Professional Documents
Culture Documents
Kelas XI SMU
soalmafia.wordpress.com
29 Mei 2017
Rangkuman Rumus Kimia XI 1
2.
PE PEI PEB tipe molekul dan besar sudut bentuk molekul geometri molekul kepolaran
2 2 0 AX2 , 180 ◦
linear linear np
3 3 0 AX3 , 120 ◦
segitiga planar segitiga planar np
2 1 AX2 E, < 120◦ bentuk V p
4 4 0 AX4 , 109,5 ◦
tetrahedral tetrahedral np
3 1 AX3 E, ±107◦ segitiga piramida p
2 2 AX2 E2 , ±104 ◦
bentuk V p
5 5 0 AX5 , 90◦ dan 120 ◦
segitiga bipiramida segitiga bipiramida np
4 1 AX4 E, 90◦ dan < 120◦ jungkat jungkit p
3 2 AX3 E2 , 90 ◦
bentuk T p
2 3 AX2 E3 , 180◦ linear np
6 6 0 AX6 , 90 ◦
oktahedral oktahedral np
5 1 AX5 E, piramida segiempat p
4 2 AX4 E2 , 90 ◦
segiempat np
7 7 0 AX7 , segilima bipiramida segilima bipiramida np
6 1 AX6 E, oktahedral tidak beraturan p
PE: jumlah pasangan elektron; PEI: jumlah pasangan elektron terikat; PEB: jumlah pasangan elektron bebas
np: non polar (bentuknya simetris), p: polar (bentuknya tidak simetris)
Cara hafal: tidak ada E pasti non polar. Ada E pasti polar kecuali AX2 E3 dan AX4 E2
e.valensi pusat - e.ikat - muatan
Rumus untuk menentukan E: E =
2
Contoh: Contoh lain:
H2 O, atom pusatnya O, e.val = 6, butuh 2 A4 : 1s2 2s2 : gol IIA, e.val = 2, butuh 2, sebagai pusat
H sebagai ligan, e.val = 1, butuh 1 × 2 B17 : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 : gol VIIA, e.val = 7, butuh 1 ×2
Penentuan tipe molekul: AXm En Jadi, jumlah ligan m = 2 (B dikali 2)
6−2 n = 2−2 = 0, jadi AX2
m: jumlah ligan = 2; n = = 2, jadi AX2 E2 2
2
3. Gaya tarik antar molekul untuk senyawa kovalen:
a. Gaya Dipol Sesaat (Gaya Dispersi atau Gaya London): untuk semua molekul, semakin besar Mr-nya semakin kuat
gaya Londonnya, sebab elektron dalam molekul semakin banyak.
b. Gaya Tarik Dipol-Dipol: khusus untuk senyawa polar. Gaya dipol-dipol lebih kuat dibanding gaya London.
Gaya London dan Gaya Tarik Dipol-Dipol secara bersamaan disebut gaya Van der Waals.
c. Ikatan Hidrogen: khusus untuk ikatan antara H dengan F, O, dan N (HFON). Terjadi karena perbedaan keelek-
tronegatifan yang sangat besar antara H dengan F, O, N, sehingga ikatan yang terjadi sangat polar.
Kekuatan ikatan: ikatan hidrogen ¿ gaya Van der Waals ¿ gaya London untuk Mr < 100
Untuk Mr > 100, gaya London mengalahkan gaya yang lain, sebab jumlah elektron yang relatif banyak.
Ikatan Ion pada senyawa ion: ikatannya relatif kuat, sehingga titik leleh dan titik didih yang tinggi (ratusan ◦ C).
Padatannya tidak menghantarkan listrik, namun lelehannya merupakan konduktor, sebab ion-ionnya dapat bergerak.
bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih ke- Jumlah ion OH− disebut valensi basa, sedangkan
cil. ion Mx+ disebut ion sisa basa.
Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), reaksi
bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih be- Hafal beberapa basa penting beserta namanya:
sar. Basa Kuat: NaOH (natrium hidroksida), KOH
c. Pengaruh Suhu (kalium hidroksida), Ca(OH)2 (kalsium hidroksida),
Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke Sr(OH)2 (stromsium hidroksida), Ba(OH)2 (barium
arah reaksi endoterm. hidroksida)
Jika suhu diturunkan, kesetimbangan bergeser ke Basa Lemah: Mg(OH)2 (magnesium hidroksida), ,
arah reaksi eksoterm. Al(OH)3 (aluminium hidroksida), Fe(OH)2 (besi(II)
d. Pengaruh Katalis: katalis tidak mempengaruhi hidroksida), Fe(OH)3 (besi(III) hidroksida)
kesetimbangan, hanya mempengaruhi laju reaksi,
yaitu mempercepat reaksi mencapai kesetimbangan. b. menurut Bronsted-Lowry: asam melepas pro-
ton (H+ ) menjadi basa konjugasinya sedangkan
basa menyerap proton menjadi asam konju-
gasinya. Contoh:
2− +
HCO− 3 (aq) + H2 O (l) ⇋ CO3 (aq) + H3 O (aq)
+ 2−
HCO− 3 melepas proton (H ) menjadi CO3 , maka
2−
HCO− 3 adalam asam, sedangkan CO3 adalah basa
konjugasinya.
H2 O menyerap proton (H+ ) menjadi H3 O+ , maka
H2 O adalah basa, sedangkan H3 O+ adalah asam
konjugasinya.
2. Sistem penyangga untuk cairan intra sel (di dalam Secara umum, untuk elektrolit Ax By :
sel) adalah pasangan dihidrogenfosfat dengan mono- Ax By (s) ⇋ xAy+ (aq) + yBx− (aq)
2−
hidrogenfosfat (H2 PO− 4 dan HPO4 ) s xs ys
Sistem penyangga untuk darah/cairan luar sel Maka nilai Ksp = [A ] [Bx− ]y
y+ x
adalah pasangan asam karbonat dengan bikarbonat = (xs)x · (yx)y = xx y y sx+y
(H2 CO3 dan HCO− 3 ), untuk menjaga pH darah seki-
tar 7,4. 4. Pengaruh Ion Senama: memperkecil kelarutan.
Tambahkan konsentrasi zat yang tersedia, lalu abaikan
Kimia XI Bab 8 Hidrolisis Garam s. Lihat contoh soal. Tidak susah kok!
1. Konsep Hidrolisis: reaksi zat dengan air. Komponen 5. Pengaruh pH terhadap kelarutan:
garam (anion dan kation) yang berasal dari asam lemah Suatu basa akan lebih sukar larut dalam larutan yang
atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis). bersifat basa daripada dalam larutan netral.
Hidrolisis kation menghasilkan ion H3 O+ , sedangkan
hidrolisis anion menghasilkan ion hidroksida (OH− ). 6. Reaksi pengendapan (untuk menentukan ter-
jadi/tidaknya endapan)
2. Empat jenis garam: Rumus Qc sama seperti rumus Ksp , jika:
Jenis Garam hidrolisis nilai pH Qc < Ksp larutan belum jenuh
Qc = Ksp larutan tepat jenuh
AK + BK tidak pH = 7,rnetral
Qc > Ksp terjadi pengendapan
Kw
AK + BL sebagian [H+ ] = × M × val
Kb
r 7. Air sadah adalah air yang mengandung ion kalsium
Kw dan magnesium.
AL + BK sebagian [OH− ] = × M × val
r Ka Air sadah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Kw × Ka a. Air sadah sementara: air sadah yang mengandung
AL + BL sempurna [H+ ] = garam bikarbonat (HCO3 ) dari Mg dan Ca, dapat
Kb
dihilangkan dengan pemanasan dan penambahan
Perhatikan bahwa untuk garam dari AK + BL, nilai kapur
Kw Ca(HCO3 )2 → CaCO3 (s) + H2 O(l) + CO2 (g)
disebut juga Kh (tetapan hidrolisis). Demikian
Kb Ca(HCO3 )2 + Ca(OH)2 → 2CaCO3 (s) + 2H2 O(l)
Kw
juga untuk garam dari AL + BK, nilai = Kh
Ka b. Air sadah tetap: air sadah yang mengandung
juga adalah tetapan hidrolisis. Ingat: jangan lupa ka- MgCl2 , CaCl2 , MgSO4 atau CaSO4 . Cara menghi-
likan dengan val (yaitu valensi garam/jumlah sisa asam langkan air sadah tetap adalah dengan penambahan
lemah/basa lemah di dalam garam) soda (Na2 CO3 )
Untuk AK + BL, rumus kedua: [H+ ] = α · M dan MgSO4 + Na2 CO3 → MgCO3 (s) + Na2 SO4 (aq)
untuk AL + BK: [OH− ] = α · M , dimana α disebut
derajat hidrolisis.
2.
Jenis Koloid zat terdispersi zat pendispersi contoh
1. Aerosol padat padat gas asap, debu
2. sol padat cair sol emas, sol belerang, tinta
3. sol padat padat padat gelas berwarna, intan hitam
4. aerosol cair gas kabut, awan
5. emulsi cair cair susu, santan
6. emulsi padat cair padat jelly, mutiara
7. buih gas cair buih sabun, krim kocok
8. buih padat gas padat karet busa, batu apung, sterofoam
3. Sifat-sifat Koloid
a. Efek Tyndall: penghamburan cahaya oleh partikel koloid, contoh: sorot lampu di malam hari, berkabut, bioskop
b. Gerak Brown: partikel koloid bergerak zigzag
c. Elektroforesis: partikel koloid dipengaruhi medan listrik
d. Adsorpsi: penyerapan ion pada permukaan koloid
Kegunaan: 1. pemutihan gula
2. norit (obat sakit perut)
3. penjernihan air dengan tawas
e. Kaogulasi: penggumpalan partikel koloid
Kegunaan: 1. pembentukan delta pada muara sungai
2. karet menggumpal menjadi lateks
3. asap/debu pabrik
f. Dialisis: penyaringan dengan selaput semipermeabel
Kegunaan: cuci darah pada ginjal rusak
g. Koloid pelindung: menstabilkan suatu koloid dengan menambahkan koloid lain yang dapat membungkus partikel
zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi menggumpal. Contoh: penambahan gelatin pada pembuatan es krim untuk
mencegah pembentukan kristal besar es atau gula, cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu
koloid pelindung, zat-zat pengemulsi (seperti sabun dan detergen)
4. Pembuatan Koloid
a. Cara Kondensasi (dari larutan/halus menjadi koloid):
i. redoks, contoh: pembuatan sol belerang
ii. hidrolisis, contoh pembuatan sol besi
iii. dekomposisi, contoh pembuatan sol Ag2 S3 , AgCl
iv. pengganti pelarut, contoh gel
b. Cara Dispersi (dari kasar menjadi koloid):
i. cara mekanik/penggilingan, contoh belerang digiling menjadi sol belerang
ii. cara peptisasi
iii. cara busur Bredig, contoh pembuatan sol logam
Change Log:
29 Mei 2017: tambah kesadahan di bab Ksp
27 Mar 2017: tambah rumus tentang derajat hidrolisis di bab garam
25 Februari 2017: bab 6 reaksi asam basa, 6.e. AD atau CD, ubah menjadi AD atau CB
koreksi bab 6, senyawa hipotesis Raksa(II) hidroksida, reaksinya dilengkapi
Reaksi bab 6, poin 7 dan 8: tambah keterangan valensi L yang rendah