You are on page 1of 2

http://www.tedcbandung.com/tedcbandung/index.php?

page=50&idb=26

Menuju SMK Berstandar Nasional dan Internasional


Oleh : Yanti Julianti

Tahun 2006, setelah beberapa materi yang disempurnakan di bawah koordinasi Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta PPPG, maka dibuatlah
kebijakan membuat profil SMK berstandar nasional dan internasional.

Dengan berbagai kriteria profil SMK, maka pada tahun 2006 terseleksi 400 SMK berstandar
nasional dan beberapa SMK berstandar international. Seleksi ini berdasarkan rencana strategi
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan tahun 2005-2009, dan berbagai masukan serta
saran dari berbagai pihak yang diperoleh melalui forum sosialisasi, rapat kerja, dan kegiatan
lainnya.

Bila melihat komponen yang harus dipenuhi oleh satu sekolah untuk menjadi SMK
berstandar nasional dan internasional, memang sangat berat. Tetapi jika suatu sekolah ingin
maju, maka haruslah terstandar. Karena dengan terstandar, masyarakat akan mengetahui
status sekolah tersebut, selain dengan melihat hasil akreditasinya.

Apalagi dengan memasuki era globalisasi, tenaga kerja kita akan bersaing dengan tenaga
kerja dari negara lain. Kita menginginkan agar tenaga kerja kita memenangi persaingan dan
menyudahi pengiriman tenaga kerja yang tidak qualified seperti pembantu rumah tangga
yang tidak memiliki skill.

Profil SMK berstandar nasional dan internasional, memiliki 10 komponen yang harus
dipenuhi dengan beberapa profil/kondisi akhir yang ditentukan jika suatu sekolah ingin
menjadi SMK berstandar nasional/internatsonal.
Adapun 10 komponen tersebut yaitu:

1. Komponen/proses belajat-mengajar,
2. Organisasi dan manajemen sekolah,
3. Sarana dan prasarana,
4. Ketenagaan,
5. Pembiayaan,
6. Peserta didik/siswa,
7. Peran serta masyarakat,
8. Lingkungan/kultur sekolah,
9. Unit produksi,
10. Institusi pasangan.

Yang membedakan antara sekolah berstandar nasional dan internasional hanya pada
subkomponen yang akan dicapai. Sementara, untuk mencapai sekolah berstandar
internasional sebaiknya dari standar nasional terlebih dahulu.

Meningkatkam suatu sekolah menjadi sekolah berstandar nasional perlu dipersiapkan dari
sejak awal. Pimpinan sekolah bersama semua komponen harus bertekad agar sekolah mereka
menjadi sekolah berstandar nasional. Hal yang terpenting dan amat sangat penting, adalah
komitmen dari seluruh unsur sekolah, baik yayasan (bagi sekolah swasta), komite sekolah,
kepala sekolah, guru, staf TU, dan siswa. Tekad menjadikan sekolah berstandar nasional
harus diwujudkan dalam tindakan, baik dalam kegiatan belajar-mengajar maupun situasi
sekolah.

Profil Kondisi Awal suatu sekolah memasuki sekolah berstandar nasional adalah
mempersiapkan siswa agar mencapai minimal nilai rata-rata matematika 5,6, minimal nilai
rata-rata bahasa Inggris 7,0, minimal nilai rata-rata bahasa Indonsia 7,0, masing-masing 10%
dari jumlah seluruh program keahlian. Begitu pun jumlahnya minimal 600 siswa.

Selanjutnya sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan adalah ruang kelas,
laboratorium/bengkel, lapangan dan sarana olah raga, kantor, ruang guru dan ruang
penunjang. Semua harus memenuhi standar. Seluruh kegiatan perlu computerized serta
memiliki internet/e-mail, telefon/faksimil, fotokopi, LCD, laptop, dan TV/VCD. Yang lebih
penting adalah pembelajaran secara moduler, serta perangkat pembelajaran melalui VCD
dimiliki .

Hal tersebut merupakan sebagian profil atau kondisi awal, tetapi yang terpenting setelah 3
tahun terakhir apakah ada kenaikan signifikan? Salah satu contoh, nilai ujian nasional untuk
mata pelajaran matematika 5,6, bahasa Indonesia 7.0, dan bahasa Indonesia masing-masing
50% dan 30% lulusan terserap pada 6 bulan pertama setelah lulus serta masa tunggu rata-rata
lulusan 1 tahun 6 bulan untuk seluruh lulusan. Jadi, yang lebih penting bagi kita adalah
jangan mendidik anak kita menjadi pengangguran intelek.

Seluruh SMK di Indonesia harus sudah memikirkan agar sekolahnya berstandar nasional,
yang pada akhirnya harus berstandar interasional, jika ingin negara kita maju. Karena, tidak
mungkin kita sekadar mengandalkan sumber daya alam yang lama-lama bisa habis. ***(PR)

Penulis, Kepala SMK PUI Majalengka (berstandar nasional).

Tanggal : 07/01/2007

You might also like