Professional Documents
Culture Documents
Seorang mahasiswa pasca sarjana berusia 26 tahun dibawa ke Unit gawat Darurat setelah memukul
pada teman sekamarnya. Pasien bersikeras bahwa ia harus pulang untuk belajar karena ujian yang
akan datang, dengan cepat menjadi marah dan berdebat dengan staf saat mereka menolak
membiarkannya pergi. Dia menyatakan bahwa dia telah belajar “seperti iblis” dalam 3 minggu
terakhir. Laporan teman baiknya menyatakan bahwa pasien belum tidur beberapa hari, dan dia
telah kehilangan berat badan setidaknya 5 kg. Teman nya menyatakan bahwa pasien ini tidak
memiliki masalah medis atau psikiatri.
Pada pemeriksaan fisik, pasien ditemukan memiliki tekanan darah 140/94 mmHg dan denyut nadi
100 denyut per menit (bpm). Pupil dilatasi; Dia berkeringat dan tremor pada kedua tangan.
Pemeriksaan fisik lainnya normal, pasien tidak kooperatif. Pada pemeriksaan status mental, pasien
terlihat waspada dan orientasi pada orang, tempat, dan waktu masih baik. Dia terlihat marah dan
tidak kooperatif, dan pembicaraannya cepat dan suaranya keras. Dia menggambarkan suasana
hatinya sebagai “luar biasa” tapi afeknya iritabel. Dia menyangkal keinginan ataupun ide bunuh
diri. Dia kadang-kadang mengalami kekhawatiran bahwa orang-orang selalu menatap dirinya, dan
mungkin menyabotase proyek laboratoriumnya.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
-
1
Stress
Kurang tidur
Nafsu makan menurun (pola makan yang tidak teratur)
Ganguan pencernaan
Efek samping penggunaan zat/obat
Waham paranoid
4. Terlihat marah, tidak kooperatif, pembicaraanya cepat & suaranya keras dapat
disebabkan oleh :
Ansietas
Bipolar
Stress
Curiga (karena waham paranoid)
Pasien tidak merasa dia sakit
Gangguan mood
2
IV. GALI KONSEP
OS 26 Tahun
DD :
V. LERNING OBJECTIVE
1. Hubungan pupil dilatasi dengan pemicu
2. Afek irritable dengan pemicu
3. Pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosa pada kasus ini
4. Penatalaksanaan pada kasus ini
5. Prognosa dan edukasi
6. Zat yang dapat menimbulkan pupil dilatasi dan tremor
7. Gejala klinis dari no.6
8. Pemeriksaan status mental
9. Mekanisme berat badan menurun pada kasus ini
10. Diagnosa multiaksial
11. Terangkan amfetamin
3
VI. BELAJAR MANDIRI
1. Hubungan pupil dilatasi dengan pemicu :
Pupil dilatasi merupakan suatu efek jangka pendek pada pasien pengguna/pemakai
amfetamin. Penggunaan zat menyebabkan peningkatan katekolamin sehingga
merangsang saraf simpatis dan mengakibatkan pupil dilatasi.
2. Afek irritable / afek tidak serasi merupakan ketidaksesuaian antara nada perasaan
emosional dengan ide, pikiran, dan gaya bicara yang menyertai. Pengertian dari afek
sendiri adalah ekspresi emosi yang teramati.
b. Non farmakoterapi
Rawat inap jika dijumpai waham dan halusinasi, dan pasien
membahayakan diri atau lingkungan mereka
Waspada terhadap kemungkinan timbulnya depresi dengan ide bunuh
diri
Dapat diberikan anti depresi
Rehabilitasi
4
5. Prognosa :
Tergantung tingkat keparahan yang sudah diderita pasien. Termasuk dalam
intoksikasi zat/penyalahgunaan zat. Prognosis lebih buruk pada pasien yang sudah
masuk dalam kategori ketergantungan(overdosis).
Edukasi :
Penanganan gangguan terkait amfetamin bersama dengan gangguan terkait kokain
sama sama kesulitan dalam membatu pasien untuk tetap abstinensi dari zat, yang
sangant memperkuat dan menginduksi ketagihan. Situasi rawat inap dan penggunaan
metode terapoetik multipel (psikoterapi individual). Keluarga, dan kelompok
biasanya dibutuhkan untuk mencapai abstinensi seterusnya.
Contoh hal yang dapat kita edukasikan :
Memberitahu pasien dan membantunya untuk masalah yang muncul terhadap
zatnya
Motivasi pasien untuk mencapai dan mempertahankan agar menghentikan
pemakaian
Mengembangkan keterampilan psikososial dan spritualnya
Hidup sehat, berolahraga, mencari aktivitas yang disenangi
5
8. Pemeriksaan status mental :
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan : Posture, sikap, pakaian, perawatan diri, rambut, kuku, sehat, sakit,
marah, takut, apatis, bingung, merendahkan, tenang, tampak lebih tua, tampak lebih
muda, bersifat seperti wanita, bersifat seperti laki-laki, tanda-tanda kecemasan–
tangan basah, dahi berkeringat, gelisah, tubuh tegang, suara tegang, mata melebar,
tingkat kecemasan berubah-ubah selama wawancara atau dengan topik khusus.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Cara berjalan, mannerisme, tics, gerak–
isyarat, berkejang-kejang (twitches), stereotipik, memetik, menyentuh pemeriksa,
ekopraksia, janggal / kikuk (clumsy), tangkas (agile), pincang (limp), kaku, lamban,
hiperaktif, agitasi, melawan (combative), bersikap seperti lilin (waxy)
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, penuh perhatian, menarik perhatian,
menantang (frack), sikap bertahan, bermusuhan, main-main, mengelak (evasive),
berhati-hati (guarded)
6
hendaya dari pasien untuk mempertimbangkan atau pengendalian dalam hubungan
dengan respons emosional.
3. Gangguan Pikiran :
a. Waham : Isi dari setiap sistim waham, organisasinya, pasien yakin akan
kebenarannya, bagaimana waham ini mempengaruhi kehidupannya, ; waham
penyiksaan–isolasi atau berhubungan dengan kecurigaan yang menetap, serasi mood
(congruent) atau tak serasi mood (incongruent)
b. Ideas of Reference dan Ideas of influence : Bagaimana ide mulai, dan arti / makna
yang menghubungkan pasien dengan diri mereka.
4. Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi dan Ilusi : Apakah pasien mendengar suara atau melihat bayangan, isi,
sistim sensori yang terlibat, keadaan yang terjadi, halusinasi hipnogogik atau
hipnopompik ; thought brocasting.
b. Depersonalisasi dan Derealisasi : Perasaan yang sangat berbeda terhadap diri dan
lingkungan.
7
b. Fantasi : berulang, kesukaan, lamunan yang tak tergoyahkan
2. Orientasi :
a. Waktu : Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu dari hari, jika
dirawat di rumah sakit dia mengetahui sudah berapa lama ia dia berbaring disitu,
b. Tempat : Apakah pasien tahu dimana dia berada
c. Orang : Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa peran dari
orang-orang yang bertemu denganya.
3. Konsentrasi dan Perhitungan : Pengurangan 7 dari 100 dan hasilnya tetap dikurangi
7. jika pasien tidak dapar dengan pengurangan 7. pasien dapat tugas lebih mudah – 4
x 9; 4 x 5 ; Apakah cemas atau beberap gangguan mood atau konsentrasi yg
bertanggung jawab terhadap kesulitan ini.
8
6. Pikiran Abstrak : Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien
mengkonsepsualisasikan atau menggunakan ide-idenya, (misalnya membedakan
antara apel dan pear, abnormalitas dalam mengartikan peribahasa yang sederhana,
misalnya ; “Batu-batu berguling tidak
dikerumuni lumut”; jawabannya mungkin konkrit. Memberikan contohcontoh yang
spesipik terhadap ilustrasi atau arti) atau sangat abstrak (memberikan penjelasan yang
umum) ; kesesuaian dengan jawaban.
F. Tilikan :
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkalinya pada saat yang bersamaan
3. Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, medis atau
faktor organik yang tidak diketahui.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada
dirinya.
5. Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan dalam
penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu, tanpa menerapkan
pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang
6. Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap motif-motif
perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan
perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide
dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting dalam
kehidupannya.
G. Daya nilai :
1. Daya nilai Sosial : Manifestasi perilaku yang tidak kentara yang membahayakan
pasien dan berlawanan dengan tingkah laku yang dapat diterima budayanya. Adanya
pengertian pasien sebagai hasil yang tak mungkin dari tingkah laku pribadi dan pasien
dipengaruhi oleh pengertian itu.
2. Uji daya nilai : pasien dapat meramalkan apa yang akan dia lakukan dalam
bayangan situasi tsb. Misalnya apa yang akan dilakukan pasien dengan perangko,
alamat surat yang dia temukan dijalan.
9
II. Pemeriksaan Lanjutan :
A. Pemeriksaan Fisik
B. Pemeriksaan Neurologis
C. Diagnostik Psikiatrik Tambahan
D. Wawancara dengan keluarga, teman, tetangga dengan seorang sosial worker
E. Pemeriksaan laboratorium
10
menimbulkan gejala seperti peningkatan atau penurunan kecepatan detak jantung,
mual, muntah, dilatasi pupil, hipertermia, penurunan berat badan yang signifikan,
retardasi psikomotor, stress respiratorik, kejang dan bahkan koma. Sedangkan gejala
yang muncul akibat putus obat adalah kelelahan, mimpi buruk, peningkatan nafsu
makan, dan retardasi psikomotor (Sadock, 2007).
VII. KESIMPULAN
OS, 26 Tahun didiagnosa gangguan mental dan perilaku akibat intosikasi amfetamin
dengan gejala dilatasi pupil, berkeringat, tremor, penurunan berat badan, gangguan
psikotik dengan adanya waham dan untuk lebih lanjut dapat dirujuk ke dokter spesialis
kejiwaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arifputera, Andy. Dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius
Kaplan, Harold, dkk. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid Satu. Tangerang: Binarupa Aksara
Tomb, David. 2015. Buku saku Psikiatri. Edisi VI. Jakarta: Penerbit EGC
12