You are on page 1of 8

Konjungtivitis

Injeksi konjungtiva pada konjungtivitis


Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva. Berdasarkan penyebabnya,
konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi:
 Infeksi
 bakterial
 virus
 parasit
 Jamur
 Noninfeksi
 iritasi yang tetap (mata kering)
 alergi
 toksin
Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi menjadi:
1. Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke mata yang
sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.
2. Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu.
Patofisiologi Konjungtivitis
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat
dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast
dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin
dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat,
prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi
nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi,
kemerahan, dan injeksi konjungtiva.3

Tanda –tanda konjungtivitis adalah:


 Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah
forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat
adanya peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna
keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.
 Mata berair (Epiphora). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing
atau karena gatal.
 Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis sekret dapat bersifat:
 Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
 Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
 Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
 Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak mata bengkak. Terdapat
pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemik.
Tanda lainnya adalah hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel (khas terdapat pada
konjungtivitis virus), pseudomembran dan membran, flikten, dan limfadenopati preaurikuler.

Pemeriksaan laboratorium sekret konjungtiva bulbi akan memberikan gambaran khusus untuk
jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi virus, bakteri,jamur, atau alergi pada
pemeriksaan sitologik.

Diagnosis Banding Konjungtivitis


Virus Bakteri Alergi Toksik
Gatal - - ++ -
Mata merah + ++ + +
Hemoragi + + - -
Sekret Serous Purulen, Viscus -
mucous kuning,
krusta
Kemosis ± ++ ++ ±
Lakrimasi ++ + + ±
Folikel + - + ±
Papil - + + -
Pseudomembran ± ± - -
Pembesaran ++ + - -
kelenjar limfe
Panus - - - ±
Bersamaan ± ± ±
dengan keratitis -
Demam ± ± -
-
Sitologi Granulosit Limposit, Eosinofil Sel epitel,
monosit granulosit

7 Diagnosa Banding Konjungtivitis

Glaukoma Kongestif
Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior
Akut
Menurun perlahan,
Tergantung letak
Visus Normal tergantung letak Menurun mendadak
infiltrat
radang
Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi
Epifora,
- + + -
fotofobia
Sekret Banyak - - -
Palpebra Normal Normal normal Edema
Edema, suram (tidak
Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel radang
bening), halo (+)
COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkal
Sel radang (+), flare
H. Aquous Normal normal Kental
(+), tyndal efek (+)
Kadang edema Kripta menghilang
Iris Normal normal
(bombans) karena edema
Pupil Normal normal miosis Mid midriasis (d:5mm)
Lensa Normal normal Sel radang menempel Keruh

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Sambil


menunggu hasil laboratorium, dapat diberikan terapi empirik dengan antibiotika spektrum luas
secara topikal atau sistemik, misalnya: gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, polimiksin, dll.

Komplikasi yang terjadi apabila tidak ditangani dengan baik berupa terjadinya keratitis, ulkus,
dan bisa perforasi sehingga menyebabkan uveitis anterior, glaukoma, dan endoftalmitis.

Diagnosa Konjungtivitis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi
penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering
berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi
konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.4
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi
papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.4

2.5.1 Gejala Konjungtivitis8


1. Rasa adanya benda asing
Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi papil. Jika
rasa sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan terjadinya kerusakan pada kornea.
1. Rasa sakit yang temporer
Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang pada
saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya;
 Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa sakitnya (tingkat
keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi stafilokokus.
 Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva
sisca (mata kering).
1. Gatal
Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.
1. Fotofobia

2.5.2 Tanda Penting Konjungtivitis8


1. Hiperemi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda
konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan
konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan
konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah
limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan antara
injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;

Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliaris


Keratitis, Iridosiklitis,
Kausa Iritasi, Konjungtivitis
Glaukoma Akut
Lokasi Forniks ke limbus makin kecil Limbus ke forniks makin kecil
Warna Merah terang Merah padam
Bergerak dengan dengan
Pembuluh darah Tidak bergerak
konjungtiva
Adrenalin Menghilang Menetap
Sekret Sekret (+) Lakrimasi (+)
Intensitas Nyeri Sedikit Nyeri

Gambar 3. Atas. Injeksi konjungtivitis, Bawah. Injeksi siliaris


Lakrimasi
Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata
yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.4
1. Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada
konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang
biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari,
dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.4
1. Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M. Tarsalis
superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan
keratokonjungtivitis epidemika.4
1. Khemosis (Edema Konjungtiva)
Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. Khemosis merupakan tanda
yang khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau meningococcal konjungtivitis,
serta kerato konjungtivitis.
1. Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau
limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk
substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila
mirip jeruji payung.4
1. Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva
dan biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis,
chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan,
vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
1. Pseudomembran dan Membran
Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas,
epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel
sehingga kalau dilepas akan berdarah.
1. Adenopati Preaurikuler
Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada
radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe
preaurikuler.

Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-
lamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:5
 Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler
 Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea
 Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi,
kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
 Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal,
simblepharon, massa, sekret
Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:5
 Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa
kulit berwarna darah, keratinisasi
 Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu
 Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret
 Konjungtiva tarsal dan forniks
1. Adanya papila, folikel dan ukurannya
2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon
3. Membran dan psudomembran
4. Ulserasi
5. Perdarahan
6. Benda asing
7. Massa
8. Kelemahan palpebra
 Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi,
luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
 Kornea
1. Defek epitelial
2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik
3. Filamen
4. Ulserasi
5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten
6. Vaskularisasi
7. Keratik presipitat
 Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
 Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

Penatalaksanaan Konjungtivitis Alergi


Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai ada
kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai
sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang
ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada
konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea.3
1. Alergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul musiman
dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin. Air
mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin
ada pada permukaan okuler.
1. Alergi sedang
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang timbul
musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan
antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai termasuk
sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang
meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam
bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja
lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor
tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega
jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan
inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika
diperlukan tambahan efek anti-peradangan.
1. Alergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan dihubungkan dengan
peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk
konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis
harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan
tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan
antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika
memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka
panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder,
peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru
seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal
dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua
dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi
berat atau konjungtivitis vernal.

2.9 Komplikasi Konjungtivitis


Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu
penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan

3.10 Prognosa Konjungtivitis


Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain
bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut
dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan
dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1998
2. http://www.scribd.com/doc/29896570/Definisi-Etiologi-Klasifikasi-Dan-Patofisiologi-
Konjungtivitis
3. https://online.epocrates.com/u/291168/Acute+conjunctivitis/Summary/Highlights
4. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
5. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern: conjunctivitis, 2nd ed.
San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2003
6. Buku saku dasar patologis penyakit, robbins & cotran, edisi 7, EGC: Jakarta, 2008.
7. http://www.4shared.com/document/4iB3gm3a/Konjungtivitis.htm
8. Sirajuddin, Junaedi. Bagian Mata FKUH. Konjungtivitis.
9. http://media.mansmed.com/details.php?image_id=41

You might also like