Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, dapat
Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat mutlak diperlukann agar obat
mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan kadar
yang tepat sehingga dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki. Makna
tersebut akan bertambah penting apabila obat yang digunakan dalamm terapi
termasuk golongan antimikroba atau antibiotika. Hal ini disebabkan oleh karena
pemakaian antibiotika dengan kadar atau dosis yang tidak tepat dapat
(Susidarti, 2008).
energy putaran dan getaran dalam keadaan energi terendah pada elektronik, dan
energy yang diserap dari sebuah pancaran radiasi sebagai hasil dari transisi
tersebut dan sesuai frekuensi atau panjang gelombang pada sebuah pita serapan,
dan terkait langsung dengan massa atom, kekuatan ikatan dan geometri spasial
Batas sensitivitas mata manusia adalah sinar tampak atau terlihat (visssible)
yaitu dengan panjang gelombang antara 4 x 10-7 m (400 nm) berupa cahaya
25
1.2 Tujuan Percobaan
dan Teofilin
Agar praktikan dapat mengetahui kurva kalibrasi dan kurva absorbsi dari
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 CTM
Rumus Bangun :
2.1.2 Paracetamol
Rumus Bangun :
25
Nama : Paracetamol
alkali hidroksida.
2.1.3 Teofilin
Rumus Bangun :
Nama : Teofilin
25
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, pahit, mantap di udara
Kelarutan :Larut dalam kurang lebih 180 bagian air, lebih mudah
larut dalam air panas, larut dalam lebih kurag 120 bagian
untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
pada spektrum elektromagnetik adalah dasar dari teknik analisis kuantitatif yang
diterima. Dalam beberapa tahun pengukuran yang serupa dalam wilayah infra-
merah telah mapan sebagai alat komplementer bernilai sama dengan analisis.
energy putaran dan getaran dalam keadaan energy terendah pada elektronik, dan
energy yang diserap dari sebuah pancaran radiasi sebagai hasil dari transisi
tersebut dan sesuai frekuensi atau panjang gelombang pada sebuah pita serapan,
dan terkait langsung dengan massa atom, kekuatan ikatan dan geometri spasial
elektromagnetik dan molekul atau aom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering
25
digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektroskopi serapan ultraviolet,
cahaya tampak, inframerah, dan serapan atom (Muchlisyam, dan Tuty, 2017).
panjang gelombang antara 200-400 nm, sedangkan sinar tampak memiliki panjang
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah pengujian dengan kromatografi lapis
tipis apakah hanya menghasilkan satu bercak atau tidak. Jika hanya terdapat 1
1%
pada panjang felombang 270 nm mempunyai harga E1𝑐𝑚 sebesar 844) adalah:
25
Larutan dimasukkan dalam labu takar 100mL dan ditambah etanol sampai batas
tanda. Sebanyak 0,5 mL larutan di atas diambil dan dimasukkan dalam labu takar
100mL, lalu ditambah etanol sampai batas tanda. Larutan dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang 270nm terhadap blanko yang berisi etanol, sehingga
akan didapatkan absorbansi baku (Ab). Untuk sampel dilakukan hal yang sama
𝐴𝑠
Kadar sulfadiazine = 𝐴𝑏x konsentrasi baku x faktor pengenceran.
setelah obat ini direaksikan dengan orto-ftaladehid (OPA) dengan adanya tiol
dalam lingkungan alkali. Reaksi antara gugus amin primer, OPA dengan adanya
tiol dan dalam lingkungan alkali akan menghasilkan suatu senyawa yang mampu
pada panjang gelombang eksitasinya, yakni 340 nm. Metode ini telah sukses
Larutan OPA disiapkan dengan menimbang 134mg OPA secara seksama lalu
melrutkannya dalam 5,8mL etanol dan selanjutnya dibuat sampai batas tanda (100
mL) dengan akuades. Sebanyak 10,0 mL larutan ini diencerkan sampai 100mL
Larutan tiol 0,4% (𝑏⁄𝑣 ) disiapkan dengan mencampur 0,4 mL tiol lalu
25
menghindari bau yang tidak enak. Buffer borat pH 10 dibuat dengan menimbang
4,8g boraks dan 0,8g NaOH lalu melarutkan keduanya dalam 900mL akuades, dan
NaOH. Campuran dibuat sampai 1000 mL dengan akuades (Sudjadi, dan Abdul,
2012).
Untuk analisis tablet yang mengandung sulfadiazine: tablet yang setara dengan
1,0 mL larutan hasil pengenceran ini) dimasukkan ke dalam labu takar 10mL, lalu
Campuran ditambah dengan 1mL tiol dan 1mL buffer borat pH 10, digojog dan
Spektra turunan orde ketiga dan orde keempat telah digunakan uuntuk
sesuai untuk sulfatiazol pada kisaran 1-22 µg/mL dan untuk menentukan kadar
yang disarankan; oleh karena itu, sangat sulit untuk memisahkan keduanya secara
derivative ketiga dan keempat dapat memecahkan masalah ini dengan memuaskan
25
absorsi cahaya diukur pada ultraviolet atau daerah visible dari spektrum
Garratt, 1937).
Pada spektrum absorbs inframerah yang memiliki derajat yang tinggi dari
speksifikasi dan tidak ada dua senyawa yang memiliki spektrum yang sama.
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.
Absorbandi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6
melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (I), sebagian
dipantulkan (lr), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi rumus tersebut
kurva kalibrasi dari hubungan konsentrasi deret larutan alat untuk analisa suatu
unsur yang berkadar rendah baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, pada
dari suatu unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan
25
hukum Lambert-Beer yaitu bila suatu cahaya monokromatis dilewatkan melalui
(Yanlinastuti, 2016).
obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan kadar yang tepat, sehingga dapat
penting apabila obat yang digunakan dalam terapi termasuk golongan antibiotika.
Hal ini disebabkan karena pemakaian antibiotika dengan kadar atau dosis yang
tidak tepat dapat menyebabkan bakteri atau mikroba menjadi resisten terhadap
respon dari berbagai konsentrasi zat baku pada suatu kurva baku yang dilihat
sebagai nilai koefisien korelasi (r). Garis regresi (Gambar 4) dengan Y = 1,6063 X
(Susidarti, 2008).
Limit deteksi (LOD) adalah konsentrasi analit terrendah yang masih dapat
garis regresi linier dari kurva baku dan digunakan untuk mengetahui sensitivitas
suatu metode analisis. Dari hasil perhitungan didapat nilai limit deteksi metode
telah diketahui pasti. Persyaratan perolehan kembali anjuran Food and Drugs
25
Administration (FDA) untuk suatu metode analisis adalah 80-120% dari kadar
tertera pada label. Rentang perolehan kembali yang dipersyaratkan FDA tersebut
cukup lebar sebab dimaksudkan untuk analisis kadar yang sangat rendah dan
dari senyawa yang tak terionisasi yaitu oktanol/ air 0,55. Dimana air pada pH 7,5.
2017).
telah diketahui pasti. Persyaratan perolehan kembali anjuran Food and Drugs
Administration (FDA) untuk suatu metode analisis adalah 80-120% dari kadar
tertera pada label. Rentang perolehan kembali yang dipersyaratkan FDA tersebut
cukup lebar sebab dimaksudkan untuk analisis kadar yang sangat rendah dan
ukuran volume sebanyak 1,0 mL larutan baku yang kemudian akan dimasukkan
ke dalam labu takar 25,0 mL, lalu kemudian sediaan tersebut akan ditambah
dengan larutan-larutan pereaksi. Setelah itu, larutan akan didiamkan selama selang
(Susidarti, 2008).
Interaksi antara radiasi dan bahan ialah lokasi yang sangat vasinasi pada
25
ultraviolet daripada spektrum, walaupun begitu beberapa diwarnai, dan radiasi
yang diabsorbsi pada daerah visible sperti zat-zat dengan warna biru pada daerah
yang berwarna merah pada spektrum. Abdsorbsi dari radiasi UV visible terjadi
pada eksinasi dari electron terhadap struktur molecular kepada tingkat energy
Transisi ini terjadi dari bagian bawah tingkat getaran pada tingkat elektronik
dari molekul kepada siapapun dari tingkat getaran pada tingkat elektronik.
Transisi dari tingkat energy tunggal kepada satu dari angka dimana tingkat yang
diberikan yaitu luas dari spektrum UV. Struktur getaran yang baik dapat dilihat
walaupun ikatan tertindih; ikatan getaran sendiri memiliki luas pada transisi
perputaran yang menengah pada energy antara transisi getaran tersebut (Watson,
2017).
didistribusi ulang dan orbital-orbital diakupasi oleh ikatan electron tidak lagi
tertindih. Panjang gelombang pendek dari radiasi sinar UV dibawah 150 nm dapat
menyebabkan ikatan yang paling kuat pada molekul organik dapat terpecah dan
gram atau milligram daripada mol dan dengan tujuan dari analisis produk tersebut.
25
berat per volume larutan pada bagian 1cm sel, B ialah jejak panjang yang
biasanya pada centimeter, dan C ialah konsentrasi sampel pada gram per 100mL
(Watson, 2017).
Pada umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat; ada yang berasap,
atau bersifat korosif. Zat cair organik umumnya bersifat mudah menguap dan
mudah terbakar. Asam-asam anorganik dan beberapa cairan organik, sering harus
disiapkan sebagai sediaan berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut
(Watson, 2006).
spektruk serapan ultraviolet larutan 0,002% b/v dalam asam sulfat 0,1 N setebal 2
maksimum hanya pada 265 nm; serapan pada 265 nm lebih kurang 0,85 (Ditjen
POM, 1979).
Identifikasi CTM juga daoat dilakukan dengan kromatografi lapisan tipis yag
lempeng pada suhu 105º selama 30 menit. Sebagai fasa gerak digunakan
kloroform P yang mengandung (1) 0,5 % b/v zat uji dan (2) 0,5 % b/v
25
dengan lampu ultraviolet 254 nm. Dua bercak utama yang diperoleh dengan
larutan (1) sesuai dengan bercak yang diperoleh dengan larutan (2) (Ditjen POM,
1979).
uapkan lapisan air hingga kering, tambahkan 0,2 ml asam sulfat encer p dan 5 ml
air. Sari 4 kali, tiap kali dengan 25 ml eter p. uapkan kumpulan sari eter dengan
mengalirkan udara panas; suhu lebur sisa lebih kurang 120º (Ditjen POM, 1979).
Pada radiasi yang terdapat pada daerah UV visible di absorbs melalui eksitasi
electron tidak lagi tertindih. Panjang gelombang pendek dari radiasi sinar UV
dibawah 150 nm dapat menyebabkan ikatan yang paling kuat pada molekul
organik dapat terpecah dan sangat membahayakan terhadap organisme yang hidup
(Watson, 2017).
diserap (I), sebagian dipantulkan (lr), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi
alat untuk analisa suatu unsur yang berkadar rendah baik secara kuantitatif
puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu unsur tertentu pada panjang
25
gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai
bila suatu cahaya monokromatis dilewatkan melalui suatu media yang transparan,
maka intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan tebal dan kepekaan
2010; Mahwish et al, 2010), voltametrik (Ferreira et al, 2005) adalah dilaporkan
untuk estimasi moxifloxacin dari formulasinya atau cairan biologis. Makalah ini
merupakan kelanjutan dari pekerjaan kami, (Kalyankar et al, 2013; Wadher et al,
2013; Lokhande et al, 2012; Mohan Raj et al., 2007) tempat kami mempelajari
spektrofotometri metode untuk obat tunggal atau multikomponen. Tidak ada yang
(Pekamwar, 2015).
Secara teknis dan juga secara ekonomis, maka dalam hal penelitian
ketersediaan hayati sangatlah dibatasi oleh penggandaan dan juga dengan cara
sediaan obat tidak hanya tergantung pada percobaan yang disebut sebagai in vivo,
sediaan yang baru atau untuk pengawasan mutu obat (Pekamwar, 2015).
25
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
Beaker Glass 5L (Iwaki Pyrex) dan 250 ml (Pyrex), bola karet, corong,erlenmeyer
250 ml (Pyrex), gelas ukur 1000 ml (Iwaki Pyrex) dan 100 ml (Pyrex) karet, label
nama, labu tentukur 100 ml (Pyrex) dan 10 ml (Pyrex), neraca analitik (Boeco
(Shimadzu Mini 1240), spidol, tempat pereaksi (dirigent), dan tisu 250 sheet
(NICE)
3.2 Bahan
klorida pekat, CTM serbuk, paracetamol serbuk, kalium dihidrogen fosfat serbuk,
3.4 Prosedur
Didihkan aquadest kuat-kuat dalam beaker glass selama 5 menit atau lebih
dan diamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap CO2 dari udara
Larutkan 44 gram NaOH dalam aquadest bebas CO2, diaduk, hingga semua
25
3.4.3 Pembuatan cairan lambung buatan 5L
3.4.6.1 Kurva absorpsi dan pembuatan kurva Kalibrasi untuk CTM dalam
ml. Kemudian dicukupkan dengan cairan lambung buatan sampai garis tanda.
Dipipet 20 ml dari LIB I encerkan sampai 100 ml (C = 250 ppm). Dari larutan
1,6; 1,8; dan 2 ppm. Larutan diukur serapan dengan alat spektrofotometer
3.4.6.2 Kurva absorpi dan kurva Kalibrasi untuk Paracetamol dan Teofilin
25
dari larutan 10 ppm. Encerkan sampai 10 ml dengan kosentrasi pengukuran 0,8;
1; 1,2; 1,4; 1,6; 1,8; dan 2 ppm. Larutan diukur serapan dengan alat
25
BAB IV
4.1 Hasil
Lambung pH 1,2
25
4 7 0,897
5 8 0,572
6 9 0,696
7 10 0,781
r = 0,8896
25
1 272 0.340
2 278 0,620
3 272 0,783
x = 6,125 y = 0,497875
25
4.1.9 Data Hasil Persamaan Garis Regresi Teofilin
x = 6,125 y = 0,5225
4.2 Pembahasan
sulfat 0,1 N setebal 2 cm pada daerah panjang gelombang antara 230 nm dan 350
nm menunjukkan maksimum hanya pada 265 nm; serapan pada 265 nm lebih
Dari hasil percobaan didapat panjang geombang CTM sebesar 243 nm,
korelasi 0,9655. Hasil panjang gelombang yang didapat pada percobaan telah
25
koefisien korelasi 0,9937. Sedangkan secara teoritis panjang gelombang
Spektrum UV: dala n asam panjang gelombang maksimum pada 270 nm,
memenuhi persyaratan yang tertera pada literatur yaitu sebesar 272 nm dengan
0,9937.
pemeliharaan sel. Sidjik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor pada dinding
sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali sebelum dipakai
(Triyati, 1985).
Nilai regresi yang sempurna adalah mencekati 1. CTM dan Teofilin telah
hasil yang didapat tidak sesuai menurut Susidarti (2008), dimana data hasil teoritis
adalah 0,9998. Menurut Triyati, hal ini dikarenakan terjadinya kesalahan manual
25
BAB V
5.1 Kesimpulan
hasil yang didapat tidak sesuai menurut Susidarti (2008), dimana data hasil
(2008), dimana data hasil teoritis adalah 0,9998. Sedangkan pada hasil
koefisien regresi (r) = 0,9937. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang
didapat tidak sesuai menurut Susidarti (2008), dimana data hasil teoritis
adalah 0,9998
5.2. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Masfria, dkk. (2018). Kimia Analisis 1. Medan: USU Press. Halaman 185-186,
212-213.
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Flowsheet
Aquadest
Dimasukkan kedalam ceret listrik
hingga mendidih
menyerap CO2
Hasil
NaOH
Ditimbang NaOH 44 gram
25
Pembuatan 5L NaCl 0,9 %
NaCl
aquadest 5 L
Hasil
glass
CO2 5L
Hasil
5L
Hasil
25
Pembuatan Kurva Kalibrasi CTM
CTM
Ditimbang 250 mg
ml
Larutan CTM
Dipipet sebanyak 20 ml
Diukur absorbansinya
Hasil
25
Penentuan kurva kalibrasi paracetamol
Paracetamol
Ditimbang 250 mg
25
Penentuan kurva kalibrasi Teofilin
Teofilin
Ditimbang 250 mg
25
Lampiran 2. Perhitungan
𝑚 1000
0,2 = x 5000
40
m = 40 gram
= 45 gram.
x ml → 5000 ml
50 200
= 5000
𝑥
x = 1250 ml
25
Kalium Dihidrogen Fosfat yang ditimbang
i. LIB I
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 20 ml
iii. Konsentrasi 4
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 4 ppm
V1 = 0,8 ml
iv. Konsentrasi 5
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 5 ppm
V1 = 1 ml
v. Konsentrasi 6
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 6 ppm
V1 = 1,2 ml
vi. Konsentrasi 7
V1 . C1 = V2 . C2
25
V1 . 50 ppm = 10 ml . 7 ppm
V1 = 1,4 ml
vii. Konsentrasi 8
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 1.6 ml
viii. Konsentrasi 9
V1 . C1 = V2 . C2
V1. 50 ppm = 10 ml . 9 ppm
V1 = 1.8 ml
ix. Konsentrasi 10
V1 . C1 = V2 . C2
V1. 50 ppm = 10 ml . 10 ppm
V1 = 2 ml
x. Konsentrasi 0 (blanko)
V1 . C1 = V2 . C2
V1. 20 ppm = 10 ml . 0 ppm
V1 = 0 ml
25
2.1.1.1 Perhitungan Persamaan Garis Regresi CTM
6.125 0.098375
a
XY ( X )( Y / n) = (6.133) [(49)(0.787 / 8)
X ( x) / n
2 2
371 (49) / 8 2
= 0,01852
r
XY ( X . Y ) / n
[ X ( X ) /( n) ( X ) )][ Y ) ( Y )
2 2 2 2 2
/ n)] )
(6.133) (49)(0.787/8)
r
[371 ((49) 2 / 8)] [0.1305 ((0.787) 2 / 8)]
r = 0,95655
Persamaan regresi :
y = ax + b
0,098375 = 0,01852 . 6,125 + b
b = -0.01506
25
y = 0.1852 x + 0.01506
i. LIB I
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 20 ml
iii. Konsentrasi 4
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 4 ppm
V1 = 0.8 ml
iv. Konsentrasi 5
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 5 ppm
V1 = 1 ml
v. Konsentrasi 6
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 6 ppm
V1 = 1.2 ml
vi. Konsentrasi 7
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 7 ppm
25
V1 = 1.4 ml
vii. Konsentrasi 8
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 1.6 ml
viii. Konsentrasi 9
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 1.8ml
ix. Konsentrasi 10
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 2 ml
x. Konsentrasi 0 (blanko)
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 0 ml
25
2.2.2.2 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Paracetamol
6.125 0.497875
a
XY ( X )( Y / n) = (30.291) [(49)(3.989 / 8)
X ( x) / n
2 2
371 (49) / 8 2
= 0,08318
r
XY ( X . Y ) / n
[ X ( X ) /( n) ( X ) )][ Y ) ( Y )
2 2 2 2 2
/ n)] )
(30.291) (49)(3.983/8)
r
[371 ((49) 2 / 8)] [2.602445 ((3.893) 2 / 8)]
r = 0,8896
Persamaan regresi :
y = ax + b
0.497875 = 0.08318 . 6,125 + b
b = -0.01160
y = 0.08318 x + 0.01160
25
Perhitungan Konsentrasi Teofillin
i. LIB I
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 20 ml
iii. Konsentrasi 4
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 4 ppm
V1 = 0.8 ml
iv. Konsentrasi 5
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 5 ppm
V1 = 1 ml
v. Konsentrasi 6
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 6 ppm
V1 = 1.2 ml
vi. Konsentrasi 7
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 50 ppm = 10 ml . 7 ppm
V1 = 1.4 ml
vii. Konsentrasi 8
25
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 1.6 ml
viii. Konsentrasi 9
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 1.8ml
ix. Konsentrasi 10
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 2 ml
x. Konsentrasi 0 (blanko)
V1 . C1 = V2 . C2
V1 = 0 ml
25
2.2.2.3 Perhitungan Persamaan Garis Regresi Teofillin
6.125 0.5225
a
XY ( X )( Y / n) = (30.637) [(49)(4.18 / 8)
X ( x) / n
2 2
371 (49) / 8 2
= 0,0710
r
XY ( X . Y ) / n
[ X ( X ) /( n) ( X ) )][ Y ) ( Y )
2 2 2 2 2
/ n)] )
r = 0,9937
Persamaan regresi :
y = ax + b
0.5225 = 0.0710 . 6,125 + b
b = 0.0876
y = 0.0710 x + 0.0816
25