You are on page 1of 14

A.

ARTI PENTING TEORI AKUNTANSI


Praktik akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-masalah
praktis dan profesional. Teori akuntansi merupakan unsur yang penting dalam
mengembangkan dan memajukan praktik akuntansi. Teori akuntansi menjadi landasan
untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara bernalar yang secara etis dan
ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Pemecahan masalah akuntansi dengan taktik cerdik atas dasar pengalaman saja
dapat disamakan dengan pemecahan masalah dengan coba-coba atau coba dan ralat (trial
and error). Praktik akuntansi yang baik dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu
teori baik yang melandasinya. Teori merupakan unsur yang penting dalam
mengembangkan dan memajukan praktik akuntansi. Kemajuan profesi dan pengetahuan
akuntansi hanya dapat dicapai dengan kerja sama yang harmonis antara praktisi dan
akademisi (pendidik).

B. PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Akuntansi dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi
(keahlian) yang dipraktikan di dunia nyata dan sebagai suatu disiplin pengetahuan yang
diajarkan di perguruan tinggi. Akuntansi sebagai serangkaian prosedur, metoda, dan
teknik tanpa memperhatikan teori di balik praktiknya apabila dari segi profesi. Akuntansi
dipandang sebagai pelaksanaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat
laporan keuangan. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberikan pedoman
yang lebih luas daripada standar akuntansi karena tidak semua perlakuan akuntansi
secara eksplisit diatur dalam standar akuntansi. Pada akademisi, akuntansi sebagai dua
bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori.
Bidang praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik dijalanakan
sesuai dengan PABU dan bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan
argumen yang dianggap melandasi praktik akuntansi yang semuanya dicakup dalam
suatu pengetahuan yang disebut teori akuntansi. Teori akuntansi memusatkan perhatian
pada aspek mengapa (why to account the way it is or the way it should be).

C. PERAN RISET AKUNTANSI


Teori akuntansi dikembangkan agar pengetahuan akuntansi menjadi sejajar
dengan pengetahuan ilmiah yang lain. Teori akuntansi di sini akan berisi hipotesis-
hipotesis tentang variabel-variabel yang berkaitan dengan pelaku ekonomi dan perilaku
pasar modal yang diteorikan. Terdapat tiga aspek penting yang saling berkaitan yang
melandasi pengembangan akuntansi, yaitu riset, pendidikan, dan praktik.
Riset merupakan bagian penting dalam pengajaran akuntansi yang tidak hanya
mencakup penelitian empiris (positif) tetapi juga meliputi penelitian analitis dalam
bentuk artikel atau makalah akademik (normatif). Praktik akuntansi akan mengalami
perkembangan yang pesat dan memuaskan apabila terjadi interaksi antara ketiga aspek
tersebut.

D. PENGERTIAN AKUNTANSI
Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau pendefinisian
akuntansi sebagai suatu bidang pengetahuan. Artinya, kedudukan akuntansi dalam
tatanan pengetahuan juga akan menentukan pengertian dan lingkup teori akuntansi.
Akuntansi didefinisi sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan
kegiatan cukup luas dan dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang
terdokumentasi secara sistematis dalam bentuk literatur akuntansi.
Akuntansi sebagai kegiatan penyediaan jasa (service activity) mengisyaratkan
bahwa akuntansi yang akhirnya harus diterapkan untuk merancang dan menyediakan jasa
berupa informasi keuangan harus bermanfaat untuk kepentingan sosial dan ekonomik
negara tempat akuntansi diterapkan (to be useful in making economic decisions).
Sebagai seperangkat pengetahuan, akuntansi didefinisikan sebagai seperangkat
pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi
keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara
penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Akuntansi akan mempunyai peran yang nyata jika informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil keputusan ekonomik untuk
bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomik negara. Pelaporan
keuangan (financial reporting) sebagai sistem nasional harus direkayasa dengan saksama
untuk pengendalian alokasi tersebut secara automatis melalui mekanisme pasar yang
berlaku.
Kebijakan pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perilaku pengambil
keputusan ekonomik jelas merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam alokasi
sumber daya ekonomik. Pengendalian secara otomatis dapat dicapai melalui standar
akuntansi yang merupakan cara tertentu sebagai hasil akhir dari proses perekayasaan.
E. SENI, SAINS, DAN TEKNOLOGI
Pada awal perkembangannya, akuntansi dapat dikatakan sebagai seni karena
orang yang akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan akuntansi harus terjun
langsung dalam dunia praktik dan mengerjakan magang pada praktisi. Penyebutan
akuntansi sebagai seni sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa dalam
praktiknya akuntansi melibatkan banyak pertimbangan nilai yang menuntut keahlian dan
pengalaman untuk memilih perlakuan yang terbaik. Jadi, kalau akuntansi dikatakan
sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara menerapkannya bukan sifatnya sebagai
seperangkat pengetahuan.
Akuntansi dikatakan sebagai sains jika terdapat kriteria penting untuk menguji
validitas pernyataan-pernyataan sebagai seperangkat pengetahuan. Kriteria tersebut
adalah koherensi, korespondensi, keterujian, dan keuniversalan. Koherensi menuntut
bahwa seperangkat pernyataan-pernyataan bersifat logis dari asumsi yang mendasarinya.
Korespondensi menentukan apakah konklusi yang diturunkan dari teori yang
melandasinya didukung oleh fakta empiris di dunia nyata. Keterujian menghendaki
terdapatnya metode yang cukup meyakinkan untuk menguji teori. Keuniversalan
menentukan apakah pernyataan-pernyataan (teori) mampu untuk menjelaskan semua
fakta yang berkaitan dengan fenomena yang dibahas. Proses evaluasi untuk menentukan
apakah kriteria tersebut dipenuhi disebut dengan proses validasi. Proses validasi ini juga
melibatkan pertimbangan, tetapi dalam sains pertimbangan tersebut dikendalikan oleh
metode atau kaidah ilmiah.
Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan banyak membahas
gejala akuntansi seperti mengapa perusahaan memilih metoda akuntansi tertentu, faktor-
faktor apa yang mendorong manajemen memanipulasi laba, dan apakah partisipasi salam
penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajer divisi. Tujuan akuntansi adalah
menghasikan atau menemukan prinsip-prinsip umum (general priciples) untuk
menjustifikasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (tujuan pelaporan
keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran penjelasan (teori).
Akuntansi dikatakan sebagai teknologi karena jika dilihat dari karakteristik
akuntansi, sebenarnya seperangkat pengetahuan akuntansi seperti teknologi yang harus
dikembangkan sesuai dengan sifat teknologi tersebut agar lebih bermanfaat dan
mempunyai pengaruh nyata dalam kehidupan sosial tertentu. Karena akuntansi masuk
dalam bidang pengetahuan teknologi, akuntansi dapat didefinisi sebagai “rekayasa
informasi dan pengendalian keuangan.” Sebagai teknologi, akuntansi dapat
memanfaatkan teori-teori dan pengetahuan yang dikembangkan dalam disiplin ilmu yang
lain untuk mencapai tujuan tertentu tanpa harus mengembangkan teori itu sendiri.
Akuntansi dirancang untuk memperlancar kegiatan ekonomik dan oleh
karenanya akuntansi berfungsi sebagai teknologi untuk kepentingan (kebijakan) politik.
Akuntansi harus resnposif terhadap kebutuhan masyarakat dan juga harus merefleksi
kondisi sosial, politis, hukum, budaya, dan ekonomik tempat akuntansi beroperasi atau
diterapkan.

F. PEREKAYASAAN LAPORAN KEUANGAN


Perekayasaan adalah proses terencana dan sistematis yang melibatkan
pemikiran, penalaran, dan pertimbangan untuk memilih dan menentukan teori,
pengetahuan yang tersedia, konsep, metode, teknik, serta pendekatan untuk
menghasilkan suatu produk (konkret atau konseptual).
Perekayasaan akuntansi mengikuti proses yang sama, baik pada tingkat makro
maupun mikro. Akuntansi dalam perekayasaan ini adalah akuntansi dalam arti luas yaitu
sebagai suatu sistem pelaporan keuangan umum yang melibatkan kebijakan umum
akuntansi dalam suatu wilayah tertentu. Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses
tentang bagaimana informasi keuangan untuk semua unit usaha dan pemerintahan harus
disediakan dan dilaporkan dalam suatu negara untuk tujuan pengambilan keputusan
ekonomik.

Dalam perekayasaan
pelaporan keuangan,
akuntansi
memanfaatkan
pengetahuan dan
sains dari berbagai
disiplin ilmu. Tujuan
akuntansi akan menjadi kekuatan pengarah dalam merekayasa akuntansi karena tujuan
tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi kebermanfaatan dan keefektifan produk
yang dihasilkan. Pada tingkat makro, produk perekayasaan akuntansi adalah semacam
konstitusi yang disebut rerangka konseptual.
G. TEORI AKUNTANSI SEBAGAI SAINS
Teori diartikan sebagai sesuatu yang tidak operasional atau sesuatu bersifat
abstrak atau sesuatu yang ideal sebagai lawan dari sesuatu yang nyata dan dikerjakan
dalam dunia nyata.
Teori akuntansi adalah sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan
harus dianut dalam lingkungan tertentu. Oleh karena itu, mempelajari teori akuntansi
sering disalahartikan sebagai mempelajari standar akuntansi dan cara penerapannya.
Teori akan berisi pernyataan-pernyataan asumsi dan hipotesis. Agar teori menjadi kuat,
hipotesis harus diuji secara ilmiah dan didukung oleh bukti yang nyata. Sebagai sains,
kegiatan penjelajahan dan riset akuntansi lebih diarahkan untuk menguji secara ilmiah
teori-teori tersebut yang diajukan sebagai penjelasan fenomena akuntansi, alam, atau
sosial.
Tujuan teori adalah menjelaskan dan memprediksi. Menjelaskan berarti
menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta yang sedang terjadi
sedangkan memprediksi berarti memberi keyakinan jika asumsi-asumsi yang diteorikan
dipenuh, kemungkinan besar suatu fenomena atau fakta tertentu akan terjadi. Bila hal ini
diterapkan untuk akuntansi, teori akuntansi sering dimaksudkan sebagai sains yang
berdiri sendiri yang menjadi sumber pengetahuan dan praktik akuntansi. Teori akuntansi
akan merupakan seperangkat hipotesis-hipotesis yang bersifat deskriptif sebagai hasil
penelitian dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Oleh karena itu, teori akuntansi
berisi keseluruhan analisis dan komponennya yang menjadi sumber acuan untuk
menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala atau peristiwa dalam akuntansi.
Karena teori akuntansi disetarakan dengan sains, apa yang dibahas dan
dihasilkan harus memenuhi kriteria sains yaitu bebas nilai (tidak untuk mencapai tujuan
sosial atau ekonomik tertentu), koheren, universal, dan dapat diuji/diverifikasi secara
empiris. Kebutuhan untuk memenuhi kriteria ini menjadikan arah teori akuntansi
bergeser dari menghasilkan prinsip dan praktik akuntansi baru yang lebih baik menuju ke
menguji validitas penjelasan suatu fenomena atau fakta akuntansi. Pergeseran arah ini
ditentang oleh banyak pihak karena dengan pendekatan semacam ini tidak akan
menghasilkan jawaban berupa teknik atau prinsip baru untuk memecahkan masalah
akuntansi.

H. TEORI AKUNTANSI SEBAGAI PENALARAN LOGIS


Teori dapat pula diartikan sebagai suatu penalaran logis yang melandasi praktik
dalam kehidupan nyata. Teori berusaha untuk memberikan pembenaran terhadap praktik
agar praktik mempunyai kekuatan untuk dapat dipertahankan atau
dipertanggungjawabkan kelayakannya. Penalaran logis berisi asumsi, dasar pikiran,
konsep, dan argumen yang saling berkaitan dan yang membentuk suatu rerangka pikir
yang logis. Hasil proses penalaran logis dapat dituangkan dalam bentuk dokumen yang
berisi prinsip-prinsip umum yang menjadi landasan umum untuk menentukan tindakan
yang terbaik dalam mencapai tujuan.
Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk menjelaskan
kelayakan prinsip atau praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk
memberi landasan konseptual dalam penentuan standar atau praktik akuntansi yang baru.
Proses penalaran logis untuk akuntansi diwujudkan dalam bentuk perekayasaan
pelaporan keuangan.
Perekayasaan akuntansi menghasilkan suatu rerangka konseptual. Fungsi
rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi atau membenarkan dan untuk
mempengaruhi atau mengembangkan praktik akuntansi. Penalaran logis dapat digunakan
untuk menilai apakah praktik yang sekarang berjalan telah mendukung atau menjamin
tercapainya tujuan pelaporan yang dicanangkan dalam rerangka konseptual.
Meskipun menggunakan metode yang sama, penalaran logis harus dibedakan
dengan penalaran ilmiah. Teori akuntansi sebagai sains juga memerlukan penalaran logis
tetapi penalaran ilmiah tersebut bersifat universal dan objektif dan tidak dipengaruhi oleh
tujuan-tujuan dan kebijakan khusus yang berlaku dalam suatu lingkungan. Penalaran
logis dalam akuntansi justru digunakan untuk membenarkan praktik atau perlakuan
tertentu dengan maksud untuk “memaksakan” praktik atau perlakuan tersebut dalam
rangka mencapai tujuan tertentu.
Penalaran logis dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan praktik
baru jika memang tujuan tertentu hanya dapat dicapai dengan menciptakan praktik yang
baru. Praktik yang baru dapat dikembangkan dengan penerbitan standar baru oleh badan
yang berwenang. Dengan standar tersebut, diharapkan praktik di masa mendatang akan
menjadi terarah dan konsisten menuju ke pencapaian tujuan pelaporan keuangan yang
diharapkan. Dalam penalaran ini, tujuan merupakan komponen paling penting untuk
ditentukan karena tujuan yang berbeda akan menghasilkan struktur yang berbeda pula.
Jika penalaran ini dapat disebut sebagai teori umum akuntansi, maka penalaran semacam
ini akan membentuk suatu yang biasa disebut teori akuntansi normatif.
I. PERSPEKTIF TEORI AKUNTANSI
Meskipun menganut perlakuan apapun, teori akuntansi akan berisi pernyataan-
pernyataan yang berupa penjelasan atau pembenaran tentang suatu fenomena atau
perlakuan akuntansi. Selain perspektif (aspek) taksonomi yang membagi teori akuntansi
menjadi penjelasan ilmiah atau justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan
atas dasar perspektif lain menurut tujuan atau penekanan pembahasan.
1. Aspek Sasaran Teori
Aspek sasaran ini mendasari perbedaan teori akuntansi menjadi teori
akuntansi positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi
logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains atau teknologi. Pandangan sains
akan menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan teknologi akan
menghasilkan teori akuntansi normatif. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang
berbeda yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh teori akuntansi.
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang suatu peristiwa sesuai dengan
fakta yang terjadi atas dasar pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan
untuk memberi jawaban apakah sesuatu pernyataan itu benar atau salah atas dasar
kriteria ilmiah. Sedangkan penjelasan normatif berisi pernyataan untuk menilai
apakah sesuatu itu baik atau buruk, relevan atau tak relevan dalam kaitannya
dengan kebijakan ekonomik atau sosial tertentu. Penjelasan normatif diarahkan
untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat pembuat
kebijakan.

Atas dasar perbedaan aspek di atas, sasaran teori akuntansi positif adalah
menghasilkan penjelasan tentang apa yang terjadi secara objektif tanpa dilandasi
oleh pertimbangan nilai. Teori akuntansi positif mengajukan proposisi atau
hipotesis bahwa perusahaan pemanufakturan cenderung memilih MPKP sedangkan
perusahaan perdagangan cenderung memilih MTKP.
Teori akuntansi positif berusaha menentukan apakah hipotesis tersbut
benar atau salah dengan menggunakan metoda ilmiah atas dasar pengamatan data
yang nyatanya terjadi. Tujuan teori positif adala untuk mendeskripsi, teori
akuntansi tidak berkepentingan untuk menilai apakah metoda MPKP lebih baik
atau lebih bermanfaat daripada metoda MTKP.
Di lain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah menghasilkan
penjelasan mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau lebih efektif
daripada perlakuan akuntansi alternatif karena tujuan akuntansi tertentu harus
dicapai. Jadi, perbedaan teori akuntansi positif dan normatif timbul akibat
perbedaan sasaran teori dan bidang masalah yang menjadi perhatian masing-
masing teori.

2. Aspek Tataran Semiotika


Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi
sebagai sarana komunikasi bisnis sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa
bisnis. Efek komunikatif menjadi sasaran penyampaian gagasan atau informasi dari
pengirim kepada penerima.
Dalam ilmu bahasa, sistem komunikasi dan efek komunikatif dipelajari
dalam tiga bidang, yaitu semiotika, linguistika, dan logika. Semiotika merupakan
bidang yang membahas teori umum tentang tanda-tanda dan simbol-simbol dalam
bidang linguistika.
Linguistika itu merupakan bidang ilmu bahasa yang membahas fonetik,
gramatika, morfologi, dan makna kata atau ungkapan. Logika membahas masalah
yang berkaitan dengan validitas penalaran dan penyimpulan. Ketiga bidang ini
menjadi teori yang melandasi terciptanya komunikasi yang efektif.
Terdapat tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika, semantika, dan
pragmatika. Sintaktika menelaah logika dan kaidah bahasa, yaitu hubungan logis di
antara tanda-tanda atau simbol-simbol bahasa. Semantika menelaah hubungan
antara tanda atau simbol dan dunia kenyataan (fakta) yang disimbolkannya.
Pragmatika membahas dan menguji apakah komunikasi efektif dengan
mempelajari ada tidaknya perubahan perilaku penerima.
Akuntansi keuangan yang dikenal luas dikembangkan atau direkayasa atas
dasar premis bahwa investor dan kreditor adalah pihak yang dituju informasi. Efek
komunikasi yang ingin dicapai adalah agar pihak yang dituju tersebut bersedia
menanam dana ke kegiatan ekonomik yang dibutuhkan masyarakat melalui
perusahaan.
Pemahaman teori akuntansi dapat dicapai dengan mengidentifikasi teori
akuntansi atas dasar tataran semiotika. Tataran semiotika menunjukkan bahwa
perekayasa akuntansi berteori pada tiga tataran, yaitu semantik, sintaktik, dan
pragmatik dalam rangka menghasilkan suatu struktur pelaporan keuangan dalam
negara tertentu. Dengan demikian, teori akuntansi dapat dibedakan atas dasar
sasaran bahasan dan pemahaman menjadi teori akuntasi sematik, sintaktik, dan
pragmatik.

1) Teori Akuntansi Semantik


Teori akuntansi ini menekankan pembahasan pada masalah
penyimbolan dunia nyata (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda
bahasa akuntansi sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisis
perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut.
Teori ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-
makna penting pelaporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini banyak
membahasan pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian
atribut atau karakteristik elemen sebagai bahan pendefinisian, dan
penentuan jumlah rupiah (pengukuran) sebagai salah satu atribut.
Pendefinisian merupakan langkah penting dalam teori semantik
karena kesalahan pemaknaan mempunyai implikasi penting dalam
pengoperasian akuntansi. Jadi, teori akuntansi semantik berkepentingan
dengan pelambangan dan penafsiran objek akuntansi untuk menghasilkan
informasi semantik yang bermakna bagi pemakai laporan. Agar komunikasi
akuntansi efektif, penyampaian informasi semantik tidak dapat dipisahkan
dengan informasi sintaktik.

2) Teori Akuntansi Sintaktik


Teori akuntansi ini adalah teori yang berorientasi untuk membahas
masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang
telah disimbolkan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat
diwujudkan dalam bentuk statement keuangan. Teori sintaktik meliputi
hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan
atau struktur akuntansi dalam suatu negara, yaitu manajemen, entitas
pelapor (pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman
penyusunan laporan.

3) Teori Akuntansi Pragmatik


Teori akuntansi ini memusatkan perhatiannya pada pengaruh
informasi terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan kata lain,
teori ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi.
Informasi akuntansi dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benar-
benar digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai yang dituju.
Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian tujuan
pelaporan keuangan.
Teori pragmatik membahas berbagai hal dan masalah yang
berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks
pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial. Teori pragmatik akan
banyak berisi pengujian-pengujian teori tentang hubungan antara variabel
akuntansi dengan variabel perubahan atau perbedaan perilaku pemakai.
Karena teori pragmatik pada umumnya adalah perilaku manusia dalam
kaitannya dengan informasi, teori ini sering diklasifikasi sebagai akuntansi
keperilakuan.
Pembidangan teori atas dasar tataran atau level semiotika
sebenarnya tidak dimaksudkan untuk memisahkan pembahasan teori secara
kaku dan tegas tetapi lebih untuk menggambarkan perbedaan orientasi. Bila
dikaitkan dengan pembidangan positif-normatif, teori sintaktik dan
semantik pada umumnya bersifat normatif sedangkan teori pragmatik lebih
bersifat positif.
3. Aspek Pendekatan Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk
dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau penjelasan.
Peranan logika sangat penting dalam penalaran. Teori yang disusun dengan
penalaran yang baik akan mempunyai validitas yang tinggi. Penalaran mempunyai
peran penting dalam rangka menerima atau menolak kebenaran (validitas) suatu
teori. Proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau penjelasan sebagai
teori dapat bersifat deduktif maupun induktif.

1) Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari
suatu pernyataan umum yang disepakati (disebut premis) ke pernyataan
khusus sebagai simpulan (konklusi). Pernyataan umum dapat saja memuat
nilai-nilai etika, moral, ideologi, keyakinan, atau budaya.
Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis penalaran dapat
berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang dianggap benar, baik,
atau relevan dalam kaitannya dengan tujuan penyimpulan dan situasi khusus yang
dibahas. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi
penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi.

2) Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan khusus dan berakhir dengan
pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus
tersebut. Hubungan antara premis dan konklusi dalam penalaran ini tidak
langsung dan tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam
penalaran induktif, kebenaran premis tidak selalu menjamin kebenaran
konklusi yang bersifat generalisasi. Kebenaran konklusi hanya dapat
dijamin dengan tingkat keyakinan tertentu.
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk
menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap
gejala akuntansi tertentu. Hipotesis merupakan generalisasi yang dituju oleh
penelitian akuntansi. Bila bukti empiris (atas dasar pengamatan terhadap
sampel) konsisten dengan atau mendukung generalisasi tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa generalisasi tersebut menjadi teori yang valid dan
mempunyai daya prediksi yang tinggi.
Bila dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori akuntansi
normatif biasanya berbasis penalaran deduktif sedangkan teori akuntansi
positif berbasis penalaran induktif. Secara umum dapat dikatakan bahwa
teori akuntansi sebagai penalaran logis bersifat normatif, sintaktik,
semantik, dan deduktif. Teori akuntansi sebagai sains bersifat positif,
pragmatik, dan induktif.

J. VERIFIKASI TEORI AKUNTANSI


Verifikasi teori merupakan prosedur untuk menentukan apakah suatu teori valid
atau tidak. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori bergantung pada sasaran dan
tataran teori yang diverifikasi. Validitas dapat dinilai dengan menentukan apakah asumsi-
asumsi yang digunakan masuk akal.
Teori akuntansi normatif dievaluasi validitasnya atas dasar penalaran logis yang
melandasi teori yang diajukan. Teori normatif bersifat tidak bebas nilai, maka
penerimaan asumsi oleh pihak yang terlibat dalam penurunan prinsip (konklusi) juga
menjadi bagian dari kriteria validitas teori. Namun, kriteria ini sering bersifat subjektif.
Oleh karena itu, penerimaan suatu asumsi juga harus didukung dengan penalaran logis
sehingga asumsi tetap masuk akal serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap dapat
dievaluasi dan diukur implikasinya.
Teori akuntansi positif dievaluasi validitasnya atas dasar kesesuaian teori
dengan fakta yang terjadi. Menentukan fakta melibatkan observasi secara objektif. Pada
umumnya, observasi objektif dapat dicapai melalui penelitian dengan metode ilmiah.
Oleh karena itu, validitas teori akuntansi positif banyak dilakukan dengan penelitian
empiris. Penelitian empiris didasarkan atas pengamatan terbatas (sampel) untuk menguji
teori secara statistis. Karena teori akuntansi positif bersifat bebas nilai, maka verifikasi
dibatasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi tidak diarahkan untuk menentukan
apakah teori tersebut baik atau tidak bila dijadikan basis untuk menentukan kebijakan.
Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung dengan fakta
sehingga verifikasi validitasnya mengandalkan penalaran logis semata. Baru setelah teori
tersebut dipraktikkan dalam bentuk kebijakan, pengujian secara empiris dapat dilakukan
untuk menguji penalaran yang mendasarinya.
Teori akuntansi semantik melibatkan penyimbolan fakta sehingga mengandung
unsur empiris. Oleh karena itu, validitas teori dapat diverifikasi secara empiris dengan
pengamatan.
Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang besar karena
teori ini banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku pasar/individual sebagai
reaksi terhadap informasi akuntansi. Verifikasi teori ini dapat dilakukan dengan
penelitian empiris yang didasarkan atas asumsi bahwa informasi dianggap bermanfaat
bila pemakai berbuat seakan-akan menggunakan informasi tersebut.
Karena teori akuntansi semantik, sintaktik, dan pragmatik tidak berdiri sendiri
tetapi saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan pengujian biasanya
dilakukan untuk memverifikasi suatu teori. Jadi, sedapat-dapatnya teori harus diverifikasi
validitasnya atas dasar penalaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan pertimbangan
nilai yang telah disepakati.

You might also like