Professional Documents
Culture Documents
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinis senior (KKS) Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas
Disusun Oleh:
Shabrina Yunita Adzani, S.Ked 04054821618074
Retno Widyastuti, S.Ked 04054821618080
Pembimbing:
M. Daud Rusdi, SKM, MKM
Oleh:
Shabrina Yunita Adzani, S.Ked 04054821618074
Retno Widyastuti, S.Ked 04054821618080
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 6
Maret – 15 Mei 2017.
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Judul
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
1.4. Manfaat .......................................................................................... 3
1.5. Hipotesis ........................................................................................ 3
4
BAB IV. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BUKIT SANGKAL ........... 18
4.1. Gambaran Umum Puskesmas Bukit Sangkal ................................ 18
4.2. Sumber Daya .................................................................................. 19
4.3. Sarana dan Prasarana ..................................................................... 20
4.4. Fasilitas dan Layanan Kesehatan ................................................... 21
4.5. Target, Pencapaian dan Permasalahan Program ............................ 22
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
terutama merupakan hasil hubungan interaktif antara faktor biologis
dengan lingkungan dan perilaku yang dapat menimbulkan potensi
penyakit. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita antara lain adalah
keadaan sanitasi dasar rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
(misalnya ketersediaan dan penggunaan air bersih, penggunaan jamban,
saluran pembuangan air dan limbah, dan sistem pengelolaan sampah),
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana kesehatan di lingkungan yang
kurang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat, misalnya kebiasaan
mencuci tangan dengan menggunakan sabun dari masyarakat yang juga
kurang baik.7
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran, sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakatnya. Perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat
merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status
kesehatan penduduk.8 Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) RI pada tahun 2010 secara nasional, penduduk yang telah
memenuhi kriteria PHBS baik adalah sebesar 38,7%.9 Berdasarkan data
dasar kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2016, jumlah
rumah sehat di ada di Kota Palembang adalah sebanyak 66,6% dan di
wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal adalah sebesar 80%.4
Data pendahuluan yang didapatkan peneliti menujukkan bahwa
terdapat peningkatan angka kunjungan balita dengan diare ke Poliklinik
MTBS Puskesmas Bukit Sangkal Kota Palembang. Pada bulan Februari
2017 hanya terdapat satu kasus diare pada balita yang berobat ke poliklinik
MTBS, yang meningkat menjadi lima kasus pada Maret 2017, dan hingga
pertengahan bulan April, didapatkan 8 kasus diare pada balita. Selain itu,
diketahui bahwa cakupan rumah tangga ber-PHBS di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Sangkal juga masih berlum tercapai yaitu sebesar 64,5%
7
(target 80%). Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dan menganalisa
hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja Puskemas Bukit Sangkal Palembang.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.
8
5. Mengetahui hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang.
1.5. Hipotesis
Ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
b. PHBS di tempat-tempat Umum
Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya. Penularan penyakit
dapat terjadi di tempat-tempat umum karena kurang tersedianya air bersih dan
jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah, kepadatan vektor
berupa lalat dan nyamuk, kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan
dan lain-lain. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk
memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat - tempat umum
agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS yang berperan aktif
dalam mewujudkan tempat - tempat umum sehat4.
c. PHBS di tempat kerja
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat merupakan hal yang
diinginkan dan menjadi hak asasi setiap pekerja, karena itu menjadi kewajiban
semua pihak untuk ikut memelihara, menjaga dan mempertahankan kesehatan
pekerja agar tetap sehat dan produktif dengan melaksanakan pembinaan PHBS di
tempat kerja. PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para
pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Hal – hal yang
bisa dilakukan seperti tidak merokok di tempat kerja, membeli dan mengkonsumsi
makanan dari tempat kerja, menyelenggarakan olahraga di tempat kerja seminggu
sekali secara teratur, membuang sampah pada tempatnya, dan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan1.
d. PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik dan guru atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. PHBS di sekolah sangat
diperlukan seiring dengan banyaknya penyakit yang sering menyerang anak usia
sekolah yang umumnya berhubungan dengan PHBS. Indikator PHBS di sekolah
11
akan memberikan indikasi keberhasilan atau pencapaian kegiatan PHBS di
sekolah. Indikator yang dikembangkan tentunya meliputi indicator yang terkait
dengan perilaku siswa di sekolah dan indicator yang berkaitan dengan penyediaan
sarana dan prasarana kesehatan di lingkungan sekolah sebagai bentuk dukungan
kebijakan4.
Penerepan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6–12
tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah
diarahkan untuk memberdayakan setiap siswa dan guru agar tahu dan mampu
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat6.
12
Gambar 1. 10 Indikator PHBS
13
berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk
bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit7.
14
1. Jamban cemplung
Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang
yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam
tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Jamban cemplung digunakan
untuk daerah yang sulit air.
2. Jamban tangki septik/leher angsa
Jamban tangki septik adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai
wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi
dengan resapannya. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk
daerah yang cukup air dan padat penduduk karena dapat menggunakan
multiple latrine yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik
digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung
kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
15
sangat penting, karena mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi7.
2.3 Diare
2.3.1 Definisi
Diare adalah suatu penyakit yang menyebabkan seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, dengan frekuensi lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam sehari dengan atau tanpa disertai darah.
Diare dapat digolongkan diare akut atau bila telah berlangsung lebih dari 14
hari dikategorikan sebagai diare kronik.8,12
16
2.3.2 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang,
termasuk di Indonesia, karena morbitas dan mortalitas yang ditimbulkannya.
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, secara
global morbiditas diare mencapai 1,7 miliar setiap tahunnya, dengan
mortalitas mencapai 760.000 untuk anak dengan usia di bawah lima tahun.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan di 33 provinsi pada
tahun 2013, melaporkan bahwa angka nasional prevalensi diare adalah
3,5%, dengan insiden tertinggi terjadi pada karateristik usia 12-23 bulan.
Angka prevalensi diare untuk Sumatera Selatan masih mencapai 4,5%,
melebihi angka nasional. Data terakhir Puskesmas Sematang Borang untuk
tahun 2016 menunjukkan target penemuan kasus diare adalah 865. Namun,
kasus diare yang ditangani baru mencapai 7098-11.
2.3.4 Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya
diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar
17
dari diare akut oleh karena infeksi adalah non-inflamatory dan
inflammatory14,15
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus,
perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri.
Sebaliknya inflammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang
menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.15,16
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus,
Coronavirus, Minirotavirus. Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah
Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium
defficile, Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides,
Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia
enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium
coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica,
Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis,
Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.17
2.3.5 Patogenesis
Diare terjadi akibat akumulasi cairan dan elektrolit dalam feses12.
Patogenesis dan keparahan diare bergantung pada toksin yang dihasilkan (S.
aureus, Bacillus cereus), sekresi (cholera, E. coli, Salmonella, Shigella) atau
toksin sitotoksik yang dihasilkan (Shigella, S. aureus, Vibrio
parahaemolyticus, C. difficile, E. coli, C. jejuni), dan sifat invasif dari agen
pathogen enterik yang menyebabkan diare tersebut. Agen patogen enterik
bisa menyebabkan respons non inflamasi dan respon inflamasi pada mukosa
usus.18
Agen patogen enterik menyebabkan diare non inflamasi melalui toksin
enterik yang dihasilkan oleh bakteri, kerusakan sel-sel vili (permukaan) oleh
virus, pelekatan oleh parasit, dan pelekatan dan/atau translokasi oleh bakteri.
Diare inflamasi biasanya disebabkan oleh bakteri yang secara langsung
18
menginvasi usus atau menghasilkan sitotoksin sehingga menyebabkan
cairan, protein, dan sel-sel (eritrosit, leukosit) masuk ke dalam lumen usus.18
Toksin enterik yang dihasilkan oleh bakteri menyebabkan diare
toksigenik. Toksin ini, contohnya pada Vibrio cholera, meningkatkan kadar
cAMP pada mukosa usus sehingga menghambat penyerapan NaCl
electroneutral, tapi tidak mempengaruhi penyerapan Na+ yang distimulasi
oleh glukosa. Pada diare inflamasi (contohnya yang disebabkan oleh
Shigella spp. atau Salmonella spp.) terjadi kerusakan histologis yang luas
sehingga terjadi perubahan morfologi sel dan berkurangnya Na+ yang
distimulasi oleh glukosa dan penyerapan NaCl electroneutral. Sitokin
sangat berperan penting dalam proses inflamasi ini. Pada sel sekretori yang
terdapat di dalam kripta, sekresi Cl sangat sedikit pada orang normal.
Sebaliknya, sel ini justru teraktivasi oleh cAMP pada penderita diare
toksigenik dan diare inflamasi.18
Keinginan untuk Normal, tidak ada rasa Ingin minum terus, ada Malas minum
minum haus rasa haus
Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat lambat
19
2.3.6 Tata Laksana
Penatalaksanaan yang tepat pada kasus diare berperan penting dalam
menekan angka kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan diare dalam Lintas
Diare adalah memberikan oralit, memberikan tablet zinc selama 10 hari
berturut-turut, melanjutkan pemberian ASI dan makanan yang biasa
dimakan oleh anak, memberikan antibiotik secara selektif, dan memberikan
nasihat pada ibu atau keluarga. Penatalaksanaan terapi cairan diberikan
sesuai dengan derajat dehidrasi yang diderita, yaitu rencana terapi A untuk
diare tanpa dehidrasi, rencana terapi B untuk diare dengan dehidrasi ringan
atau sedang, dan rencana terapi C untuk diare dengan dehidrasi berat.19
Teruskan ASI lebih sering Jumlah oralit yang Beri segera cairan intravena
dan lebih lama. diberikan dalam 3 jam (RL/NaCl 0,9%) sebanyak
Untuk anak yang mendapat pertama di sarana kesehatan 100 ml/kg BB dengan
ASI, beri oralit/air matang adalah 75 ml x BB anak. pembagian sebagai berikut.
sebagai tambahan. Berikan oralit lebih banyak - Bayi <1 tahun: 30 ml/kg
Untuk anak yang tidak jika anak BB selama 1 jam,
mendapat ASI, beri susu dan menginginkannya. kemudian 70 ml/kg BB
oralit/cairan rumah tangga Bujuk ibu untuk selama 5 jam.
sebagai tambahan. meneruskan ASI. - Anak ≥1 tahun: 30 ml/kg
Beri oralit sampai diare Untuk bayi <6 bulan yang BB selama 30 menit,
berhenti. Bila muntah tidak mendapat ASI berikan kemudian 70 ml/kg BB
tunggu 10 menit dan juga 100-200 ml air masak. selama 2 1/2 jam.
dilanjutkan sedikit demi Untuk anak >6 bulan, tunda Beri juga oralit (5
sedikit. pemberian makan selama 3 ml/kg/jam) bila penderita
- Umur <1 tahun diberi 50- jam kecuali ASI dan oralit. bisa minum.
100 ml setiap kali BAB. Setelah 3-4 jam, nilai Setelah 6 jam (bayi) atau 3
- Umur >1 tahun diberi kembali derajat dehidrasi jam (anak), nilai kembali
100-200 ml setiap kali kemudian tentukan pilihan derajat dehidrasi kemudian
BAB. rencana terapi. tentukan pilihan rencana
terapi.
20
Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan. Beri makanan
kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, dan air kelapa hijau. Beri makan
lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam). Setelah
diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2
minggu.19
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut
oleh karena sebagian besar diare infeksi disebabkan oleh Rotavirus yang
sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Antibiotik
hanya diberikan sesuai indikasi, seperti disentri dan kolera.19
21
mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang
kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Mekanisme efek probiotik melalui perubahan lingkungan mikro
lumen usus (pH, O2), produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa
patogen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada
enterosit, modifikasi toksin/ reeptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus
melalui penyediaan nutrien dan imunomodulator.
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan makanan,
umumnya kompleks karbohidrat, yang bila dikonsumsi dapat merangsang
pertumbuhan flora intestinal yng menguntungkan kesehatan. Oligosakarida
di ASI merupakan prototipe prebiotik karena dapat merangsang Lactobacilli
dan Bifidobacteria di kolon bayi yang minum ASI.
Tekahir, nasihati untuk ibu membawa anak kembali ke petugas
kesehatan bila BAB cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan
dan minum sangat sedikit, timbul demam, BAB berdarah, atau tidak
membaik dalam 3 hari.19
2.3.7 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit, diare dapat
menyebabkan komplikasi berupa dehidrasi, renjatan (shock) hipovolemik,
gangguan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia, hipernatremia),
hipoglikemi, kejang, dan malnutrisi energi protein.
2.3.8 Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yakni: Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
(Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.19
22
Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan
berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan.
Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan
biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi
dan pemberian imunisasi.19
23
minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air
bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan
dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih.
24
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi, komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan
diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk menyusui dengan aman dan
nyaman ibu jangan memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau
susu formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera
setelah bayi lahir, serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai
khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain
yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare,
pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya
lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam
bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih
besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI.
25
Kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah
menangani tinja anak, sebelum makan atau memberi makan anak dan
sebelum menyiapkan makanan. Kejadian diare makanan terutama yang
berhubungan langsung dengan makanan anak seperti botol susu, cara
menyimpan makanan serta tempat keluarga membuang tinja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aulia dkk., (1994) di Sumatera
Selatan, kebiasaan ibu membuang tinja anak di tempat terbuka merupakan
faktor risiko yang besar terhadap kejadian diare dibandingkan dengan
kebiasaan ibu membuang tinja anak di jamban.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk
mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan
pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat
disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai
radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal
mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan
yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga
keseimbangan cairan.
Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap
memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental
kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik
26
juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam
berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.
2.3.9 Prognosis
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 5 pilar diare, sebagian
besar (90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7
hari, sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7
hari, sebagian kecil (5%) akan menjadi diare persisten.20
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = besar populasi sebanyak 2115 balita
d = Confident Interval yang diinginkan adalah 0,1
Sumber: Dahlan Sopiyudin, M. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
28
2115
n=
1+2115(0.12 )
n = 95
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini minimal 95 orang. Akan tetapi, karena
keterbatasan waktu penelitian maka sampel penelitian akan diambil secara non-
probability sampling dengan cara consecutive sampling yang memenuhi kriteria
inklusi dengan jumlah minimal sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.
29
3.6 Definisi Operasional Penelitian
30
menggunakan sabun dan skor 0 untuk jawaban
serta air mengalir4. Salah.
31
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakterisitik setiap variabel penelitian dalam bentuk nilai rata-rata, median,
standar deviasi, distribusi frekuensi, dan persentase dari tiap variabel
2. Analisis Bivariat
Dalam penelitian ini, analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji
hipotesis komparatif variabel kategorik tidak berpasangan yaitu chi square test
untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen, dengan
menggunakan derajat kemaknaan alpha = 0,05 (Confidence Interval 95%). Bila
nilai p < 0,05 maka hasil statistik dinyatakan bermakna/terdapat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Pada studi cross sectional untuk
menilai kekuatan resiko dinyatakan dengan rasio prevalens (RP). Penghitungan
RP dilakukan dengan cara yang sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2.
Dari tabel tersebut RP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
Keterangan:
- a/(a+b) = proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai faktor risiko yang
mengalami efek.
- c/(c+d) = proporsi (prevalens) subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek.
Hasil interpretasi nilai RP adalah16:
a. Jika PR = 1 menunjukkan bahwa variabel yang diteliti bukan faktor
risiko.
b. Jika PR > 1 dan batas bawah CI 95% melewati nilai 1 , maka variabel
yang diteliti merupakan faktor risiko.
c. Jika PR < 1 dan batas bawah CI 95% tidak mencapai nilai 1, maka
variabel yang diteliti merupakan faktor protektif, bukan faktor risiko.
32
d. Jika nilai interval kepercayaan RP mencangkup nilai 1, menunjukkan
bahwa variabel yang diteliti belum dapat disimpulkan apakah
merupakan faktor risiko atau faktor protektif.
Kesimpulan
33
BAB IV
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BUKIT SANGKAL
4.1.3 Geografi
Keadaan geografi wilayah kerja puskesmas Bukit Sangkal terdiri
dari tanah rawa-rawa, dataran rendah dan dataran berbukit.
4.1.4 Transportasi
Letak puskesmas Bukit Sangkal ini tidak strategis karena jauh dari
jalan besar dan terletak di ujung lorong yang tidak dilalui alat transportasi
sehingga masyarakat yang ingin berobat perlu berjalan kaki cukup jauh.
34
4.1.5 Demografi
Wilayah kerja puskesmas Bukit Sangkal meliputi kelurahan Bukit Sangkal
dengan jumlah penduduk 25,486 jiwa.
35
Lanjutan Tabel 1. Data Kependudukan Puskesmas Bukit Sangkal
No Deskripsi Jumlah
14 Jumlah bayi Gakin 6-11 bln 142
15 Jumlah anak Gakin 12-23 bln 533
16 Jumlah anak Gakin 24-59 bln 412
17 Jumlah lansia 1910
a. 45-55 thn 1070
b.55-64 thn 430
c. 65 thn ke atas 410
18 Jumlah rumah 5851
36
Lanjutan Tabel 2. Struktur Kepengurusan
No Nama Jabatan
13 Ellis Fitrina,AM.Keb Bidan pelaksana
14 Yuslizar Asisten apoteker
15 Rusmala Dewi Pelaksana
16 Dewi Haryanti, SKM, Am. Keb Bidan pelaksana
17 Tuti Andriani,S.Kep Perawat pelaksana
18 Sukma Hartha Puspitha, Am.G Nutrisionis pelaksana
19 Dewi Sartika, Am. Keb Bidan pelaksana
20 Wilda Mulyati,Am.AK Pranaat lab kes pelaksana
21 Marlina Putri U,Am.AK Pranaat lab kes pelaksana
22 Sari Mustikawati Riza,Am.Keb Bidan pelaksana
PTT/Non PNSD/Non PNS BLUD
23 Abdullah Non PNSD
24 Ade Khusnaii,Am.KL Non PNSD
25 Feriyanti Non PNSD
26 Renni Yuliarti,S.Kep Non PNS BLUD
37
Pengobatan gigi
Rujukan
3. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan di puskesmas
Penyuluhan di posyandu
Penyuluhan di SD atau SMP
Penyuluhan di kelurahan
4. Pelayanan Laboratorium
Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan trombosit
Tes kehamilan
Pemeriksaan protein urine
Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan dahak BTA
5. Gilingan Emas
a. Gizi
Pemberian vitamin A dan garam beryodium
Uji klinik garam beryodium
Konsultasi balita bawah garis merah dan obesitas
b. Pelayanan Imunisasi (setiap hari kamis)
BCG
Polio
DPT,Hib (Pentavalent)
Hepatitis B
Campak
TT calon pengantin dan TT ibu hamil
Anti Tetanus Serum
c. Pelayanan Sanitasi
Memberikan konsultasi atau penyuluhan penyakit akibat faktor
lingkungan
38
Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, sarana air
bersih, pemberantasan sarang nyamuk
39
Tabel 3. Data Target dan Pencapaian Program Puskesmas Tahun 2016
KIA-KB
1. K1 100% 84% Cakupan rendah
2. K4 100% 82% Cakupan rendah
3. Pelayanan Nifas 90% 82,5% Cakupan rendah
4. Komplikasi Obstetri 100% 68,4% Cakupan rendah
5. Komplikasi Neonatus 80% 61,6% Cakupan rendah
6. Deteksi dann stimulasi balita 80% 80% Cakupan rendah
Gizi
P2M
Pengobatan
40
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Kelamin
Laki-laki 27 61,4
Perempuan 17 38,6
41
Secara keseluruhan, subjek penelitian yang melakukan PHBS baik lebih
banyak dibandingkan yang PHBS-nya buruk yaitu besesar 81,8%. Berdasarkan
penggunaan air bersih, lebih banyak subjek penelitian yang sudah menggunakan
air bersih dengan baik yaitu sebesar 81,8%. Penggunaan jamban juga sudah baik
pada sebagian besar subjek penelitian yaitu sebesar 72,7%. Berdasarkan perilaku
cuci tangan dengan sabun, didapatkan hasil bahwa lebih banyak subjek penelitian
yang sudah melakukan cuci tangan dengan sabun dengan baik yaitu sebesar
72,2%. Distribusi subjek penelitian berdasarka PHBS dapat dilihat pada tabel 5.
42
Proporsi Diare
Diare
Tidak Diare 36%
64%
5.1.2. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Diare
pada Balita di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
A. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Diare pada Balita
Tabel 6. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare pada
Balita
Diare
Tidak Diare Diare Total ρ-value
PHBS Baik Count 26 10 36
% within PHBS 72.2% 27.8% 100.0%
Buruk Count 2 6 8 0.012
% within PHBS 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 28 16 44
% within PHBS 63.6% 36.4% 100.0%
Prevalence Ratio 2.7
43
Nilai ρ pada Tabel 6 adalah 0.012, hal tersebut menunjukkan nilai ρ-value
< α (0.012 < 0.05) maka Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Keja Puskesma Bukit Sangkal Palembang.
44
C. Hubungan Penggunaan Jamban dengan Diare pada Balita
Tabel 8. Hubungan Penggunaan Jamban Sehat dan Kejadian Diare pada Balita
Diare
Tidak Diare Diare Total ρ-value
Penggunaan Jamban Baik Count 24 8 32
% within Penggunaan
75.0% 25.0% 100.0%
Jamban
Buruk Count 4 8 12 0.011
% within Penggunaan
33.3% 66.7% 100.0%
Jamban
Total Count 28 16 44
% within Penggunaan
63.6% 36.4% 100.0%
Jamban
Prevalence Ratio 2.6
Berdasarkan data dalam Tabel 8, didapatkan bahwa mayoritas responden
yang menggunakan jamban sehat dengan baik tidak mengalami diare dalam kurun
waktu tiga bulan terakhir.hal tersebut ditunjukkan sebanyak 24 responden yang
menggunakan jamban sehat tidak mengalami diare dalam tiga bulan terakhir, 8
responden yang menggunakan jamban sehat mengalami diare dalam tiga bulan
terakhir. Sedangkan pada responden yang tidak menggunakan jamban sehat yaitu
sebanyak 12 responden, 4 diantaranya tidak mengalami diare dalam tiga bulan
terakhir dan 8 responden lain mengalami diare dalam tiga bulan terakhir.
Nilai ρ pada Tabel 8 adalah 0.011, hal tersebut menunjukkan nilai ρ-value
< α (0.011 < 0.05) maka Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah Keja Puskesma Bukit Sangkal Palembang.
45
Berdasarkan data dalam Tabel 9, didapatkan bahwa mayoritas responden
yang mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik tidak mengalami diare
dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.hal tersebut ditunjukkan sebanyak 25
responden yang mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik tidak
mengalami diare dalam tiga bulan terakhir, 7 responden yang menggunakan
jamban sehat mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan pada
responden yang tidak menggunakan jamban sehat yaitu sebanyak 12 responden, 3
diantaranya tidak mengalami diare dalam tiga bulan terakhir dan 9 responden lain
mengalami diare dalam tiga bulan terakhir.
Nilai ρ pada Tabel 9 adalah 0.001, hal tersebut menunjukkan nilai ρ-value
< α (0.001 < 0.05) maka Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah Keja Puskesma Bukit Sangkal Palembang.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Poli MTBS Puskesmas
Bukit Sangkal Palembang didapatkan hasil terdapat hubungan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini
sama dengan penelitian sebelumnya yaitu Sucipto pada tahun 2012 yang
menyatakan di kesimpulanya terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita pada penelitian tersebut
digunakan juga 3 indikator yaitu penggunaan air bersih dan sehat, penggunaan
jamban keluarga yang bersih dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Responden dikatakan memiliki PHBS baik apabila skor PHBS lebih dari sama
dengan 11, dan PHBS buruk apabila skor PHBS kurang dari sama dengan 10.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nuraeni pada tahun 2012 di Kelurahan Tawangmas Kota Semarang
menyatakan bahwa hasilnya tidak ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan kejadian diare. Hal ini bisa di sebabkan beberapa hal seperti misalnya
46
pertahanan tubuh (sistem imun) anak yang kuat atau jumlah bakteri patogen yang
masuk tidak adekuat untuk menyebabkan kejadian diare. Penelitian yang
dilakukan Nuraeni berbeda jelas, karena penelitian ini yang dilakukan
menggunakan 5 indikator yaitu pemberian ASI ekslusif, menggunakan air bersih
dan sehat, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, penggunaan jamban yang
bersih dan sehat dan yang terakhir yaitu penggelolaan sampah.
Secara keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ada kaitanya
dengan kejadian diare apabila penerapan PHBS tidak di lakukan dengan baik, dan
insiden kejadian diare akan berturun apabila di dalam kelurga menerapkan PHBS
dengan baik. Lingkungan rumah merupakan salah satu tempat hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Rumah harus sehat dan nyaman agar penghuninya dapat
berkarya untuk meningkatkan produktifitas. Apabila rumah tidak memenuhi
syarat kesehatan akan berisiko terkena penyakit. Penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat di rumah tergantung ibu balita, Kejadian diare sendiri pada umumnya
juga bisa di sebabkan oleh faktor sosiodermografi dari ibu balita seperti umur,
pendidikan ibu dan keadaan sosial ekonomi21. Penyakit diare dapat di tanggulangi
dengan penanganan yang tepat sehingga tidak akan sampai menimbulkalkan
kematian terutama pada balita22. PHBS sendiri merupakan salah satu promosi
kesehatan indonesia yang memiliki lima tatanan yang menjadi sasaran yaitu salah
satunya adalah tatanan rumah tangga.
PHBS dalam tatanan rumah tangga sendiri merupakan upaya untuk
memberdayakan anggota keluarganya agar sadar, mau dan mampu melakukan
PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesadarannya,mencegah resiko
terjadinya penyakit dan memelihara diri dari ancaman penyakit serta berperan
aktif dalam gerakan kegiatan masyarakat. Perilaku hidup bersihdan sehat dalam
tatanan rumah tangga terdapat 10 indikator yaitu : 1) Persalinan di tolong oleh
tenaga kesehatan, 2) Memberikan ASI ekslusif, 3) Menimbang bayi setiap bulan,
4) Menggunakan air bersih, 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6)
Menggunakan jamban yang bersih dan sehat, 7) Memberantas jentik di rumah, 8)
Makan-makanan yang bergizi, 9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan 10)
Tidak merokok di dalam ruangan5. Dimana indikator yang berkaitan dengan
47
pencegahan diare adalah 1) Menggunakan air yang bersih, 2) Menggunakan
jamban sehat, dan 3) Mencuci tangan tangan dengan air bersih dan sabun.
Keterbatasan penelitian ini dalam menggunakan desain penelitian dengan
pendekatan cross-sectional sehingga data yang di peroleh tidak menggambarkan
keaadaan secara keseluruhan dalam kurun waktu 1 tahun. Selain itu juga jumlah
responden yang digunakan hanya 44 orang karena keterbatasan waktu peneliti.
Kasus diare pada balita sangat di pengaruhi oleh banyak faktor sehingga di
perlukan lebih fokus penelitian untuk melihat variabel umur balita yang terbanyak
terkena diare pada golongan umur bayi atau balita.
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Usia balita yang berobat ke Poliklinik MTBS Puskesmas Bukit Sangkal
adalah kelompok usia <1 tahun (29,5%), usia 1 – 3 Tahun (54,5%), dan
usia >3- 5 tahu (15,9%). Pasien yang berobat lebih banyak berjenis
kelamin laki-laki (61,4%) dibandingkan perempuan (38,6%). Secara
keseluruhan, PHBS baik lebih banyak dibandingkan yang PHBS-nya
buruk (81,8%), penggunaan air bersih dengan baik (81,8%), penggunaan
jamban (72,7%), dan cuci tangan dengan sabun (72,2%).
2. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan secara signifikan
terhadap kejadian diare pada balita (p= 0.012) dengan prevalence ratio
(PR)= 2,7.
3. Penggunaan Air Bersih yang buruk berhubungan signifikasn terhadap
kejadian diare pada balita (p= 0.012) dengan prevalence ratio (PR)= 2,7.
4. Penggunaan jamban yang buruk berhubungan signifikasn terhadap
kejadian diare pada balita (p= 0.011) dengan prevalence ratio (PR)= 2,6.
5. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun yang buruk berhubungan signifikasn
terhadap kejadian diare pada balita (p= 0.001) dengan prevalence ratio
(PR)= 3,4.
6.2. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Bagi petugas kesehatan di lapangan diharapkan dapat mengaplikasikan
peran sebagai pemberi infromasi kepada ibu berupa pentingnya Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menjadi panutan dalam
mengaplikasikan penggunaan air bersih dan sehat, penggunaan jamban
sehat, dan cuci tangan menggunakan sabun sehingga ibu mampu melakukan
pencegahan terhadap terjadinya penyakit, khususnya kejadian diare pada
balita.
49
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat baik itu orang tua, keluarga, maupun tokoh
masyarakat mempunyai kepedulian dan tanggung jawab terhadap Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga mereka mau dan mampu
melakukan penggunaan air bersih dan sehat, penggunaan jamban sehat, dan
cuci tangan menggunakan sabun, sehingga kejadian diare pada balita yang
disebabkan oleh PHBS bisa berkurang.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Masita, S. 2009. Pelaksanaan Program UKS dan Kebiasaan Hidup Bersih dan Sehat
Murid Kelas VI SD RA.Kartini Kota Tebing Tinggi. Fakultas Keperawatan,
Universitas Sumatera Utara. Diakses dalam:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17112
2. Andini, A.P.W. 2011. Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan
terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan
Teupah Barat Kabupaten Simeulue. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara. Diakses dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/38006
3. Situmorang, A. D. 2013. Perbandingan pengetahuan, sikap dan tindakan murid
tentang perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah dasaryang memiliki dan yang tidak
memiliki usaha kesehatan sekolah (UKS) kecamatan Medan Baru tahun 2013.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Diakses dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/4213
4. Depkes. 2013. Buku 3: Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Depkes RI.
5. Purba, E.T. 2013. Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga di Kelurahan Tomuan Kecamatan
Siantar Timur Tahun 2012. Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera
Utara. Diakses dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/39357
6. Syahputri, D. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Dasar (SD)
tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan
Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara. Diakses dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27601
7. Syaifullah. 2009. Pengaruh Praktik Hidup Bersih danSehat terhadap Status Gizi
Balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Provinsi Naggroe Aceh
Darussalam. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Diakses
dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16933
8. World Health Organization. Diarrhoeal Disease.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/. 2013. Diakses 17
April 2017.
9. Mengistie B, Berhane Y, Worku A. Predictors of Oral Rehydration Therapy
Use Among Under-Five Children with Diarrhea in Eastern Ethiopia: A
Community Based Case Control Study. BMC Public Health. 2012; 12: 1029.
51
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Jakarta: Kemenkes RI. 2015.
12. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson: Ilmu
Kesehatan Anak, Edisi Keenam. Jakarta: IDAI. 2011.
13. Minarto. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk Buku I. Kementrian Kesehatan RI
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2011.
14. Divisi Gastrohepatologi Departemen Kesehatan Anak RSUP Dr. Mohammad
Hoesin. Panduan Praktek Klinin (PPK). Palembang. 2014.
15. Alfa, Yasmar. Diare Akut Pada Anak. Bandung: SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK UNPAD/RSHS. 2010.
16. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of Pediatric,17
Edition. 2003. Hal 1272-1276.
17. Frye, Richard E.. Diarrhea. http://www.emedicine.com. 2013. Diakses
tanggal 18 April 2017.
18. Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson: Textbook of
Pediatrics, Edition 20. Canada: Elsevier. 2011.
19. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. Buku Saku Petugas Kesehatan:
Lintas Diare. Jakarta: Depkes RI. 2011.
20. Nguyen, David G. Pediatrics, Rotavirus. http://www.emedicine.com/.
2005. Diakses tanggal 18 April 2017
21. Sucipto E. 2002. Hubungan Antara Ketersediaan Dan Pemanfaatan Air
Bersih dan Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
Puskesmas Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Tesis
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
52
53
Lampiran 2
Data Sampel
Umur Jenis Air Cuci Air Cuci
No Nama Diare PHBS Jamban PHBS Jamban
(thn) Kelamin Bersih Tangan Bersih Tangan
1 Novida 0 Perempuan Tidak Diare 10 5 3 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
2 Helen Naura 0 Perempuan Diare 18 9 4 5 Baik Baik Baik Baik
3 Riski Yansyah 1 Laki-laki Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
4 M. Zaki 1 Laki-laki Diare 9 5 2 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
Ikmalul
5 Fakhri 4 Laki-laki Tidak Diare 18 8 5 5 Baik Baik Baik Baik
6 M. Zen 0 Laki-laki Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
7 Dewi 1 Perempuan Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
8 M. Ilham R 1 Laki-laki Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
Della
9 Anggraini 4 Perempuan Tidak Diare 18 8 5 5 Baik Baik Baik Baik
10 Ardiansyah 0 Laki-laki Diare 14 7 5 2 Baik Baik Baik Buruk
11 Rafta 3 Laki-laki Tidak Diare 17 8 4 5 Baik Baik Baik Baik
12 Nanda 2 Laki-laki Diare 17 8 4 5 Baik Baik Buruk Baik
13 Afita 0 Perempuan Tidak Diare 14 6 4 4 Baik Baik Baik Baik
14 Rania H 2 Perempuan Tidak Diare 12 7 3 2 Baik Baik Buruk Buruk
Akbar
15 Ramadha 0 Laki-laki Tidak Diare 18 9 4 5 Baik Baik Baik Baik
16 Arsy 1 Laki-laki Diare 18 9 5 4 Baik Baik Baik Baik
17 Septian Alea 4 Laki-laki Tidak Diare 10 4 2 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
18 Delsha 1 Perempuan Diare 18 9 4 5 Baik Baik Baik Baik
54
Umur Jenis Air Cuci Air Cuci
No Nama Diare PHBS Jamban PHBS Jamban
(thn) Kelamin Bersih Tangan Bersih Tangan
19 Ferina Delisa 3 Perempuan Diare 10 4 3 3 Buruk Buruk Buruk Buruk
20 M. Surya 0 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
21 Alesha Defira 0 Perempuan Tidak Diare 19 9 4 6 Baik Baik Baik Baik
22 M. Dzaki 1 Laki-laki Tidak Diare 19 9 4 6 Baik Baik Baik Baik
23 Sidqiatul 0 Perempuan Diare 12 7 4 1 Baik Baik Baik Buruk
Miftahul
24 Jannah 2 Perempuan Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
25 M. Rasya 0 Laki-laki Tidak Diare 18 9 5 4 Baik Baik Baik Baik
26 M. Abizar 1 Laki-laki Diare 15 7 4 4 Baik Baik Baik Baik
27 M. Irfan 4 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
28 Tapasya 1 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
29 Abizar 1 Laki-laki Diare 12 6 3 3 Baik Baik Buruk Buruk
30 Risky 4 Laki-laki Tidak Diare 16 9 3 4 Baik Baik Buruk Baik
31 Nurwinda 0 Perempuan Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
32 Aditya 3 Laki-laki Diare 9 5 3 1 Buruk Buruk Buruk Buruk
33 M. Arshy 0 Laki-laki Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
34 Dhanisa 1 Perempuan Diare 10 5 3 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
35 Risky Ariyadi 4 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
36 M. Ali 2 Laki-laki Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
37 Arsa 2 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
38 Nadya 0 Perempuan Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
39 M. Dika 4 Laki-laki Tidak Diare 17 6 5 6 Baik Baik Baik Baik
M. Aprilio
40 Wijaya 2 Laki-laki Diare 9 5 2 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
55
Umur Jenis Air Cuci Air Cuci
No Nama Diare PHBS Jamban PHBS Jamban
(thn) Kelamin Bersih Tangan Bersih Tangan
41 M. Zaky M 3 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
42 Qais 3 Perempuan Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
43 Sakyla 3 Perempuan Diare 9 5 2 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
44 Namira 2 Perempuan Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
56
Lampiran 3
Hasil Uji Statistik
A. DESKRIPTIF
1. Rata-rata Umur Responden
Descriptive Statistics
3. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
4. PHBS
PHBS
57
5. Penggunaan Air Bersih
Penggunaan Air Bersih
6. Penggunaan Jamban
Penggunaan Jamban
8. Proporsi Diare
Diare
58
B. ANALITIK
1. Hubungan PHBS dengn Diare
Crosstab
Diare
Tidak Diare Diare Total
PHBS Baik Count 26 10 36
% within PHBS 72.2% 27.8% 100.0%
Buruk Count 2 6 8
% within PHBS 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 28 16 44
% within PHBS 63.6% 36.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.308a 1 .012
N of Valid Cases 44
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.91.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for PHBS (Baik /
7.800 1.344 45.276
Buruk)
For cohort Diare = Tidak
2.889 .855 9.758
Diare
For cohort Diare = Diare .370 .191 .718
N of Valid Cases 44
59
2. Hubungan Penggunaan Air Bersih dengn Diare
Crosstab
Diare
Tidak Diare Diare Total
Penggunaan Air Bersih Baik Count 26 10 36
% within Penggunaan Air
72.2% 27.8% 100.0%
Bersih
Buruk Count 2 6 8
% within Penggunaan Air
25.0% 75.0% 100.0%
Bersih
Total Count 28 16 44
% within Penggunaan Air
63.6% 36.4% 100.0%
Bersih
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.308a 1 .012
N of Valid Cases 44
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.91.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan
7.800 1.344 45.276
Air Bersih (Baik / Buruk)
For cohort Diare = Tidak
2.889 .855 9.758
Diare
For cohort Diare = Diare .370 .191 .718
N of Valid Cases 44
60
3. Hubungan Penggunaan Jamban dengn Diare
Crosstab
Diare
Tidak Diare Diare Total
Penggunaan Jamban Baik Count 24 8 32
% within Penggunaan
75.0% 25.0% 100.0%
Jamban
Buruk Count 4 8 12
% within Penggunaan
33.3% 66.7% 100.0%
Jamban
Total Count 28 16 44
% within Penggunaan
63.6% 36.4% 100.0%
Jamban
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.548a 1 .011
N of Valid Cases 44
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan
6.000 1.418 25.387
Jamban (Baik / Buruk)
For cohort Diare = Tidak
2.250 .986 5.133
Diare
For cohort Diare = Diare .375 .182 .771
N of Valid Cases 44
61
4. Hubungan Cuci Tangan dengn Diare
Crosstab
Diare
Tidak Diare Diare Total
Cuci Tangan dengan Sabun Baik Count 25 7 32
% within Cuci Tangan
78.1% 21.9% 100.0%
dengan Sabun
Buruk Count 3 9 12
% within Cuci Tangan
25.0% 75.0% 100.0%
dengan Sabun
Total Count 28 16 44
% within Cuci Tangan
63.6% 36.4% 100.0%
dengan Sabun
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.644a 1 .001
N of Valid Cases 44
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cuci Tangan
dengan Sabun (Baik / 10.714 2.269 50.598
Buruk)
For cohort Diare = Tidak
3.125 1.153 8.469
Diare
For cohort Diare = Diare .292 .140 .606
N of Valid Cases 44
62