Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian merupakan hal yang tak dapat dihindari dari kehidupan kita
sehari-hari. Kematian tidak pandang umur, bayi, anak-anak, remaja maupun
orang dewasa sekalipun pasti akan mengalami hal ini. Kita tak tahu kapan
malaikat kematian akan menjemput nyawa kita. Kematian merupakan hal yang
menjadi ketakutan yang sangat besar di setiap orang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati
kematian. Dengan kata lain, dying adalah proses ketika individu semakin
mendekati akhir hayatnya. Atau disebut proses kematian. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh sakit yang parah / terminal, atau oleh kondisi lain yang
berujung pada kematian individu.
Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti
keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitif, kematian adalah
terhentinya fungsi jantung dan paru-paru, secara menetap atau terhentinya
kerja otak secara permanen. Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang
definisi kematian, yakni :
1. Kematian jaringan
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit dipisahkan, serta
merupakan suatau fenomena tersendiri. Dying lebih ke suatu proses kematian
sedangkan death merupakan akhir dari hidup.
1. Denial (penyangkalan)
a. Menyangkal
Setiap orang tahu bahwa kematian adalah fakta yang pasti akan menimpa
dirinya di masa depan. Namun moment datangnya kematian itu terasa
misterius: tiada kepastian kapan ia datang. Akibatnya, orang cenderung
menganggap kematian sebagai “impossible possiblity: possible for others,
impossible for me.” Itu sebabnya reaksi spontan pertama orang atas
informasi tentang ancaman kematiannya adalah rasa kaget, tak percaya
dan penyangkalan: “No, not me, it can not be true! I don’t believe it!”
Pasien lalu berusaha untuk membuktikan kesalahan informasi medis itu
dengan mencari diagnosis alternatif atau hiburan & dukungan dari orang
lain atas pendapatnya pribadi itu.
2. Anger (marah)
Bila usaha mencari diagnosis alternatif dan dukungan itu gagal dan
kondisinya makin memburuk, pasien masuk dalam tahap emosional yang
kedua, yakni rasa marah, jengkel dan iri (buruk rasa & sangka) atas nasib
baik kesehatan orang lain.
Pasien cenderung berkata (dalam hati): “kenapa harus saya ? ini tidak
adil ! bagaimana ini bisa terjadi terhadap saya ? siapa yang harus
disalahkan ?” Dalam tahap ini, pasien mencari “kambing hitam/kesalahan
orang lain” ini bekerja kuat dalam jiwa pasien. Artinya, sebetulnya pasien
itu marah dan berontak terhadap nasib malangnya sendiri, namun ia lalu
mengalihkan dan melampiaskan emosi negatif itu terhadap orang lain
yang berada di sekitarnya: kepada tim medis, keluarga, kenalan dan
bahkan kepada Tuhan. Ketika ditanya apakah pantas bila orang itu
marah-marah kepada Tuhan, meragukan keberadaan & kebaikanNya,
EKB menjawab: “I would help him to express his anger toward God
because God is certainly great enough to be able to accept it.” (Q&A: 24).
Bila orang yang merawatnya bisa tetap bersikap tenang, penuh perhatian,
tidak terprovokasi untuk beradu argumentasi saling menyalahkan dan
balik bersikap negatif, pasien bisa meninggalkan sikap agresifnya ini
Dalam tahap ketiga ini pasien mulai bisa mengerti dan menerima fakta
bahwa ia akan segera mati. Tahapan ketiga melibatkan harapan supaya
individu sedemikian rupa menghambat atau menunda kematian. Biasanya,
kesepakatan untuk perpanjangan hidup dibuat kepada kekuasaan yang lebih
tinggi dalam bentuk pertukaran atas gaya hidup yang berubah. Secara
psikologis, individu mengatakan, "Saya mengerti saya akan mati, tetapi jika
saja saya memiliki lebih banyak waktu...". Pada tahap ini terbagi menjadi 2
karakterisik, antara lain :
a. Terjadi tawar-menawar
Bila usaha barter di atas gagal karena kondisinya ternyata tidak membaik,
pasien bisa jatuh dalam depressi. Pada tahapan keempat, penderita yang
sekarang, menolak dibesuk dan menghabiskan banyak waktu untuk menangis
dan berduka. Proses ini memberikan kesempatan kepada pasien yang sekarat
untuk memutus hubungan dengan sesuatu yang dicintai ataupun
disayangi.EKB membedakan dua jenis depressi, yakni reactive dan
preparatory. Depressi reaktif adalah rasa salah dan sedih atas segala hal yang
sudah/dan atau belum dilakukan di masa lalu. Pasien seperti dibebani oleh
berbagai persoalan yang belum selesai dari masa lalunya. Depressi preparatif
adalah antisipasi pasien akan saat ajalnya yang makin mendekat: ia makin
sadar bahwa ia harus meninggalkan segala barang dan orang yang ia cintai.
Ini merupakan tahapan terakhir, individu tiba pada kondisi sebagai mahluk
hidup atau kepada yang dicintainya.
Pada tahap ini, pasien mulai bisa berdamai dengan fakta kematiannya:
Penerimaan ini bukanlah berarti menyambut kematian sebagai kabar
gembira melainkan sebagai fakta yang tak terpisahkan dari hidup: pasien
bisa bersikap realistik sesuai dengan realita hidup yang memang
mengandung maut, tanpa disertai rasa
2. Sulit berbicara
1. Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien
terasa dingin dan lembap
2. Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu atau pucat
c) Tradisi Yahudi
Menurut tradisi Yahudi orang-orang mati akan bangkit pada akhir jaman.
Disamping itu tradisi Yahudi mengenal banyak peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan fase akhir kehidupan manusia.
d) Agama Hindu
Bagi orang-orang yang beragama Hindu dikatakan bahwa penyakit adalah
akibat dari dewa-dewa yang marah atau kuasa-kuasa yang lain.
Penyakit harus dihindari dan dilawan dengan cara membawa
persembahan-persembahan bahan melalui pembacaan mantera. Setelah
kematian maka manusia akan kembali muncul di bumi baik dalam bentuk
manusia atau binatang (reinkarnasi), sampai rohnya menjadi sempurna.
b) Hindu
Jika pasien hindu meninggal:
1) Jenajah mungkin harus dibaringkan di lantai
2) Pendeta akan mengikatkan benang sekitar leher atau pergelangan
tangan (jangan dilepaskan)
3) Pendeta akan memecirkan air dalam mulut klien
4) Keluarga akan memandikan jenazah sebelum dikramasi
c) Yahudi
Jika pasien yahudi meniinggal:
1) Jenazah dimandikan oleh anggota penguburan
2) Dan seseorang harus berada di dekat jenazah untuk Yahudi Ortodoks
dan konservatif
d) Kristen
Jika pasien kristen meninggal:
1) Ritual sangat beragam diantara kelompok mungkin memberikan
komuno terakhir
2) Memilih penguburan daripada kremasi
E. Asuhan Keperawatan Kematian dan Menjelang Ajal
1. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit
dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien.
2. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat
a. Pasien kurang responsif terhadap sentuhan
b. Fungsi tubuh melambat
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cenderung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga
situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut
akan kematian dan efek negative pada gaya hidup.
Criteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
1. mengunkapkan ketakutannya yang brhubungan dengan gangguan
2. menceriktakan tentang efek ganmguan pada fungsi normal, tanggungn
jawab, peran dan gaya hidup
No Intervensi Rasional
1 Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :
a. berikan kepastian dan kenyamanan
b. tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan menghindari
pertanyaan
c. dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan
yang berhubungan dengan pengobtannya
d. identifikasi dan dukung mekaniosme koping efektif Klien yang cemas
mempunbyai penyempitan lapang persepsi denagn penurunan
kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung untuk memperburuk
masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang,
emosional dan nyeri fisik
2 Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya
rendah atau sedang Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang
tidak akurat dan dapat dihilangkan denga memberikan informasi akurat.
Klien dengan ansietas berat atauparah tidak menyerap pelajaran
3 Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan
mereka Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan
memberiakn kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar
4 Berika klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif
Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping
positif yang akan datang
Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan
dihadapi penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari
orang lain
Klien akan :
1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan
2. Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan
3. Menyatakan kematian akan terjadi
DIAGNOSA III
Perubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan
kehidupan takut akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres
( tempat perawatan )
Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan :
1. megungkpakan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien
2. menungkapkan kekawtirannnya mengenai lingkkunagntempat
perawatan
3. melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selam
perawatan klien
No Intervensi Rasional
1 Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan
tunjukkan pengertian yang empati Kontak yang sering dan me
ngkmuikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu mengurangi
kecemasan dan meningkatkan pembelajaran
2 Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan, ketakutan dan kekawatiran. Saling berbagi memungkinkan
perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian
merencanakan intervensi untuk mengatasinya
3 Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU
Informasi ini dapat membantu
E. Implementasi Keperawatan
Diagnosa I
1. Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
a. memberikan kepastian dan kenyamanan
b menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati ,jangan menghindari
petayaan
c mendorong klien untuk mengungkan setiap ketakutan permasalahan yang
berhubungan dengan pengobotannya.
d. menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif
2. Mengkaji tingkat ansientas klien .merencanakan penyuluhan bila tingkatnya
rendah atau sedang
3. Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau
pikiran mereka
4. Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku
koping positif
5. Memberikan dorongan pada klien unyuk menggunakan teknik relaksasi
seperti paduan imajines dan pernafasan relaksasi
Diagnosa II
1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga unyiuk mengungkapkan
perasaan,diskusikan kehilangan secara terbuka dan gali makna pribadi dari
kehilangan.jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
3. Memberikan dorongan penggunaam strategi koping positif yang terbukti
memberikan keberhasilan pada masa lalu
4. Memberikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut dari yang
positif
5. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan
terjadi,jawab semua pertanyaan dengan jujur
6. Meningkatkan harapan dengan perawtan penuh perhatian , menghilangkan
ketidak nyamanan dan dukungan
Diagnosa III
1. Meluangkan waktu bersama keluarga / orang terdekat klien dan tunjukkan
pengertian yang empati
2. mengizinkan keluarga klien / orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan ,ketakutan dan kekhwatiran
3. Menjelaskankan lingkungan dan peralatan itu
4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang
dipikirkan dan memberikaninformasi spesifik tentang kemajuan klien
5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan
keperawatan
6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan sumber
lainnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
https://herdylover.wordpress.com/2009/10/08/asuhan-keperawatan-pada-pasi
en-terminal/ diakses pada tanggal 24 september 2017 pukul 22.00
https://id.scribd.com/document/139537460/15584906-KDM-Konsep-kematian
diakses pada tanggal 24 september 2017 pukul 22.30
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rita-eka-izzaty-spsi-msi/gk
ematian-menjelang-ajal.pdf diakses pada tanggal 24 september 2017 pukul
22.40