You are on page 1of 62

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS BUKIT SANGKAL
PALEMBANG

Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinis senior (KKS) Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas

Disusun Oleh:
Shabrina Yunita Adzani, S.Ked 04054821618074
Retno Widyastuti, S.Ked 04054821618080

Pembimbing:
M. Daud Rusdi, SKM, MKM

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS SRIWIJAYA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan Judul:

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUKIT SANGKAL
PALEMBANG

Oleh:
Shabrina Yunita Adzani, S.Ked 04054821618074
Retno Widyastuti, S.Ked 04054821618080

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 6
Maret – 15 Mei 2017.

Palembang, April 2017


Dosen Pembimbing

M. Daud Rusdi, SKM, MKM.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya


sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir yang diberikan oleh dinas
kesehatan pada Kepanitraan Klinik Senior bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kedokteran Komunitas yang berjudul Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bukit Sangkal Palembang. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Daud Rusdi, SKM,
MKM sebagai pembimbing yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak Puskesmas Bukit
Sangkal dan lain yang telah membantu hingga selesainya tugas akhir ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas
akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan
tugas ini dapat memberi manfaat bagi yang kita semua.

Palembang, April 2017

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Judul
Halaman

Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
1.4. Manfaat .......................................................................................... 3
1.5. Hipotesis ........................................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ...................................... 4
2.2. Diare pada Balita............................................................................ 6

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 12


3.1. Jenis Penelitian............................................................................... 12
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 12
3.3. Populasi dan Sampel ...................................................................... 12
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................... 13
3.5. Variabel Penelitian ......................................................................... 13
3.6. Definisi Operasional ...................................................................... 14
3.7. Cara Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ....................... 15
3.8. Cara Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 15
3.9. Kerangka Operasional .................................................................... 17

4
BAB IV. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BUKIT SANGKAL ........... 18
4.1. Gambaran Umum Puskesmas Bukit Sangkal ................................ 18
4.2. Sumber Daya .................................................................................. 19
4.3. Sarana dan Prasarana ..................................................................... 20
4.4. Fasilitas dan Layanan Kesehatan ................................................... 21
4.5. Target, Pencapaian dan Permasalahan Program ............................ 22

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 24


5.1. Hasil Penelitian .............................................................................. 18
5.2. Pembahasan.................................................................................... 27

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 35


6.1. Kesimpulan .................................................................................... 35
6.2. Saran .............................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37


LAMPIRAN ....................................................................................................... 40

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit diare pada balita saat ini masih menjadi salah satu
permasalahan global yang dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di
Negara-negara berkembang. Diare adalah suatu penyakit sistem
pencernaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses dan atau
adanya peningkatan frekuensi buang air besar. Seseorang dapat dikatakan
menderita diare bila feses menjadi lebih berair, atau bila buang air besar
tiga kali atau lebih.1
Insidensi kasus diare di dunia mencapai dua miliar kasus setiap
tahunnya. Menurut data yang dilaporkan United National Children’s Fund
(UNICEF) dan World Health Organization (WHO) tahun 2015, diare
merupakan penyebab kematian kedua pada balita di dunia. Data UNICEF
menyebutkan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena
diare.2,3 Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan di
indonesia, karena angka kesakitan dan kematiannya yang masih tinggi.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) RI tahun 2013,
Insidensi diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah sebesar
10,2% sedangkan di Sumatera Selatan, Insidensi diare pada balita adalah
sebanyak 3,9%. Cakupan penemuan pasien diare di Kota Palembang
berdasarkan data Dinas Kesehatan tahun 2015 telah mencukupi target
walaupun cenderung menurun dari tahun sebelumnya.4
Diare dapat menyebabkan kematian terutama pada balita karena
menyebabkan kondisi dehidrasi. Selain itu, diare menyebabkan kehilangan
nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh sehingga menjadi salah satu
penyebab utama malnutrisi pada anak.5 Di negara berkembang, penyebaran
luas kasus diare terjadi karena beberapa faktor diantaranya kondisi sanitasi
lingkungan yang buruk, pasokan air bersih yang tidak cukup, kemiskinan
dan pendidikan orangtua yang rendah.6 Penyakit menular seperti diare

6
terutama merupakan hasil hubungan interaktif antara faktor biologis
dengan lingkungan dan perilaku yang dapat menimbulkan potensi
penyakit. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita antara lain adalah
keadaan sanitasi dasar rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
(misalnya ketersediaan dan penggunaan air bersih, penggunaan jamban,
saluran pembuangan air dan limbah, dan sistem pengelolaan sampah),
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana kesehatan di lingkungan yang
kurang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat, misalnya kebiasaan
mencuci tangan dengan menggunakan sabun dari masyarakat yang juga
kurang baik.7
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran, sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakatnya. Perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat
merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status
kesehatan penduduk.8 Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) RI pada tahun 2010 secara nasional, penduduk yang telah
memenuhi kriteria PHBS baik adalah sebesar 38,7%.9 Berdasarkan data
dasar kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2016, jumlah
rumah sehat di ada di Kota Palembang adalah sebanyak 66,6% dan di
wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal adalah sebesar 80%.4
Data pendahuluan yang didapatkan peneliti menujukkan bahwa
terdapat peningkatan angka kunjungan balita dengan diare ke Poliklinik
MTBS Puskesmas Bukit Sangkal Kota Palembang. Pada bulan Februari
2017 hanya terdapat satu kasus diare pada balita yang berobat ke poliklinik
MTBS, yang meningkat menjadi lima kasus pada Maret 2017, dan hingga
pertengahan bulan April, didapatkan 8 kasus diare pada balita. Selain itu,
diketahui bahwa cakupan rumah tangga ber-PHBS di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Sangkal juga masih berlum tercapai yaitu sebesar 64,5%

7
(target 80%). Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dan menganalisa
hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja Puskemas Bukit Sangkal Palembang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan
antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada
balita di wilayah kerja Puskemas Bukit Sangkal Palembang?”.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus makalah ini adalah:
1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik balita, perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) cuci tangan dengan sabun, penggunaan air
bersih, dan penggunaan jamban dengan kejadian diare di wilayah
kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.
2. Mengetahui hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit
Sangkal Palembang
3. Mengetahui hubungan antara perilaku cuci tangan dengan sabun
dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit
Sangkal Palembang.
4. Mengetahui hubungan antara penggunaan air bersih dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang.

8
5. Mengetahui hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Dinas Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan informasi kepada Dinas Kesehatan
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan diare pada
balita di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.
2. Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan evaluasi pelaksanaan
program promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dan diare pada balita di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.
3. Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan mencegah diare pada
balita.

1.5. Hipotesis
Ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


PHBS adalah perilaku berdasarkan kesadaran untuk mewujudkan kondisi
yang sehat dari dalam maupun luar diri. Dalam pencapaian PHBS, diberikan
pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment)1.
PHBS juga merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, maupun
mempraktekkan PHBS. Terdapat 5 program prioritas dalam PHBS yaitu Gizi,
kesehatan lingkungan, gaya hidup, dana sehat/asuransi, kesehatan/JPKM. Dengan
demikian, upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam
menciptakan suatu kondisi bagi kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara berkesinambungan. PHBS yang baik akan bermakna terhadap
kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, status gizi serta
pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan. Menurut pusat promosi kesehatan,
PHBS dapat mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman
penyakit3.
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta
meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha,
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal4.
Berikut ini adalah 5 bidang PHBS yang diaplikasikan di Indonesia5:
a. PHBS di rumah tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat4.

10
b. PHBS di tempat-tempat Umum
Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya. Penularan penyakit
dapat terjadi di tempat-tempat umum karena kurang tersedianya air bersih dan
jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah, kepadatan vektor
berupa lalat dan nyamuk, kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan
dan lain-lain. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk
memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat - tempat umum
agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS yang berperan aktif
dalam mewujudkan tempat - tempat umum sehat4.
c. PHBS di tempat kerja
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat merupakan hal yang
diinginkan dan menjadi hak asasi setiap pekerja, karena itu menjadi kewajiban
semua pihak untuk ikut memelihara, menjaga dan mempertahankan kesehatan
pekerja agar tetap sehat dan produktif dengan melaksanakan pembinaan PHBS di
tempat kerja. PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para
pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Hal – hal yang
bisa dilakukan seperti tidak merokok di tempat kerja, membeli dan mengkonsumsi
makanan dari tempat kerja, menyelenggarakan olahraga di tempat kerja seminggu
sekali secara teratur, membuang sampah pada tempatnya, dan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan1.
d. PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik dan guru atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. PHBS di sekolah sangat
diperlukan seiring dengan banyaknya penyakit yang sering menyerang anak usia
sekolah yang umumnya berhubungan dengan PHBS. Indikator PHBS di sekolah

11
akan memberikan indikasi keberhasilan atau pencapaian kegiatan PHBS di
sekolah. Indikator yang dikembangkan tentunya meliputi indicator yang terkait
dengan perilaku siswa di sekolah dan indicator yang berkaitan dengan penyediaan
sarana dan prasarana kesehatan di lingkungan sekolah sebagai bentuk dukungan
kebijakan4.
Penerepan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6–12
tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah
diarahkan untuk memberdayakan setiap siswa dan guru agar tahu dan mampu
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat6.

2.2 Indikator PHBS


PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di
Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga
Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Memberi bayi ASI eksklusif
3) Menimbang bayi dan balita
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) Menggunakan jamban sehat
7) Memberantas jentik di rumah
8) Makan buah dan sayur setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah

12
Gambar 1. 10 Indikator PHBS

1) Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan


Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan (dokter kandungan dan kebidanan, dokter umum dan
bidan). Persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dikarenakan tenaga
kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinanan,
sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan
dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumah
sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya
infeksi dan bahaya kesehatan lainnya7.

2) Memberi Bayi ASI Eksklusif


Memberi ASI ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak
lahir sampai usia 6 bulan. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan
dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi,
sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama

13
berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk
bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit7.

3) Menimbang Bayi dan Balita


Bayi dan balita perlu ditimbang setiap bulan dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap
bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu.Setelah bayi dan
balita ditimbang, catat hasil penimbangan di Buku KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya
naik atau tidak naik (lihat perkembangannya)7.

4) Menggunakan air bersih


Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum,
memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur,
mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit atau
terhindar dari sakit7.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan
penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman,
karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan7.

6) Menggunakan jamban sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya7.

14
1. Jamban cemplung
Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang
yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam
tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Jamban cemplung digunakan
untuk daerah yang sulit air.
2. Jamban tangki septik/leher angsa
Jamban tangki septik adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai
wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi
dengan resapannya. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk
daerah yang cukup air dan padat penduduk karena dapat menggunakan
multiple latrine yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik
digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat menampung
kotoran/tinja dari 3-5 jamban).

7) Memberantas Jentik di Rumah


Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Pemeriksaan jentik berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada di
dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan
diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang
pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. PJB
biasanya dilakukan oleh anggota rumah tangga, kader, juru pemantau jentik
(Jumantik), dan tenaga pemeriksa jentik lainnya7.

8) Makan buah dan sayur setiap hari


Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2
porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari

15
sangat penting, karena mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi7.

9) Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari


Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat
dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan berupa
kegiatan sehari-hari, seperti berjalan kaki, berkebun, kerja di taman,
mencuci pakaian, atau berupa olah raga, seperti push-up, lari ringan,
bermain bola, berenang, senam, dan sebagainya. Aktivitas fisik dilakukan
secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga, dapat
menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya7.

10) Tidak Merokok di dalam Rumah


Tidak merokok di dalam rumah adalah penduduk/anggota rumah tangga
umur 10 tahun keatas tidak merokok di dalam rumah ketika berada bersama
anggota keluarga. Terdapat 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu Berhenti
Seketika, Menunda, dan Mengurangi. Cara seketika merupakan upaya yang
paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu bantuan tenaga
kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat
adiktif7.

2.3 Diare
2.3.1 Definisi
Diare adalah suatu penyakit yang menyebabkan seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, dengan frekuensi lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam sehari dengan atau tanpa disertai darah.
Diare dapat digolongkan diare akut atau bila telah berlangsung lebih dari 14
hari dikategorikan sebagai diare kronik.8,12

16
2.3.2 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang,
termasuk di Indonesia, karena morbitas dan mortalitas yang ditimbulkannya.
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, secara
global morbiditas diare mencapai 1,7 miliar setiap tahunnya, dengan
mortalitas mencapai 760.000 untuk anak dengan usia di bawah lima tahun.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan di 33 provinsi pada
tahun 2013, melaporkan bahwa angka nasional prevalensi diare adalah
3,5%, dengan insiden tertinggi terjadi pada karateristik usia 12-23 bulan.
Angka prevalensi diare untuk Sumatera Selatan masih mencapai 4,5%,
melebihi angka nasional. Data terakhir Puskesmas Sematang Borang untuk
tahun 2016 menunjukkan target penemuan kasus diare adalah 865. Namun,
kasus diare yang ditangani baru mencapai 7098-11.

2.3.3 Faktor Risiko


Faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya diare adalah tidak
memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi,
tidak cukup tersedianya air bersih, tercemarnya air oleh tinja, tidak ada atau
kurangnya sarana MCK, higiene per orangan dan penyediaan makanan
tidak higienis, cara penyapihan bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih,
terlalu cepat diberi susu botol dan terlalu cepat diberi makanan padat).
Selain hal- hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk terjangkit diare antara lain: gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas
usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik13.

2.3.4 Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya
diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar

17
dari diare akut oleh karena infeksi adalah non-inflamatory dan
inflammatory14,15
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus,
perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri.
Sebaliknya inflammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang
menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.15,16
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus,
Coronavirus, Minirotavirus. Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah
Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium
defficile, Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides,
Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia
enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium
coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica,
Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis,
Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.17

2.3.5 Patogenesis
Diare terjadi akibat akumulasi cairan dan elektrolit dalam feses12.
Patogenesis dan keparahan diare bergantung pada toksin yang dihasilkan (S.
aureus, Bacillus cereus), sekresi (cholera, E. coli, Salmonella, Shigella) atau
toksin sitotoksik yang dihasilkan (Shigella, S. aureus, Vibrio
parahaemolyticus, C. difficile, E. coli, C. jejuni), dan sifat invasif dari agen
pathogen enterik yang menyebabkan diare tersebut. Agen patogen enterik
bisa menyebabkan respons non inflamasi dan respon inflamasi pada mukosa
usus.18
Agen patogen enterik menyebabkan diare non inflamasi melalui toksin
enterik yang dihasilkan oleh bakteri, kerusakan sel-sel vili (permukaan) oleh
virus, pelekatan oleh parasit, dan pelekatan dan/atau translokasi oleh bakteri.
Diare inflamasi biasanya disebabkan oleh bakteri yang secara langsung

18
menginvasi usus atau menghasilkan sitotoksin sehingga menyebabkan
cairan, protein, dan sel-sel (eritrosit, leukosit) masuk ke dalam lumen usus.18
Toksin enterik yang dihasilkan oleh bakteri menyebabkan diare
toksigenik. Toksin ini, contohnya pada Vibrio cholera, meningkatkan kadar
cAMP pada mukosa usus sehingga menghambat penyerapan NaCl
electroneutral, tapi tidak mempengaruhi penyerapan Na+ yang distimulasi
oleh glukosa. Pada diare inflamasi (contohnya yang disebabkan oleh
Shigella spp. atau Salmonella spp.) terjadi kerusakan histologis yang luas
sehingga terjadi perubahan morfologi sel dan berkurangnya Na+ yang
distimulasi oleh glukosa dan penyerapan NaCl electroneutral. Sitokin
sangat berperan penting dalam proses inflamasi ini. Pada sel sekretori yang
terdapat di dalam kripta, sekresi Cl sangat sedikit pada orang normal.
Sebaliknya, sel ini justru teraktivasi oleh cAMP pada penderita diare
toksigenik dan diare inflamasi.18

2.3.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dan sindrom klinis pada diare biasanya
berhubungan dengan patogen yang menginfeksi. Manifestasi lainnya juga
bisa dinilai dari derajat dehidrasi yang terjadi.18

Tabel 1. Gejala diare berdasarkan derajat dehidrasi.19


Gejala/derajat Diare dehidrasi Diare dehidrasi berat
Diare tanpa dehidrasi
dehidrasi ringan/sedang
Bila terdapat dua tanda Bila terdapat dua tanda Bila terdapat dua tanda
atau lebih atau lebih atau lebih

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak


sadar

Mata Tidak cekung Cekung Cekung

Keinginan untuk Normal, tidak ada rasa Ingin minum terus, ada Malas minum
minum haus rasa haus
Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat lambat

19
2.3.6 Tata Laksana
Penatalaksanaan yang tepat pada kasus diare berperan penting dalam
menekan angka kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan diare dalam Lintas
Diare adalah memberikan oralit, memberikan tablet zinc selama 10 hari
berturut-turut, melanjutkan pemberian ASI dan makanan yang biasa
dimakan oleh anak, memberikan antibiotik secara selektif, dan memberikan
nasihat pada ibu atau keluarga. Penatalaksanaan terapi cairan diberikan
sesuai dengan derajat dehidrasi yang diderita, yaitu rencana terapi A untuk
diare tanpa dehidrasi, rencana terapi B untuk diare dengan dehidrasi ringan
atau sedang, dan rencana terapi C untuk diare dengan dehidrasi berat.19

Tabel 2. Rehidrasi diare sesuai derajat dehidrasi.19


Rencana Terapi C
Rencana Terapi A Rencana Terapi B

 Teruskan ASI lebih sering  Jumlah oralit yang  Beri segera cairan intravena
dan lebih lama. diberikan dalam 3 jam (RL/NaCl 0,9%) sebanyak
 Untuk anak yang mendapat pertama di sarana kesehatan 100 ml/kg BB dengan
ASI, beri oralit/air matang adalah 75 ml x BB anak. pembagian sebagai berikut.
sebagai tambahan.  Berikan oralit lebih banyak - Bayi <1 tahun: 30 ml/kg
 Untuk anak yang tidak jika anak BB selama 1 jam,
mendapat ASI, beri susu dan menginginkannya. kemudian 70 ml/kg BB
oralit/cairan rumah tangga  Bujuk ibu untuk selama 5 jam.
sebagai tambahan. meneruskan ASI. - Anak ≥1 tahun: 30 ml/kg
 Beri oralit sampai diare  Untuk bayi <6 bulan yang BB selama 30 menit,
berhenti. Bila muntah tidak mendapat ASI berikan kemudian 70 ml/kg BB
tunggu 10 menit dan juga 100-200 ml air masak. selama 2 1/2 jam.
dilanjutkan sedikit demi  Untuk anak >6 bulan, tunda  Beri juga oralit (5
sedikit. pemberian makan selama 3 ml/kg/jam) bila penderita
- Umur <1 tahun diberi 50- jam kecuali ASI dan oralit. bisa minum.
100 ml setiap kali BAB.  Setelah 3-4 jam, nilai  Setelah 6 jam (bayi) atau 3
- Umur >1 tahun diberi kembali derajat dehidrasi jam (anak), nilai kembali
100-200 ml setiap kali kemudian tentukan pilihan derajat dehidrasi kemudian
BAB. rencana terapi. tentukan pilihan rencana
terapi.

Zinc diberikan 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti.


Zinc dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok
air matang dengan dosis 10 mg (1/2 tablet) per hari untuk bayi <6 bulan dan
20 mg (1 tablet) per hari untuk anak >6 bulan. Pemberian makan diberikan
sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat.

20
Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan. Beri makanan
kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, dan air kelapa hijau. Beri makan
lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam). Setelah
diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2
minggu.19
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut
oleh karena sebagian besar diare infeksi disebabkan oleh Rotavirus yang
sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Antibiotik
hanya diberikan sesuai indikasi, seperti disentri dan kolera.19

Tabel 3. Pilihan antibiotika sesuai etiologi diare.


Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB Erythromycin 12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Pivmecillinam 20 mg/kg BB
2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10 hari
pada kasus berat)
Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

Obat-obat antidiare tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak


diindikasikan untuk mengobati diare akut pada anak. Beberapa obat
antidiare yang sering digunakan adalah adsorben, meliputi kaolin, dan
attapulgite. Obat-obat ini dipromosikan untuk mengikat dan menginaktivasi
toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan
mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Selain itu, obat
antimotilitas juga sering digunakan, contohnya loperamide hydrochloride.
Obat ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi
tidak mengurangi volume tinja pada anak.
Selain terapi medika mentosa, probiotik dan prebiotic juga sering
digunakan dalam penatalaksanaan diare. Probiotik merupakan

21
mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang
kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Mekanisme efek probiotik melalui perubahan lingkungan mikro
lumen usus (pH, O2), produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa
patogen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada
enterosit, modifikasi toksin/ reeptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus
melalui penyediaan nutrien dan imunomodulator.
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan makanan,
umumnya kompleks karbohidrat, yang bila dikonsumsi dapat merangsang
pertumbuhan flora intestinal yng menguntungkan kesehatan. Oligosakarida
di ASI merupakan prototipe prebiotik karena dapat merangsang Lactobacilli
dan Bifidobacteria di kolon bayi yang minum ASI.
Tekahir, nasihati untuk ibu membawa anak kembali ke petugas
kesehatan bila BAB cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan
dan minum sangat sedikit, timbul demam, BAB berdarah, atau tidak
membaik dalam 3 hari.19

2.3.7 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit, diare dapat
menyebabkan komplikasi berupa dehidrasi, renjatan (shock) hipovolemik,
gangguan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia, hipernatremia),
hipoglikemi, kejang, dan malnutrisi energi protein.

2.3.8 Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yakni: Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
(Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.19

22
Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan
berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan.
Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan
biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi
dan pemberian imunisasi.19

Penyediaan Air Bersih


Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir
70% tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan,
minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan
tersebut WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat
60 liter. Selain dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga
dapat berperan besar dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk
diare. Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air
permukaan yang merupa kan air sungai, dan danau. Air tanah yang
tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah
dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan
salju.
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam
terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba
patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak
mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik,
dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit.
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari
sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus
jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari
sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan
air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih, dan untuk

23
minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air
bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan
dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih.

Tempat Pembuangan Tinja


Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung
terhadap insiden penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara
lain penyakit diare. Keluarga harus membuang air besar di jamban. Jamban
harus dijaga dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban, maka
anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan
daerah anak bermain dan paling kurang sepuluh meter dari sumber air
bersih.
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka
pembua ngan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban
memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak
mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di
jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan
dipelihara, dan murah.Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi
syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada
anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai
kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi. Menurut
hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak balita yang berasal dari keluarga
yang menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik,
prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga
yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi di kota
dan 8,9 % di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluaga yang
mempergunakan sungai sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di
kota dan 12,7% di desa.

24
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi, komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan
diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk menyusui dengan aman dan
nyaman ibu jangan memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau
susu formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera
setelah bayi lahir, serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai
khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain
yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare,
pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya
lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam
bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih
besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI.

Kebiasaan Mencuci Tangan


Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan
dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius
penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut
ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang
mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada
penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat
tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit
masuk ke tubuh manusia.Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini
sangat berhubungan dengan penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi
pencemaran sumber perantara oleh tinja serta menghalangi masuknya
sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui mulut. Kebiasaan mencuci
tangan pakai sabun adalah perilaku amat penting bagi upaya mencegah
diare.

25
Kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah
menangani tinja anak, sebelum makan atau memberi makan anak dan
sebelum menyiapkan makanan. Kejadian diare makanan terutama yang
berhubungan langsung dengan makanan anak seperti botol susu, cara
menyimpan makanan serta tempat keluarga membuang tinja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aulia dkk., (1994) di Sumatera
Selatan, kebiasaan ibu membuang tinja anak di tempat terbuka merupakan
faktor risiko yang besar terhadap kejadian diare dibandingkan dengan
kebiasaan ibu membuang tinja anak di jamban.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk
mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan
pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat
disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai
radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.

Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal
mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan
yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga
keseimbangan cairan.
Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap
memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental
kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik

26
juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam
berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.

2.3.9 Prognosis
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 5 pilar diare, sebagian
besar (90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7
hari, sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7
hari, sebagian kecil (5%) akan menjadi diare persisten.20

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitan analitik observasional dengan desain cross-
sectional untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih sehat dan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang. Pada
penelitian ini data pada semua variabel, baik variabel dependen maupun
independen diambil pada saat yang bersamaan menggunakan kuesioner.

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Poliklinik Manajemen Terpadu Balita Sehat
(MTBS) Puskesmas Bukit Sangkal Palembang dari tanggal 17 – 22 April 2017.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah semua balita yang berdomisili di
wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah balita yang berkunjung ke Poli MTBS
Puskesmas Bukit Sangkal Palembang periode 17 – 22 April 2017 yang memenuhi
kriteria inklusi. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus:
𝑁
n=
1+𝑁(𝑑2 )

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = besar populasi sebanyak 2115 balita
d = Confident Interval yang diinginkan adalah 0,1
Sumber: Dahlan Sopiyudin, M. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.

28
2115
n=
1+2115(0.12 )

n = 95
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini minimal 95 orang. Akan tetapi, karena
keterbatasan waktu penelitian maka sampel penelitian akan diambil secara non-
probability sampling dengan cara consecutive sampling yang memenuhi kriteria
inklusi dengan jumlah minimal sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.

3.4. Kriteria Sampel


3.4.1. Kriteria Inklusi
a. Pasien balita yang berobat ke Poli MTBS Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang.
3.4.2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
b. Pasien yang berdomisili di luar wilayah kerja Puskesmas Bukit
Sangkal Palembang.

3.5. Variabel Penelitian


3.5.1. Variabel Dependen
1. Kejadian diare pada balita dalam 3 bulan terakhir
3.5.2. Variabel Independen
1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Penggunaan air bersih
3. Penggunaan jamban sehat
4. Cuci tangan dengan sabun

29
3.6 Definisi Operasional Penelitian

Definisi Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Terjadinya buang air Sampel mengisi kuisioner Diare dan Nominal
besar konsistensi mengenai kejadian diare pada tidak diare
lembek atau cair, balita dalam tiga bulan
Kejadian dengan frekuensi terakhir
diare tiga kali atau lebih
pada dalam sehari dengan
balita atau tanpa disertai
darah pada balita
dalam kurun waktu
tiga bulan terakhir8
Kebiasaan bersih Menggunakan kuesioner Baik bila Ordinal
pada keluarga yang terdiri dari 20 pertanyaan skor: 11-20
meliputi kebersihan tertutup, dengan kriteria: Buruk bila
Perilaku dalam mencuci skor 1 untuk skor: 0-10
Hidup tangan dengan sabun yang memilih jawaban Benar
Bersih sebelum dan sesudah dan skor 0 untuk yang
dan Sehat makan, kebersihan memilih jawaban Salah.
(PHBS) alat makan dan
minum balita, serta
perilaku menyajikan
dan menyiapkan
makanan1.
Penggunaan Penggunaan air yang Menggunakan kuesioner Baik bila Ordinal
Air Bersih digunakan untuk terdiri dari 9 pertanyaan skor: 6-9
keperluan sehari-hari tertutup, dengan kriteria: Buruk bila
yang kualitasnya Skor 1 untuk jawaban Benar skor: 0-5
memenuhi syarat dan skor 0 untuk jawaban
kesehatan dan dapat Salah.
diminum setelah
dimasak7.
Penggunaan Penggunaan Menggunakan kuesioner Baik bila Ordinal
Jamban bangunan tempat terdiri dari 5 pertanyaan skor: 4-5
Sehat membuang kotoran tertutup, dengan kriteria: Buruk bila
manusia dan tidak Skor 1 untuk jawaban Benar skor: 0-3
menjadi penyebab dan skor 0 untuk jawaban
penyakit7. Salah.
Cuci Proses pelepasan Menggunakan kuesioner Baik bila Ordinal
Tangan debris dan kotoran terdiri dari 6 pertanyaan skor: 4-6
dengan dari permukaan kulit tertutup, dengan kriteria: Buruk bila
Sabun tangan Skor 1 untuk jawaban Benar skor: 0-3

30
menggunakan sabun dan skor 0 untuk jawaban
serta air mengalir4. Salah.

3.7. Cara Pengumpulan dan Instrumen Penelitian


3.7.1. Cara Pengumpulan
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung
dari akseptor kontrasepsi yang berkunjung di poliklinik MTBS Puskesmas Bukit
Sangkal Palembang periode 17 – 22 April 2017 yang mengisi kuesioner
penelitian.
3.7.2. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data dan instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner untuk mengetahui identitas (nama, umur, alamat, jenis kelamin,
pekerjaan, dan pendidikan terakhir), kejadian diare pada balita dalam tiga bulan
terakhir, dan perilaku hidup bersih dan sehat dilihat dari indikator penggunaan air
bersih, penggunaan jamban, dan kebiasaan cuci tangan. Kuesioner dibagikan
kepada semua sampel penelitian (lampiran).
Sebelum kuesioner digunakan pada penelitian telah dilakukan uji validitas
dan reliabilitas menggunakan uji korelasi bivariate pearson yang diolah dengan
software SPSS 16.0. Validitas kuesioner dilihat dari nilai r hasil dan reliabilitas
dilihat dari nilai alpha. Validitas ini dilakukan pada penelitian Leli Herlina
Simanjutak tahun 2011 dengan judul “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dengan Kejadian Diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun 2010.”

3.8. Cara Pengolahan dan Analisis Data


Data yang telah terkumpul dilakukan pengkodean, rekapitulasi, dan
tabulasi data. Kemudian setelah proses pengolahan data dilakukan, data dianalisis
dengan menggunakan software SPSS versi 22.0. Jenis analisis yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif (univariat) dan analisis
analitik (bivariat).

31
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakterisitik setiap variabel penelitian dalam bentuk nilai rata-rata, median,
standar deviasi, distribusi frekuensi, dan persentase dari tiap variabel

2. Analisis Bivariat
Dalam penelitian ini, analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji
hipotesis komparatif variabel kategorik tidak berpasangan yaitu chi square test
untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen, dengan
menggunakan derajat kemaknaan alpha = 0,05 (Confidence Interval 95%). Bila
nilai p < 0,05 maka hasil statistik dinyatakan bermakna/terdapat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Pada studi cross sectional untuk
menilai kekuatan resiko dinyatakan dengan rasio prevalens (RP). Penghitungan
RP dilakukan dengan cara yang sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2.
Dari tabel tersebut RP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

RP = a/(a+b) : c/(c+d)

Keterangan:
- a/(a+b) = proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai faktor risiko yang
mengalami efek.
- c/(c+d) = proporsi (prevalens) subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek.
Hasil interpretasi nilai RP adalah16:
a. Jika PR = 1 menunjukkan bahwa variabel yang diteliti bukan faktor
risiko.
b. Jika PR > 1 dan batas bawah CI 95% melewati nilai 1 , maka variabel
yang diteliti merupakan faktor risiko.
c. Jika PR < 1 dan batas bawah CI 95% tidak mencapai nilai 1, maka
variabel yang diteliti merupakan faktor protektif, bukan faktor risiko.

32
d. Jika nilai interval kepercayaan RP mencangkup nilai 1, menunjukkan
bahwa variabel yang diteliti belum dapat disimpulkan apakah
merupakan faktor risiko atau faktor protektif.

3.9. Kerangka Operasional

Pengumpulan data sampel balita yang berobat ke Poli MTBS


Puskesmas Bukit Sangkal Palembang

Pengambilan sampel secara non probabilitas dengan cara


consecutive sampling, minimal 30 sampel

Pengumpulan data dengan teknik kuesioner pada informan

Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan

33
BAB IV
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BUKIT SANGKAL

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Bukit Sangkal


4.1.1 Profil Wilayah
Puskesmas Bukit Sangkal adalah salah satu puskesmas yang
terletak di wilayah kerja kota Palembang. Puskesmas ini terletak di
kecamatan Kalidoni tepatnya di kelurahan Bukit Sangkal. Puskesmas
Bukit Sangkal adalah puskesmas non swakelola di kota Palembang.

4.1.2 Sejarah Perkembangan


Puskesmas Bukit Sangkal didirikan tahun 1986, dari tanah hibah
dengan luas pembangunan 316 m2. Puskesmas Bukit Sangkal terletak di
wilayah kerja Kecamatan Kalidoni Kota Palembang, beralamat di Tanjung
Sari II no 46 kelurahan Bukit Sangkal kecamatan Kalidoni. Puskesmas
Bukit Sangkal dengan wilayah kerjanya mencakup satu kelurahan yaitu
Kelurahan Bukit Sangkal dengan luas wilayah 41,5 km2. Puskesmas Bukit
Sangkal telah dilakukan rehab bangunan pada tahun 2006 dan dibangun
ulang pada tahun 2012 sampai maret 2013 menjadi bangunan permanen.

4.1.3 Geografi
Keadaan geografi wilayah kerja puskesmas Bukit Sangkal terdiri
dari tanah rawa-rawa, dataran rendah dan dataran berbukit.

4.1.4 Transportasi
Letak puskesmas Bukit Sangkal ini tidak strategis karena jauh dari
jalan besar dan terletak di ujung lorong yang tidak dilalui alat transportasi
sehingga masyarakat yang ingin berobat perlu berjalan kaki cukup jauh.

34
4.1.5 Demografi
Wilayah kerja puskesmas Bukit Sangkal meliputi kelurahan Bukit Sangkal
dengan jumlah penduduk 25,486 jiwa.

Tabel 1. Data Kependudukan Puskesmas Bukit Sangkal


No Deskripsi Jumlah
I. DATA KEPENDUDUKAN
1 Jumlah Penduduk 25486
a.laki-laki 12304
b.perempuan 13182
2 Jumlah KK 5873
a.KK Gakin 1076
b.KK non Gakin 4797
c.Penduduk Gakin 1076
3 Jumlah pasangan usia subur 7238
4 Jenis pekerjaan penduduk
a. petani 39
b. pedagang 680
c.pengrajin 206
d.PNS 1782
e.swasta lainnya 498
5 Jumlah wanita usia subur 7238
6 Jumlah ibu hamil 465
7 Jumlah ibu bersalin 465
8 Jumlah ibu meneteki 465
9 Jumlah wanita peserta KB aktif 4651
10 Jumlah bayi 0-11 bln 452
11 Jumlah anak 1-3 thn 1423
12 Jumlah anak 3-5 thn 406
13 Jumlah bayi Gakin 0-6 bln 55

35
Lanjutan Tabel 1. Data Kependudukan Puskesmas Bukit Sangkal

No Deskripsi Jumlah
14 Jumlah bayi Gakin 6-11 bln 142
15 Jumlah anak Gakin 12-23 bln 533
16 Jumlah anak Gakin 24-59 bln 412
17 Jumlah lansia 1910
a. 45-55 thn 1070
b.55-64 thn 430
c. 65 thn ke atas 410
18 Jumlah rumah 5851

4.2 Sumber Daya


Dalam menjalankan tugasnya puskesmas Bukit Sangkal beberapa
kali mengalami pergantian kepemimpinan. Dari tahun 1986 sampai dengan
tahun 2015. Sekarang, yaitu tahun 2015 Puskesmas Bukit Sangkal di
pimpin oleh dr. Hilda Marheini dengan jumlah staf sebanyak 26 orang.

Tabel 2. Struktur Kepengurusan


No Nama Jabatan
1 dr. Hilda Marheini Pimpinan puskesmas
2 drg. Hasnawiah Dokter fungsional
3 dr. Anggun Lastrini Dokter fungsional
4 Linawati Perawat
5 Erita Sormin Perawat
6 Hj. Enny Sutini Perawat
7 H. Yahilan Perawat
8 Syamsaimun Perawat gigi
9 Dayang Sri Herlina,SKM Penyuluh Kes. Masyarakat
10 Trisna Juwita,BSc Perawat
11 Sri Mardaliati,Am.KL Sanitarian
12 Leni Marlina,ST Asisten apoteker

36
Lanjutan Tabel 2. Struktur Kepengurusan
No Nama Jabatan
13 Ellis Fitrina,AM.Keb Bidan pelaksana
14 Yuslizar Asisten apoteker
15 Rusmala Dewi Pelaksana
16 Dewi Haryanti, SKM, Am. Keb Bidan pelaksana
17 Tuti Andriani,S.Kep Perawat pelaksana
18 Sukma Hartha Puspitha, Am.G Nutrisionis pelaksana
19 Dewi Sartika, Am. Keb Bidan pelaksana
20 Wilda Mulyati,Am.AK Pranaat lab kes pelaksana
21 Marlina Putri U,Am.AK Pranaat lab kes pelaksana
22 Sari Mustikawati Riza,Am.Keb Bidan pelaksana
PTT/Non PNSD/Non PNS BLUD
23 Abdullah Non PNSD
24 Ade Khusnaii,Am.KL Non PNSD
25 Feriyanti Non PNSD
26 Renni Yuliarti,S.Kep Non PNS BLUD

4.3. Sarana dan Prasarana


Anggaran atau Dana:
 Dana JKN
 Dana Program JAMSOSKES SEMESTA
 Dana Rutin dan APBD
 Dana APBN

4.4. Fasilitas dan Layanan Kesehatan


1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA/KB)
 Ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui
 KB melayani, IUD, implan, pil, suntikan dan kondom
2. Pelayanan Pengobatan
 Pengobatan umum

37
 Pengobatan gigi
 Rujukan
3. Penyuluhan Kesehatan
 Penyuluhan di puskesmas
 Penyuluhan di posyandu
 Penyuluhan di SD atau SMP
 Penyuluhan di kelurahan
4. Pelayanan Laboratorium
 Pemeriksaan Hb
 Pemeriksaan trombosit
 Tes kehamilan
 Pemeriksaan protein urine
 Pemeriksaan golongan darah
 Pemeriksaan dahak BTA
5. Gilingan Emas
a. Gizi
 Pemberian vitamin A dan garam beryodium
 Uji klinik garam beryodium
 Konsultasi balita bawah garis merah dan obesitas
b. Pelayanan Imunisasi (setiap hari kamis)
 BCG
 Polio
 DPT,Hib (Pentavalent)
 Hepatitis B
 Campak
 TT calon pengantin dan TT ibu hamil
 Anti Tetanus Serum
c. Pelayanan Sanitasi
 Memberikan konsultasi atau penyuluhan penyakit akibat faktor
lingkungan

38
 Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, sarana air
bersih, pemberantasan sarang nyamuk

6. Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS)


 Kegiatan kesehatan reproduksi
 P2 kelamin
 Penyuluhan
 Sero survey (kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota)
7. Lain-lain
 Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS (FDC)
 Pelayanan pengobatan kusta
 Pelayanan kesehatan lansia 1 bulan sekali
 Usaha kesehatan sekolah screening murid kelas 1 SD dan SMP
 Pelaksanaan BIAS dilakukan 1 tahun sekali pada murid kelas 1,2
dan kelas 3

4.5. Target, Pencapaian dan Permasalahan Program


Kinerja suatu puskesmas dinilai dari program- program yang telah
dijalankan dan target yang telah dicapainya. Puskesmas Bukit Sangkal
telah menjalankan upaya kesehatan wajib yang memiliki beberapa
program kesehatan selama satu tahun. Data di bawah ini menunjukkan
target dan pencapaian masing-masing program yang telah dijalankan
Puskesmas Bukit Sangkal pada tahun 2016.

Tabel 3. Data Target dan Pencapaian Program Puskesmas Tahun 2016


Program Target Pencapaian Masalah
(%) (%)
Promosi Kesehatan
1. Cakupan keluarga yang 80% 100% Bukan masalah
melakukan PHBS
2. Cakupan bayi mendapat ASI 80% 100% Bukan masalah
eksklusif

39
Tabel 3. Data Target dan Pencapaian Program Puskesmas Tahun 2016

KIA-KB
1. K1 100% 84% Cakupan rendah
2. K4 100% 82% Cakupan rendah
3. Pelayanan Nifas 90% 82,5% Cakupan rendah
4. Komplikasi Obstetri 100% 68,4% Cakupan rendah
5. Komplikasi Neonatus 80% 61,6% Cakupan rendah
6. Deteksi dann stimulasi balita 80% 80% Cakupan rendah

7. Akseptor KB aktif 80% 51,3% Cakupan rendah


Kesehatan Lingkungan

1. Penyehatan tempat 80% 100% Bukan masalah


pembuangan sampah

Gizi

1. Timbang BB Balita 90% 84,3% Cakupan rendah

2. MP Asi pada bayi 100% 87,1% Cakupan rendah

P2M

1. Penemuan kasus TB baru 100% 55,7% Cakupan rendah

2. Imunisasi dasar 100% 94,6% Cakupan rendah

Pengobatan

1. MTBS 80% 83,8% Bukan masalah

2. Penanganan hipertensi 100% 79,3% Cakupan rendah

3. Penanganan DM 100% 81,4% Cakupan rendah

40
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 17 April – 22 April 2017.
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik MTBS Puskesmas Bukit Sangkal pada 44
responden yang diambil pada satu waktu berdasarkan kunjungan pasien ke
poliklinik. Dari 44 sampel tersebut terdiri dari pasien yang diare dan tidak diare.
Karakteristik subjek yang diteliti meliputi PHBS, penggunaan air bersih,
penggunaan jamban, perilaku cuci tangan dengan sabun, karakterkteristik
sosiodemografi yaitu usia dan jenis kelamin, serta kejadian diare.

A. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Karakteristik


Sosiodemografi dan PHBS
Dari seluruh sampel yang dikumpulkan sejak tangal 17 – 22 April 2017
didapatkan hasil bahwa rentang usia terbanyak balita yang berobat ke Poliklinik
MTBS Puskesmas Bukit Sangkal adalah kelompok usia 1 – 3 Tahun (54,5%).
untuk jenis kelamin, pasien yang berobat lebih banyak berjenis kelamin laki-laki
(61,4%). Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada 4.
Tabel 4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Karakteristik Usia dan Jenis
Kelamin
Karakteristik Jumlah Subjek Persentase (%)
Sosiodemografi (n=44)
Usia
< 1 tahun 13 29,5
1- 3 tahun 24 54,5
>3 - 5 tahun 7 15,9

Jenis Kelamin
Laki-laki 27 61,4
Perempuan 17 38,6

41
Secara keseluruhan, subjek penelitian yang melakukan PHBS baik lebih
banyak dibandingkan yang PHBS-nya buruk yaitu besesar 81,8%. Berdasarkan
penggunaan air bersih, lebih banyak subjek penelitian yang sudah menggunakan
air bersih dengan baik yaitu sebesar 81,8%. Penggunaan jamban juga sudah baik
pada sebagian besar subjek penelitian yaitu sebesar 72,7%. Berdasarkan perilaku
cuci tangan dengan sabun, didapatkan hasil bahwa lebih banyak subjek penelitian
yang sudah melakukan cuci tangan dengan sabun dengan baik yaitu sebesar
72,2%. Distribusi subjek penelitian berdasarka PHBS dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Subjek Penelitian PHBS


Karakteristik Jumlah Subjek Persentase (%)
PHBS (n=44)
PHBS
Baik 36 81,8
Buruk 8 18,2
Penggunaan Air Bersih
Baik 36 81,8
Buruk 8 18,2
Penggunaan Jamban
Baik 32 72,7
Buruk 12 27,3
Cuci Tangan dengan
Sabun 32 72,7
Baik 12 27,3
Buruk

Pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat 36,6% subjek penelitian


yang datang berobat ke Poliklinik MTBS dengan diare dan atau menderita diare
dalam 3 bulan terakhir. Proporsi subjek penelitian yang menderita diare dan atau
menderita diare dalam 3 bulan terakhir dapat dilihat pada grafik 1.

42
Proporsi Diare

Diare
Tidak Diare 36%
64%

Grafik 1. Proporsi Diare pada Subjek Penelitian


(Diare= 16, Tidak Diare= 28, n= 44)

5.1.2. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Diare
pada Balita di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
A. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Diare pada Balita
Tabel 6. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare pada
Balita
Diare
Tidak Diare Diare Total ρ-value
PHBS Baik Count 26 10 36
% within PHBS 72.2% 27.8% 100.0%
Buruk Count 2 6 8 0.012
% within PHBS 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 28 16 44
% within PHBS 63.6% 36.4% 100.0%
Prevalence Ratio 2.7

Berdasarkan data dalam Tabel 6, didapatkan bahwa mayoritas responden


yang melakukan PHBS dengan baik tidak mengalami diare dalam kurun waktu
tiga bulan terakhir.hal tersebut ditunjukkan sebanyak 26 responden dengan PHBS
baik tidak mengalami diare dalam tiga bulan terakhir, 10 responden dengan PHBS
baik mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan pada responden
dengan PHBS buruk yaitu sebanyak 8 responden, 2 diantaranya tidak mengalami
diare dalam tiga bulan terakhir dan 6 responden lain mengalami diare dalam tiga
bulan terakhir.

43
Nilai ρ pada Tabel 6 adalah 0.012, hal tersebut menunjukkan nilai ρ-value
< α (0.012 < 0.05) maka Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Keja Puskesma Bukit Sangkal Palembang.

B. Hubungan Penggunaan Air Bersih dengan Diare pada Balita


Tabel 7. Hubungan Penggunaan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita
Diare
Tidak Diare Diare Total ρ-value
Penggunaan Air Baik Count 26 10 36
Bersih % within Penggunaan
72.2% 27.8% 100.0%
Air Bersih
Buruk Count 2 6 8 0.012
% within Penggunaan
25.0% 75.0% 100.0%
Air Bersih
Total Count 28 16 44
% within Penggunaan
63.6% 36.4% 100.0%
Air Bersih
Prevalence Ratio 2.7

Berdasarkan data dalam Tabel 7, didapatkan bahwa mayoritas responden


yang menggunakan air bersih tidak mengalami diare dalam kurun waktu tiga
bulan terakhir.hal tersebut ditunjukkan sebanyak 26 responden yang
menggunakan air bersih tidak mengalami diare dalam tiga bulan terakhir, 10
responden lainnya mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan pada
responden yang tidak menggunakan air bersih yaitu sebanyak 8 responden, 2
diantaranya tidak mengalami diare dalam tiga bulan terakhir dan 6 responden lain
mengalami diare dalam tiga bulan terakhir.
Nilai ρ pada Tabel 7 adalah 0.012, hal tersebut menunjukkan nilai ρ-value
< α (0.012 < 0.05) maka Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah Keja Puskesma Bukit Sangkal Palembang.

44
C. Hubungan Penggunaan Jamban dengan Diare pada Balita
Tabel 8. Hubungan Penggunaan Jamban Sehat dan Kejadian Diare pada Balita
Diare
Tidak Diare Diare Total ρ-value
Penggunaan Jamban Baik Count 24 8 32
% within Penggunaan
75.0% 25.0% 100.0%
Jamban
Buruk Count 4 8 12 0.011
% within Penggunaan
33.3% 66.7% 100.0%
Jamban
Total Count 28 16 44
% within Penggunaan
63.6% 36.4% 100.0%
Jamban
Prevalence Ratio 2.6
Berdasarkan data dalam Tabel 8, didapatkan bahwa mayoritas responden
yang menggunakan jamban sehat dengan baik tidak mengalami diare dalam kurun
waktu tiga bulan terakhir.hal tersebut ditunjukkan sebanyak 24 responden yang
menggunakan jamban sehat tidak mengalami diare dalam tiga bulan terakhir, 8
responden yang menggunakan jamban sehat mengalami diare dalam tiga bulan
terakhir. Sedangkan pada responden yang tidak menggunakan jamban sehat yaitu
sebanyak 12 responden, 4 diantaranya tidak mengalami diare dalam tiga bulan
terakhir dan 8 responden lain mengalami diare dalam tiga bulan terakhir.
Nilai ρ pada Tabel 8 adalah 0.011, hal tersebut menunjukkan nilai ρ-value
< α (0.011 < 0.05) maka Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah Keja Puskesma Bukit Sangkal Palembang.

D. Hubungan Cuci Tangan dengan Sabun dengan Diare pada Balita


Tabel 9. Hubungan Cuci Tangan Menggunakan Sabun dengan Kejadian Diare pada Balita
Diare
Tidak Diare Diare Total ρ-value
Cuci Tangan dengan Baik Count 25 7 32
Sabun % within Cuci Tangan
78.1% 21.9% 100.0%
dengan Sabun
Buruk Count 3 9 12 0.001
% within Cuci Tangan
25.0% 75.0% 100.0%
dengan Sabun
Total Count 28 16 44
% within Cuci Tangan
63.6% 36.4% 100.0%
dengan Sabun
Prevalence Rate 3.4

45
Berdasarkan data dalam Tabel 9, didapatkan bahwa mayoritas responden
yang mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik tidak mengalami diare
dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.hal tersebut ditunjukkan sebanyak 25
responden yang mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik tidak
mengalami diare dalam tiga bulan terakhir, 7 responden yang menggunakan
jamban sehat mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan pada
responden yang tidak menggunakan jamban sehat yaitu sebanyak 12 responden, 3
diantaranya tidak mengalami diare dalam tiga bulan terakhir dan 9 responden lain
mengalami diare dalam tiga bulan terakhir.
Nilai ρ pada Tabel 9 adalah 0.001, hal tersebut menunjukkan nilai ρ-value
< α (0.001 < 0.05) maka Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah Keja Puskesma Bukit Sangkal Palembang.

5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Poli MTBS Puskesmas
Bukit Sangkal Palembang didapatkan hasil terdapat hubungan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini
sama dengan penelitian sebelumnya yaitu Sucipto pada tahun 2012 yang
menyatakan di kesimpulanya terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita pada penelitian tersebut
digunakan juga 3 indikator yaitu penggunaan air bersih dan sehat, penggunaan
jamban keluarga yang bersih dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Responden dikatakan memiliki PHBS baik apabila skor PHBS lebih dari sama
dengan 11, dan PHBS buruk apabila skor PHBS kurang dari sama dengan 10.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nuraeni pada tahun 2012 di Kelurahan Tawangmas Kota Semarang
menyatakan bahwa hasilnya tidak ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan kejadian diare. Hal ini bisa di sebabkan beberapa hal seperti misalnya

46
pertahanan tubuh (sistem imun) anak yang kuat atau jumlah bakteri patogen yang
masuk tidak adekuat untuk menyebabkan kejadian diare. Penelitian yang
dilakukan Nuraeni berbeda jelas, karena penelitian ini yang dilakukan
menggunakan 5 indikator yaitu pemberian ASI ekslusif, menggunakan air bersih
dan sehat, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, penggunaan jamban yang
bersih dan sehat dan yang terakhir yaitu penggelolaan sampah.
Secara keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ada kaitanya
dengan kejadian diare apabila penerapan PHBS tidak di lakukan dengan baik, dan
insiden kejadian diare akan berturun apabila di dalam kelurga menerapkan PHBS
dengan baik. Lingkungan rumah merupakan salah satu tempat hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Rumah harus sehat dan nyaman agar penghuninya dapat
berkarya untuk meningkatkan produktifitas. Apabila rumah tidak memenuhi
syarat kesehatan akan berisiko terkena penyakit. Penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat di rumah tergantung ibu balita, Kejadian diare sendiri pada umumnya
juga bisa di sebabkan oleh faktor sosiodermografi dari ibu balita seperti umur,
pendidikan ibu dan keadaan sosial ekonomi21. Penyakit diare dapat di tanggulangi
dengan penanganan yang tepat sehingga tidak akan sampai menimbulkalkan
kematian terutama pada balita22. PHBS sendiri merupakan salah satu promosi
kesehatan indonesia yang memiliki lima tatanan yang menjadi sasaran yaitu salah
satunya adalah tatanan rumah tangga.
PHBS dalam tatanan rumah tangga sendiri merupakan upaya untuk
memberdayakan anggota keluarganya agar sadar, mau dan mampu melakukan
PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesadarannya,mencegah resiko
terjadinya penyakit dan memelihara diri dari ancaman penyakit serta berperan
aktif dalam gerakan kegiatan masyarakat. Perilaku hidup bersihdan sehat dalam
tatanan rumah tangga terdapat 10 indikator yaitu : 1) Persalinan di tolong oleh
tenaga kesehatan, 2) Memberikan ASI ekslusif, 3) Menimbang bayi setiap bulan,
4) Menggunakan air bersih, 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6)
Menggunakan jamban yang bersih dan sehat, 7) Memberantas jentik di rumah, 8)
Makan-makanan yang bergizi, 9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan 10)
Tidak merokok di dalam ruangan5. Dimana indikator yang berkaitan dengan

47
pencegahan diare adalah 1) Menggunakan air yang bersih, 2) Menggunakan
jamban sehat, dan 3) Mencuci tangan tangan dengan air bersih dan sabun.
Keterbatasan penelitian ini dalam menggunakan desain penelitian dengan
pendekatan cross-sectional sehingga data yang di peroleh tidak menggambarkan
keaadaan secara keseluruhan dalam kurun waktu 1 tahun. Selain itu juga jumlah
responden yang digunakan hanya 44 orang karena keterbatasan waktu peneliti.
Kasus diare pada balita sangat di pengaruhi oleh banyak faktor sehingga di
perlukan lebih fokus penelitian untuk melihat variabel umur balita yang terbanyak
terkena diare pada golongan umur bayi atau balita.

48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Usia balita yang berobat ke Poliklinik MTBS Puskesmas Bukit Sangkal
adalah kelompok usia <1 tahun (29,5%), usia 1 – 3 Tahun (54,5%), dan
usia >3- 5 tahu (15,9%). Pasien yang berobat lebih banyak berjenis
kelamin laki-laki (61,4%) dibandingkan perempuan (38,6%). Secara
keseluruhan, PHBS baik lebih banyak dibandingkan yang PHBS-nya
buruk (81,8%), penggunaan air bersih dengan baik (81,8%), penggunaan
jamban (72,7%), dan cuci tangan dengan sabun (72,2%).
2. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan secara signifikan
terhadap kejadian diare pada balita (p= 0.012) dengan prevalence ratio
(PR)= 2,7.
3. Penggunaan Air Bersih yang buruk berhubungan signifikasn terhadap
kejadian diare pada balita (p= 0.012) dengan prevalence ratio (PR)= 2,7.
4. Penggunaan jamban yang buruk berhubungan signifikasn terhadap
kejadian diare pada balita (p= 0.011) dengan prevalence ratio (PR)= 2,6.
5. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun yang buruk berhubungan signifikasn
terhadap kejadian diare pada balita (p= 0.001) dengan prevalence ratio
(PR)= 3,4.

6.2. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Bagi petugas kesehatan di lapangan diharapkan dapat mengaplikasikan
peran sebagai pemberi infromasi kepada ibu berupa pentingnya Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menjadi panutan dalam
mengaplikasikan penggunaan air bersih dan sehat, penggunaan jamban
sehat, dan cuci tangan menggunakan sabun sehingga ibu mampu melakukan
pencegahan terhadap terjadinya penyakit, khususnya kejadian diare pada
balita.

49
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat baik itu orang tua, keluarga, maupun tokoh
masyarakat mempunyai kepedulian dan tanggung jawab terhadap Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga mereka mau dan mampu
melakukan penggunaan air bersih dan sehat, penggunaan jamban sehat, dan
cuci tangan menggunakan sabun, sehingga kejadian diare pada balita yang
disebabkan oleh PHBS bisa berkurang.

50
DAFTAR PUSTAKA
1. Masita, S. 2009. Pelaksanaan Program UKS dan Kebiasaan Hidup Bersih dan Sehat
Murid Kelas VI SD RA.Kartini Kota Tebing Tinggi. Fakultas Keperawatan,
Universitas Sumatera Utara. Diakses dalam:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17112
2. Andini, A.P.W. 2011. Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan
terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan
Teupah Barat Kabupaten Simeulue. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara. Diakses dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/38006
3. Situmorang, A. D. 2013. Perbandingan pengetahuan, sikap dan tindakan murid
tentang perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah dasaryang memiliki dan yang tidak
memiliki usaha kesehatan sekolah (UKS) kecamatan Medan Baru tahun 2013.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Diakses dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/4213
4. Depkes. 2013. Buku 3: Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Depkes RI.
5. Purba, E.T. 2013. Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga di Kelurahan Tomuan Kecamatan
Siantar Timur Tahun 2012. Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera
Utara. Diakses dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/39357
6. Syahputri, D. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Dasar (SD)
tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan
Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara. Diakses dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27601
7. Syaifullah. 2009. Pengaruh Praktik Hidup Bersih danSehat terhadap Status Gizi
Balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Provinsi Naggroe Aceh
Darussalam. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Diakses
dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16933
8. World Health Organization. Diarrhoeal Disease.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/. 2013. Diakses 17
April 2017.
9. Mengistie B, Berhane Y, Worku A. Predictors of Oral Rehydration Therapy
Use Among Under-Five Children with Diarrhea in Eastern Ethiopia: A
Community Based Case Control Study. BMC Public Health. 2012; 12: 1029.

51
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. 2013.
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Jakarta: Kemenkes RI. 2015.
12. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson: Ilmu
Kesehatan Anak, Edisi Keenam. Jakarta: IDAI. 2011.
13. Minarto. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk Buku I. Kementrian Kesehatan RI
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2011.
14. Divisi Gastrohepatologi Departemen Kesehatan Anak RSUP Dr. Mohammad
Hoesin. Panduan Praktek Klinin (PPK). Palembang. 2014.
15. Alfa, Yasmar. Diare Akut Pada Anak. Bandung: SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK UNPAD/RSHS. 2010.
16. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of Pediatric,17
Edition. 2003. Hal 1272-1276.
17. Frye, Richard E.. Diarrhea. http://www.emedicine.com. 2013. Diakses
tanggal 18 April 2017.
18. Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson: Textbook of
Pediatrics, Edition 20. Canada: Elsevier. 2011.
19. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. Buku Saku Petugas Kesehatan:
Lintas Diare. Jakarta: Depkes RI. 2011.
20. Nguyen, David G. Pediatrics, Rotavirus. http://www.emedicine.com/.
2005. Diakses tanggal 18 April 2017
21. Sucipto E. 2002. Hubungan Antara Ketersediaan Dan Pemanfaatan Air
Bersih dan Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
Puskesmas Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Tesis
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

52
53
Lampiran 2
Data Sampel
Umur Jenis Air Cuci Air Cuci
No Nama Diare PHBS Jamban PHBS Jamban
(thn) Kelamin Bersih Tangan Bersih Tangan
1 Novida 0 Perempuan Tidak Diare 10 5 3 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
2 Helen Naura 0 Perempuan Diare 18 9 4 5 Baik Baik Baik Baik
3 Riski Yansyah 1 Laki-laki Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
4 M. Zaki 1 Laki-laki Diare 9 5 2 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
Ikmalul
5 Fakhri 4 Laki-laki Tidak Diare 18 8 5 5 Baik Baik Baik Baik
6 M. Zen 0 Laki-laki Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
7 Dewi 1 Perempuan Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
8 M. Ilham R 1 Laki-laki Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
Della
9 Anggraini 4 Perempuan Tidak Diare 18 8 5 5 Baik Baik Baik Baik
10 Ardiansyah 0 Laki-laki Diare 14 7 5 2 Baik Baik Baik Buruk
11 Rafta 3 Laki-laki Tidak Diare 17 8 4 5 Baik Baik Baik Baik
12 Nanda 2 Laki-laki Diare 17 8 4 5 Baik Baik Buruk Baik
13 Afita 0 Perempuan Tidak Diare 14 6 4 4 Baik Baik Baik Baik
14 Rania H 2 Perempuan Tidak Diare 12 7 3 2 Baik Baik Buruk Buruk
Akbar
15 Ramadha 0 Laki-laki Tidak Diare 18 9 4 5 Baik Baik Baik Baik
16 Arsy 1 Laki-laki Diare 18 9 5 4 Baik Baik Baik Baik
17 Septian Alea 4 Laki-laki Tidak Diare 10 4 2 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
18 Delsha 1 Perempuan Diare 18 9 4 5 Baik Baik Baik Baik

54
Umur Jenis Air Cuci Air Cuci
No Nama Diare PHBS Jamban PHBS Jamban
(thn) Kelamin Bersih Tangan Bersih Tangan
19 Ferina Delisa 3 Perempuan Diare 10 4 3 3 Buruk Buruk Buruk Buruk
20 M. Surya 0 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
21 Alesha Defira 0 Perempuan Tidak Diare 19 9 4 6 Baik Baik Baik Baik
22 M. Dzaki 1 Laki-laki Tidak Diare 19 9 4 6 Baik Baik Baik Baik
23 Sidqiatul 0 Perempuan Diare 12 7 4 1 Baik Baik Baik Buruk
Miftahul
24 Jannah 2 Perempuan Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
25 M. Rasya 0 Laki-laki Tidak Diare 18 9 5 4 Baik Baik Baik Baik
26 M. Abizar 1 Laki-laki Diare 15 7 4 4 Baik Baik Baik Baik
27 M. Irfan 4 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
28 Tapasya 1 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
29 Abizar 1 Laki-laki Diare 12 6 3 3 Baik Baik Buruk Buruk
30 Risky 4 Laki-laki Tidak Diare 16 9 3 4 Baik Baik Buruk Baik
31 Nurwinda 0 Perempuan Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
32 Aditya 3 Laki-laki Diare 9 5 3 1 Buruk Buruk Buruk Buruk
33 M. Arshy 0 Laki-laki Tidak Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
34 Dhanisa 1 Perempuan Diare 10 5 3 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
35 Risky Ariyadi 4 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
36 M. Ali 2 Laki-laki Diare 19 8 5 6 Baik Baik Baik Baik
37 Arsa 2 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
38 Nadya 0 Perempuan Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
39 M. Dika 4 Laki-laki Tidak Diare 17 6 5 6 Baik Baik Baik Baik
M. Aprilio
40 Wijaya 2 Laki-laki Diare 9 5 2 2 Buruk Buruk Buruk Buruk

55
Umur Jenis Air Cuci Air Cuci
No Nama Diare PHBS Jamban PHBS Jamban
(thn) Kelamin Bersih Tangan Bersih Tangan
41 M. Zaky M 3 Laki-laki Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
42 Qais 3 Perempuan Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik
43 Sakyla 3 Perempuan Diare 9 5 2 2 Buruk Buruk Buruk Buruk
44 Namira 2 Perempuan Tidak Diare 20 9 5 6 Baik Baik Baik Baik

56
Lampiran 3
Hasil Uji Statistik
A. DESKRIPTIF
1. Rata-rata Umur Responden
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Umur 44 0 4 1.61 1.450
Valid N (listwise) 44

2. Proporsi Umur Responden


Kelompok Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Usia <1 Tahun 13 29.5 29.5 29.5
Usia 1-3 Tahun 24 54.5 54.5 84.1
Usia >3 - 5 Tahun 7 15.9 15.9 100.0
Total 44 100.0 100.0

3. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Laki-laki 27 61.4 61.4 61.4
Perempuan 17 38.6 38.6 100.0
Total 44 100.0 100.0

4. PHBS
PHBS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 36 81.8 81.8 81.8
Buruk 8 18.2 18.2 100.0
Total 44 100.0 100.0

57
5. Penggunaan Air Bersih
Penggunaan Air Bersih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 36 81.8 81.8 81.8
Buruk 8 18.2 18.2 100.0
Total 44 100.0 100.0

6. Penggunaan Jamban
Penggunaan Jamban

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 32 72.7 72.7 72.7
Buruk 12 27.3 27.3 100.0
Total 44 100.0 100.0

7. Cuci Tangan dengan Sabun


Cuci Tangan dengan Sabun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 32 72.7 72.7 72.7
Buruk 12 27.3 27.3 100.0
Total 44 100.0 100.0

8. Proporsi Diare
Diare

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Tidak Diare 28 63.6 63.6 63.6
Diare 16 36.4 36.4 100.0
Total 44 100.0 100.0

58
B. ANALITIK
1. Hubungan PHBS dengn Diare
Crosstab
Diare
Tidak Diare Diare Total
PHBS Baik Count 26 10 36
% within PHBS 72.2% 27.8% 100.0%
Buruk Count 2 6 8
% within PHBS 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 28 16 44
% within PHBS 63.6% 36.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.308a 1 .012

Continuity Correctionb 4.432 1 .035

Likelihood Ratio 6.144 1 .013

Fisher's Exact Test .019 .019

Linear-by-Linear Association 6.164 1 .013

N of Valid Cases 44

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.91.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for PHBS (Baik /
7.800 1.344 45.276
Buruk)
For cohort Diare = Tidak
2.889 .855 9.758
Diare
For cohort Diare = Diare .370 .191 .718
N of Valid Cases 44

59
2. Hubungan Penggunaan Air Bersih dengn Diare
Crosstab
Diare
Tidak Diare Diare Total
Penggunaan Air Bersih Baik Count 26 10 36
% within Penggunaan Air
72.2% 27.8% 100.0%
Bersih
Buruk Count 2 6 8
% within Penggunaan Air
25.0% 75.0% 100.0%
Bersih
Total Count 28 16 44
% within Penggunaan Air
63.6% 36.4% 100.0%
Bersih

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.308a 1 .012

Continuity Correctionb 4.432 1 .035

Likelihood Ratio 6.144 1 .013

Fisher's Exact Test .019 .019

Linear-by-Linear Association 6.164 1 .013

N of Valid Cases 44

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.91.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan
7.800 1.344 45.276
Air Bersih (Baik / Buruk)
For cohort Diare = Tidak
2.889 .855 9.758
Diare
For cohort Diare = Diare .370 .191 .718
N of Valid Cases 44

60
3. Hubungan Penggunaan Jamban dengn Diare
Crosstab
Diare
Tidak Diare Diare Total
Penggunaan Jamban Baik Count 24 8 32
% within Penggunaan
75.0% 25.0% 100.0%
Jamban
Buruk Count 4 8 12
% within Penggunaan
33.3% 66.7% 100.0%
Jamban
Total Count 28 16 44
% within Penggunaan
63.6% 36.4% 100.0%
Jamban

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.548a 1 .011

Continuity Correctionb 4.871 1 .027

Likelihood Ratio 6.417 1 .011

Fisher's Exact Test .016 .014

Linear-by-Linear Association 6.399 1 .011

N of Valid Cases 44

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan
6.000 1.418 25.387
Jamban (Baik / Buruk)
For cohort Diare = Tidak
2.250 .986 5.133
Diare
For cohort Diare = Diare .375 .182 .771
N of Valid Cases 44

61
4. Hubungan Cuci Tangan dengn Diare
Crosstab
Diare
Tidak Diare Diare Total
Cuci Tangan dengan Sabun Baik Count 25 7 32
% within Cuci Tangan
78.1% 21.9% 100.0%
dengan Sabun
Buruk Count 3 9 12
% within Cuci Tangan
25.0% 75.0% 100.0%
dengan Sabun
Total Count 28 16 44
% within Cuci Tangan
63.6% 36.4% 100.0%
dengan Sabun

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.644a 1 .001

Continuity Correctionb 8.472 1 .004

Likelihood Ratio 10.566 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .002

Linear-by-Linear Association 10.402 1 .001

N of Valid Cases 44

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cuci Tangan
dengan Sabun (Baik / 10.714 2.269 50.598
Buruk)
For cohort Diare = Tidak
3.125 1.153 8.469
Diare
For cohort Diare = Diare .292 .140 .606
N of Valid Cases 44

62

You might also like