You are on page 1of 26

A.

Anatomi Ekstremitas
Ekstremitas atas adalah kerangka anggota gerak atas yang dikaitkan
dengan kerangka badan dengan perantaraan dengan gelang bahu yang
terdiri atas klavikula dan skapula. (Pearce, 2011)

1. Skapula
Skapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang gelang
bahu dan terletak disebelah belakang toraks yang lebih dekat ke
permukaan dari pada iga. Bentuknya sepertiga pipih dan
memperlihatkan dua permukaan, tiga sudut dan tiga sisi. (aspek
posterolatelar torakalis kandang), tetapi tidak berartikulasi dengan iga-
iga tersebut. Permukaan aterior atau kostal disebut fosa subskapularis
dan terletak paling dekat dengan iga. Permukaan posterior atau dorsal
terbagi oleh sebuah belebes yang disebut spina dari skapula. Ujung
dari spina skapula dibagian bahu membentuk taju yang disebut
akromion dan berhubungan dengan klavikula dengan perantara
persendian. Disebelah bawah medial dari akromion terdapat sebuah
taju menyerupai paruh burung gagak yang disebut dengan prosesus
korakoid. Disebelah bawahnya terdapat lekukan tempat kepala sendi
yang disebut kavum glenoid.

2. Klavikula
Klavikula atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang
membentuk bagian anterior dari gelang bahu. Untuk keperluan
pemeriksaan tulang ini dibagi atas batang dan dua ujung. Bagian yang
berhubungan sternum yang terletak di bagian ujung medial disebut
ekstremitas sternal, dan bagian yang berhubungan dengan akromion dari
skapula yang terletak di bagian ujung lateral disebut ekrtemitas
akromional. Tulang klavikula terletak persis dibawah kulit dan mudah
diraba sepanjang strukturnya.
Fungsi klavikula yaitu memberi kaitan kepada beberapa otot leher
bahu dan lengan yang bekerja sebagai penopang lengan.
Di bawah bagian klavikula dan skapula kerangka lengan, lengan
bawah, dan telapak tangan yang seluruhnya berjumlah 30 buah tulang
yaitu:
1 humerus : tulang lengan atas
1 ulna : tulang hasta
1 radius : tulang pengumpil
8 tulang karpal : tulang telapak tangan
5 tulang metakarpal : tulang pangkal tangan
14 falangus. : ruas jari tangan

3. Humerus (Tulang lengan Atas)


Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang
/pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat,
memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atas humerus, sepertiga atas ujung humerus terdiri atas
sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glonoid skapula
dan merupakan bagian bangunan sendi bahu. Dibawah leher ada
bagian yang sedikit lebih ramping yang disebut leher anatomik. Di
sebalah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah
benjolan yaitu tuberositas mayor dan disebelah depan ada benjolan
lebih kecil yaiti tuberositas minor.di antara dua tuberositas ini terdapat
sebuah celah yaitu celah bisipital atau sulkus intertuberkularis, yan
memuat tendon otot bisep. Menjadi lebih sempit dibawah tuberositas,
dan tempat ini disebut leher cirurgis, sebab mudahnya kena fraktur di
tempat itu.
4. Ulna
Ulna (tulang hasta) yaitu sebuah tulang pipa yang mempunyai
sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah
medial lengan bawah dan lebih panjang daripada radius atau tulang
pengumpil. Kepala ulna ada disebelah ujung bawah.
Ujung atas ulna kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi
siku. Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan
tempat masuk di dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus
koronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil daripada
prosesus olekranon dan tepat masuk di dalam fossa koronoid dari
humerus bila siku dibengkokkan.
Batang ulna makin mendekati ujung bawah makin mengecil,
memberi kaitan pada otot yang mengendalikan gerakan pergelangan
tangan dan jari. Otot-otot flexor datang dari permukaan anterior dan
otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang mengadakan
pronasi atau putaran ke depan, dan otot yang mengadakan supinasi
atau putaran ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan dengan
batang ulna.

5. Radius
Radius yaitu tulang pengumpil adalah tulang disisi lateral lengan
bawah, sajajar dengan ibu jari. Merupakan tulang pipa dengan sebuah
batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna.
Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk
kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum
dari humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari
ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di sebelah
medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendon diri
insersi otot bisep.
Batang radius. Batangnya lebih sempit dan lebih bundar di sebelah
atas daripada dibawah dan semakin melebar mendekati ujung bawah.
Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa
permukaan, yang seperti pada ulna member kaitan kepada fleksor dan
pronator yang letaknya dalam di sebelah anterior. Dan di sebelah
posterior member kaitan pada ekstensor dan supinator di sebelah
dalam lengan bawah tdan tangan. Ligamentum interosa berjalan dari
radius ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan
bawah.

6. Karpalia
Karpalia terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat
tulang dalam setiap baris, yaitu:
a. Bagian proksimal meliputi: os navikular/skafoid (tulang bentuk kapal),
os lunatum/semilunar (tulang berbetuk bulan sabit), os triquetrum
(tulang berbentuk segitiga), os fisiformis (tulang berbentuk kacang).
b. Bagian distal meliputi: os multangulum mavus/trapezium (tulang besar
bersegi banyak), os multangulum minus/trapezoid (tulang kecil segi
banyak), os kapitatum (tulang berkepala), os hamatum (tulang berkait).

7. Metakarpalia
Metakarpila yaitu tulang telapak tangan yang terdiri dari tulang
pipa pendek sebanyak 5 tulang. Setiap tulang mempunyai batang,
mempunyai dua ujung. Ujung yang bersendi dengan tulang kapal
disebut ujung karpal dan sendi yang dibentuknya adalah sendi karpo-
metakarpal. Ujung distal bersendi dengan falangus disebut kepala.
Batang dari tulang ini adalah prismoidal (seperti prisma) dan
permukaannya yang terbesar menghadap posterior (ke arah belakang
tangan). Otot interosa dikaitkan pada sisi-sisi batang.

8. Falangus
Falangus yaitu tulang jari tangan juga terdiri dari tulang pipa
pendek yang banyaknya 14 buah dibentuk dalam 5 bagian tulang
yang berhubungan dengan metakarpalia perantaraan persendian.
Falangus tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga
buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.
Falangus juga terdiri dari tulang panjang, mempunyai batang dan
dua ujung, batangnya mengecil di arah ujung distal.
Tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada
batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang
(Pearce, 2011).

1. Os Kosta (tulang pangkal paha)


Terdiri dari 3 buah tulang ikat yang masing-masing banyaknya 2 buah
kiri dan kanan yang satu sama lainnya berhubungan sangat rapat sekali
sehingga persendian tersebut tidak dapat digerakkan. Tulang-tulang
tersebut terdiri dari Os illium (tulang rawan), Os iski (tulang duduk) dan
Os pubis (tulang kemaluan).

2. Os ilium (tulang usus)


Banyak 2 buah kiri dan kanan, bentuknya lebar dan gepeng serta
melengkung menghadap ke perut pada Os ilium ini terdapat sebuah
tulang mangkok, sendi tempat letaknya kepala sendiri dari paha
tulang paha di sebut asetabulum.

3. Os iski (tulang duduk)


Bentuknya setengah lingkar menghadap ke atas mempunyai
tonjolan bertemu pada tempat duduk yang disebut tuber iskiadikum.

4. Os pubis (tulang kemaluan)


Tulang bercabang 2 yang satu menuju kesamping atas dan satu
nya lagi menuju ke samping bawah. Banyak 2 buah kiri dan kanan
yang satu sama lain dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut
simpasis pubis.

5. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan
asetubulum membentuk kepala senat yang disebut kaput femoris. Di
sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat trankenter
mayor dan trankonter minor. Di bagian ujung membentuk persendian
lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut kondilus lateralis, di
antara kedua kondilus ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patella) yang disebut fosa kondilus.

6. Os Tibialis dan fibularis


Merupakan tulang yang terbesar sesudah tulang paha, yang
membentuk persendian lutut dengan Os femur, pada bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut Os Maleolus lateralis atau mata kaki
luar.

7. Os Tibia
Bentuk lebih kecil pada bagian pangkal melekat pada Os fibula
pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal
kaki dan terdapat laju yang disebut Os maleolus medialis.

8. Os Tarsilio (tulang medialis)


Dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan kaki,
terdiri dari tulang-tulang kecil yang banyaknya 5 yaitu sendi :
1) Fakus (tulang loncat)
2) Kalkansus (tulang tuma)
3) Nevikkular (tulang bentuk kapal)
4) Os Kakoideum (tulang bentuk dadu)
5) Kunai formi, terdiri dari 3 : kunaiformi lateralis, kunai formi
intermedialis, kunai formi medialis.
9. Meta Torsilia (tulang telapak kaki)
Terdiri dari tulang-tulang pendek yang banyaknya 5 buah. Yang
masing- masing berhubungan dengan falagus dengan perantara
persendian.

10. Falagus (ruas jari kaki)


Merupakan tulang-tulang yang pendek masing-masing terdiri atas 3
ruas kecuali ibu jari, banyaknya 2 ruas pada meta torsilia bagian
ibu jari terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar yang
disebut bijian (Os sesarnoid).

B. Definisi
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera
pada ekstremitas. Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau
trauma ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya
dan struktur yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot,
pembuluh darah dan saraf (Kneale dkk, 2011).
Trauma otot dan tulang dapat terjadi tanpa atau disertai trauma
system lain. Bila hanya ekstremitas yang mengalami trauma biasanya
tidak dianggap sebagai prioritas pertama. Mekanisme cedera/trauma
antara lain tabrakan/kecelakaan kendaraan bermotor, penyerangan, jatuh
dari ketinggian, cedera waktu olah raga, cedera waktu bersenang-senang
atau waktu melakukan pekerjaan rumah tangga (Musliha, 2010).

C. Etiologi
Penyebab yang mungkin terjadi yaitu (Musliha, 2010).
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan
D. Macam - Macam Trauma Ekstremitas
a. Fraktur
Cedera skelet yang paling signifikan dapat terjadi disebut fraktur.
Selain berakibat ke jaringan tulang, cedera dapat terjadi disekitar
jaringan lunak, pembuluh darah, dan saraf. Resiko komplikasi yang
signifikan, seperti infeksi yang sering dikaitkan dengan fraktur yang
meliputi cedera jaringan lunak mayor.
a) Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa cedera jaringan lunak
terbuka. Prognosis umumnya lebih baik untuk fraktur tertutup
karena resiko infeksi terbatas. Fraktur tertutup juga
diklasifikasikan berdasarkan tipenya : compression impacted,
green stick, oblique, spiral, transversal, komunitif

b) Fraktur terbuka
Adalah fraktur dengan cedera jaringan lunak terbuka. Fraktur ini
kadang sulit ditentukan bila luka pada bagian proksiml fraktur
benar-benar terkain dengan fraktur tersebut. Pedoman atau
prinsip yang berdasarkan praktik menganggap luka sebagai
fraktur terbuka sampai dapat dibuktikan sebaliknya.
Fraktur terbuka ditangani sebagai kedaruratan ortopedik karena
resiko infeksi dan kemungkinan komplikasi. Fraktur terbuka dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya.
Klasifikasi fraktur terbuka
Derajat I Luka kecil, panjang < 1 cm yang tertusuk
dari bawah
Derajat II Luka melingkar penuh sampai panjang 5 cm
dengan sedikit atau tanpa kontaminasi dan
tidak ada kerusakan jaringan lunak
berlebihan atau kepingan periosteal
Derajat III Luka > 5 cm dan dikaitkan dengan
kontaminasi atau cedera jaringan lunak
signifikan (kehilangan jaringan, avulse,
cedera remuk) dan sering mencakup fraktur
segmental; dapat ditemukan kepingan
jaringan lunak tulang, cedera vaskuler mayor
atau kepingan periosteal.

b. Fraktur ekstremitas bawah


a) Fraktur pelvic
Fraktur ini dapat mengakibatkanhipovolemi akibat kemungkinan
kehilangan darah sampai 4 L yang dapat terjadi karena robekan
arteri, kerusakan pembuluh vena pleksus, dan permukaan
kanselosa tulang yang fraktur.
Gejala :
 Deformitas eksternal ringan mungkin terjadi, sebagai akibat
jaringan lunak yang bertumpuk banyak
 Darah dapat terlihat di meatus dan pada pemeriksaan rectal
(cedera rectal, uretra dan kandung kemih adalah komplikasi
fraktur pelvis)
 Ekimosis perineal atau hematoma skrotum mungkin terlihat
 Rotasi abnormal pada panggul atau kaki mungkin ada
 Perdarahan eksternal mungkin teramati pada fraktur terbuka
 Sirkulasi distal mungkin berpotensi terganggu
 Pasien merasa nyeri ketika tekanan diberikan pada Krista
iliaka anteriorsuperior dan simpisis pubis
b) Fraktur femoral
Fraktur femur bilateral dapat menunjukkan cedera mengancam
jiwa sekumder akibat hipovolemi (kehilangan darah pada setiap
femur mungkin sebanyak 2 L)
c) Fraktur lutut
Fraktur patella umumnya disertai dislokasi akibat transmisi
energy tinggi, dan fraktur ini dapat dikaitkan dengan cedera
pembuluh popliteal
d) Fraktur tibia dan fibula
Fraktur tibia dan fibula dapat terjadi bersamaan atau sendiri-
sendiri dan umunya akibat benturan langsung. Tibia umumya
fraktur saat jatuh karena sifatnya yang menyokong beban berat
tubuh.
Gejala :
 Fraktur tibia dapat dikaitkan dengan memburuknya sindrom
kompartemen. Evaluasi nyeri progresif yang tampak hebat
pada cedera ringan menetap, nyeri peregangan pasif pada
otot yang terkena, tegangan pada area yang terkena,
penurunan sensasi, dan kelemahan tungkai bawah.
 Pasien dengan fraktur tibia dan fibula yang stabil mungkin
dapat menyokong berat tubuh pada ekstremitas.
Pemeriksaan posterior tungkai bawah dapat menunjukkan
gejala yang konsisten dengan fraktur.

c. Fraktur ekstremitas atas


a) Fraktur scapula
Curigai adanya fraktur scapula dengan cedera jaringan lunak
yang signifikan pada bahu dan saat mekanisme cedera
menunjukkan tingkat transmisi energy kinetic tinggi. Fraktur
scapula menuntut evaluasi yang cermat untuk kerusakan pada
struktur disekitarnya karena sering dikaitkan dengan dislokasi
bahu, kontusio paru, fraktur iga dengan potensi pneumotoraks,
fraktur kompresi vertebra dan fraktur ekstremitas atas.
Gejala :
- Pasien sering menunjukkan keterbatasan rentang gerak
ekstremitas ipsilateral.
b) Fraktur klavikula
Fraktur klavikula sering menyebabkan kerusakan pada struktur
dibawahnya, seperti paru (pneumotoraks, hemotoraks), dan
vena subklavia.
Gejala :
- Pasien sering menunjukkan bahu yang tidak stabil karena
kehilangan penyokong pada gelang bahu
- Evaluasi status neuro vascular ekstremitas karena fraktur ini
sering dikaitkan dengan gangguan neurovascular
- Fraktur ini dapat dikaitkan dengan pneumotoraks,
hematotoraks, atau kompresi pleksus brakialis
c) Fraktur humerus
fraktur humerus dapat dikaitkan dengan kerusakan arteri
brakialis dan kerusakan saraf radialis, ulnaris dan saraf medialis.
Oleh karena lokasi anatomic berkas neurovascular, fraktur
humerus distal yang dicurigai harus menjalani pemeriksaan
neurovascular dengan seksama dan terdokumentasi. Benturan
langsung pada prosesus olekranon dapat mengakibatkan fraktur
indirek pdaa humerus distal.
d) Fraktur radius dan ulna
Gejala :
- Perhatikan fraktur dekat siku dan pergelangan yang berkaitan
dengan gangguan neurovascular; fraktur pada daerah ini
memerlukan evaluasi neurovascular dan dokumentasi yang
cermat.
- Fraktur Colle adalah salah satu dari fraktur yang paling umum
pada radius dan ulna. Fraktur ini umumnya ditandai dengan
tipe penampilan “garpu perak”, dengan pergelangan tangan
memutar keatas yang berhubungan dengan radius dan ulna.

d. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah kondisi kedaruratan yang terjadi
ketika tekanan didalam kompartemen otot meningkat sampai tingkat
yang mempengaruhi sirkulasi mikrovaskular dan merusak integritas
neurovascular. Setelah beberapa jam tekanan jaringan nintersitial
meningkat diatas dasar kapiler, yang mengakibatkan iskemia saraf
dan jaringan otot.

Sindrom ini paling umum disebabkan oleh edema atau perdarahan


kedalam ruang kompartemen karena cedera remuk, fraktur,
kompresi yang lama pada ekstremitas, luka bakar (listrik, termal)
atau gigitan (binatang, manusia). Penyebab iatrogenic sindrom
kompartemen meliputi MAST, manset TD otomatis, gips atau
balutan yang terlalu ketat.
Gejala :
- Nyeri progresif dan berat yang melebihi kondisi cedera lapisan
dibawahnya, nyeri meningkat dengan gerakan pasif otot yang
terkena
- Penurunan sensasi terhadap sentuhan
- Bengkak tegang, asimetris
- Parastesi
- Ekstremitas pucat

e. Dislokasi
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang
terjadi. Dislokasi terjadi bila sendi lepas dan terpisah, dengan ujung-
ujung tulang tidak lagi menyatu. Bila ujung tulang hanya berubah
posisi secara parsial, cedera disebut subluksasio. Bahu, siku, jari,
panggul, lutut dan pergelangan kaki merupakan sendi-sendi yang
paling sering mengalami dislokasi

Gejala :
- Nyeri hebat pada daerah sendi yang sakit
- Deformitas sendi
- Pembengkakan sendi
- Kehilangan rentang sendi
- Kebas, kehilangan sensasi dan tidak terabanya nadi pada bagian
distal cedera (dislokasi dapat mengganggu fungsi arteri dan saraf
dibagian proksimal)

f. Sprain (keseleo)
Sprain (keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering
terjadi. Pada keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak
karena peregangan atau puntiran yang keras. Usaha untuk
menggerakkan atau menggunakan sendi meningkatkan rasa nyeri.
Lokasi yang sering mengalami sprain (keseleo) meliputi pergelangan
kaki, pergelangan tangan, atau lutut.
Gejala:
Derajat I  Peregangan atau robekan kecil pada
ligament
 Pembengkakan dan hemoragi minimal,
nyeri tekan lokal
 Tidak ada gerakan sendi abnormal
Derajat II  Robekan parsial ligament
 Nyeri
 Gerakan sendi abnormal
Derajat III  Ligament terputus komplet
 Sendi secara nyata mengalami deformasi
 Nyeri tekan dan bengkak
 Sendi tidak dapat menopang beban
 Gerakan sendi sangat abnormal

g. Strain (peregangan)
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot terlalu
meregang atau robek. Otot punggung sering mengalami strain bila
seseorang mengangkat benda berat.
Gejala :
Derajat I  Peregangan ringan-robekan minor
 Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, spasme otot
ringan
Derajat II  Peregangan sedang-peningkatan jumlah
serat yang robek
 Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, dislokasi
dan ketidakmampuan untuk menggunakan
tungkai untuk periode lama
Derajat III  Peregangan hebat-pemisahan komplet otot
dari otot, otot dari tendo, atau tendon dari
tulang
 Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, pucat

h. Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka :
 Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan
darah. Nama lain untuk abrasi adalah goresan (scrape), road
rush, dan rug burn.
 Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis
luka ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara
paksa
 Insisi : potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau
atau teriris kertas
 Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es
atau peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ-
organ internal. Resiko infeksi tinggi. Benda yang menyebabkan
cedera tersebut dapat tetap tertanam dalam luka.
 Avulse : potongan kulit yang robek lepas dan menggantung
pada tubuh.
 Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh
E. PATOFISIOLOGI
F. Penatalaksanaan
Tujuan tindakan penanggulangan cedera musculoskeletal menurut
definisi orthopedic adalah untuk mencapai rehabilitasi pasien secara
maksimum dan utuh dilakukan dengan cara medic, bedah dan modalitas
lain untuk mencapai tujuan terapi. Ada 4 hal yang harus diperhatikan :
a. Recognition
Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi
sebagai akibat cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya.
Dengan mengenali gejala dan tanda pada penggunaan fungsi
jaringan yang terkena cedera.
Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan
kerusakan tulang disertai jaringan lunak sekitarnya.
Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan
tidak langsung. Pada umumya trauma tumpul akan memberikan
kememaran yang difus pada jaringan lunak termasuk ganggguan
neurovaskuler yang menentukan vitalitas ekstremitas bagian distal
dari bagian yang cedera.
b. Reduction atau reposisi
Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau
fragmen tulang pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna
mengembalikan kepada bentuk semula sebaik mungkin agar fungsi
dapat kembali semaksimal mungkin.
 ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi
fraktur dengan melakukan pembedahan dengan memasukan paku,
sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-
bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.
 OREF (Open Reduction External Fixation)
c. Retaining
Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk
mempertahankan hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme
otot pada bagian yang sakit agar mencapai penyembuhan dengan
baik. Imobilisasi yang tidak adekuat dapat memberikan dampak pada
penyembuhan dan rehabilitasi.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak
yang cedera untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai
rehabilitasi adalah tindakan setelah tindakan kuratif dalam mengatasi
kendala kecacatan. Rehabilitasi menekan upaya pada fungsi dan
akan lebih berhasil dilaksanakan sedini mungkin.

G. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea,
demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama


a) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.
b) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih
pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis.
Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik

H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin dan hematokrit
Untuk pasien fraktur pelvis, femur, atau multiple, ukur hemoglobin dan
hematokrit karena berpotensi kehilangan darah.
b. Radiografi
Radiografi adalah alat pemeriksaan paling bermanfaat dalam
mendiagnosis fraktur. Foto anteroposterior dan lateral harus dilakukan
untuk melihat keseluruhan tulang, baik sendi proksimal maupun distal.
c. Arteriogram
Lakukan arteriogram untuk memastikan atau menyingkirkan dugaan
sedera vaskuler pada kasus penurunan atau tidak terabanya nadi.
d. CT Scan
CT scan sering kali digunakan untuk mengidentifikasi fraktur
asetabulum dan untuk mengevaluasi integritas permukaan artikulasi
seperti lutut, tangan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
e. MRI
MRI mengidentifikasi kerusakan tulang, ligament, kartilago dan
meniscus.

I. Fokus Pengkajian
a. Mengkaji ABCD
 Airway
Kaji : bersihan jalan nafas, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, distress
pernafasan, tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema
laring
 Breathing
Kaji : frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari
jalan nafas
 Circulation
Kaji : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna kulit, kelembaban kulit,
tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
 Disability
Kaji : tingkat kesadaran dengan AVPU (alert, verbal, pain, unrespon),
gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan respon pupil terhadap
cahaya
b. Kaji riwayat dan kondisi pasien
 Riwayat SAMPLE (Sign and symptom, Allergy, Medication, Past
medical history, Last oral intake, Event Preceding the injury)
 Tentukan mekanisme cedera untuk membantu memperkirakan
kelanjutan cedera
 Kaji disfungsi segera atau lambat atau nyeri yang dialami
 Perhatikan adanya riwayat cedera musculoskeletal
 Singkirkan benda yang berpotensi menekan ekstremitas yang
cedera, seperti pakaian, perhiasaan
 Evaluasi adanya luka terbuka pada ekstremitas. Tentukan panjang
dan dalamnya luka. Laserasi diatas tempat yang dicurigai fraktur
ditangani sebagai fraktur terbuka sampai pengkajian selanjutnya
membuktikan sebaliknya.
 Perhatikan adanya hematoma
 Evaluasi stabilisasi tulang-krepitasi tulang indikasi adnaya fraktur
 Inspeksi apakah ada pembengkakan, deformitas, rotasi abnormal
atau pemendekan tulang
c. Mengevaluasi ekstremitas apakah ada 5 P
 Pain (nyeri)
Keluhan paling umum pada cedera musculoskeletal adalah nyeri.
Titik nyeri tekan dapat menunkukkan fraktur dibawahnya. Nyeri
yang tidak konsisten dengan perluasan cedera menunjukkan
terjadinya sindrom kompartemen.
 Pallor (pucat)
Iskemik menimbulkan perubahan warna dan suhu
 Pulse (nadi)
Palpasi nadi pada semua ekstremitas. Nadi harus diperiksa dengan
palpasi, atau dengan Doppler bila tidak dapat diraba.
 Parestesia (kesemutan)
 Paralisis (kelumpuhan)

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipoksemia jaringan
2. Kerusakan Integritas Jaringan b.d tonjolan tulang
3. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
4. Hambatan Mobilitas Fisik b.d gangguan musculoskeletal
5. Resiko Syok Hipovolemik
6. Resiko Infeksi
K. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Diagnosa
NOC NIC
Ketidakefektifan  Circulation status Peripheral Sensation Management
perfusi jaringan  Tissue Prefusion : cerebral  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
perifer b.d Kriteria Hasil : peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
hipoksemia  Tekanan systole dandiastole dalam rentang  Monitor adanya paretese
jaringan yang diharapkan  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
 Tidak ada ortostatikhipertensi kulit jika ada lsi atau laserasi
 Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan  Gunakan sarun tangan untuk proteksi
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)  Batasi gerakan pada kepala, leher dan
 berkomunikasi dengan jelas dan sesuai punggung
dengan kemampuan  Monitor kemampuan BAB
 menunjukkan fungsi sensori motori cranial  Kolaborasi pemberian analgetik
yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak
ada gerakan gerakan involunter

Kerusakan Tissue Integrity : Skin and Mucous Membrans Pressure Management


integritas kriteria hasil:  Kaji adanya faktor resiko yang menyebabkan
jaringan b.d  Nyeri lokal ekstremitas tidak terjadi kerusakan integritas kulit
tonjolan tulang.  Menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif  Observasi kulit setiap hari dan catat sirkulasi dan
sensori serta perubahan yang terjadi
 Berikan bantalan pada ujung dan sambungan
traksi
 Jika memungkinkan ubah posisi 1-2 jam secara
rutin
 Konsultasikan ka ahli gizi untuk maknan tinggi
protein untuk membantu penmyembuhan luka

Nyeri akut  Pain Level Pain Management


berhubungan  Pain Control  Kaji nyeri pasien dengan pengkajian nyeri
dengan agen  Comfort Level OPQRSTUV
cedera fisik. kriteria hasil:  Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
 Melaporkan nyeri pada skala 0-1 mempengaruhi respon pasien terhadap
 TTV dalam batas normal ketidaknyamanan (misal suhu ruangan,
 Ekspresi wajah tidak menahan nyeri pencahayaan, dan kegaduhan)
 Berikan teknik relaksasi
 Ajarkan manajemen nyeri (misal nafas dalam)
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik.
Hambatan  Joint Movement: active Exercise Therapy: Ambulation
mobilitas fisik  Self Care : ADLs  Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap
b.d gangguan kriteria hasil: peningkatan kerusakan
muskuloskeletal  Mampu melakukan perpindahan  Pantau kulit bagian distal setiap hari terhadap
 Meminta bantuan untuk aktifitas mobilisasi. adanya iritasi, kemerahan.
 Tidak terjadi kontraktur  Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal
setiap 2 jam.
 Ajarkan klien untuk melakukan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit.
 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan
fisik klien.
Resiko Syok  Syok prevention Syok prevention
Hipovolemik  Syok management  Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu
Kriteria Hasil : kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi
 Nadi dalam batas yang diharapkan perifer, dan kapiler refill.
 Irama jantung dalam batas yang diharapkan  Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
 Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan  Monitor suhu dan pernafasan
 Irama pernapasan dalam batas yang  Monitor input dan output
diharapkan  Pantau nilai labor : HB, HT, AGD dan
elektrolit
 Monitor hemodinamik invasi yng sesuai
 Monitor tanda dan gejala asites
 Monitor tanda awal syok
 Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki
elevasi untuk peningkatan preload dengan
tepat
 Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat
 Berikan vasodilator yang tepat
 Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda
dan gejala datangnya syok
 Memantau faktor penentu pengiriman
jaringan oksigen (misalnya, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO), jika tersedia
 Memonitor gejala gagal pernafasan
(misalnya, rendah PaO2 peningkatan PaCO2
tingkat, kelelahan otot pernafasan)
 Monitor nilai laboratorium (misalnya, CBC
dengan diferensial) koagulasi profil,ABC,
tingkat laktat, budaya, dan profil kimia)
 Masukkan dan memelihara besarnya
kobosanan akses IV
Resiko Infeksi  Immune Status NIC :
 Knowledge : Infection control Infection Control (Kontrol infeksi)
 Risk control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
Kriteria Hasil : lain
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Pertahankan teknik isolasi
 Batasi pengunjung bila perlu
 Mendeskripsikan proses penularan penyakit,
 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
factor yang mempengaruhi penularan serta
tangan saat berkunjung dan setelah
penatalaksanaannya,
berkunjung meninggalkan pasien
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
 Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
timbulnya infeksi
tangan
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Menunjukkan perilaku hidup sehat tindakan kperawtan
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
 Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
DAFTAR PUSTAKA

Krisanty. Paula, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Paula


Krisanty. Jakarta: EGC

Kneale, Julia dan Peter Davis.2011.Keperawatan Ortopedik & Trauma Edisi


2. Jakarta : EGC.

Lukman dan Nurna Ningsih.2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika: Yogyakarta

Pearce, Evelyn C.2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

You might also like