You are on page 1of 8

Molekul, Vol. 5. No. 1.

Mei 2010 : 33 - 40

KECEPATAN ADUK DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM PEMBUATAN


BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

Dwi Kartika, Eva Vaulina, Y.D, Senny Widyaningsih, Moch. Chasani


Prodi Kimia, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Dr. Soeparno Karangwangkal Purwokerto 53123 Jawa Tengah Indonesia

ABSTRACT
Synthesis of biodiesel from waste cooking oil using activated natural zeolite
catalyst has been done. Activation of the natural zeolite was done by refluxing with HCl
6M for 30 min, calcining and oxydizing at 500°C for 2 hours, consecutively. The variation
of stirring speed were 350, 700, 1100 and 1200 rpm. The variation of reaction time were
varied from 15, 30, 45, 60, and 120 min. The conversion of biodiesel was determined by
1
H NMR spectrometer. The results showed that the optimum condition of biodiesel
synthesis using esterification process were reached at 700 rpm and 15 minutes, which gave
biodiesel conversion of 100%.

Keywords : waste cooking oil, biodiesel, zeolite

PENDAHULUAN ramah lingkungan (Knothe et al., 1997;


Pembuatan biodiesel telah banyak Srivastava dan Prasad, 2000).
dilakukan seiring menipisnya cadangan Pemanfaatan minyak jelantah
minyak bumi dunia. Penelitian diawali sebagai bahan baku biodiesel
Rudolf Diesel, pada tahun 1900 memberikan nilai lebih, karena melimpah
menciptakan mesin diesel berbahan bakar dan merupakan bahan yang tidak terpakai
minyak nabati (minyak kacang tanah) lagi. Ketika minyak goreng dipakai untuk
(Knothe et al., 1997; Khan, 2002). menggoreng terjadi peristiwa oksidasi
Penelitian yang telah dilakukan dan hidrolisis yang memecah molekul
merupakan tahap awal menuju minyak menjadi asam. Konsentrasi asam
komersialisasi, walaupun diperlukan lemak bebas bertambah dengan
pengembangan lebih lanjut dalam pemanasan pada suhu tinggi dan waktu
berbagai aspek teknis dan ekonomis yang lama selama penggorengan. Adanya
(Yoeswono et al., 2007) asam lemak bebas dalam minyak goreng
Biodiesel didefinisikan sebagai dapat menjadi ester apabila bereaksi
mono alkil ester asam lemak rantai dengan metanol, namun jika bereaksi
panjang yang diturunkan dari bahan baku dengan natrium atau kalium akan
lemak sebagai sumber yang dapat membentuk sabun. Adanya soda yang
diperbaharui, seperti minyak nabati dan ada pada biodiesel dapat menghidrolisis
lemak hewani, untuk digunakan dalam dan memecah biodiesel menjadi asam
mesin diesel (ASTM, 2003b). lemak bebas (free fatty acid) yang
Pemanfaatan biodiesel dapat mengurangi kemudian terlarut dalam biodiesel itu
berbagai masalah, diantaranya sebagai sendiri. Kandungan asam lemak dalam
solusi mengantisipasi krisis energi. Selain biodiesel dapat menyumbat filter
itu, sebagai upaya untuk mendorong (saringan) dan dapat mengakibatkan
eksplorasi bahan bakar alternatif yang korosi pada mesin diesel.

33
Kecepatan Aduk dan Waktu Kontak …(Dwi Kartika, dkk)

Kadar asam lemak bebas dapat Rumus struktur zeolit berdasarkan


menyebabkan reaksi penyabunan dan unit sel kristal atau unit struktur terkecil
menghambat pembentukan biodiesel pada dapat dinyatakan sebagai berikut :
reaksi transesterifikasi. Salah satu metode Mx/n{(AlO2)x(SiO2)y} w H2O
untuk mengatasinya dengan perlakuan dimana :
awal terhadap minyak jelantah untuk n = valensi dari kation M.
mengurangi kadar asam lemak bebas w = jumlah molekul air per unit sel.
sebelum dilakukan transesterifikasi. x,y= jumlah total tetrahedral per unit sel.
Tujuan perlakuan awal untuk mengubah Umumnya y/x biasanya bernilai
asam lemak bebas menjadi alkil ester 1-5, tetapi zeolit dengan silika tinggi
(biodiesel) melalui esterifikasi. Reaksi mempunyai harga y/x hingga 10-100
esterifikasi umumnya dilakukan bahkan lebih tinggi (Flanigen, 1991).
menggunakan katalis asam sulfat, namun Aktivasi zeolit dapat dilakukan dengan
penggunaan katalis heterogen lebih kalsinasi ataupun perlakuan asam. Zeolit
dipertimbangkan seperti zeolit, clay, dan alam yang telah termodifikasi atau
karbon karena kemudahan pemisahan teraktivasi dapat berperan sebagai katalis
(Pinto et al., 2005). dalam pembuatan biodiesel.
Wilayah Indonesia kaya akan Berdasarkan uraian di atas, dengan
cadangan zeolit alam yang umumnya ketersediaan sumber daya alam yang
memiliki ukuran pori tidak seragam, melimpah baik zeolit alam maupun
stabilitas termal yang tidak terlalu tinggi, minyak jelantah, Indonesia mempunyai
dan aktivitas katalitik rendah sehingga potensi dalam menekan biaya produksi
perlu aktivasi atau modifikasi. Zeolit alam untuk membuat biodiesel. Reaksi
merupakan kristal aluminosilikat dengan esterifikasi dan transesterifikasi dari
kerangka anionik kaku berupa kanal dan minyak nabati dapat dilihat pada Gambar
rongga. Rongga tersebut umumnya berisi 1 dan Gambar 2.
kation yang dapat dipertukarkan, seperti
Na+, K+, dan Ca2+ (Kartika, 2008).
H+
RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O
Asam lemak Metanol Metil ester Air

Gambar 1. Reaksi esterifikasi asam lemak bebas menjadi metil ester dengan katalis asam

CH2 O COR1 CH2OH


R1COOCH3
OH-
3 CH3OH + CH O COR2 R2COOCH3 + CHOH
R3COOCH3
CH2 O COR3 CH2OH

Metanol Trigliserida Metil ester Gliserol

Gambar 2. Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester dengan katalis basa;
R1, R2, R3 merupakan asam lemak jenuh dan tidak jenuh

Penelitian ini mengkaji dilakukan transesterifikasi. Variasi


pembuatan biodiesel berbahan minyak dilakukan terhadap kecepatan aduk dan
jelantah dan zeolit alam sebagai sumber waktu reaksi dalam proses esterifikasi.
katalis asam reaksi esterifikasi sebelum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

34
Molekul, Vol. 5. No. 1. Mei 2010 : 33 - 40

pengaruh kecepatan aduk dan waktu menguapkan air. Setelah dipanaskan,


reaksi terhadap konversi biodiesel. disaring untuk memisahkan pengotor
padat yang berukuran besar. Selanjutnya
dipisahkan lagi lapisan minyak yang cair
METODE PENELITIAN dengan corong pemisah. Esterifikasi dan
Bahan dan Alat transesterifikasi minyak jelantah
Bahan yang digunakan dalam dilakukan pada labu leher tiga kapasitas
penelitian adalah zeolit alam, minyak 500 mL, yang dilengkapi dengan tempat
jelantah (dari rumah makan di katalis, pemanas listrik, termometer,
Purwokerto), bahan kimia dari Merck pengaduk magnet, dan sistem pendingin.
terdiri atas: air bebas ion, metanol p.a, Langkah esterifikasi dimulai dari
asam sulfat p.a., asam klorida (37 %) p.a., katalis ZAH dan metanol dimasukkan
dan KOH p.a. dan natrium sulfat anhidrat dalam labu leher tiga yang berisi minyak
p.a. jelantah. Sistem minyak jelantah dan
Alat-alat yang digunakan dalam metanol suhunya dibuat sama sebelum
penelitian adalah seperangkat alat gelas pencampuran. Proses esterifikasi dibuat
laboratorium, satu set alat refluks (labu variabel proses berupa kecepatan
leher tiga kapasitas 500 mL, termometer, pengadukan dan waktu reaksi. Cepat
pengaduk magnet, pemanas listrik, dan pengadukan diatur 350 rpm (skala I), 700
sistem pendingin), stopwatch, timbangan rpm (skala II), 1100 rpm (skala III) dan
elektrik, penyaring 100 mesh, mortar dan 1200 rpm (skala IV) pada hotplate
cawan porselain, oven, spektrometer 1H strirrer. Kondisi operasi yang dibuat
NMR (JEOL JNM-MY60) (Laboratorium tetap yaitu menggunakan katalis ZAH 3%
Kimia Organik FMIPA UGM), X-Ray (b/b), suhu reaksi 60 oC, waktu reaksi 15
Diffractometer Shimadzu XRD-6000 menit, dan rasio molar minyak metanol
(Laboratorium Kimia FMIPA UGM). 1:9.
Waktu reaksi divariasi pada 15, 30,
Prosedur Penelitian 45, 60, 120 menit. Kondisi operasi yang
Aktivasi zeolit alam dibuat tetap yaitu katalis ZAH 3% (b/b),
Dua ratus gram zeolit alam suhu reaksi 60 oC, kecepatan aduk 700
digerus sampai halus sehingga lolos rpm, dan rasio molar minyak metanol
penyaring 100 mesh kemudian 1:9.
dimasukkan dalam 100 mL HCl 6 M Hasil esterifikasi berupa cairan
diaduk dengan pengaduk magnet selama dipisahkan dari padatannya, kemudian
30 menit melalui proses refluks. Hasilnya bagian cair disentrifuge untuk
dicuci dengan aquades hingga pH netral, memisahkan pengotor padatan yang
kemudian dikeringkan (oven) dan terlarut. Setelah disaring, ekstrak yang
dikalsinasi pada suhu 400 oC, selanjutnya diperoleh dilakukan destilasi untuk
diayak dengan pengayak 100 mesh. menguapkan dan menghilangkan adanya
Zeolit yang diperoleh untuk selanjutnya air dan metanol yang berlebih.
disebut zeolit alam aktif atau ZAH. Jenis Selanjutnya dilakukan proses
komposisi dan kristalinitas zeolit transesterifikasi dengan katalis basa KOH
dianalisis dengan X-Ray Diffractometer. dengan rasio molar minyak-metanol 1:6.
Sebanyak 150 g minyak dimasukkan
Esterifikasi dan transesterifikasi dalam labu leher tiga, kemudian
minyak jelantah dirangkai dengan sistem pendingin.
Sebelum dilakukan esterifikasi dan Sejumlah 33,49 g metanol dan 1% (b/b)
transesterifikasi, minyak jelantah KOH yang telah dihomogenkan dituang
dipanaskan pada suhu 100–120oC untuk ke dalam labu leher tiga tersebut, dan

35
Kecepatan Aduk dan Waktu Kontak …(Dwi Kartika, dkk)

pengaduk magnet dihidupkan. Suhu 5 I ME


CME , %  100 X (1)
minyak maupun campuran metanol KOH 5 I ME  9 ITG
disamakan pada 60-63oC sebelum
C TG , %  100  C ME (2)
pencampuran. Waktu reaksi dicatat sejak
pengaduk magnet dihidupkan. Setelah C TG x MWTG x d TG
TG, % b/b 
reaksi berjalan 60 menit, pengadukan (C TG x MW TG x d TG )  (C ME x MWME x d ME )

dihentikan, campuran dituang dalam (3)


corong pemisah, dibiarkan terjadi
pemisahan selama 2 jam pada suhu di mana CME = konversi metil ester (%),
kamar. Lapisan metil ester dipisahkan IME = nilai integrasi puncak metil ester
dari lapisan gliserol, selanjutnya sisa (%), ITG = nilai integrasi puncak
metanol dalam lapisan metil ester trigliserida (%), CTG = trigliserida yang
diuapkan. Sisa katalis dan gliserol dalam tidak terkonversi (%), MWTG = berat
metil ester dihilangkan dengan pencucian molekul trigliserida (g. mol-1), MWME =
air berulang kali, sampai diperoleh berat molekul metil ester (g. mol-1), dTG =
lapisan air yang jernih. Metil ester densitas trigliserida (kg. m-3) dan dME =
dikeringkan dengan penambahan Na2SO4 densitas metil ester (kg. m-3).
anhidrat.
Sebelum dan setelah dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
transesterifikasi, minyak dianalisis Karakteristik Zeolit
dengan spektrometer 1H NMR untuk Analisis dengan XRD dilakukan
menentukan konversi biodieselnya. secara kualitatif dengan membandingkan
Persentase konversi metil ester dianalisis difraktogram sampel zeolit dengan
dengan spektrometer 1H NMR (60 MHz, difraktogram zeolit alam standar seperti
solvent CDCl3). Konversi metil ester mordenit, klinoptilolit, dan kuarsa. Hasil
(yang dinyatakan sebagai konsentrasi analisis sampel zeolit dengan XRD
metil ester) ditentukan dengan persamaan diperoleh posisi sudut difraksi (2) yang
(1). Persentase sisa trigliserida (TG) menggambarkan jenis kristalnya. Tabel 1
dalam produk ditentukan dengan mengindikasikan bahwa sampel zeolit
persamaan (2). Sisa TG dalam produk memiliki kandungan mineral zeolit jenis
dengan satuan persentase berat mordenit, klinoptilolit, dan kuarsa.
ditentukan dengan persamaan (3). Difraktogram zeolit alam yang diperoleh
dari XRD ditunjukkan dalam Gambar 3.

Tabel 1 Identifikasi posisi sudut difraksi (2) pada difraktogram XRD sampel katalis
dengan zeolit alam standar

2
Jenis Zeolit
Zeolit alam sampel Zeolit alam standar *)
Mordenit 6,41; 8,44; 9,76; 13,44; 13,9; 6,51; 8,61; 9,77; 13,45; 13,83;
14,56; 15,26; 19,65; 23,13; 25,64; 14,59; 15,3; 19,61; 23,16; 25,63;
26,28; 27,75; 35,00 dan 35,63 26,25; 27,67; 35,12 dan 35,61
Klinoptilolite 11,16; 17,36; 19,02; 20,10; 22,29; 11,19; 17,36; 19,10; 20,40;
23,66; 25,02; 26,28; 30,05 dan 22,36; 23,81; 25,05; 26,29;
48,43 30,05 dan 48,49
Kuarsa 20,86; 26,66 dan 36,52 20,86; 26,65 dan 36,56
Sumber : *) Treacy dan Higgins, 2001

36
Molekul, Vol. 5. No. 1. Mei 2010 : 33 - 40

Gambar 3. Difraktogram (a) zeolit alam, dan (b) zeolit alam teraktivasi HCl 6M, kalsinasi
pada 400 oC

Berdasarkan difragtogram XRD sehingga terbentuk sistem satu fasa.


menunjukkan berkurangnya intensitas Dengan demikian kecepatan pengadukan
puncak mordenit dan klinoptilolite pada berpengaruh besar saat tahap awal reaksi
difraktogram setelah proses aktivasi baik dan pengaruhnya menjadi tidak
dengan HCl. Puncak pada 2 = 26,66 signifikan setelah sistem menjadi satu
yang hilang dari klinoptilolite bukanlah fasa.
puncak utama. Perlakuan HCl Gambar 4 menunjukkan bahwa
menyebabkan penghilangan pengotor pada kecepatan aduk 350 rpm konversi
klinoptilolite dan penurunan kristalinitas biodiesel 93,69%, kemudian peningkatan
mordenit tetapi tidak sampai merusak intensitas pengadukan pada 700 rpm
struktur kristal mordenit dalam zeolit berpengaruh pada cepatnya tumbukan antar
alam dan dimungkinkan mengubah zeolit partikel reaktan sehingga kecepatan
menjadi lebih amorf. terbentuknya produk meningkat yang
ditandai dengan konversi biodiesel
Pengaruh Kecepatan Aduk terhadap mencapai optimum sebesar 100%.
Konversi Biodiesel Intensitas pengadukan yang
Reaktan-reaktan yang terlibat ditingkatkan melebihi 700 rpm menjadi
dalam pembuatan biodiesel merupakan tidak signifikan dan laju reaksi lebih
bahan yang tidak saling campur, sehingga dipengaruhi oleh suhu (Noureddini dan
pada awal reaksi reaktan-reaktan yang Zhu, 1997). Keadaan ini menyebabkan
ada membentuk dua fasa. Pada kondisi konversinya berpeluang turun kembali.
ini transfer massa relatif rendah, yang Penurunan konversi biodiesel juga
mengakibatkan laju reaksi menjadi diakibatkan oleh munculnya produk
lambat. Saat metil ester sudah terbentuk, samping yang semakin banyak berupa
maka metil ester tersebut dapat bertindak air. Prinsip Le Chatelier menerangkan
sebagai pelarut reaktan-reaktan tersebut bahwa apabila terjadi penambahan

37
Kecepatan Aduk dan Waktu Kontak …(Dwi Kartika, dkk)

produk dalam suatu proses penambahan produk, caranya dengan


kesetimbangan maka reaksi akan berjalan jalan mereaksikan H2O dan metil ester
kearah kiri untuk menetralkan pengaruh menjadi reaktan kembali.

Gambar 4. Hubungan kecepatan aduk terhadap konversi biodiesel dari minyak jelantah
menggunakan katalis zeolit alam teraktifasi HCl pada reaksi esterifikasi
dengan waktu reaksi 15 menit

Pengaruh Waktu Reaksi terhadap terdahulu kecepatan aduk yang disarankan


Konversi Biodiesel untuk menghasilkan biodiesel dalam
Pada umumnya semakin lama kisaran 80, 100, 125 rpm (May, 2004), dan
waktu reaksi konversi yang dihasilkan 350 rpm (Foon et al., 2004).
semakin besar. Hal ini disebabkan karena Menurut May (2004) kecepatan
lamanya waktu reaksi memberikan aduk yang tinggi membutuhkan waktu
kesempatan yang besar bagi molekul- reaksi yang lebih pendek agar tercapai
molekul reaktan untuk saling konversi optimum, 50 menit untuk 80
bertumbukan dan bereaksi. Kondisi ini rpm, 21 menit untuk 100 rpm, dan 14 menit
tidaklah demikian, pada waktu reaksi 15- untuk 125 rpm. Foon et al (2004)
60 menit memberikan konversi biodiesel melaporkan konversi biodiesel mencapai
yang hampir stabil antara 98,41-100% optimum sebesar 99% dengan kecepatan
(Gambar 5). Waktu reaksi 15 menit dapat pengadukan 350 rpm dengan waktu reaksi
dikatakan waktu reaksi optimum apabila 7 menit. Penurunan konversi biodiesel
dibandingkan dengan 30, 45, dan 60 seiring waktu reaksi yang diperlama
sampai 2 jam pada penelitian
menit karena waktu terpendek namun
dimungkinkan karena penggunaan
memberikan konversi optimum.
kecepatan aduk besar sehingga waktu
Waktu reaksi diperlama sampai 2 reaksi efektif menjadi pendek.
jam mengakibatkan konversinya turun.
Waktu reaksi dipengaruhi oleh kecepatan
aduknya. Kecepatan aduk 700 rpm pada
pembuatan biodiesel dalam penelitian ini
termasuk tinggi. Berdasarkan penelitian

38
Molekul, Vol. 5. No. 1. Mei 2010 : 33 - 40

Gambar 5. Hubungan waktu reaksi dengan konversi biodiesel dari minyak jelantah
menggunakan katalis zeolit alam teraktifasi HCl pada reaksi esterifikasi dengan
kecepatan aduk 700 rpm

SIMPULAN Flanigen, E.M., 1991, Zeolit and


Berdasarkan hasil penelitian dapat Molecular Sieve A Historial
disimpulkan bahwa zeolit aktif dapat Perspective, Elsevier Science
digunakan sebagai katalis dalam proses Publishers B.V., New York.
pra-transesterifikasi dalam pembuatan
biodiesel. Kondisi optimal yang dicapai Foon, C. S., C. Y. May, M.A. Ngan dan
pada kecepatan pengadukan 700 rpm dan C.C. Hock, 2004, Kinetics Study
waktu reaksi 15 menit pada reaksi on Transesterification of Palm Oil,
esterifikasi sebelum transesterifikasi J. Oil Palm Res., 16, 2, 19-29
dengan konversi biodiesel sebesar 100%.
Kartika, D., 2008, Hidrogenasi Katalitik
UCAPAN TERIMA KASIH Metil Palmitat Menjadi Setil
Penulis mengucapkan terimakasih Alkohol dengan Katalis
kepada Universitas Jenderal Soedirman Ni/NZSiA. Tesis. FMIPA
yang telah membiayai penelitian ini Universitas Gadjah Mada,
melalui DIPA BLU Unit Jurusan MIPA Yogyakarta. (Tidak
FST UNSOED tahun 2010. Penulis juga dipublikasikan)
mengucapkan terimakasih kepada Agus
Dwi Harso dan Oki Isdiyanto yang telah
membantu dalam pengambilan data. Khan, A. K., 2002, Research into
Biodiesel, Kinetics & Catalyst
Development, Department of
DAFTAR PUSTAKA Chemical Engineering, The
University of Queensland,
ASTM, 2003b, Annual Book of ASTM Brisbane.
Standards, 5, 05.04, ASTM
International, West Knothe, G., 2000, Monitoring a
Conshohocken. Progressing Transesterification
Reaction by Fiber-Optic Near
Infrared Spectroscopy with

39
Kecepatan Aduk dan Waktu Kontak …(Dwi Kartika, dkk)

Correlation to 1H Nuclear Srivastava, A. and R. Prasad, 2000,


Magnetic Resonance Triglycerides-based diesel fuels,
Spectroscopy, J. Am. Oil Chem. Renewable Sustainable Energy
Soc., 77, 9483, 489–493. Rev., 4, 111-133.

Knothe, G., R. O. Dunn, and M. Bagby, Treacy, M.M.J., and J.B. Higgins, 2001,
1997, Biodiesel: The Use of Collection of Simulated XRD
Vegetable Oils and Their Powder Patternsfor Zeolites,
Derivatives as Alternative Diesel Elsevier, Amsterdam.
Fuels, Fuels and Chemicals from
Biomass, ACS Symposium Series, Yoeswono, Triyono, and I. Tahir, 2007,
V, 666. The Use of Ash of Palm Empty
Fruit Bunches as A Source of
May, C. Y., 2004, Transesterification of Base Catalyst for Synthesis of
Palm Oil: Effect of Reaction Biodiesel from Palm Kernel Oil.
Parameters, J. Oil Palm Res., 16, 2, Proceeding of International
1-11. Conferences on Chemical
Sciences (ICCS-2007),
Noureddini, H. dan D. Zhu, 1997, Kinetics Yogyakarta-Indonesia, 24-26 May
of Transesterification of Soybean 2007.
Oil, J. Am. Oil Chem. Soc., 74, 11,
1457-1463.

Pinto, A. C., L. L. N. Guarieiro, M. J. C.


Rezende, N. M. Ribeiro, E. A.
Torres, W. A. Lopes, P. A.
Pereira, and J. B. Andrade, 2005,
Biodiesel: An Overview, J. Braz.
Chem. Soc., 16, 6B, 1313-1330.

40

You might also like