You are on page 1of 8

Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502

Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Sepatu


dengan Metode Theory of Inventive Problem Solving (TRIZ)
di PT Primarindo Asia Infrastructure TBK
Quality Improvement 0ff Shoes Making Process
With Theory of Inventive Problem Solving (TRIZ) Method
at PT Primarindo Asia Infrastructure TBK
1Aisyah Fitriani A, 2Nur Rahman As’ad, 3Hirawati Oemar
1,2,3
Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: 1aisyahfitriyaniastuti@gmail.com, 2nur_asad@yahoo.co,id , 3hirawatio@yahoo.co.id

Abstract The research was conducted to improve the process of making shoes at PT Primarindo
Infrastructure Tbk. Shoes that are produced also have several models, one of them is the Jenkins shoe model.
But the results of the production process have a defect that results in decreased product quality. This can be
seen from the 2017 production data which has a percentage of disability exceeding the company standard
which is 2%. Defect that often occur in each shoe model are different, namely upper, lasting slant, wrinkles,
outsole and others. Defect that often occurs for jenkins model shoes is upper, lasting slant defects and outsole.
In this study using pareto diagram method, p control map, fishbone diagram and TRIZ. The results obtained
are types of Jenkins model shoe defects are upper caat, lasting tilt and outsole. Factors that cause disability
are seen in terms of humans due to lack of operator skills, decreased concentration and work not in
accordance with SOP, in terms of environmental lack of lighting, in terms of raw materials the material
changes, in terms of the engine caused by the engine which is not maintained, the machine is dirty and the
engine settings made by the operator are not in accordance with the SOP. The proposed improvement is to
design a checksheet for machine maintenance and operator training, making attention points and visual
warnings a reminder for operators before or are doing work, making SOPs to maintain machine cleanliness
and adding lights to sewing machines.
Keywords: Quality control, Shoes type of defect, TRIZ

Abstrak. Penelitian dilakukan untuk memperbaiki proses pembuatan sepatu di PT Primarindo Infrastructure
Tbk. Sepatu yang diproduksi pun terdapat beberapa model salah satunya model sepatu Jenkins. Namun hasil
proses produksi terdapat kecacatan yang mengakibatkan kualitas produk menurun. Hal ini dapat diketahui
dari data produksi tahun 2017 memiliki persentase kecacatan melebihi standar perusahaan yaitu sebesar 2%.
Kecacatan yang sering terjadi dalam setiap model sepatu berbeda-beda yaitu cacat upper, lasting miring,
keriput, outsole dan lain-lain. Kecacatan yang sering terjadi untuk sepatu model jenkins yaitu cacat upper,
lasting miring dan outsole. Pada penelitian ini menggunakan metode diagram pareto, peta kendali p, diagram
fishbone dan TRIZ. Hasil yang didapat adalah jenis kecacatan sepatu model Jenkins adalah caat upper,
lasting miring dan outsole. Faktor-faktor penyebab kecacatan adalah dilihat dari segi manusia disebabkan
karena kurangnya keterampilan operator, menurunnya konsentrasi dan kerja tidak sesuai SOP, dari segi
lingkungan kurang adanya pencahayaan, dari segi bahan baku adanya material yang berubah, dari segi mesin
disebabkan mesin yang tidak terawatt, mesin kotor dan setting mesin yang dilakukan operator tidak sesuai
SOP. Usulan perbaikan adalah membuat rancangan checksheet untuk perawatan mesin dan pelatihan
operator, membuat attention point dan warning visual sebagai pengingat bagi operator sebelum atau sedang
melakukan pekerjaan, membuat SOP untuk menjaga kebersihan mesin dan penambahan lampu pada mesin
jahit.
Kata Kunci: Pengendalian kualitas, Jenis kecacatan sepatu, TRIZ
A. Pendahuluan

Industri sepatu saat ini memiliki banyak kompetitor baik industri nasional dan
internasional yang dapat dilihat dari merek sepatunya. Sepatu merupakan alas kaki yang
selalu dipakai sehari-hari baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Berbagai macam
356
Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Sepatu Dengan Metode... | 357

sepatu saat ini banyak digunakan untuk olahraga, bekerja maupun sekolah. Produk
sepatu berkualitas yang dihasilkan industri sepatu harus memperhatikan faktor-faktor
yang terlibat dalam proses produksinya.
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk (Tomkins) merupakan suatu perusahaan
yang memproduksi sepatu dengan berbagai jenis dan model. Sepatu yang diproduksi
terdiri dari 4 gender, yaitu child, women, man dan junior. Pembuatan sepatu di PT.
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk (Tomkins) meliputi proses cutting, preparation
(printing, embossing logo, buffing and reiforcement attacment), sewing, press dan
assembling (lasting, buffing dan cementing, bonding dan press) dan finishing (cleaning,
labeling dan packing). Sepatu yang dihasilkan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
sepatu Grade-A, sepatu Grade-B, dan sepatu Grade-C. Grade-A merupakan sepatu yang
siap jual dan sepatu layak pakai dengan kualitas yang bagus. Grade-B apabila terjadi
kecacatan pada sepatu yang dihasilkan seperti adanya kemiringan pada upper sepatu.
Sedangkan Grade-C merupakan sepatu yang tidak siap pakai dan tidak siap jual karena
kualitas sepatu yang dihasilkan memiliki kecacatan yang cukup besar, maka dari itu
sepatu Grade-C langsung dimusnahkan.
Objek penelitian yang akan dilakukan berfokus pada model sepatu Jenkins,
karena pada proses produksi model sepatu tersebut sering terjadi permasalahan dalam
segi kualitas. Seperti diketahui dari data perusahaan, sepatu model Jenkins yang
diproduksi pada tahun 2017 adalah sebanyak 7.500 pasang memiliki persentase
kecacatan sebesar 2,5%. Persentase kecacatan yang dihasilkan melewati batas tolerasi
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini mengakibatkan kerugian bagi perusahaan
dimana perusahaan perlu menambah biaya produksi untuk menutupi kerugian dan
perusahaan pun perlu menambah waktu dalam melakukan perbaikan yang diakibatkan
produk cacat tersebut.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut dapat dibantu dengan pendekatan DMA
(Define, Measure and Analyze) serta tools quality control yaitu diagram pareto, petaa
kendali p, diagram fishbone dan metode Theory of Inventive Problem Solving (TRIZ).
Metode TRIZ ini menyediakan prinsip-prinsip yang baik yaitu 39 parameter standar
yang telah ditetapkan untuk membantu dalam menentukan parameter yang akan dirubah
sesuai dengan kebutuhan perusahaan, serta memiliki tools yang konkrit seperti 40
(inventive principles) untuk pemikiran yang kreatif dalam memberikan solusi ideal
sesuai dengan permasalahan. Dengan menerapkan usulan yang telah dibuat diharapkan
dapat menurunkan tingkat kecacatan produk.
B. Landasan Teori

Menurut Montgomery (2009) “kualitas merupakan Fitness for use, yaitu kesesuaian
antara fungsi dan kebutuhan. Sedangkan kualitas modern adalah inversely proportional
to variability, yaitu berbanding terbalik dengan variabilitas”.

Menurut Amitava (2016) pengendalian kualitas didefinisikn sebagai suatu sistem yang
mempertahankan tingkatualitas yang diinginkan, melalui umpan balik pada karakteristik
produk atau layanan dan pelaksanaan tindakan perbaikan serta penyimpangan
karakteristik tersebut dari standar yang ditetapkan.
TRIZ adalah sebuah akronim berbahasa rusia yaitu Teoriya Resheniya
Izobreatatelskikh Zadatch yang dalam bahasa inggrisnya berarti Theory of Inventive
Problem Solving. Teori ini dibutuhkan karena tanpa teori seringkali orang menghasilkan
ide dengan cara menduga dan memilih apa yang mereka sukai atau yang mereka pikir
orang lain akan suka. Dengan TRIZ, peneliti akan mampu menghasilkan ide yang lebih
Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2017-2018
358 | Aisyah Fitriani A, et al.

baik dalam waktu yang lebih cepat dan kita akan memiliki dasar dalam memilih ide
yang terbaik, ide yang akan menyelesaikan masalah secara efektif (Rantanen & Domb,
2007). Tahapan mengatasi permasalahan dengan mengunakan tools TRIZ yaitu dengan
menggunakan 39 parameter, pembuatan matriks kontradiksi dan 40 prinsip yang akan
memberikan solusi-solusi kreatif untuk menanggulangi konflik pada sistem.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap yaitu menggunakan
pendekatan DMA (define, measure and analyse) dan dibatu oleh tools quality control
untuk mengidentifikasi setiap kecacatan yang terjadi. Berdasarkan data yang
dikumpulkan dari hasil observasi pada bulan April 2018 bahwa kecacatan yang terjadi
pada sepatu model Jenkins memiliki total kecacatan 164 pasang, yang terdiri dari 73
cacat upper, 38 kecacatan lasting miring dan 53 kecactan outsole. Dari hal tersebut
dilakukan pengidentifikasian faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan yang akan
diuraikan sebagai berikut:
Define
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap kecacatan yang terjadi dengan
menentukan Critical to Quality (CTQ) guna untuk mengetahui kualitas kritis dari suatu
produk yang perlu diperhatikan dan dipenuhi. Setelah mengatahui kualitas kritis
dilakukan pengukuran terhadap jenis kecacatan yang terjadi untuk mengatahui mana
jenis yang menjadi prioritas. Hal ini ditunjukan dengan menggunakaan diagram pareto
seperti pada Gambar 1.

Diagram Pareto
80 100.00%
60
40 50.00%
20
0 0.00%
Lasting
Cacat Upper Outsole
Miring
Jumlah Kecacatan 73 53 38
% Kecacatan 44.51% 32.32% 23.17%
Kum. % Kecacatan 44.51% 76.83% 100.00%

Gambar 1. Persentase jenis Kecacatan

Measure
Dari hasil define diketahui bahwa cacat upper merupakan jenis kecacatan yang
menjadi prioritas hal ini terlihat dari persentase sebesar 44,51%. Maka selanjutkan akan
dilakukan perhitungan dengan peta kendali p untuk mengetahui batas kendali terhdapa
data yang telah dikumpulkan.

Peta Kendali p Cacat Upper


0.0060
BKA
0.0040

0.0020 Proporsi
0.0000 BKB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Gambar 2. Peta kendali p Cacat Upper

Volume 4, No. 2, Tahun 2018


Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Sepatu Dengan Metode... | 359

Analyse
Pada diagram fishbone dari 3 kecacatan yang terjadi dipengaruhi oleh faktor
manusia, material, lingkungan dan mesin. Untuk cacat upper, lasting miring dan outsole
dari segi manusia disebabkan kerja tidak sesuai Standar Operasi Pekerjaan (SOP),
kurangnya keterampilan dan konsentrasi menurun. Dari segi mesin untuk lasting miring
disebabkan karena mesin kotor dan setting mesin tidak sesuai SOP. Dari segi material
disebabkan karena material yang berubah kualitasnya dan dari segi lingkungan
disebabkan pencahayaan yang kurang. Dari segi mesin untuk cacat upper disebabkan
karena mesin yang kurang terwat, mesin kotor dan setting mesin tidak sesuai SOP. Dari
segi material disebabkan penarikan upper pada lasta terlalu kencang. Dari segi mesin
untuk outsole disebabkan suhu mesin press yang terlalu panas, setting mesin tidak sesuai
SOP dan panbell pada mesin trimming mudah lepas. Dari segi material disebabkan
campuran bahan kimia yang tidak sesuai formula.
Tabel 1. Solusi Ideal TRIZ

Parameter Hasil Solusi Matriks


Solusi Ideal Usulan Perbaikan
Konflik Kontradiksi
(1) Segmentation #(35)
(fragmentation) Transformation of
(35) Transformation properties
(39) of properties (subprinsip
Produktivity (28) Replacement of B):karena
>< (35) a mechanical system diperlukannya Attention Point
Adaptability tindakan
or versatility pengawasan secara
(37) Thermal
periodik oleh
expansion
supervisor dalam
waktu sejam sekali.
(10) Prioraction #(10) Prioraction
(27)
(30) Flexible ;karena perlu
Reliability >< Lembar Pelatihan
membranes or thin tindakana awal
(25) Lost of Operator
film berupa pelatihan
time
(4) Asymetry kepada operator.
(1) Segmentation #(35)
(fragmentation) Transformation of
(35) Transformation properties
of properties (subprinsip
(39)
(28) Replacement of B):karena Attention Point
Productivity
a mechanical system diperlukannya berukuran Panjang
>< (35)
pengontrolan 10 cm dan Lebar 5
Adaptability
terhadap pekerjaan cm
or versatility
(37) Thermal operator atau dapat
expansion diberikan motivasi
dalam melakukan
pekerjaan.

Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2017-2018


360 | Aisyah Fitriani A, et al.

Lanjutan Tabel 1. Solusi Ideal TRIZ

Hasil Solusi Matriks


Parameter Konflik Solusi Ideal Usulan Perbaikan
Kontradiksi
(3) Local quality
(27) Dispose #(3) Local quality (subprinsib
(26) Quantity of
(29) Pneumatic or A); karena perlu dilakukan
substance >< (37)
hydraulic construction penataan dalam penyimpanan
Difficulty of Warning Visual
bahan baku dan menjaga
detecting and
(18) Mechanical lingkungan ruangan sehingga
measuring
vibration tidak tercampur .

(35) Transformation of #(28) Replacement of a


properties mechanical system ; karena
perlu adanya peringatan atau
(28) Replacement of a tanda saat mesin mengalami
mechanical system kerusakan disaat proses Pembuatan checksheet
(32) Ease of
produksi berlangsung. perawatan mesin dan
manufacturing ><
(34) Rejecting and #(34) Rejecting and regerating pemasangan alarm
(25) Loss of time
regenerating parts part; karena perlu dilakukan peringatan
perawatan mesin atau dapat
memodifikasi bagian mesin
(4) Asymetry
yang sering mengalami
kerusakan.
(32) Changing the color #(10) Prioraction ;karena perlu
(34) Ease of (1) Segmentation adanya tindakan pengawasan
repair >< (25) (fragmentation) oleh supervisior sebelum SOP Kebersihan Mesin
Lost of time (10) Prioraction operator melakukan
(25) Self-service pekerjaannya.
#(15) ynamic parts (dynamicity,
dynamization,
(29) Accuracy of
dynamics)(Subprinsip A)
manufacturing><
all ;karena perlu adanya tindakan Warning Visual
(35) Adaptability
pengawasan oleh supervisior
or versatility
sebelum operator melakukan
pekerjaannya.
(32) Changing the color (32) Changing the
(1) Segmentation color(Subprinsip B); karena
(18) Ilumination
(fragmentation) perlu adanya tranparansi yaitu
intensity>< (19) Penambahan lampu
penambahan objek yang
Use of energy by pada mesin jahit
terdapat di lingkungan luar
moving object (19) Periodic action untuk memudahkan dalam
menjahit atau pekerjaan lainnya.
Usulan perbaikan

ATTENTION POINT

PERHATIKAN DAN BACA SOP SEBELUM


! MELAKUKAN PEKERJAAN !

PERHATIKAN PEKERJAAN ANDA DENGAN BAIK

Gambar 3. Attention Point untuk Kerja tidak Sesuai SOP

Volume 4, No. 2, Tahun 2018


Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Sepatu Dengan Metode... | 361

Gambar 4. Checksheet untuk Pelatihan Kerja

Gambar 5. Checksheet untuk Perawatan Mesin

Gambar 6. Alarm Peringatan Kerusakan Mesin


Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2017-2018
362 | Aisyah Fitriani A, et al.

ATTENTION POINT

1. Perhatikan SOP Material


2. Pahami karakteristik bahan baku yang
! berserabut atau tidak !
3. Lakukan inspeksi bahan baku
PERHATIKAN PEKERJAAN ANDA DENGAN BAIK

Gambar 7. Alarm Peringatan Kerusakan Mesin

No. Dokumen ES-SOP-PM-02-18


Standar Operating Procedure
Berlaku 08 Agustus 2018
Pembersihan Mesin Jahit
Halaman 1 dari 1
Tujuan
Untuk memastikan bahwa mesin dalam keadaan bersih
Kualifikasi Personal
Operator Mesin
Prosedur
1. Pastikan Mesin dalam keadaan mati
2. Siapkan lap, kuas dan alat lain yang digunakan untuk
membersihkan mesin
3. Bersihkan seluruh mesin dengan lap pembersih
4. Bersihkan kotoran/debu yang melekat dengan menggunakan kuas,
tetesi dengan minyak sebelum tutup mekanik dipasang
5. Lepaskan plat mesin, keluarkan skoci spul dan rumah skoci
bersihkan rumah skoci dan sekitarnya menggunakan kuas
6. Pasang kembali rumah skoci, skoci dan spulnya.
Gambar 8. SOP Pembersihan Mesin Jahit

Gambar 9. Penambahan Lampu Pada Mesin Jahit

Volume 4, No. 2, Tahun 2018


Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Sepatu Dengan Metode... | 363

D. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Jenis kecacatan yang mempengaruhi pada proses pembuatan sepatu model
Jenkins yaitu lasting miring, outsole dan cacat upper.
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kecacatan diidentifikasi menggunakan
fishbone menghasilkan, dari segi manusia disebabkan karena kurangnya
keterampilan operator, menurunnya konsentrasi dan kerja tidak sesuai SOP, dari
segi lingkungan kurang adanya pencahayaan, dari segi bahan baku adanya
material yang berubah, dari segi mesin disebabkan mesin yang tidak terawat,
mesin kotor dan setting mesin yang dilakukan operator tidak sesuai SOP.
3. Usulan perbaikan yang dapat dilakukan yaitu membuat rancangan checksheet
untuk perawatan mesin dan pelatihan operator, membuat attention point sebagai
pengingat bagi operator sebelum atau sedang melakukan pekerjaan, membuat
SOP untuk menjaga kebersihan mesin dan penambahan lampu pada mesin jahit.

Daftar Pustaka
Altshuller, Genrikh, (2006). “Development of TRIZ.” The TRIZ Journal
Amitava, Mitra, (2016). Fundamental of Quality Control and Improvement. Canada:
Johm Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. Tersedia pada: Labrary Genesis
<http://Gen.lib.rus.ec> [Diakses 29 Maret 2018]
Anugrah, Ayu. (2016). Perbaikan Kualitas Dengan Minimasi Cacat Pada Proses
Pengemasan Obat Solid Menggunakan Metode Triz. Bandung.
Besterfield, Dale H. Eds 6 (2001). Quality Control. America: Prentice Hall, Inc., Upper
Saddle River, New Jersey.
Elza Fera. (2016). Analisis Six Sigma untuk Mengurangai Jumlah Cacat Sepatu. [pdf]
Bandung. Universitas Komputer Indonesia.
Feraelzani. (2013). Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Tomkins Dengan Menggunakan
Metode House Of Quality (HOQ). Bandung: Universitas Komputer Indonesia
Montgomery, Douglas C, eds 6 (2009). Stastical Quality Control a Modern
Introduction.[e-book] America: Johm Wiley & Sons, Inc. Tersedia pada: Labrary
Genesis <http://Gen.lib.rus.ec> [Diakses 29 Maret 2018]
Rantanen, K., Domb, E. (2002). Simplfied TRIZ: New Problem-Solving Applications for
Engineers and Manufacturing Professionals. New York: St. Lucie Press.

Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2017-2018

You might also like