Professional Documents
Culture Documents
Anatomi Ekstremitas
Ekstremitas atas adalah kerangka anggota gerak atas yang dikaitkan
dengan kerangka badan dengan perantaraan dengan gelang bahu yang
terdiri atas klavikula dan skapula. (Pearce, 2011)
1. Skapula
Skapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang gelang
bahu dan terletak disebelah belakang toraks yang lebih dekat ke
permukaan dari pada iga. Bentuknya sepertiga pipih dan
memperlihatkan dua permukaan, tiga sudut dan tiga sisi. (aspek
posterolatelar torakalis kandang), tetapi tidak berartikulasi dengan iga-
iga tersebut. Permukaan aterior atau kostal disebut fosa subskapularis
dan terletak paling dekat dengan iga. Permukaan posterior atau dorsal
terbagi oleh sebuah belebes yang disebut spina dari skapula. Ujung
dari spina skapula dibagian bahu membentuk taju yang disebut
akromion dan berhubungan dengan klavikula dengan perantara
persendian. Disebelah bawah medial dari akromion terdapat sebuah
taju menyerupai paruh burung gagak yang disebut dengan prosesus
korakoid. Disebelah bawahnya terdapat lekukan tempat kepala sendi
yang disebut kavum glenoid.
2. Klavikula
Klavikula atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang
membentuk bagian anterior dari gelang bahu. Untuk keperluan
pemeriksaan tulang ini dibagi atas batang dan dua ujung. Bagian yang
berhubungan sternum yang terletak di bagian ujung medial disebut
ekstremitas sternal, dan bagian yang berhubungan dengan akromion dari
skapula yang terletak di bagian ujung lateral disebut ekrtemitas
akromional. Tulang klavikula terletak persis dibawah kulit dan mudah
diraba sepanjang strukturnya.
Fungsi klavikula yaitu memberi kaitan kepada beberapa otot leher
bahu dan lengan yang bekerja sebagai penopang lengan.
Di bawah bagian klavikula dan skapula kerangka lengan, lengan
bawah, dan telapak tangan yang seluruhnya berjumlah 30 buah tulang
yaitu:
1 humerus : tulang lengan atas
1 ulna : tulang hasta
1 radius : tulang pengumpil
8 tulang karpal : tulang telapak tangan
5 tulang metakarpal : tulang pangkal tangan
14 falangus. : ruas jari tangan
5. Radius
Radius yaitu tulang pengumpil adalah tulang disisi lateral lengan
bawah, sajajar dengan ibu jari. Merupakan tulang pipa dengan sebuah
batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna.
Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk
kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum
dari humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari
ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di sebelah
medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendon diri
insersi otot bisep.
Batang radius. Batangnya lebih sempit dan lebih bundar di sebelah
atas daripada dibawah dan semakin melebar mendekati ujung bawah.
Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa
permukaan, yang seperti pada ulna member kaitan kepada fleksor dan
pronator yang letaknya dalam di sebelah anterior. Dan di sebelah
posterior member kaitan pada ekstensor dan supinator di sebelah
dalam lengan bawah tdan tangan. Ligamentum interosa berjalan dari
radius ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan
bawah.
6. Karpalia
Karpalia terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat
tulang dalam setiap baris, yaitu:
a. Bagian proksimal meliputi: os navikular/skafoid (tulang bentuk kapal),
os lunatum/semilunar (tulang berbetuk bulan sabit), os triquetrum
(tulang berbentuk segitiga), os fisiformis (tulang berbentuk kacang).
b. Bagian distal meliputi: os multangulum mavus/trapezium (tulang besar
bersegi banyak), os multangulum minus/trapezoid (tulang kecil segi
banyak), os kapitatum (tulang berkepala), os hamatum (tulang berkait).
7. Metakarpalia
Metakarpila yaitu tulang telapak tangan yang terdiri dari tulang
pipa pendek sebanyak 5 tulang. Setiap tulang mempunyai batang,
mempunyai dua ujung. Ujung yang bersendi dengan tulang kapal
disebut ujung karpal dan sendi yang dibentuknya adalah sendi karpo-
metakarpal. Ujung distal bersendi dengan falangus disebut kepala.
Batang dari tulang ini adalah prismoidal (seperti prisma) dan
permukaannya yang terbesar menghadap posterior (ke arah belakang
tangan). Otot interosa dikaitkan pada sisi-sisi batang.
8. Falangus
Falangus yaitu tulang jari tangan juga terdiri dari tulang pipa
pendek yang banyaknya 14 buah dibentuk dalam 5 bagian tulang
yang berhubungan dengan metakarpalia perantaraan persendian.
Falangus tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga
buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.
Falangus juga terdiri dari tulang panjang, mempunyai batang dan
dua ujung, batangnya mengecil di arah ujung distal.
Tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada
batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang
(Pearce, 2011).
5. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan
asetubulum membentuk kepala senat yang disebut kaput femoris. Di
sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat trankenter
mayor dan trankonter minor. Di bagian ujung membentuk persendian
lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut kondilus lateralis, di
antara kedua kondilus ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patella) yang disebut fosa kondilus.
7. Os Tibia
Bentuk lebih kecil pada bagian pangkal melekat pada Os fibula
pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal
kaki dan terdapat laju yang disebut Os maleolus medialis.
B. Definisi
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera
pada ekstremitas. Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau
trauma ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya
dan struktur yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot,
pembuluh darah dan saraf (Kneale dkk, 2011).
Trauma otot dan tulang dapat terjadi tanpa atau disertai trauma
system lain. Bila hanya ekstremitas yang mengalami trauma biasanya
tidak dianggap sebagai prioritas pertama. Mekanisme cedera/trauma
antara lain tabrakan/kecelakaan kendaraan bermotor, penyerangan, jatuh
dari ketinggian, cedera waktu olah raga, cedera waktu bersenang-senang
atau waktu melakukan pekerjaan rumah tangga (Musliha, 2010).
C. Etiologi
Penyebab yang mungkin terjadi yaitu (Musliha, 2010).
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan
D. Macam - Macam Trauma Ekstremitas
a. Fraktur
Cedera skelet yang paling signifikan dapat terjadi disebut fraktur.
Selain berakibat ke jaringan tulang, cedera dapat terjadi disekitar
jaringan lunak, pembuluh darah, dan saraf. Resiko komplikasi yang
signifikan, seperti infeksi yang sering dikaitkan dengan fraktur yang
meliputi cedera jaringan lunak mayor.
a) Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa cedera jaringan lunak
terbuka. Prognosis umumnya lebih baik untuk fraktur tertutup
karena resiko infeksi terbatas. Fraktur tertutup juga
diklasifikasikan berdasarkan tipenya : compression impacted,
green stick, oblique, spiral, transversal, komunitif
b) Fraktur terbuka
Adalah fraktur dengan cedera jaringan lunak terbuka. Fraktur ini
kadang sulit ditentukan bila luka pada bagian proksiml fraktur
benar-benar terkain dengan fraktur tersebut. Pedoman atau
prinsip yang berdasarkan praktik menganggap luka sebagai
fraktur terbuka sampai dapat dibuktikan sebaliknya.
Fraktur terbuka ditangani sebagai kedaruratan ortopedik karena
resiko infeksi dan kemungkinan komplikasi. Fraktur terbuka dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya.
Klasifikasi fraktur terbuka
Derajat I Luka kecil, panjang < 1 cm yang tertusuk
dari bawah
Derajat II Luka melingkar penuh sampai panjang 5 cm
dengan sedikit atau tanpa kontaminasi dan
tidak ada kerusakan jaringan lunak
berlebihan atau kepingan periosteal
Derajat III Luka > 5 cm dan dikaitkan dengan
kontaminasi atau cedera jaringan lunak
signifikan (kehilangan jaringan, avulse,
cedera remuk) dan sering mencakup fraktur
segmental; dapat ditemukan kepingan
jaringan lunak tulang, cedera vaskuler mayor
atau kepingan periosteal.
d. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah kondisi kedaruratan yang terjadi
ketika tekanan didalam kompartemen otot meningkat sampai tingkat
yang mempengaruhi sirkulasi mikrovaskular dan merusak integritas
neurovascular. Setelah beberapa jam tekanan jaringan nintersitial
meningkat diatas dasar kapiler, yang mengakibatkan iskemia saraf
dan jaringan otot.
e. Dislokasi
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang
terjadi. Dislokasi terjadi bila sendi lepas dan terpisah, dengan ujung-
ujung tulang tidak lagi menyatu. Bila ujung tulang hanya berubah
posisi secara parsial, cedera disebut subluksasio. Bahu, siku, jari,
panggul, lutut dan pergelangan kaki merupakan sendi-sendi yang
paling sering mengalami dislokasi
Gejala :
- Nyeri hebat pada daerah sendi yang sakit
- Deformitas sendi
- Pembengkakan sendi
- Kehilangan rentang sendi
- Kebas, kehilangan sensasi dan tidak terabanya nadi pada bagian
distal cedera (dislokasi dapat mengganggu fungsi arteri dan saraf
dibagian proksimal)
f. Sprain (keseleo)
Sprain (keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering
terjadi. Pada keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak
karena peregangan atau puntiran yang keras. Usaha untuk
menggerakkan atau menggunakan sendi meningkatkan rasa nyeri.
Lokasi yang sering mengalami sprain (keseleo) meliputi pergelangan
kaki, pergelangan tangan, atau lutut.
Gejala:
Derajat I Peregangan atau robekan kecil pada
ligament
Pembengkakan dan hemoragi minimal,
nyeri tekan lokal
Tidak ada gerakan sendi abnormal
Derajat II Robekan parsial ligament
Nyeri
Gerakan sendi abnormal
Derajat III Ligament terputus komplet
Sendi secara nyata mengalami deformasi
Nyeri tekan dan bengkak
Sendi tidak dapat menopang beban
Gerakan sendi sangat abnormal
g. Strain (peregangan)
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot terlalu
meregang atau robek. Otot punggung sering mengalami strain bila
seseorang mengangkat benda berat.
Gejala :
Derajat I Peregangan ringan-robekan minor
Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, spasme otot
ringan
Derajat II Peregangan sedang-peningkatan jumlah
serat yang robek
Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, dislokasi
dan ketidakmampuan untuk menggunakan
tungkai untuk periode lama
Derajat III Peregangan hebat-pemisahan komplet otot
dari otot, otot dari tendo, atau tendon dari
tulang
Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, pucat
h. Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka :
Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan
darah. Nama lain untuk abrasi adalah goresan (scrape), road
rush, dan rug burn.
Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis
luka ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara
paksa
Insisi : potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau
atau teriris kertas
Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es
atau peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ-
organ internal. Resiko infeksi tinggi. Benda yang menyebabkan
cedera tersebut dapat tetap tertanam dalam luka.
Avulse : potongan kulit yang robek lepas dan menggantung
pada tubuh.
Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh
E. PATOFISIOLOGI
F. Penatalaksanaan
Tujuan tindakan penanggulangan cedera musculoskeletal menurut
definisi orthopedic adalah untuk mencapai rehabilitasi pasien secara
maksimum dan utuh dilakukan dengan cara medic, bedah dan modalitas
lain untuk mencapai tujuan terapi. Ada 4 hal yang harus diperhatikan :
a. Recognition
Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi
sebagai akibat cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya.
Dengan mengenali gejala dan tanda pada penggunaan fungsi
jaringan yang terkena cedera.
Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan
kerusakan tulang disertai jaringan lunak sekitarnya.
Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan
tidak langsung. Pada umumya trauma tumpul akan memberikan
kememaran yang difus pada jaringan lunak termasuk ganggguan
neurovaskuler yang menentukan vitalitas ekstremitas bagian distal
dari bagian yang cedera.
b. Reduction atau reposisi
Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau
fragmen tulang pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna
mengembalikan kepada bentuk semula sebaik mungkin agar fungsi
dapat kembali semaksimal mungkin.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi
fraktur dengan melakukan pembedahan dengan memasukan paku,
sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-
bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.
OREF (Open Reduction External Fixation)
c. Retaining
Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk
mempertahankan hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme
otot pada bagian yang sakit agar mencapai penyembuhan dengan
baik. Imobilisasi yang tidak adekuat dapat memberikan dampak pada
penyembuhan dan rehabilitasi.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak
yang cedera untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai
rehabilitasi adalah tindakan setelah tindakan kuratif dalam mengatasi
kendala kecacatan. Rehabilitasi menekan upaya pada fungsi dan
akan lebih berhasil dilaksanakan sedini mungkin.
G. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea,
demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin dan hematokrit
Untuk pasien fraktur pelvis, femur, atau multiple, ukur hemoglobin dan
hematokrit karena berpotensi kehilangan darah.
b. Radiografi
Radiografi adalah alat pemeriksaan paling bermanfaat dalam
mendiagnosis fraktur. Foto anteroposterior dan lateral harus dilakukan
untuk melihat keseluruhan tulang, baik sendi proksimal maupun distal.
c. Arteriogram
Lakukan arteriogram untuk memastikan atau menyingkirkan dugaan
sedera vaskuler pada kasus penurunan atau tidak terabanya nadi.
d. CT Scan
CT scan sering kali digunakan untuk mengidentifikasi fraktur
asetabulum dan untuk mengevaluasi integritas permukaan artikulasi
seperti lutut, tangan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
e. MRI
MRI mengidentifikasi kerusakan tulang, ligament, kartilago dan
meniscus.
I. Fokus Pengkajian
a. Mengkaji ABCD
Airway
Kaji : bersihan jalan nafas, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, distress
pernafasan, tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema
laring
Breathing
Kaji : frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari
jalan nafas
Circulation
Kaji : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna kulit, kelembaban kulit,
tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
Disability
Kaji : tingkat kesadaran dengan AVPU (alert, verbal, pain, unrespon),
gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan respon pupil terhadap
cahaya
b. Kaji riwayat dan kondisi pasien
Riwayat SAMPLE (Sign and symptom, Allergy, Medication, Past
medical history, Last oral intake, Event Preceding the injury)
Tentukan mekanisme cedera untuk membantu memperkirakan
kelanjutan cedera
Kaji disfungsi segera atau lambat atau nyeri yang dialami
Perhatikan adanya riwayat cedera musculoskeletal
Singkirkan benda yang berpotensi menekan ekstremitas yang
cedera, seperti pakaian, perhiasaan
Evaluasi adanya luka terbuka pada ekstremitas. Tentukan panjang
dan dalamnya luka. Laserasi diatas tempat yang dicurigai fraktur
ditangani sebagai fraktur terbuka sampai pengkajian selanjutnya
membuktikan sebaliknya.
Perhatikan adanya hematoma
Evaluasi stabilisasi tulang-krepitasi tulang indikasi adnaya fraktur
Inspeksi apakah ada pembengkakan, deformitas, rotasi abnormal
atau pemendekan tulang
c. Mengevaluasi ekstremitas apakah ada 5 P
Pain (nyeri)
Keluhan paling umum pada cedera musculoskeletal adalah nyeri.
Titik nyeri tekan dapat menunkukkan fraktur dibawahnya. Nyeri
yang tidak konsisten dengan perluasan cedera menunjukkan
terjadinya sindrom kompartemen.
Pallor (pucat)
Iskemik menimbulkan perubahan warna dan suhu
Pulse (nadi)
Palpasi nadi pada semua ekstremitas. Nadi harus diperiksa dengan
palpasi, atau dengan Doppler bila tidak dapat diraba.
Parestesia (kesemutan)
Paralisis (kelumpuhan)
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipoksemia jaringan
2. Kerusakan Integritas Jaringan b.d tonjolan tulang
3. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
4. Hambatan Mobilitas Fisik b.d gangguan musculoskeletal
5. Resiko Syok Hipovolemik
6. Resiko Infeksi
K. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Diagnosa
NOC NIC
Ketidakefektifan Circulation status Peripheral Sensation Management
perfusi jaringan Tissue Prefusion : cerebral Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
perifer b.d Kriteria Hasil : peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
hipoksemia Tekanan systole dandiastole dalam rentang Monitor adanya paretese
jaringan yang diharapkan Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
Tidak ada ortostatikhipertensi kulit jika ada lsi atau laserasi
Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan Gunakan sarun tangan untuk proteksi
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) Batasi gerakan pada kepala, leher dan
berkomunikasi dengan jelas dan sesuai punggung
dengan kemampuan Monitor kemampuan BAB
menunjukkan fungsi sensori motori cranial Kolaborasi pemberian analgetik
yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak
ada gerakan gerakan involunter