You are on page 1of 2

2.3..

1 Pastikan Jalan Napas Bebas


Pemberian Oksigen
Pemberian Cairan Intravena
Pemberian Tranfusi Darah
Pasang Kateter Kandung Kemih
Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsi, syok

septik, cidera intraabdominal, dan perforasi uterus.

Pada kasus syok, pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat

menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena tidak

memungkinkan, obat dapat diberikan intramuskular. Pemberian antibiotika per oral diberikan

jika pemberian intra vena dan intramuskular tidak memungkinkan, yaitu jika pasien dalam

keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah infeksi yang belum timbul, tetapi

diantisipasi dapat terjadi sebagai komplikasi.

Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan infeksi pada kasus

tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi. Antibiotika diberikan dalam dosis tugngal, paling banyak

ialah 3 kali dosis. Sebaiknya profilaksis antibiotika diberikan setelah tali pusat diklem untuk

menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang diberikan dalam dosis terapeutik

selain menyalahi prinsip juga tidak perlu dan suatu pemborosan bagi si penderita. Risiko

penggunaan antibiotika berlebihan ialah retensi kuma, efek samping, toksisitas, reaksi alergi, dan

biaya yang tidak perlu dikeluarkan.

Penanganan Masalah Utama

Penyebab utama kasus kegawatdaruratan kasus harus ditentukan diagnosisnya dan

ditangani sampai tuntas secepatnya setelah kondisi pasien memungkinkan untuk segera ditindak.

Kalau tidak, kondisi kegawatdaruratan dapat timbul lagi dan bahkan mungkin dalam kondisi

yang lebih buruk.

Rujukan
 28. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MEDIK
 29. Penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal meliputi intervensi yang spesifik
untuk menangani kasus “kegawatan” atau komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas,
serta kegawatan pada bayi baru lahir di bawah 30 hari.

 30. PENANGANAN AWAL  Nilai kegawatan melalui pemeriksaan tanda vital 


Cegah hipotermia dan miringkan kepala/tubuh pasien untuk mencegah aspirasi
muntahan.  angan berikan sesuatu melalui mulut untuk mencegah aspirasi.  Bebaskan
jalan nafas dan berikan oksigen melalui slang atau masker dengan kecepatan 6-8 liter
per menit .  Tinggikan tungkai untuk membantu beban kerja jantung.  Bila setelah
posisi tersebut ternyata pasien menjadi sesak atau mengalami edema paru maka
kembalikan tungkai pada posisi semula dan tinggikan tubuh atas untuk mengurangi
tekanan hidrostatik paru.

You might also like