You are on page 1of 10

KESKOM.

2018;4(3):102-111

JURNAL KESEHATAN KOMUNITAS


J ( J O U R N A L O F C O M M U N I T Y H E A LT H )
http://jurnal.htp.ac.id

Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA) di
Puskesmas Sungai Pakning Kabupaten Bengkalis
The Implementation of Diseases Control for Acute
Respiratory Infection (DC-ARI) Program's at Sungai
Pakning's Public Health Centre, Bengkalis Regency
Welly Sando1, Kiswanto2, Agus Alamsyah3
1,2,3
STIKes Hang Tuah Pekanbaru

ABSTRACT ABSTRAK
The acute respiratory infec on control programs (DC ARI) is an Program pengendalian penyakit infeksi saluran pernafasan akut
infec ous disease control program which aims to reduce infant (P2 ISPA) adalah suatu program pengendalian penyakit menular
mortality and morbidity due to ARI pneumonia. The yang tujuannya menurunkan angka kesakitan dan kema an
implementa on of DC ARI Program at Sungai Pakning Public balita akibat penyakit ISPA pneumonia. Pelaksanaan program P2
Health Center, Bengkalis Regency has not been effec ve yet, it can ISPA di Puskesmas Sungai Pakning Kabupaten Bengkalis belum
be seen from the low coverage of Pneumonia findings, which is berjalan efek f dapat dilihat dari rendahnya cakupan penemuan
2.64%, under the target of 100% na onal pneumonia discovery pneumonia yaitu 2.64%, jauh dari target kebijakan penemuan
policy. The aim of the study was to find out how the penderita pneumonia nasional sebesar 100 %. Tujuan peneli an
implementa on of DC ARI Program in Sungai Pakning Public untuk mengetahui pelaksanaan program P2 ISPA di Puskesmas
Health Center, Bengkalis Regency was seen from the process Sungai Pakning Kabupaten Bengkalis yang dilihat dari indikator
achievement indicators. This was a qualita ve research. pencapaian proses. Jenis peneli an adalah peneli an kualita f.
Informants were 8 people, namely the person in charge of the DC Informan berjumlah 8 orang yaitu penanggung jawab program P2
ARI Program, the head of the Public Health Center, doctors, ISPA, kepala Puskesmas, dokter, perawat dan bidan, serta kader
nurses and midwives, as well as health cadres, community kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Tringulasi yang
leaders and religious leaders. The results showed the digunakan adalah tringulasi sumber, metode dan data. Hasil
unavailability of funds from the DC ARI Program, the lack of Peneli an menunjukan ke daksediaan dana program P2 ISPA,
human resources and inadequate facili es and infrastructure kekurangan SDM yang serta sarana dan prasarana yang kurang
which caused the program intensifica on ac vi es did not memadai menyebabkan kegiatan dari intensifikasi program dak
effec ve. The absence of improvement and development of berjalan efek f. Tidak adanya peningkatan dan pengembangan
human resource caused the lack of well-trained personnel for SDM menyebabkan kurangnya tenaga yang terla h baik itu
Pneumonia management through the Integrated Management untuk tatalaksana pneumonia melalui pendekatan Manajemen
of Childhood Illness (IMCI)approach as well as the Terpadu Balita Sakit (MTBS) maupun dalam pelaksanaan autopsi
implementa on of the Verbal Autopsy. Kinds of partnership both verbal. Bentuk kemitraan baik itu lintas Program dan sektoral
cross-program and sectoral that were not going well, both in yang dak berjalan dengan baik, baik itu di internal Puskemas
public health center internally and in involving community maupun dalam melibatkan peran serta masyarakat. Saran bagi
par cipa on. It is recommended for public health center to make Puskesmas membuat kebijakan memanfaatkan dana dari jasa
policies using funds from BPJS services, the availability of facili es BPJS, ketersedian sarana dan prasarana poli MTBS yang harus
and infrastructure of IMCI that must be met. Increase the terpenuhi. Meningkatkan kapasitas SDM yang belum dila h
capacity of human resources that have not been trained by dengan dilaksanakan refreshing on the jobtraining MTBS dan
refreshing on the jobtraining MTBS and Verbal Autopsy. Building autopsi verbal. Membangun kemitraan dengan lebih melibatkan
partnerships by involving community par cipa on in the peran serta msayarakat dalam keberlanjutan program P2 ISPA.
sustainability of the ISPA P2 Program.
Keywords : Partnership, Disease control program, Intensifica on Kata Kunci : Kemitraan, Program Pengendalian Penyakit,
Program, Human resources Program Intensifikasi, sumber daya manusia
Correspondence : Welly Sando, jl. Pembangunan I, kabupaten Bengkalis
Email : fickrykeane16@gmail.com, 0812 7685 581

• Received 01 Agustus 2018 • Accepted 28 Desember 2018 • p - ISSN : 2088-7612 • e - ISSN : 2548-8538 •
DOI: h ps://doi.org/10.25311/keskom.Vol4.Iss3.269
Copyright @2017. This is an open-access ar cle distributed under the terms of the Crea ve
Commons A ribu on-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Interna onal License (h p://crea vecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/)
which permits unrestricted non-commercial used, distribu on and reproduc on in any medium
Keskom, Vol. 4, No. 3
103 Desember 2018

2014 sampai 2016 diperoleh data bahwa dari 16 Puskesmas


PENDAHULUAN
yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis
Pneumonia merupakan pembunuh utama Balita di dunia, belum semuanya melaksanakan Program P2 ISPA seper
lebih banyak dibanding dengan penyakit AIDS, malaria dan Puskemas Teluk Pambang, Puskesmas Serai Wangi dan
campak. Se ap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita Puskesmas Teluk Lecah dikarenakan Puskesmas tersebut
meninggal karena pneumonia (1 Balita/ 20 de k) dari 9 juta total merupakan Puskesmas pemekaran yang masih terbatas jumlah
kema an Balita, dari 5 kema an Balita 1 diantaranya disebabkan SDM dan peralatan penunjang lainya. Dari 13 Puskesmas di
oleh Pneumonia. Bahkan karena besarnya kema an pneumonia wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis yang telah
ini pneumonia disebut sebagai “pandemi yang terlupakan” atau melaksanakan Program P2 ISPA, sesuai dengan target kebijakan
“The forgo en pandemic”. Namun, dak banyak perha an penemuan penderita pneumonia nasional tahun 2016 sebesar
terhadap penyakit ini sehingga pneumonia disebut juga 100 % dapat dilihat yang ter nggi pencapaian cakupan
pembunuh Balita yang terlupakan atau “ The Forgo en killer of pneumonia adalah Puskesmas Bengkalis, sedangkan yang
children” UNICEF - WHO (Kementerian Kesehatan RI, 2011). terendah pencapaian cakupan pneumonia adalah Puskesmas
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu Sungai Pakning yang mengalami penurunan dalam pencapaian
penyebab kema an tersering pada anak di negara sedang target cakupan pneumonia Balita.
berkembang. Hampir seluruh kema an karena ISPA pada anak Hasil survey awal yang peneli lakukan di Puskesmas Sungai
usia 1-5 tahun disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Pakning yang menjadi tempat peneli an, diperoleh pencapaian
bawah akut (ISPbA), paling sering adalah pneumonia (WHO, target cakupan Pneumonia masih sangat rendah hanya sebesar
2003). Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai 2.64% dari taget pencapaian sebesar 100%. Hal ini dapat dilihat
jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak dari aspek (input) SDM atau tenaga yang melaksanakan belum
seringkali bersamaan dengan terjadinya infeksi akut pada terla h, dan ketersediaan logis k yang belum mencukupi. serta
bronkhus yang disebut Brokhopneumonia (Sundari et al. 2014). biaya/dana yang sangat berperan pen ng dalam proses
Penanggulangan ISPA di Indonesia sudah dirin s sejak tahun pelaksanaan program itu sendiri. Kondisi ini berhubungan
1984, dalam melakukan Program Pengendalian Penyakit Infeksi dengan (process) pelaksanaan pelayanan program itu sendiri
Saluran Pernafasan akut (Program P2 ISPA) telah dilaksanakan yang diharapkan mampu menghasilkan pencapaian (output)
Lokakarya Nasional ISPA Pertama di Cipanas Jawa Barat yang yang sesuai dengan target cakupan yang telah ditetapkan. Tujuan
kemudian dilanjutkan dengan pembentukan Subdirektorat ISPA peneli an ini mengetahui pelaksanaan program P2 ISPA di
dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit Puskesmas Sungai Pakning Kabupaten Bengkalis Tahun 2017.
Menular (PPM) dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP)
berdasarlan surat keputusan Menteri Kesehatan 558 Tahun 1984 METODE
tentang organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.
Peneli an ini merupakan peneli an kualita f dengan desain
Proporsi kema an Balita karena Pneumonia menempa urutan
rancangan ekplorasi dan pendekatan fenomenologi yang
kedua ( 13.2% ) setelah diare (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
bertujuan untuk mendapatkan informasi yaitu dengan cara
Program P2 ISPA adalah program pemberantasan dan
melakukan wawancara mendalam dan observasi tentang
penanggulangan ISPA yang memiliki tujuan menurunkan angka
pelaksanaan program P2 ISPA di Puskesmas Sungai Pakning
kema an Balita akibat pneumonia dan menurunkan angka
Kabupaten Bengkalis Tahun 2017. Peneli an ini dilaksanakan di
kesakitan akibat pneumonia. Program P2 ISPA juga diupayakan
Puskesmas Sungai Pakning Kabupaten Bengkalis di mulai pada
agar is lah pneumonia lebih dikenal oleh masyarakat sehingga
bulan Juni sampai dengan Juli Tahun 2017.
memudahkan untuk diadakan penyuluhan dan penyebaran
Informan dipilih berdasarkan purposive sampling yang sesuai
informasi tentang upaya penanggulangan Pneumonia
dengan permasalahan dan tujuan peneli an. Hal ini dilakukan
(Noviantote, 2008).
agar par sipasi benar representa ve terhadap hal yang di teli .
Di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Informan dalam peneli an ini adalah semua yang terlibat dalam
Bengkalis diperoleh data 10 besar penyakit menular dan dak
pelaksanaan program P2 ISPA di Puskesmas Sungai Pakning
menular. Dimana penyakit ISPA dari ga tahun terakhir yaitu dari
Tahun 2017. Adapun informan peneli an berjumlah sebanyak 8
tahun 2014 sampai tahun 2016 menempa peringkat pertama
orang yang terdiri oleh :
persebaran penyakit yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan
a. Penanggung Jawab program P2 ISPA ( Informan Utama )
Kabupaten Bengkalis. Pada periode tahun 2014 terdapat 88.891
: 1 orang
orang penderita ISPA, ditahun 2015 sebanyak 70.456 dan
b. Kepala Puskesmas ( Informan Pendukung) : 1 orang
ditahun 2016 sebanyak 63.180 orang penderita ISPA. Sementara
c. Dokter Poli MTBS ( Informan Pendukung) : 1orang
itu realisasi cakupan penemuan penderita pneumonia dari tahun

h p://jurnal.htp.ac.id
Sando Welly, etc
Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut P2 ISPA
The Implementa on Of Diseases Control For Acute Respiratory Infec on (DC-ARI) Program's
104

d. Perawat Poli MTBS (Informan Pendukung) : 1orang “Sebaiknya penemuan secara ak f dan pasif, Ya paling
e. Bidan Poli MTBS (Informan Pendukung) : 1 orang kalau kegiatan pneumonia pelaksanaan pelayanan MTBS
f. Masyarakat/ Tenaga non Kesehatan (informan disini saja belum op mal la, penemuan ak f diperlukan
Pendukung) : 3 orang dana untuk melakukan penyuluhan di luar gedung, dana
Pemilihan informan disesuaikan dengan prinsip peneli an program dak ada ,kita sudah membuat rencana umum
kualita f yaitu kesesuaian (Aprroprianteness) dan kecukupan kegiatan tapi dak pernah dana itu di dapat, mungkin
(Adequacy). Kesesuaian dalam peneli an ini adalah informan karnena angka kejadian kasus pneumonia nya kecil (IFP 1).
dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki informan sesuai “Setahu saya banyakan pasif nya di sini, ya kita nunggu
dengan topik peneli an. Prinsip kecukupan adalah informasi pasien aja disini untuk melakukan penemuan secara ak f
yang didapatkan harus bervariasi dan memenuhi kriteria yang diperlukan dana program, untuk program P2 ISPA dana nya
berkaitan dengan peneli an ' . Pada peneli an ini ada 2 kategori dak tersedi (IFP 2).
informan yang harus terpenuhi agar informasi yang didapatkan
Berdasarkan hasil telaah dokumen mengenai ke daksediaan
bervariasi yaitu :
dana program P2 ISPA yang menyebabkan dak berjalan
1. Informan Utama
penemuan penderita secara ak f, penanggung jawab program P2
Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung
ISPA sudah membuat POA se ap tahunnya dikarenakan kasus
dalam interaksi sosial yang diteli . Dalam peneli an ini informan
pneumonianya kecil dana BOK dak didapatkan pada program P2
yang dipilih untuk wawancara mendalam adalah penanggung
ISPA.
jawab program P2 ISPA Puskesmas Sungai Pakning.
2) Pengobatan penderita
2. Informan Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan
Informan pendukung dalam peneli an ini adalah kepala
utama, diketahui pengobatan penderita pneumonia di
Puskesmas, petugas MTBS dan masyarakat/tenaga non
Puskesmas Sungai Pakning hanya diberikan an bio k oleh
kesehatan. Hal ini dapat memberikan telaah secara mendalam
dokter. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan sebagai berikut ini :
mengenai pelaksanaan Program P2 ISPA di Puskesmas Sungai
Pakning.
“Pengobatan penderita kalau ada ditemukan kasus
HASIL pneumonia diberi an bio k oleh dokter, seharusnya
setelah 2 hari melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas
Peneli an ini dilaksanakan di Puskesmas Sungai Pakning
kalau pneumonianya berat di rujuk ke rumah sakit (IFU).
Kabupaten Bengkalis melipu intensifikasi program, peningkatan
“Diberi an bio k seper amoksisilin, kotrimoksazol dan
kapasitas SDM dan membangun kemitraan.
paracetamol untuk obat jalan setelah itu kita rujuk ke
1. Intensifikasi Program
rumah sakit supaya disana diagnosanya lebih jelas apakah
Intensifikasi program adalah kegiatan untuk meningkatkan
pneumonia atau dak (IFP 2).
jangkauan program dan peningkatan cakupan serta mutu
“Untuk pengobatan setelah saya mengisi Form MTBS
pelayanan dalam program P2 ISPA yang melipu kegiatan
dengan menanyakan, melihat dan mendengarkan keluhan
penemuan dan pengobatan penderita, pelaksanaan dan
pasien nan bisa dilihat apakah pasien pneumonia apa
pengembangan MTBS serta pelaksanaan autopsi verbal
dak, setelah itu saya laporkan ke dokter, dokter yang
kema an Balita.
melakuan pengobatan dengan memberi an bio k setelah
a. Penemuan dan Pengobatan Penderita
diberi an bio k dokter biasanya merujuk saja ke Rumah
1) Penemuan Penderita
sakit (IFP 3).
“Lebih banyak pasifnya, biasanya hanya menunggu pasien
aja datang ke Puskesmas, masalah nya mungkin pada 3) Penerapan kartu waspada pneumonia
dana, untuk program pneumonia dak ada anggarannya Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan
mungkin bukan program prioritas dan kasus nya kecil. POA utama, diketahui penerapan kartu waspada Pneumonia dalam
se ap tahun sudah kita buat tapi dari 3 tahun terakhir dak rangka untuk meningkatkan kunjungan ulang kasus pneumonia
ada dana BOK untuk program P2 ISPA jadi solusinya kita di Puskesmas Sungai Pakning selama ini belum pernah dilakukan.
lakukan penyuluhan di Puskesmas saja dan kita minta juga Hal ini dapat dilihat dari ungkapan sebagai berikut ini :
bantuan ke petugas Puskesmas pembantu untuk
melakukan penyuluhan. Dan baru-baru ini kita mulai lagi “Kartu waspada pneumonia dak ada pak. Untuk
penyuluhan untuk semua program karna Puskesmas mau kunjungan ulang pasien ke Puskesmas hampir dak ada
akreditasi untuk melengkapi dokumen itu pun memakai biasanya setelah di beri an bio k langung dirujuk oleh
dana BPJS (IFU). dokter ke rumah sakit (IFU).

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Keskom, Vol. 4, No. 3
105 Desember 2018

“Belum ada penerapan kartu waspada pneumonia seper dan leaflet untuk media komunikasi dan penyuluhan yang
itu di Puskesmas ini pak, ya kita beritahu kepada pasien seharusnya jumlah dan ke daksediaannya harus sesuai dengan
untuk datang aja lagi setelah 2 hari di kasi pengobatan tapi standar yang telah ditentukan.
biasanya langsung dirujuk oleh dokter ke rumah sakit (IFP
1). c. Pelaksanaan Autopsi Verbal kema an Balita
“Belum ada saya rasa pak untuk kartu waspada Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan
pneumonia begitu ya setelah di kasi an bio k pasien kita utama, diketahui pelaksanaan autopsi verbal dilakukan oleh
rujuk saja ke Rumah sakit (IFP 2). bidan MTBS setelah mendapat laporan dari masyarakat adanya
“Belum ada pak, kartu waspada pneumonia kan gunanya kema an Balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Pakning. Hal
supaya pasien datang lagi setelah diberi an bio k. Dokter ini dapat dilihat dari ungkapan sebagai berikut ini :
langsung merujuk ke rumah sakit saja setelah di kasi
an bio k (IFP 3). “Untuk Autopsi verbal apabila ada kasus kema an Balita
baru petugas turun mewancara penyebab kema an Balita
b. Pelaksanaan dan Pengembangan MTBS tersebut, biasanya Bidan di poli MTBS yang melakukannya
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan nan dari situ diketahahui penyebabnya apakah karna
utama, diketahui pelaksanaan dan pengembangan MTBS di pneumonia atau penyakit lainnya (IFU).
Puskesmas Sungai Pakning belum sepenuhnya berjalan dengan “ Ya dilaksanakan. Bidan MTBS yang melaksanakanya (IFP
baik penatalaksanaan Balita sakit dilakukan hanya oleh petugas 3).
MTBS perawat yang melakukan penatalaksanaan Balita sakit di “Ya dilakukan, kalau ada laporan kema an bayi atau ibu
poli MTBS. Serta sarana Prasarana yang belum memadai di Poli saya lopor ke kepala Puskesmas, lalu saya turun ke rumah
MTBS. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan sebagai berikut ini: untuk menanyakan penyebab kema an, ditanyakan
iden tas pasien, perawatan ANC, riwayat persalinan atau
“Di sana ada Dokter, Perawat dan Bidan, dari poli MTBS kronologinya, dakan dan pengobatan kepada pasien (IFP
diketahui penyakit Balita tersebut nan apa saja, perawat 5).
MTBS yang melakukan penatalaksanan MTBS. Poli MTBS
kita masih memakai ruang yang lama, masih dari kayu Berdasarkan hasil telaah dokumen mengenai pelaksanaan
untuk masalah sarana atau logis k bisa bapak lihat sendiri autopsi verbal dilihat dari instrumen kuesioner autopsi verbal
di poli, saya rasa ada yang kurang mungkin alat- alat nya bahwa pelaksanaan sudah sesuai petunjuk yang ada dipengisian
seper dak adanya poster dan leaflet Pneumonia di kuesioner dan dilakukan oleh bidan MTBS atas laporan adanya
ruangan MTBS (IFU). kema an Balita dari masyarakat.
“Kalau dapat disimpulkan untuk sarana prasana di poli
MTBS belum memadai la saya rasa pak, seper yang bapak 2. Peningkatan kapasitas SDM
tanyakan kelengkapan alat nya sarana dan prasarana nya Kegiatan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas sumber
tadi. (IFP 2). daya manusia khususnya dalam penatalaksanaan kasus dan
“Untuk Balita Sakit kita melakukan pemeriksaan nya di manajemen dalam pelaksanaan program P2 ISPA melipu
MTBS. Saya sendiri yang melakukan, mengisi form MTBS pela han MTBS dan pela han autopsi verbal.
dengan menanyakan ,melihat dan mendengarkan sesuai a. Pela han MTBS
keluhan pasien nan baru diketahui apakah pasien Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan
tersebut pneumonia atau dak dan dokter nan utama, diketahui hanya terdapat satu petugas MTBS yaitu
mendiagnosa akhirnya, untuk sarana di poli MTBS kita ini perawat yang mendapatkan pela han MTBS. Hal ini dapat dilihat
ya seper yang bapak lihat belum memadai untuk ukuran dari ungkapan sebagai berikut ini :
poli MTBS (IFP 3).
“Saya jarang di poli MTBS, kalau di tanya mengenai sarana
Setahu saya dokternya belum pak, mungkin dia sibuk
dan prasarana alat-alatnya di poli MTBS mungkin lebih
banyak pasien nya karna dia punya praktek dokter di
jelas nya sama perawat di poli MTBS tersebut (IFP 4).
rumah sendiri, dokter lain juga belum juga saya rasa,
Dari hasil observasi peneli di poli MTBS Puskesmas Sungai kalau perawat di poli MTBS sudah pernah ya pak, kalau
Pakning diketahui ketersedian sarana dan prasarana MTBS di saya sendiri belum. Dan pela han dak gampang ya
Puskesmas sungai belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari poli tergantung Dinas la kalau ada mengadakan pela han
MTBS yang masih memakai ruangan lama, dak ada label nama jarang la ada pela han MTBS sekarang ini (IFU).
ruangan, sound mer yang hanya 1 buah, ke daksediaan Poster

h p://jurnal.htp.ac.id
Sando Welly, etc
Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut P2 ISPA
The Implementa on Of Diseases Control For Acute Respiratory Infec on (DC-ARI) Program's
106

b. Pela han Autopsi Verbal meningkatkan kualitas dan keberlanjutan Program P2 ISPA
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan dilakukan hanya dengan kader saja dalam menggerakan
utama, diketahui hanya terdapat satu petugas MTBS yaitu bidan masyarakat datang ke Puskesmas selain itu Puskesmas selama ini
yang mendapatkan pela han autopsi verbal. Hal ini dapat dilihat dak pernah melakukan kerjasama lintas sektor dengan
dari ungkapan sebagai berikut ini : membuat lokakarya mini dengan mengundang semua elemen
masyarakat.
“Belum pernah juga pak, ya, kalau ada pela han autopsi
Sementara hasil dari wawancara mendalam dari informan
verbal seper itu biasanya yang dikirim itu Bidan MTBS
pendukung sebagian besar dilakukan hanya dengan kader saja
(IFU).
dalam menggerakan masyarakat datang ke Puskesmas.
Puskesmas selama ini dak pernah melakukan kerjasama lintas
Sementara hasil dari wawancara mendalam dari informan
sektor dengan membuat lokakarya mini.
pendukung sebagian besar menyatakan belum pernah mengiku
Dari hasil wawancara kepada informan pendukung kader,
pela han autopsi verbal. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan
tokoh masyarakat dan tokoh agama diketahui dak adanya
beberapa informan sebagai berikut ini :
pela han untuk petugas non kesehatan dalam upaya
“Sudah pak. Ya bidan yang mengiku pela han tersebut meningkatkan pengendalian dan pemahaman terhadap
(IFP1) pengendalian ISPA. Dari hasil wawancara kepada informan
“Untuk Autopsi verbal belum ada tu pak, bidan sudah pendukung kader, tokoh masyarakat dan tokoh agama diketahui
seper nya ( If 3). Puskesmas dak pernah melibatkan atau melakukan pertemuan
“ saya belum pernah mengiku perla han tersebut (IF 4). dengan kader, tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam
pembahasan Program P2 ISPA.
3. Membangun Kemitraan Dari hasil penelusuran dan keterangan di lapangan kerjasama
Kegiatan untuk meningkatkan peran serta masyarakat, lintas lintas sektor dalam keberlanjutaan Program P2 ISPA di
Program, lintas sektor terkait dan jejaring kerja sehingga Puskesmas sungai Pakning dak berjalan sama sekali, faktor
pelaksanaan Program P2 ISPA dapat terlaksana secara terpadu ke daksediaan dana menjadi masalah bagi penanggung jawab
dan komprehensif melipu kerjasama lintas program dan lintas Program dalam melakukan pergerakan dan pertemuan dengan
sektoral. masyarakat dalam meningkat pengendalian dan keberlanjutan
a. Lintas Program Program P2 ISPA.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan
utama, diketahui kegiatan lintas Program dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas dan keberlanjutan Program P2 ISPA PEMBAHASAN
dilakukan kerjasama antara poli MTBS dan poli KIA, melakukan
staf me ng untuk semua Program untuk mengetahui hasil Intensifikasi Program
kegiatan masing-masing, selain itu adanya kendala melakukan a. Penemuan Pengobatan Penderita
kegiatan lintas Program di luar Puskesmas menyangkut
ke daksediaan dana pada Program P2 ISPA 1) Penemuan Penderita
Sementara hasil dari wawancara mendalam dari informan Berdasarkan hasil peneli an penemuan penderita hanya
pendukung sebagian besar dilakukan kerjasama antara poli dilakukan secara pasif yaitu menunggu pasien datang ke
MTBS dan poli KIA, melakukan staf me ng untuk semua Program Puskesmas, dan dak adanya dana program untuk P2 ISPA
untuk mengetahui hasil kegiatan masing-masing, ketersediaan menyebabkan dak dilakukan penemuan penderita secara ak f
dana untuk kegiatan lintas Program menjadi kendala di lapangan di masyarakat. Menurut hasil peneli an Handayani (2012) di
menyangkut pembayaran honor petugas di lapangan. Puskesmas Kota Semarang yang hanya melakukan kegiatan
Berdasarkan hasil telaah dokumen mengenai ke daksediaan pneumonia Balita secara pasif. Hal ini menyebabkan hanya 10 %
dana Program P2 ISPA yang menyebabkan dak berjalan kegiatan Puskesmas yang mencapai target nasional.
lintas Program di luar gedung/ Puskemas. Penanggung jawab Tidak berjalannya penemuan kasus pneumonia Balita secara ak f
Program P2 ISPA sudah membuat POA se ap tahunnya di Puskesmas Sungai Pakning lebih kepada faktor ke daksediaan
dikarenakan kasus Pneumonia nya kecil dana BOK dak dana dalam program P2 ISPA dikarenakan bukan program
didapatkan pada Program P2 ISPA. prioritas dan kasus kejadiannya kecil sehingga petugas MTBS
b. Lintas Sektor dak melakukan penemuan kasus di masyarakat, ke daksediaan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan dana juga menyebabkan hilang mo vasi petugas dalam mencari
utama, diketahui kegiatan lintas sektor dalam upaya untuk penemuan kasus di masyarakat.

h p://jurnal.htp.ac.id
Keskom, Vol. 4, No. 3
107 Desember 2018

Menurut hasil peneli an Putriar dalam (jurnal kesehatan akan diberikan kartu waspada untuk dibawa kembali pada saat
masyarakat, 2015) dukungan dana sangat membantu kunjungan ulang dengan tujuan menilai kembali kondisi Balita.
terlaksananya kegiatan program P2 ISPA aspek dana melipu Menurut peneli penanggung jawab program dan kepala
ketersediaan dana, sumber dana, dan bagaimana alokasi dana. Puskesmas harus membuat langkah-langkah atau terobosan
Menurut hasil peneli an Puspitarini dalam (jurnal kesehatan dalam pelaksaanaa program P2 ISPA di poli MTBS Puskesmas
masyarakat, 2013) kurangnya anggaran untuk program P2 ISPA Sungai Pakning dalam meningkatkan Kunjungan ulang penderita
disebabkan oleh beberapa faktor salah satu diantaranya adalah dengan terlebih salah satunya yaitu dengan penerapan kartu
kurangnya dukungan dari Dinas Kesehatan berupa bantuan dana waspada pneumonia, dengan terlebih dahulu mengupayakan
khusus dan belum adanya komitmen kepala Puskesmas untuk semua petugas MTBS mendapatkan pela han pneumonia/MTBS
alokasi dana MTBS khusus dalam dana operasional Puskesmas. agar tatalaksana pnemonia MTBS di Puskesmas dapat berjalan
Menurut peneli sebaiknya penanggung jawab program P2 dengan baik.
ISPA dan kepala Puskesmas Sungai Pakning harus melakukan
advokasi atau dukungan dari Dinas Kesehatan dan pemangku b. Pelaksanaan dan Pengembangan MTBS
kepen ngan dalam rangka mendapatkan dana untuk Program P2 Hasil peneli an di Puskesmas Sungai Pakning mengenai
ISPA agar penemuan kasus pneumonia Balita di masyarakat pelaksanaan dan pengembangan MTBS diketahui adanya
secara ak f dapat terlaksana dengan baik. Selain itu menurut petugas MTBS yaitu dokter dan bidan yang memegang rangkap
peneli kepala Puskesmas harus bisa memanfaat dana dari jasa tugas. Hal ini menyebabkan pelaksanaan dan pemeriksaan MTBS
BPJS dengan membuat kebijakan dan disetujui oleh semua dak berjalan dengan baik. Selain itu untuk sarana dan prasarana
petugas Puskesmas yang menerima dana tersebut, untuk dapat MTBS di Puskesmas Sungai Pakning dari hasil observasi diketahui
dialokasikan ke program P2 ISPA atau melakukan subsidi silang belum memadai, terutama dari kelayakan ruang poli MTBS, serta
dana dari program lain yang mendapatkan dana bantuan kecukupan logis k yang belum terpenuhi.
operasional kesehatan atau BOK. Menurut Febria (2013) mengemukan bahwa penyediaaan
fasilitas dan prasarana merupakan salah satu fungsi yang
2) Pengobatan Penderita mempunya ar pen ng untuk efisiensi operasional dan
Hasil peneli an di poli MTBS Puskesmas sungai Pakning meningkatkan daya kerja anggota. Ketersedian sarana diiku
mengenai pengobatan penderita pneumonia yaitu diberikan dengan ketersediaan dana karena dana atau anggaran yang ada
an bio k oleh dokter dak ada kunjungan ulang oleh penderita untuk melengkapi sarana yang dibutukan dalam program P2 ISPA
dikarenakan penderita langsung dirujuk ke rumah sakit diberikan terhadap pelayanan kesehatan.
an bio k sebagai obat jalan. Menurut Susan (2016) menyatakan bahwa pelaksanaan
Menurut hasil peneli an Handayani (2012) dalam penentuan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan
penyebab neumonia, dokter yang dak mendapatkan pela han prasarana sehingga program tersebut sesuai dengan apa yang
MTBS Pneumonia akan merasa kesulitan bagaimana telah direncanakan. Menurut hasil peneli an Nikmatul (dalam
mendapatkan diagnosis yang benar untuk klasifikasi dan jurnal manajemen kesehatan Indonesia 2013) logis k perlu
diagnosa pneumonia. Menurut hasil peneli an Kusbiantoro dipersiapkan oleh semua Puskesmas yang menerapkan MTBS,
(2010) agar jaminan pelayanan MTBS berkualitas dan mencakup karena bila dak dipersiapkan dengan baik akan mengganggu
sasaran yang luas, maka pela han tenaga kesehatan perlu terus kelancaran implementasi MTBS. Fasilitas yang lengkap dan sesuai
di ngkatkan cakupan dan kualitasnya disertai dengan standar diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu
pembinaan yang teratur dan berkelanjutan. pelayanan
Supaya pelaksanaan dan tatalaksana MTBS berjalan dengan
3) Penerapan Kartu waspada Pneumonia baik yaitu ketersediaan sumber daya Petugas MTBS yang terla h
Berdasarkan hasil peneli an penerapan kartu waspada kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Program agar
pneumonia di poli MTBS Puskemas sungai Pakning belum pernah bersama-sama melakukan advokasi kepada Dinas Kesehatan
diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan kunjungan ulang agar pemenuhan sarana prasarana yang menunjang
penderita ke Puskesmas, dak diterapkan kartu waspada keberlanjutan program P2 ISPA di Puskesmas Sungai Pakning
pneumonia disebabkan dak adanya kunjungan ulang oleh dapat direalisasikan dengan cepat sehingga dapat meningkatkan
penderita pneumonia, dokter MTBS langsung merujuk pasien ke kualitas mutu pelayanan.
rumah sakit. Menurut hasil peneli an Kusbiantoro (2010)
penerapan kartu waspada pneumonia dapat meningkatkan c. Pelaksanaan Autopsi Verbal kema an Balita
kunjungan ulang, sehingga kondisi anak akan dapat Hasil peneli an tentang pelaksanaan autopsi verbal kema an
terpantau. Pada saat seorang anak diklasifikasikan pneumonia, Balita di Puskesmas sungai Pakning diketahui sudah berjalan

h p://jurnal.htp.ac.id
Sando Welly, etc
Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut P2 ISPA
The Implementa on Of Diseases Control For Acute Respiratory Infec on (DC-ARI) Program's
108
dengan baik. Pelaksanaan autopsi verbal dilakukan oleh Bidan spesialis sebagai rujukan.
MTBS setelah mendapat laporan dari masyarakat adanya Dalam program P2 ISPA harus memiliki pengetahuan tentang
kema an Balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Pakning dari tatalaksana kasus pneumonia Balita sehingga petugas dapat
hasil wawancara diketahui petugas bidan MTBS sudah pernah memberikan pelayanan yang baik . Hasil Peneli an ini sejalan
mengiku pela han autopsi verbal, sedangkan dokter dan dengan peneli an Adnan (2013) bahwa pengetahuan
perawat MTBS belum pernah mengiku pela han autopsi verbal berhubungan dengan pengetahuan petugas dalam tatalaksana
yang dikhawa rkan apabila bidan MTBS berhalangan, pneumonia Balita.
pelaksanaan autopsi verbal akan terganggu pelaksanaanya Kekurangan tenaga yang terla h mengakibatkan tatalaksana
dengan kurangnya tenaga yang terla h. dan pengetahuan di Puskesmas dak berjalan dengan baik.
Menurut hasil peneli an Kusbiantoro (2010) autopsi verbal penanggung jawab program dan kepala Puskesmas agar lebih
kema an Balita dilaksanakan di semua Puskesmas untuk mengadvokasi kepada Dinas Kesehatan agar melaksanakan
mengklasifikasikan sebab kema an Balita dengan pela han MTBS secara berkala kepada petugas MTBS
menggunakan instrumen yang telah tersedia. Adanya informasi Puskesmas. Dinas terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan
penyebab kema an Balita dapat digunakan untuk mengetahui Kabupaten Bengkalis agar melakukan supervisi ke Puskesmas
kualitas pelayanan dan faktor risiko lainnya. untuk meninjau pelaksanaan program dan kendala dalam
Sebaiknya penanggung jawab program P2 ISPA agar pelaksanaan program. Upaya ini dapat dijadikan langkah yang
pelaksanaan autopsi verbal agar bisa berjalan dengan lebih baik tepat dalam mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu dalam
lagi, dan dalam rangka mempertahankan kualitas pelaksanaan meningkatkan kapasitas SDM yang belum dila h, maka
autopsi verbal di Puskesmas dan meningkatkan kapasitas SDM dilaksanakan refreshing MTBS/ on the job training di
yang belum dila h, maka dilaksanakan refreshing/ on the job Puskesmas yang difasilitasi oleh petugas MTBS yang sudah
training untuk bidan yang belum dila h dan petugas MTBS terla h atau fasilitator MTBS dari Kabupaten dalam rangka
dokter dan perawat di Puskesmas, oleh petugas MTBS yang telah meningkatkan keterampilan petugas dalam tatalaksa pneumonia
dila h atau difasilitasi oleh fasilisator kabupaten. MTBS.

2. Pela han dan Pengembangan SDM b. Pela han Autopsi Verbal


a. Pela han MTBS Dari hasil peneli an diketahui bahwa hanya petugas MTBS
Hasil peneli an mengenai pela han MTBS di Puskesmas bidan yang pernah mengiku pela han autopsi verbal, petugas
Sungai Pakning diketahui belum semua dari Petugas MTBS yang MTBS dokter dan perawat termasuk juga penanggung jawab
telah mengiku pela han MTBS hanya perawat MTBS yang program sama sekali belum pernah mengku pela han autopsi
pernah mengiku pela han dan mengiku pela han tersebut verbal. Kekurangan tenaga terla h untuk autopsi verbal di Poli
dan belum pernah mengiku pela han lagi hal ini berdampak MTBS Sungai Pakning dikhawa rkan jika tenaga bidan
pada pengetahuan petugas dalam penatalaksanan pneumonia berhalangan, dak ada tenaga terla h yang dapat menggan kan
Balita/ MTBS. pelacakan kema an Balita di masyarakat.
Menurut hasil peneli an Puspitarini dalam (jurnal kesehatan Menurut hasil Peneli an Kusbiantoro (2010) pelaksanaan
masyarakat 2013) SDM merupakan aset utama suatu organisasi pela han Autopsi Verbal bagi petugas bidan dan petugas MTBS
yang menjadi perencana dan pelaku ak f dari se ap ak vitas lainnya, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja
organisasi. SDM yang kurang mampu, kurang cakap dan dak Petugas dalam melaksanakan pelacakan kema an Balita dalam
terampil, salah satunya mengakibatkan pekerjaan dak dapat rangka mempertahankan kualitas pelaksanaan Autopsi Verbal di
diselesaikan secara op mal dengan cepat dan tepat pada Puskesmas.
waktunya program MTBS tentunya akan dapat berjalan dengan Sebaiknya kepala Puskesmas atau penanggung jawab
baik apabila mempunyai SDM dalam hal ini petugas kesehatan program di Puskesmas harus mengupayakan kepada petugas
yang berkompeten. Pelaksanaan pela han Manajemen Terpadu MTBS yang belum terla h kepada dinas kesehatan, supaya
Balita Sakit (MTBS) bagi petugas (bidan/perawat, dokter) mengiku pela han autopsi verbal kema an Balita. Hal lain yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja dilakukan di Puskesmas dalam upaya untuk meningkatkan
petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien sesuai kapasitas SDM yang belum dila h, maka dilaksanakan
dengan tatalaksana MTBS. refreshing on the job training di Puskesmas yang difasilitasi oleh
Menurut hasil peneli an Nislawa (2014) penerapan MTBS petugas MTBS bidan yang sudah terla h atau yang sudah
didahului dengan membangun komitmen di ngkat Kabupaten mendapatkan pela han autopsi verbal untuk memberikan
dengan pela han petugas. Petugas yang dila h yakni dokter training kepada bidan atau petugas MTBS yang belum terla h.
spesialis, dokter Puskesmas, bidan, perawat, dimana dokter

h p://jurnal.htp.ac.id
Keskom, Vol. 4, No. 3
109 Desember 2018

3.Membangun Kemitraan masyarakat dan tokoh agama diketahui dak adanya pela han
a. Lintas Program bagi tenaga non kesehatan. Pela han bagi tenaga non kesehatan
Hasil peneli an membangun kemitraan lintas program yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
dilakukan kerjasama antara poli MTBS dan poli KIA dengan keberhasilan pengendalian pneumonia sehingga nan nya dapat
melakukan penyuluhan sebelum pasien dilakukan pemeriksaan menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat
selama 10-15 menit dilakukan sebulan sekali. Selain itu tentang penyakit ISPA pneumonia. Puskesmas dak pernah
melakukan staf me ng se ap bulan dengan semua program melibatkan atau melakukan pertemuan dengan kader, tokoh
untuk mengetahui dan membahas hasil kegiatan masing-masing masyarakat dan tokoh agama dalam pembahasan program P2
program. Berdasarkan keterangan dari penanggung jawab ISPA.
program P2 ISPA jarang dibahas tentang program P2 ISPA, karena Menurut hasil peneli an Putrian dalam (jurnal kesehatan
bukan program prioritas. Adanya kendala melakukan kegiatan masyarakat, 2015) kerjasama dengan tokoh agama dan dan
lintas program di luar Puskesmas menyangkut ke daksediaan tokoh masyarakat bertujuan untuk mensosialisasikan ciri-ciri
dana pada program P2 ISPA. penyakit pneumonia dan cara pencegahannya. Dengan adanya
Menurut hasil peneli an Putrian dalam (jurnal kesehatan mitos-mitos di masyarakat maka masyarakat akan cenderung
masyarakat, 2015) lokakarya mini bulanan, adalah alat untuk menganggap remeh gejala-gejala penyakit yang ditunjukkan
pergerakan pelaksanaan kegiatan bulanan dan juga monitoring anak dan dak membawanya ke pelayanan kesehatan. Di
bulanan kegiatan Puskesmas dengan melibatkan lintas sinilah peran tokoh agama dan tokoh masyarakat akan
program internal Puskesmas. Dari hasil peneli an diperoleh dibutuhkan untuk memberikan penger an kepada masyarakat,
bahwa se ap bulan Puskesmas mengadakan lokakarya mini karena masyarakat kadang lebih mempercayai tokoh agama
bulanan untuk lintas program. Dalam lokakarya mini bulanan dan tokoh masyarakat dibanding petugas kesehatan.
tersebut melibatkan lintas program internal Puskesmas yang Sebaiknya Puskesmas melakukan kerjasama lintas sektor
dihadiri oleh petugas dan Kepala Puskesmas. Puskesmas ru n dengan mengadakan pertemuan dengan mengundang semua
menyelenggarakan lokakarya mini bulanan namun untuk elemen masyarakat, membahas keberlanjutan program P2 ISPA
program P2 ISPA itu sendiri hanya sedikit disinggung. Hal ini dengan melaksanakan kegiatan lokakarya mini, baik itu lokakarya
karena program P2 ISPA bukan menjadi program yang mini tahunan yang diselenggarakan bersamaaan dengan rencana
diprioritaskan di Puskesmas. pelaksanaan kegiatan ap tahunnya, lokakarya mini bulanan
Sebaiknya kepala Puskesmas dan penanggung jawab Program sebagai ndak lanjut dari lokakarya mini tahunan, lokakarya mini
P2 ISPA perlu melakukan advokasi ke dinas kesehatan dan triwulan bersama lintas sektor membahas masalah dan
pemangku kepen ngan ke daksediaan dana menjadi faktor hambatan serta solusinya dalam Program P2 ISPA.
kendala bagi keberlanjutan Progam P2 ISPA di Puskesmas
Pakning. Petugas hanya bisa melakukan kerjasama lintas Program KESIMPULAN
di Puskesmas, yaitu sebatas melakukan penyuluhan di
Puskesmas saja. Selain itu menurut Peneli kepala Puskesmas Kegiatan intensifikasi program dalam program P2 ISPA belum
harus dapat memanfaatkan dana dari jasa BPJS dengan membuat berjalan secara cukup efek f diketahui dari penemuan penderita
kebijakan dan disetujui oleh semua petugas Puskesmas yang hanya dilakukan secara pasif, dak adanya dana menyebabkan
menerima dana tersebut. Untuk dapat dialokasikan ke Program penemuan penderita secara ak f dak dilakukan. Pengobatan
P2 ISPA atau melakukan subsidi silang dana dari program lain penderita diberikan an bio k dan langsung dirujuk ke rumah
yang mendapatkan dana BOK, agar kegiatan di luar gedung dapat sakit, hal ini menyebabkan dak adanya kunjungan ulang
berjalan dengan baik. penderita ke Puskesmas, belum adanya penerapan kartu
waspada pneumonia untuk meningkatkan kunjungan ulang
b. Lintas Sektor ( Kader, Tokoh Masyarakat dan tokoh Agama ) penderita, dari pelaksanaan MTBS adanya petugas MTBS yang
Hasil peneli an tentang kemitraan lintas sektor Puskesmas merangkap tugas, sarana prasarana MTBS yang belum memadai
dengan kader, tokoh masyarakat dan tokoh agama diketahui dari hal ini dapat dilihat kelayakan ruang poli MTBS, serta kecukupan
hasil wawancara dengan informan diketahui kerjasama lintas dari logis k di poli MTBS yang belum terpenuhi, selain itu
sektor hanya dengan kader saja dalam menggerakkan pelaksanaan dari autopsi verbal yang hanya dilakukan oleh bidan
masyarakat datang ke Puskesmas. Puskesmas selama ini dak MTBS.
pernah melakukan kerjasama lintas sektor dengan membuat Ke daksediaan dana di program P2 ISPA menyebabkan
lokakarya mini lintas sektoral, melakukan pertemuan dengan kegiatan lintas program dan sektoral dak berjalan efek f.
elemen masyarakat membahas keberlanjutan program P2 ISPA. program P2 ISPA jarang dibahas dalam staff me ng yang
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan kader, tokoh dilakukan Puskesmas se ap bulannya untuk membahas semua

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Sando Welly, etc
Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut P2 ISPA
The Implementa on Of Diseases Control For Acute Respiratory Infec on (DC-ARI) Program's
110
program yang ada di Puskesmas. Untuk lintas sektoral Puskesmas Damayan . vera. dr. ( 2015 ) ModulKetrampilan
dak pernah melakukan loka karya mini lintas sektoral dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Fakultas
mengundang kader, tokoh masyarakat, tokoh agama dan elemen kedokteran Universitas Sebelas Maret.
masyarakat lainnya dalam membahas keberlanjutan program P2 Djama’an. S. Dr. ( 2014 ) Metode Peneli an Kualita f.
ISPA. Jakarta : Salemba Humanika.
Saran dari peneli an ini melakukan penemuan kasus secara Febriawa , H. S. M. (2013). Manajemen Logis k Farmasi
ak f dengan menggerakan kader di ap wilayah agar cakupan Rumah Sakit. (gosyen, Ed.). Jogjakarta: Gosyen
penemuan kasus meningkat. Memberikan pemahaman kepada Publishing.
orang tua Balita untuk melapor ke Puskesmas setelah melakukan Gomes, F. cardoso D. M. S. (2003). Manajemen Sumber
pengobatan dan dirujuk ke rumah sakit dan penerapan kartu Daya Manusia. Jogjakarta: C.V ANDI OFFSET.
waspada pneumonia oleh Puskesmas untuk meningkatkan Handayani, Res Paramita (2012), Gambaran Penemuan
kunjungan ulang penderita pneumonia. Kasus Pneumonia BalitaPada Puskesmas se Kota
Agar lebih melibatkan peran serta masyarakat dengan S e m a ra n g . Ta h u n 2 0 1 1 . J u r n a l ke s e h ata n
melaksanakan kegiatan lokakarya mini baik itu lokakarya mini Masyarakat UNDIP 1 (2) : 423 -434
tahunan yang yang diselenggarakan bersamaaan dengan Hasibuan. M. S. P. 2008 Manajemen Sumber daya
rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) ap tahunnnya, lokakarya Manusia. Jakarta : BumiAksara.
mini bulanan sebagai ndak lanjut dari lokakarya mini tahunan, Haya , S. & Keperawatan, F.I., 2014. Gambaran Faktor
lokakarya mini triwulan bersama lintas sektor membahas Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( Ispa )
masalah dan hambatan serta solusinya dalam Program P2 ISPA. Pada BalitaDi Puskesmas Pasirkaliki Kota. , (1),
Sebaiknya Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis melakukan pp.62–67.
supervisi atau kunjungan ke Puskesmas untuk melihat Putriar , Rizki Tri (2015). Analisis Sistem Manajemen
bagaimana pelaksanaan program P2 ISPA untuk mengetahui Program P2 ISPA di Puskesmas Pegadanan Kota,
kendala dan serta mencari solusi dari permasalahan Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP ,3, 85–94.
pelaksanaan program P2 ISPA. Sebaiknya melakukan observasi Jurnal Ilmiah Ibu Sina. (2014). Studi Penggunaan
pada suatu rentang waktu yang lebih panjang. An bio ka Pasien Pneumonia Anak dI RS. PKU
Muhamadiyah Yogyakarta 1(2), 151-162
Konflik Kepen ngan Nikmatul, Firdaus. ( 2013 ).Implementasi Program
Tidak terdapat konflik kepen ngan dalam ar kel ini Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di
Puskesmas Wilayah Kabupaten Pasuruan. Jurnal
Ucapan Terima Kasih Manajemen Kesehatan Indonesia Vol.1 No1, April
Untuk saya ucapkan terima kasih kepada informan dan 2013.
pihak Puskesmas Sungai Pakning yang telah memberikan Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ( 2015 )
informasi, bantuan dan waktu kepada saya untuk ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015
menyelesaikan peneli an ini. Kementerian Kesehatan RI. (2012). Modul Tata Laksana
Standar Pneumonia 2012th ed., jakarta: Kementrian
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI . (2011). Pedoman Infeksi
Adnan, Dewi Sar ka . ( 2013 ) Evaluasi Manajemen Terpadu Saluran Pernafasan Akut, jakarta: Jakarta:
Balita Sakit (MTBS) Pada petugas Kesehatan Dalam Kementerian Kesehatan, 2012.
Tatalaksana Pneumonia Balita Di Kabupaten Aceh Kementerian Kesehatan RI. (2010). Bule n dan
Besar. Tesis Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta Epidemiologi “Pneumonia Balita
Armen, fakhri . S. M., & Azwar, V. D. M. (2013). Dasar Dasar Kementerian Kesehatan RI. (2016). Petunjuk Teknis
Manajemen Rumah Sakit. Jogjakarta: Gosyen Penguatan Manajemen Puskesmas dengan
Publishing. Penguatan Keluarga. jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis. (2014). Rekapan Kusbiantoro.(2010) , Strategi Mempertahankan cakupan
Laporan ISPA Puskesmas Bengkalis. Pneumonia Untuk Menurunkan Angka kesakitan dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis. (2015). Rekapan Kema an Balita di Kabupaten Kebumen, Tahun 2010
Laporan ISPA Puskesmas Bengkalis. Jurnal jendela Epidemiologi Pneumonia Balita
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis. (2016). Rekapan Notoadmodjo, P.D.S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu
Laporan ISPA Puskesmas Bengkalis. dan seni kedua revisi. PT RHINEKE CIPTA, ed.,
jakarta: PT ASDI MAHASATYA.
h p://jurnal.htp.ac.id
Keskom, Vol. 4, No. 3
111 Desember 2018

Nislawa . 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) di Wilayah Kerja Puskesmas Rimba
Melintang Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2014. Jurnal
kebidanan S kes Tambusai.
Noviantote, 2008, Penyakit ISPA, Unimus Press, Semarang
Puspitarini. 2013, Evaluasi Pelaksanaan MTBS Pneumonia
di Puskesmas di Kabupaten lumajang Tahun 2013.
Tahun 2013 Jurnal Kesehatan Masyarakat UNAIR.
Susan . K ( 2016 ). ImplementasiJaminan Kesehatan
Nasional di Puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga
Kota Pekanbaru. Tesis Pada Magister Kesehatan
Hang Tuah Pekanbaru.
Rasmaliah, (2004). Digi zed by USU digital library 1, (6),
1–12. sakit ISPA, Semarang.
Sundari, S., Pra wi & Khairudin, 2014. Perilaku Tidak Sehat
Ibu yang Menjadi Faktor Resiko Terjadinya ISPA
Pneumonia pada Balita. Jurnal Pendidikan Sains,
2(3), pp.141–147.
Sulaeman, E. S. (2011). Manajemen Kesehatan Teori dan
Prak k di Puskesmas. (P. d. Bhisma Murthi, M.P.H.,
M.Sc., Ph.D., Ed.) (Edisi revi). Yogyakarta: Press,
Gajah Mada University.
Trihono. (2005). Manajemen Puskesmas Berbasis
Paradigma Sehat. (Trihono, Ed.) (Cetakan ke).
jakarta: CV. Sagung Seto.
Undang Undang Republik Indonesia tentang Kesehatan,
2009. Undang-undang Republik Indonesia No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan.Jakarta, Republik
Indonesia, pp.1–48.
WHO, 2003. Penangan ISPA pada Anak di rumah sakit kecil
Negara Berkembang Cetakan Ke. R. Saidah, ed.,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS

You might also like