You are on page 1of 4

Morfologi Khamir

Posted on February 13, 2013 by anitamuina

Khamir adalah salah satu mikroorganisme yang termasuk dalam golongan fungi yang
dibedakan bentuknya dari mould (kapang) karena berbentuk uniseluler. Reproduksi vegetatif
pada khamir terutama dengan cara pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan
berkembang biak lebih cepat dibanding dengan mould yang tumbuh dengan pembentukan
filamen. Khamir sangat mudah dibedakan dengan mikroorganisme yang lain misalnya dengan
bakteri, khamir mempunyai ukuran sel yang lebih besar dan morfologi yang berbeda.
Sedangkan dengan protozoa, khamir mempunyai dinding sel yang lebih kuat serta tidak
melakukan fotosintesis bila dibandingkan dengan ganggang atau algae. Dibandingkan dengan
kapang dalam pemecahan bahan komponen kimia khamir lebih efektif memecahnya dan
lebih luas permukaan serta volume hasilnya lebih banyak (Hasanah, 2009).

Khamir dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu bersifat
fermentatif dan oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol yaitu
memecah gula (glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya pada produk roti. Sedangkan
oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan CO2 dan H2O. Keduanya bagi khamir adalah
dipergunakan untuk energi walaupun energi yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi
dari yang melalui fermentasi (Hasanah, 2009).

Dibandingkan dengan bakteri, khamir dapat tumbuh dalam larutan yang pekat misalnya
larutan gula atau garam lebih juga menyukai suasana asam dan lebih bersifat menyukai
adanya oksigen. Khamir juga tidak mati oleh adanya antibiotik dan beberapa khamir
mempunyai sifat antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mould.
Adanya sifat-sifat yang tahan pada lingkungan yang stress (garam, asam dan gula) maka
dalam persaingannya dengan mikroba lain khamir lebih bisa hidup normal (Hasanah, 2009).

Pada umumnya sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri, tetapi kamir yang paling
kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragm ukurannya, berkisar antara 1-
5 µm, lebarnya dan panjangnya dari 5-30 µm. biasanya berbentuk telur, tatapi ada beberapa
yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spcies mempunyai bentuk yang khas, namun
sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk sel-sel
individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidakdilengkapi flagellum atau
organ pergerakan lainnya ( Pelczar, 1986).

Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu contoh khamir yang sering digunakan, karena
khamir ini sudah digunakan sejak zaman kuno untuk kue. Bentuk selnya bulat telur dengan
ukuran diameter 5-10 mikrometer. Saccharomyces cerevisiae dapat dibudidayakan dengan
mudah. Waktu generasinya pendek, menggandakan diri dalam waktu 1,5-2 jam pada suhu
30°C, produksinya cepat dan pemeliharaan beberapa spesimen dengan biaya rendah, dapat
mengemudi ekonomi yang kuat, sebagai hasil dari penggunaan yang didirikan dalam industri
misalnya bir, roti dan anggur fermentasi (Anonim, 2010).

Bagian dalam dari dinding sel khamir terutama pada Saccharomces cerevisiae terdiri dari
senyawa β ( 1-3) glukan dengan beberapa caang yang digabung oleh ikatan β (1-6). Glukan
tersebut membentuk suatu jaringan mikrofibril dan bertanggung jawab mempertahankan
bentuk dari sel khamir. Bagian dinding sel khamir yang paling luar terdiri dari senyawa α (1-
6) manna dengan cabang α (1-3) dan α ( 1-2). Manan umumnya terikat pada protein dan
manna yang paling luar membawa kolompok fosfa. Manan menggantukan peran kitin dan
glukan. Kitin ditemukan pada septum primer dan pada scar pertunasan khamir serta dalam
jumlah yang sangat sedikit sepanjang bagian dalam dinding sel. Begitu pula senyawa lipid
terdapat pada lapisan dalam dari permukaan bagian dalam dinding sel berfungsi untuk
mencegah kekeringan (Volk & Wheeler, 1993).

Khamir merupakan kelompok fungi uniseluler yang bersifat mikroskopik maka untuk melihat
khamir tersebut harus menggunakan mikroskop, seperti halnya bakteri maupun organisme
mikrobia lainnya. Walaupun telah menggunakan mikroskop (dalam hal ini mikroskop biasa)
namun terkadang kita tidak dapat melihat bagian-bagian sel dengan teliti karena sel bakteri
atau mikrobia lainnya ada yang transparan dan semi transparan. Untuk itu diperlukan suatu
metode yaitu pengecatan sehingga kita dapat melihat struktur mikrobia dengan lebih jelas.
Adapun fungsi dari pengecatan yaitu memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya
sehingga menambah kontras atau tampak lebih jelas. Selain itu pengecatan dapat untuk
menunjukkan bagian-bagian struktur sel, distribusi dan susunan kimia bagian (kontituen) sel,
membedakan mikrobia satu dengan yang lain, menentukan pH dan potensial oksidasi-reduksi
ekstraseluler dan intraseluler (Jutono, 1980).

Fase-fase pertumbuhan, yaitu : (Volk and Wheeler, 1993)

1) Fase Tenggang (Fase Lag)

Fase ini merupakan periode penyesuaian pada lingkungan dan lamanya bias mencapai satu
jam atau hingga mampu beberapa hari. Fase tenggang hanyalah tengah dalam pembiakan saja
karena sebenarnya sel itu sangat aktif dalam melakukan metabolisme.

2) Fase Logaritma

Fase ini merupakan periode pembiakan yang cepatdan merupakan periode yang biasanya
teramati cirri khas sel-sel aktif.

3) Fase Stasioner

Fase yang mana laju pembiakan sama dengan laju kematian, jumlah keseluruhan bakteri akan
tetap

4) Fase Kematian

Fase yang apabila laju kematian melampaui laju pembiakan, banyaknya bakteri yang
sebenarnya menurun dan biasanya pembiakan berhenti.

Menurut Jutono (1980), perhitungan presentase kematian sel khamir (PK) menggunakan
rumus:

A/(A+B) x 100% = PK

Dengan : A = Jumlah sel khamir yang mati

B = Jumlah sel khamir yang hidup


Apabila : A < B = Fase logaritma (PK < 50 %)

A = B = Fase stasioner (PK = 50%)

A > B = Fase kematian sel (PK > 50%)

Khamir dapat tumbuh dalam suatu substrat atau medium berisikan konsentrasi gula yang
dapat menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri; inilah sebabnya mengapa selai,
manisan dapat rusak oleh kapang tetapi tidak oleh bakteri. Demikian pula khamir umumnya
dapat bertahan terhadap keadaan yang lebih asam daripada kebanyakan kebanyakan mikroba
yang lain. Karena. Khamir bersifat fakultatif artinya khamir dapat dengan hidup baik dalam
keadaan aerobik maupun anaerobik. Cendawan dapat tumbuh dalam kisaran suhu yang luas,
dengan suhu optimum bagi kebanyakan saprofitik dari 22-30oC; spesies patogenik
mempunyai suhu optimum lebih tinggi, biasanya 30-37oC (Jutono, 1980).

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan Kerajaan : Jamur


dengan menggunakan biakan Saccharomyces
cereviseae. Filum : Ascomycota

Saccharomyces cerevisiae diklasifikasikan Kelas : Saccharomycetes


sebagai Ascomycetes, bentuk selnya bulat
telur dengan ukuran diameter 5-10 Orde : Saccharomycetales
mikrometer. Khamir ini dapat dibudidayakan
dengan mudah, waktu generasinya pendek, Family : Saccharomycetaceae
dapat menggandakan diri dalam waktu 1,5-2
jam pada suhu 30°C, produksinya cepat dan Genus : Saccharomyces
pemeliharaan beberapa spesimen dengan
biaya rendah. Sering digunakan dalam Spesies :Saccharomyces cerevisiae
industri misalnya bir, roti dan anggur
fermentasi. Pertumbuhan khamir melewati 4
fase yang sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang
tersedia di dalam medium yaitu fase lag atau disebut juga fase tenggang dimana bakteri masih
beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya, fase logaritma (PK<50%)., fase stasioner
(PK=50%) dan fase kematian (PK>50%).

Pada percobaan ini dilakukan pengamatan morfologi dan spora Saccharomyces cereviseae.
Medium yang digunakan adalah medium wortel dan medium tauge. Pada pengamatan
morfologi khamir, dilakukan pengecatan dengan menggunakan methylen blue dan dapat
dilihat perbedaan pada sel yang mati (biru) dan sel yang hidup (transparan). Sel jika dalam
kondisi hidup membrane selnya bersifat selektif permeable, sehingga tidak semua zat mudah
befusi kedalam sel hidup. Tetapi, dengan matinya suatu sel, maka daya selektifitas
membrannya akan berkurang bahkan sampai hilang. Hal ini akan membuat semua zat bebas
masuk kedalam sel, temasuk cat methylen blue. Jika cat tersebut berhasil berfusi masuk ke
dalam sel mati maka warna sel akan berubah jadi biru.

Bidang pandang Medium tauge cair Medium irisan woretl


(1 + 2 + 3) A B PK A B PK
Total 58 138 29,59% 270 417 39,3%
Fase logaritmik Fase logaritmik
Pada medium tauge cair, jumlah total sel yang mati adalah 58 dan yang hidup adalah 138 sel
dengan persentase kematian 29,59%. Pada medium irisan wortel, jumlah total sel yang mati
adalah 270 dan yang hidup adalah 417 sel dengan persentase 39,3% kematian. Berdasarkan
rumus A/(A+B) x 100%, diketahui bahwa sel berada pada fase logaritma, yaitu pada saat
konsentrasi nutrien sangat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sel sehingga ketika dilakukan
pengecatan, diperoleh jumlah sel yang hidup lebih tinggi daripada sel yang mati dan hal ini
sesuai pada teori dasar. Berdasarkan hasil persentase kematian pada medium tauge dan
wortel dapat dilihat bahwa medium wortel mempunyai nutrisi yang lebih banyak dari pada
medium tauge sehingga medium wortel lebih baik digunakan.

Pada pengamatan spora khamir dilakukan pengecatan Ziehl Neelsen, yang digunakan adalah
reagen Ziehl Neelsen karbol fuksin (ZN A) yang memberi warna merah, Zn B (etanol)
sebagai peluntur, dan Zn C (Metylen blue) sebagai larutan pembanding. Bentuk spora yang
terlihat adalah bulat dan berwarna transparan sedangkan sel selain spora berwarna biru. Spora
khamir tampak transparan karena Zn C (methylen blue) tidak dapat masuk melalui membran
sel yang melindungi spora tetapi dapat masuk ke bagian sel yang lain karena pengaruh ZN A
dan ZN B yang diteteskaan sebelumnya. Sporanya tersusun atas arkospora (paling luar) dan
inti spora (paling dalam). Pembentukan spora kamir diiringi oleh reproduksi dengan
pembelahan biner.

Dari kedua medium di atas (medium tauge cair dan medium irisan wortel), medium yang
paling cocok untuk pertumbuhan spora adalah medium wortel karena memiliki kandungan
kalsium yang cukup untuk pertumbuhan spora. Pembentukkan spora memerlukan kalsium
yang penting bagi endospora sebagai penyusun dinding spora. Kalsium memberikan kekuatan
pada dinding spora, sehingga tahan terhadap panas dan bahan kimia sehingga lebih tahan dari
sel vegetatif untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan atau
ekstrim. Spora ini tumbuh secara vegetatif dan sel khamir adalah haploid. Spora memiliki
kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada sel vegetatifnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Saccharomyces Cereviceae. http://translate.googleusercontent.com/ 23


Februari 2011.
Hasanah. 2009. Morfologi Kapang dan Khamir.
http://hasanah619.wordpress.com/2009/10/27/morfologi-kapang-dan-khamir/ 23 Februari
2011.|
Jutono, S. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Fakultas Pertanian UGM Press.
Yogyakarta.
Pelczar, M.J., Chan, E. S. 198., Dasar-Dasar Mikrobiologi, Edisi 1. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Volk and Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar, Edisi kelima. Erlangga. Jakarta.

This entry was posted in Laporan Praktikum Mikrobiologi. Bookmark the permalink.

Sumber : https://anitamuina.wordpress.com/2013/02/13/morfologi-khamir/ diakses pada tanggal 15


Juni 2018 pukul 20.55 WIB

You might also like