Rombongan :I
Kelompok :2
Asisten : Tsara’ Hanifah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik atau berdarah dingin yang
hidup di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata
yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh
dunia. Ikan secara taksonomi tergolong kelompok parafiletik yang hubungan
kekerabatanya masih di perdebatkan (Hildebrand, 1974).
Tubuh ikan secara garis besar terdiri atas caput, truncus, dan cauda,
tidak terdapat batas yang nyata sebagai batas antara truncus dan ekor dipandang
anus. Ikan-ikan dapat berenang cepat berbentuk seperti torpedo. Kulit atau cutis
terdiri atas dermis dan epidermis. Epidermis dari sebelah luar menghasilkan
epithelium yang mempunyai kelenjar lendir. Walaupun pada umumnya ikan
bernapas dengan menggunakan insang tetapi ada juga yang dilengkapi dengan
labirin yang kerjanya seperti paru-paru. Ikan adalah kelompok vertebrata
poikilotermik yang hidup di air dan merupakan kelompok vertebrata yang paling
banyak ragamnya (Radiopoetro, 1991).
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) adalah tipe ikan yang bertulang sejati
dan tubuhnya dilengkapi dengan beberapa sirip dan terdapat gurat sisi untuk
mengetahui perubahan tekanan air. Ikan nilem (Osteochilus vittatus) digunakan
dalam praktikum ini untuk mewakili dari spesies kelompok pisces. Ikan nilem
memiliki susunan morfologi dan anatomi yang sederhana sehingga
mempermudah praktikan melakukan pengamatan, baik organ dalam dan organ
luar (Storer & Usinger, 1961).
Ikan lele (Clarias gariepinus) adalah sejenis ikan yang hidupnya di air
tawar. Tubuhnya yang licin agak pipih memanjang yang dilengkapi dengan
sungut disekitar bagian mulutnya berfungsi untuk bergerak di air yang gelap.
Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur
insangnya yang disebut arborescent, fungsinya untuk membantu lele bernafas di
tempat yang miskin oksigen. Terdapat pula sepasang patil, yakni duri tulang
yang tajam pada sirip-sirip dadanya, yang juga berfungsi untuk melukai atau
mengalahkan mangsanya. Ikan lele adalah salah satu jenis ikan yang mudah
didapatkan dan mudah dikenali, susunan morfologi dan anatominya selain itu
mudah didapatkan (Radiopoetro, 1977).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah mengetahui
morfologi dan anatomi ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias
gariepinus).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan nilem
(Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus), serbet, dan tissue.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gunting, pinset, dan
baki preparat.

B. Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan nilem dimatikan dengan cara ditusuk dan ikan lele dimatikan dengan
cara ditusuk di bagian otak menggunakan gunting.
2. Ikan nilem dibedah dengan cara digunting dimulai dari lubang anus, ke arah
anterior sepanjang medio-ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip
dada, untuk ikan lele dumbo digunting mulai dari lubang porus urogenitalis
lurus sampai dekat tutup insang, kemudian dari porus urogenitalis, digunting
menyamping kanan dan kiri sedikit, dan belahan yang dekat tutup insang juga
digunting menyamping ke kanan dan kiri.
3. Bagian sebelah atas ikan nilem dibuka dengan menggunakan pinset.
4. Pembedahan dilanjutkan ke arah bagian dorsal yang dilanjutkan pada bagian
anterior sampai ke tutup insang, pada bagian ini dilakukan dengan hati-hati
karena terdapat jantung.
5. Seluruh bagian dalam tubuh ikan nilem dan ikan lele diamati, bagian usus
ikan nilem ditari-tarik perlahan-lahan untuk menemukan bagian lambung,
6. Bagian ekor ikan nilem dipotong secara melintang kemudian diamati bagian-
bagian penyusun ekornya.
7. Kepala ikan lele dibuka menggunakan gunting, kemudian bagian kepala
diamati, khususnya bagian arborescent.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Morfologi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Lekuk hidung 13. Membrana branchiostegi


2. Moncong 14. Linea lateralis
3. Maksilla 15. Anus
4. Mandibulla 16. Porus urogenitalis
5. Misae 17. Pinnae dorsalis
6. Nostril 18. Pinnae caudalis
7. Organon visus 19. Pinnae analis
8. Operculum 20. Pinna abdominalis
9. Pre-operculum 21. Pinna pectoralis
10. Inter-operculum 22. Caput
11. Sub-operculum 23. Truncus
12. Radii branchiostegi 24. Cauda
Gambar 3.3. Anatomi Viscera In-situ Diurai Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar:

1. Vena hepatica 18. Intestine


2. Ductus cuveri 19. Vesica felea
3. Sinus venosus 20. Ductus pneumaticus
4. Atrium 21. Hepatopancreas
5. Ventricle
6. Bulbus arteriosis
7. Insang
8. Arteri branchialis
9. Pronephros
10. Mesonephros
11. Ureter
12. Esofagus
13. Gonad
14. Ductus spermaticus
15. Porus urogenitalis
16. Vesica metatoria
17. Anus
Gambar 3.2. Anatomi Viscera In-situ Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar:

1. Moncong
2. Organon visus
3. Tapis insang
4. Cor
5. Pronephros
6. Mesonephros
7. Gonad
8. Vesica metatoria
9. Intestine
10. Hepatopancreas
11. Anus
12. Porus urogenitalis
Gambar 3.8. Morfologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Keterangan Gambar:

1. Caput
2. Truncus
3. Cauda
4. Barbels superior
5. Barbels inferior
6. Mulut
7. Nostril
8. Organon visus
9. Operculum
10. Linea lateralis
11. Pinnae dorsalis
12. Pinna pectoralis
13. Patil
14. Pinna abdominalis
15. Pinnae analis
16. Pinnae caudalis
17. Porus urogenitalis
Gambar 3.10. Anatomi Viscera In-situ Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Keterangan Gambar:

1. Esofagus
2. Hepar
3. Cor
4. Gastrum
5. Pylorus
6. Intestine
7. Gonad
8. Ren
9. Anus
10. Porus urogenitalis
11. Clasper
Gambar 3.9. Anatomi Insang Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Keterangan Gambar:

1. Arborescent
2. Insang
Gambar 3.4. Anatomi Sisik Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar:

1. Annuli
2. Garis radier
Gambar 3.5. Penampang Melintang Otot Ikan Nilem
(Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar:

1. Taju neural
2. Septum transversal
3. Archus neuralis
4. Septum horizontal
5. Otot hypaxial
6. Taju haemal
7. Archus haemal
8. Vertebrae
9. Otot epaxial
10. Myomere
11. Mycomata
Gambar 3.6. Anatomi Insang Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar:

1. Filamen insang
2. Septum branchialis
3. Epibranchialis
4. Branchialis
5. Archus
6. Tapis insang
Gambar 3.7. Anatomi Tulang Ekor Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar:

1. Taju neural
2. Vertebrae
3. Taju haemal
4. Urostyle
5. Hyporalia

B. Pembahasan
1. Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)
Menurut Brotowidjoyo (1993), klasifikasi ikan nilem (Osteochilus
vittatus) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subpyhum : Craniata
Classis : Pisces
Subclassis : Actinoptergy
Ordo : Ostariophsy
Subordo : Cyprinidae
Familia : Osteochilus
Species : Osteochilus vittatus
Ikan nilem adalah salah satu jenis ikan air tawar yang terdapat banyak
di Indonesia. Saat ini ikan nilem dieksploitasi tidak hanya untuk dikonsumsi
dagingnya saja tetapi juga telurnya. Telurnya sangat digemari masyarakat karena
rasanya lezat dan dapat diekspor ke negara tertentu sebagai pengganti kapiar.
Selain itu telur nilem juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuat saus. Populer
disebut sebagai baby fish. Hasil pengamatan dari anatomi ikan nilem bahwa ikan
nilem mempunyai ciri morfologi yang hampir sama dengan ikan mas. Bedanya
kepala ikan nilem relatif lebih kecil dibandingkan ikan mas. Tubuh ikan nilem
dapat dibagi menjadi caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor).
Ketiganya tidak ada batas yang nyata. Pada sudut-sudut keras mulut ikan nilem
terdapat dua pasang sungut peraba. Ikan nilem mempunyai organ-organ
penyusun diantaranya yaitu vesica urinaria, nephros, pronephros, gonad, porus
urogenitalis, cor, dan usus (Saanin, 1968).
Ikan nilem memiliki habitat yang luas mulai dari dataran rendah yang
berawa, sungai, dan estari. Spesies ini secara berkala bermigrasi ke daerah
floodplains pada musim hujan untuk berburu dan memijah. Spesies ini
merupakan spesies ikan air tawar. Ikan nilem merupakan ikan sungai yang
umumnya ditemukan di perairan mengalir atau agak tergenang serta kaya akan
oksigen teratur. Ikan nilem ini banyak tersebar luas di wilayah asia seperti
Indonesia, Malaysia, serta Thailand dan secara umum dibudidayakan (Fitriyani
et.al., 2014).
Praktikum kali ini, dapat diamati bahwa ikan nilem mempunyai tubuh
yang tertutup sisik berwarna abu-abu hitam kekuningan. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa ikan nilem mempunyai tubuh yang ditutupi dengan sisik yang
berwarna hijau keabu-abuan, coklat atau hijau kehitam-hitaman ataupun merah.
Badan ikan nilem pada kiri dan kanannya terdapat linea lateralis atau gurat sisi
yang memanjang ke belakang tutup insang sampai ke ekor. Gurat sisi ini
berfungsi untuk mengetahui besar atau kecilnya arus dalam air. Kedua sudut
mulut ikan nilem terpasang dua pasang kumis atau barbel. Mulut ikan nilem
relatif lebar dan gigi yang berkerut-kerut sebagai tanda pemakan tumbuh-
tumbuhan seperti ganggang penempel. Sisik ikan nilem berbentuk garis-garis
melingkar dan garis-garis radier yang disebut cycloid. Tipe ikan nilem adalah
homocerk yaitu terlihat simetri dorsoventral dari luar. Tulang-tulang ikan nilem
tersusun atas tulang-tulang yang asimetris. Tipe homocerk terjadi bila columna
vertebralis tidak berakhir persis diujung ekor, tapi agak membelok sedikit, tepi
ujung membagi dua bagian yang sama (Jasin, 1989). Ikan yang telah dibedah
dapat diamati terdapat gelembung udara yang transparan, dalam teori gelembung
tersebut disebut dengan gelembung renang, yaitu kantung memanjang di sebelah
dorsal dari saluran pencernaan dan letaknya retroperitoneal di sebelah dorsal
dari peritoneum. Gelembung renang selalu berisi udara berfungsi sebagai organ
hydrostatic. Saluran pernafasan pada ikan dinamakan trakea (Djuhanda, 1981).
Praktikum kali ini juga, kami mengamati sirip ikan nilem mempunyai
beberapa sirip, khususnya sirip dada dan ekor yang digunakan untuk berenang.
Hal ini sesuai juga dengan teori bahwa sirip adalah suatu pelurusan integumen
yang tipis dan disokong oleh jari-jari sirip. Sirip pada ikan umumnya ada yang
berpasangan dan ada yang tidak. Fungsi dari sirip adalah untuk menjaga
keseimbangan air dan juga untuk berenang. Ikan nilem sendiri mempunyai sirip
yang berpasangan dan juga sirip yang tidak berpasangan. Sirip punggung
(dorsal fin), sirip dubur (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin) adalah sirip yang
tunggal, sedangkan sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut (abdominal fin)
adalah sirip yang sepasang atau berjumlah dua (Alibardi, 2012).
Praktikum kali ini, menggunakan ikan nilem jantan, karena ketika
dilakukan pemijatan, keluar cairan putih dari porus urogenitalisnya, selain itu
saat dibedah terdapat pula bagian putih besar dan panjang berwarna putih.
Menurut teori bagian tersebut adalah testis. Jadi, untuk membedakan ikan nilem
betina dan jantan dapat melalui pemijatan bagian bawah ikan nilem tepatnya
pada perut ke arah porus urogenitalia. Jika ikan nilem mengeluarkan cairan
berwarna putih maka ia adalah ikan jantan, naluri geraknya lincah, postur tubuh
dan perut ramping, warna tubuh kehijauan, dan kadang gelap, lubang
urogenitalnya agak menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras. Jika ikan
nilem betina bagian perut akan lebih besar dan mengeluarkan butiran-butiran
kuning ketika dipijat, lunak jika diraba, naluri gerakan lambat, postur tubuh
gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan dan lubang genital berbentuk bulat telur
agak melebar dan membengkak (Fitriani et.al., 2014).
Proses pembedahan atau disectio ikan nilem. Pengguntingan dimulai
dari depan anus, sepanjang garis medio-ventral tubuh ke arah depan sampai
dekat sirip dada (hati-hati jangan sampai terkena organ-organ yang terdapat di
dalamnya). Bagian belahan daging sebelah atas kemudian dibuka dengan pinset
dan pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah bagian tubuh bagian dorsal
yang dilanjutkan ke arah anterior sampai ke tutup insang. Pengguntingan bagian
kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung
moncong. Perlu diperhatikan bahwa sebelah ventral dari insang terdapat jantung,
jadi pengguntingan daerah ini harus berhati-hati. Bagian ekornya digunting
secara vertikal (Djuhanda, 1981).
Setelah dilakukan pembedahan dapat terlihat bagian-bagian dari ikan
nilem, terutama bagian usus yang berwarna hitam, testis, dan gelembung
rengnya. Sesuai teori bahwa sistem pencernaan pada ikan nilem dimulai dari
mulut, faring, esofagus, ventriculus, dan intestinum yang bermuara di cloaca.
Cavum oris (rongga mulut) relatif kecil, pada rahangnya tidak bergigi. Dinding
kanan kiri faring terdapat sel-sel insang. Esofagus berbentuk seperti pita pendek,
sedangkan bentuk ventriculus melengkung seperti huruf U. Sistem pencernaan
ikan nilem juga terdiri dari usus yang berupa saluran yang berliku-liku dan
bermuara pada anus dan panjang, ini dikarenakan ikan ini termasuk tipe
herbivore. Vesica felea yang terletak pada bagian usus depann berupa kantung
buat hijau kebiru-biruan. Kantung empedu ini berhubungan dengan usus melalui
ductus choleodochus lalu saluran akhir pencernaan yaitu anus atau porus
urogenitalis (Radiopoetro, 1977).
Sistem respirasi dilakukan oleh insang yang terdapat dalam empat
pasang kantong yang terletak di sebelah faring di bawah operculum. Operculum
yang berfungsi untuk melindungi insang agar saat melakukan respirasi udara
yang masuk tidak bercampur dengan masuknya air yang mengikat oksigen ke
rongga mulut. Air yang masuk akan melewati insang untuk dilakukan proses
penyaringan oksigen dan disini terjadi pertukaran gas karbondioksida, di dalam
darah yang dikeluarkan melalui insang dan suplai oksigen masuk melalui arus
air ketika insang terbuka. Oksigen yang telah disaring kemudian diedarkan
melalui kapiler-kapiler darah yang terdapat pada insang (Storer & Usinger,
1961).
Sistem urinaria atau eksresi pada ikan nilem adalah ren yang terjadi dari
mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria,
dan sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal
abdomen, kanan dan kiri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar
dari ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter
bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar
melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal
pinna analis (Rhichard et.al., 1987).
Sistem genitalia pada ikan nilem betina terdiri dari sepasang ovarium
yang panjang. Ovaria ini mempunya rongga yang ke caudal melanjutkan diri ke
dalam oviduct, yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan yang berumur
setelah satu tahun biasanya telah dewasa. Fertilisasi dilakukan didalam air,
diluar tubuh dan fertilisasi ini disebut fertilisasi eksternal. Ikan jantan terdapat
testis yang panjang. Testis terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai vas
defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis (Radiopoetro, 1977).
2. Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Ikan lele dumbo diklasifikasikan sebagai berikut:
Regnum : Animalia
Phylum : Vertebrata
Superclassis : Pisces
Classis : Osteichthyes
Ordo : Ostariophyst
Subordo : Siluroidae
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus (Ismail et al., 2014)
Ikan lele (Clarias gariepinus) adalah vertebrata yang termasuk
kelompok pisces karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar dan merupakan
famili dari Clariidae. Tubuh ikan lele terdiri 3 bagian yaitu kepala (caput),
badan (truncus) dan ekor (cauda). Bagian kepala dimulai dari ujung moncong
sampai dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang
sampai dengan anus dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip
ekor.
Hasil pengamatan dalam praktikum anatomi kali ini didapatkan bahwa
pada bagian kepala memiliki bagian-bagian yaitu organon visus (mata), cavum
oris (mulut), lekuk hidung dan empat buah kumis atau barbels yang berfungsi
sebagai indera peraba pada saat terdapat ransangan dan pada saat mencari
makanan. Kepala ikan lele dumbo berbentuk pipih, simetris dan dari kepala
sampai punggung berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergigi,
bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor dan memilik patil. Kepala ikan
nilem terdapat insang sebagai alat pernafasan tetapi berbeda dengan ikan nilem,
ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu organ arborescent yang
berupa kulit tipis menyerupai spons. Alat pernafasan tambahan ini menyebabkan
ikan lele dapat hidup pada air dengan kondisi kadar oksigen rendah
(Prawirohartono, 2000).
Tubuh ikan lele tidak memiliki sisik, tetapi memiliki kulit berlendir
dan pigmen hitam yang dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya
matahari, tampak pula alat keseimbangan yang berupa gurat sisi (linea lateralis)
dibagian tengah sisi truncusnya. Ikan lele mempunyai sirip punggung dan sirip
dubur yang memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan
sirip ekor, mempunyai senjata berupa patil atau taji untuk melindungi dirinya
dari serangan atau ancaman dari luar yang membahayakan, panjang maksimum
mencapai 400 mm. Ikan lele mempunyai sirip punggung (pinna dorsalis), sirip
dubur (pinna analis) dan sirip ekor (pinna caudalis) yang disebut ekor tidak
berpasangan. Sirip dada (pinna pectoralis) dan sirip perut (pinna abdominalis)
disebut sirip berpasangan. Ikan lele tidak mempunyai gelembung renang (vesica
metatoria) yang merupakan alat keseimbangan naik turun dalam air, hal ini
dikarenakan ikan lele lebih sering berada didasar perairan (lumpur) (Jasin,
1989).
Ada beberapa perbedaan antara ikan lele jantan dan betina. Ikan lele
jantan memiliki kepala kecil, tulang kepala pendek agak gepeng besar, warna
kulitnya agak tua (gelap), kelamin menonjol ke arah sirip perut, gerakannya
lembih lincah karena perut lebih langsing, dan kulitnya lebih halus. Ikan lele
betina memiliki kepala yang besar, tulang kepala pendek, dan agak cembung,
warna kulitnya agak terang, kelamin terletak di depan anus berbentuk bulat
berwarna kemerahan lubangnya agak lebar di depan anus, lebih gembung dan
lembek, dan jika bagian perutnya diurut ke arah lubang genithal, maka dari
lubang itu akan keluar cairan kuning kecoklatan (ovum), dan kulitnya agak kasar
(Suryaningsih, 2014).
Membedah ikan lele yang pertama adaah dengan melumpuhkan ikan
dengan cara menusuk dengan benda tajam pada bagian caput ikan. Langkah
kedua yaitu ikan digunting mulai dari lubang porus urogenitalia ke samping
kanan dan kiri ke arah anterior tubuh mengikuti bentuk abdomen ikan lele.
Saluran pencernaan dapat diamati dengan cara menarik bagian usus secara
perlahan (Zakariah, 2016).
Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.
Bermula setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa
makanan. Sistem pencernaan pada ikan lele (Clarias gariepinus) dimulai dari
mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus.
Struktur anatomi mulut ikan lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan
makanan. Sungut terdapat disekitar mulut yang berperan sebagai alat peraba atau
pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada
malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel
penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya.
Rongga mulut ikan lele dumbo juga terdapat organ pengecap yang berfungsi
untuk menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi untuk menyaring
makanan yang masuk, karena insang mengarah pada faring maka material bukan
makanan akan dibuang melalui celah insang (Djuhanda, 1984).
Sistem respirasi pada ikan lele tersusun atas ingsang yang berada pada
sisi kiri dan kanan kepala. Ikan lele pada bagian caput posterior-lateral dapat
diamati adanya arborescent, yaitu alat respirasi tambahan pada ikan lele yang
membantu ikan lele bernafas pada lingkungan yang oksigennya rendah. Alat
pernapasan tambahan ini terletak di bagian kepala di dalam rongga yang
dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan
dan berbentuk seperti tajuk rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah (Asmawi,
1983).
Sistem ekskresi organ utama pada ikan lele adalah ginjal. Urin yang
dihasilkan ginjal, disalurkan melalui ureter yang berjalan di pinggiran rongga-
rongga abdomen sebelah dorsal menuju ke belakang. Ureter yang kiri dan yang
kanan bertemu di bagian belakang menjadi kantong urin dan dari urin
dikeluarkan melalui uretra yang bermuara di porus urogenitalis
(Kriswantoro,1986).
Sistem reproduksi pada ikan lele dumbo jantan dan ikan lele betina
berbeda. Ikan lele jantan kelaminnya berbentuk runcing dan memanjang,
terdapat sepasang testis berwarna putih. Ciri khusus ikan lele betina yaitu
kelaminnya berbentuk bulat dan pada bagian tubuhnya terdapat dua ovarium
yang berisi butiran-butiran telur yang akan dikeuarkan pada saat waktunya untuk
bereproduksi. Ikan lele melakukan fertilisasi eksternal, jadi ikan jantan
membuahi telur diluar tubuh induk. Sistem reproduksi ikan lele disebut gonad.
Ikan lele yang berkelamin jantan maka memiliki gonad berupa testis, jika ikan
lele berkelamin betina maka memiliki gonad berupa ovarium. Gonad ikan lele
berjumlah sepasang dan terletak disekitar anus (Zakariah, 2016).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


bagian morfologi tubuh ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus)
dan ekor (cauda). Anatomi sistem pencernaannya terdiri dari mulut, esofagus,
kantung empedu, hepatopancreas, usus, dan porus urogenitalis. Anatomi sistem
genitalianya adalah ovarium pada betina dan testis pada jantan, Anatomi sistem
ekskresinya terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan porus urogenitalis. Anatomi
sistem respirasi ikan nilem yaitu insang, sedangkan ikan lele yaitu insang dan
arborescent.
DAFTAR REFERENSI

Alibardi, L., 2012. Observations On FGF Immunore Activity In The Regenerating


Tail Blastema, And In The Limb And Tail Scars Of Lizard Suggest That
FGF Are Required For Regeneration. Belg. J. Zool, 142(1), pp 23-38.
Asmawi, S., 1983. Pemeliharaan Ikan di dalam Keramba. Jakarta: Gramedia.
Djuhanda, T., 1981. Anatomi Perbandingan Vertebrata II. Bandung: Amico.
Djuhanda, T., 1984. Analisa Struktur Vertebrata. Bandung: Armico.
Fitriani, C.E., Muhammad, I.A., Hera, N.P., Qurratu, A.P., 2014. Ikan Nilem
(Osteochilus vittatus). Makalah. Program Jurusan Perikanan: Universitas Gajah
Mada.
Hildebrand, M., 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Bandung: Americo.
Ismail, Jailani, Adnan, 2014. Studi Hasil Tangkapan Ikan Bubu Dasar Di Daerah
Perairan Rawa Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara.
Ilmu Perikanan Tropis, 19(2), pp. 16.
Jasin, 1989. Sistematika Hewan vertebrata dan invertebrata. Surabaya: Sinar Jaya.
Kriswantoro, M., 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Prawirohartono, S., 2000. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Radiopoetro. 1977., Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetro. 1991., Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Rhicard, E.J., Noris, D.O., 1987. Hormones and Reproduction in Fishes,
Amphibians, and Reptiles. New York: Plenum Press.
Saanin, H., 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Cetakan I. Jakarta: Bina
Cipta.
Sarwono, B., 2007. Beternak Lele Dumbo. Jakarta: Agromedia.
Storer & Usinger., 1961. Elemen of Zoology. London: McGraw-Hill Company Inc.
Suryaningsih, S., 2014. “Pemanfaatan Belatung Ampas Tahu sebagai Pakan
Alternatif untuk Peningkatan Produksi Ikan Lele Dumbo” bagi Petani Ikan
Desa Pingit, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara. Makalah. Program
Dosen Biologi: Universitas Jenderal Soedirman.
Zakariah, M.A., Yahya, M.L., Sonfada, & I. Wiam., 2016. Male Organs of African
catfish (Clarias gariepinus) in Spawning and non-Spawning Periods in
Maiduguri, Borno State, Nigeria. Sokoto Journal of Veterinary Sciences.
14(1), pp. 34-38.

You might also like