You are on page 1of 6

PENENTUAN MORFOLOGI SEL DARAH MERAH (ERITROSIT)

BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN


RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

Erny Apriany Sylwana, Quatrine Wahyuni


Sub Jurusan Teknik Telekomunikasi dan Informasi
Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin 2012
E-mail : niny312@yahoo.com , justcallmeine@yahoo.com

ABSTRAK
Tes hematologi atau tes darah merupakan suatu pemeriksaan untuk mendiagnosa
kondisi medis. Tes hematologi meliputi pemeriksaan jumlah dan bentuk sel darah, dimana
hingga saat ini pemeriksaan morfologi sel darah masih dikerjakan secara manual. Hal ini
menyebabkan kurangnya ketelitian serta keakuratan yang dilakukan oleh para dokter dan
petugas laboratorium kesehatan sehingga adanya kemungkinan perbedaan identifikasi.
Kekurangan pada pemeriksaan hematologi secara manual dapat diatasi dengan menciptakan
suatu sistem otomatis dengan bantuan komputer menggunakan jaringan syaraf tiruan. Pada
tugas akhir ini dilakukan penelitian terhadap jaringan syaraf tiruan RBF untuk menentukan
morfologi sel darah merah (eritrosit). Citra sel darah merah (eritrosit) normal dan abnormal
yang berasal dari Lembaga Penelitian ABX dari Montpeller Perancis berjumlah 175 sampel
yang terbagi atas 105 sampel citra latih dan 70 sampel citra uji. Citra sel darah merah
(eritrosit) tersebut diolah melalui proses akuisisi citra, grayscale, deteksi tepi dan ekstraksi
ciri untuk menghasilkan input bagi jaringan syaraf tiruan Radial Basis Function. Penentuan
morfologi sel darah merah (eritrosit) berbasis pengolahan citra dan jaringan syaraf turuan
Radial Basis Function mencapai rata-rata akurasi 88,57% dengan total waktu pemrosesan
sistem 0,849087114 detik.

I. PENDAHULUAN Pada penelitian sebelumnya yaitu


Tes hematologi merupakan suatu “Penentuan Morfologi Sel Darah Merah
pemeriksaan untuk mendiagnosa kondisi (Eritrosit) berbasis Pengolahan Citra dan
medis. Beberapa parameter yang diperiksa Jaringan Syaraf Tiruan” dengan
pada tes hematologi adalah jumlah sel menggunakan metode Backpropagation.
darah dan morfologi normal dan abnormal Metode Backpropagation tersebut
sel darah. Pemeriksaan morfologi sel memberikan keakuratan untuk citra latih
darah masih dikerjakan secara manual sebesar 100%, dan untuk citra uji nilai
sehingga dapat menyebabkan kurangnya rata-rata keakuratan 78,33 %, dimana nilai
ketelitian serta keakuratan yang dilakukan tersebut masih perlu ditingkatkan dengan
oleh para dokter dan petugas laboratorium menggunakan metode lain.
kesehatan sehingga adanya kemungkinan Oleh karena itu, pada penelitian ini
perbedaan identifikasi antara dokter yang penulis mencoba memberikan alternatif
satu dan lainnya. pemecahan masalah dengan metode
Kekurangan pada pemeriksaan pembelajaran Radial Basis Function,
hematologi secara manual dapat diatasi sehingga diharapkan penelitian ini dapat
dengan menciptakan suatu teknologi digunakan untuk membantu pekerjaan
jaringan syaraf tiruan yang mengadopsi para dokter dan pihak laboratorium dalam
kemampuan manusia dalam melakukan mengidentifikasi morfologi normal dan
keputusan, atau dengan kata lain sistem abnormal sel darah merah (eritrosit)
tersebut mempunyai kecerdasan buatan
(Artificial Intelligent).
II. DASAR TEORI II.2 Jaringan Syaraf Tiruan Radial
Basis Function
II.1 Fisiologi Darah Radial Basis Function adalah model
Darah merupakan bagian dari cairan neural network yang mentransformasi
ekstrasel yang menjalankan fungsi input secara nonlinear dengan
transport, fungsi regulasi dan fungsi menggunakan fungsi aktivasi Gaussian
pertahanan tubuh. Sel darah merah pada lapisan unit hidden sebelum diproses
(eritrosit) normal berbentuk bulat atau secara linear pada lapisan output.
agak oval dengan diameter 7 – 8 mikron Seperti halnya jaringan saraf tiruan
(normosit). Dilihat dari samping, sel darah yang lain, Radial Basis Function juga
merah (eritrosit) nampak seperti cakram memiliki topologi jaringan. Topologi
atau bikonkaf dengan sentral akromia milik Radial Basis Function terdiri atas
kira-kira ⅓ - ½ diameter sel. Dalam unit lapisan masukan (input), unit lapisan
mengevaluasi morfologi sel darah merah tersembunyi (hidden), dan unit lapisan
(eritrosit) pada sediaan apus, ada 4 hal keluaran (output).
yang harus diperlihatkan : 1. bentuknya
(shape), 2. ukurannya (size), 3. warnanya
(staining), dan 4. struktur intraselluler
(structure.)

Kelainan bentuk sel darah merah


a. Ecchinocytes, biasa dijumpai pada
beberapa kelainan sistemik,
seperti gagal ginjal atau dehidrasi
berat, atau kadang ditemukan pada
penyakit hati. Gambar 1 Topologi Radial Basis Function
b. Elliptocytes, biasanya ditemukan
pada penderita anemia. Pada jaringan radial basis function,
c. Poikilocytes, biasanya ditemukan pemrosesan sinyal dari input layer ke
pada anemia yang parah seperti : hidden layer bersifat nonlinier, sedangkan
myelosclerosis, megaloblastic dari hidden layer ke ouput layer sifatnya
anemia, iron deficiency anemia, linear. Pada hidden layer digunakan
microangiopathic hemolysis, dan sebuah fungsi aktivasi yang berbasis
thalassemia. radial, misalnya fungsi Gaussian. Fungsi
d. Schistocytes, biasanya ditemukan Gaussian bisa dituliskan sebagai berikut,
pada anemia hemolitik mekanik
seperti : valvular protheses,
microangiopathic hemolysis,
permukaan artifisial , dan pada di mana adalah nilai spread yaitu
disseminated intravascular nilai yang menentukan bagaimana data
coangulation, thrombotic tersebar. Jika nilai spread makin besar
thrombocytopenic coangulation, sensitivitas antardata semakin berkurang.
serta vascular prosthetic surgency. Radial Basis Function bersifat feed-
e. Sickle cell, ditemukan pada forward dimana jaringan feed-forward
penyakit Hb-pati. adalah jaringan yang signalnya bergerak
f. Tear Drop Cell, dapat dijumpai dari input kemudian melewati lapisan
pada talasemia, anemia tersembunyi dan akhirnya mencapai unit
megaloblastik dan myelofibrosis output (mempunyai struktur perilaku yang
stabil).
Berguna atau setidaknya suatu tersebut. Langkah selanjutnya dilakukan
jaringan saraf tiruan ditentukan dari hasil analisis mengenai kinerja dan ketepatan
pelatihannya yang berupa bobot prediksi sistem, selanjutya dibuat laporan
neuronnya. Radial Basis Function hasil penelitian ini
memiliki algoritma pelatihan yang agak
unik karena terdiri atas metode supervised
dan unsupervised sekaligus, dimana
metode supervised merupakan metode
yang setiap pola yang diberikan ke dalam
jaringannya telah diketahui outputnya.
Selisih antara pola output aktual (output
yang dihasilkan) dengan pola output yang
dikehendaki (output target) yang disebut
error digunakan untuk mengoreksi bobot
jaringan. Sedangkan metode unsupervised
adalah metode yang tidak membutuhkan
target output. Pada metode ini tidak dapat
ditentukan hasil seperti apakah yang Gambar 2 Metodologi penelitian
diharapkan selama proses pembelajaran.
Kombinasi antara 2 jenis metode ini pada III. 1 Perancangan Desain Antar
jaringan Radial Basis Fnction Muka
menghasilkan suatu sistem yang handal Untuk keperluan perancangan
dalam mengatasi ketidaklinearan sistem sistem, maka pada penelitian ini digunakan
itu sendiri. fasilitas GUI (Graphical User Interface),
yang merupakan salah satu fasilitas yang
III. PERANCANGAN SISTEM disediakan oleh perangkat lunak Matlab
7.7. Dengan GUI dapat dibuatkan model
Penelitian ini dilakukan dengan tampilan sedemikian rupa yang
beberapa tahapan, yang pertama disesuaikan dengan keperluan penentuan
dilakukan adalah pengambilan data sel morfologi sel darah merah (eritrosit).
darah merah (eritrosit). Selanjutnya
dilakukan tahap pngolahan citra untuk
memilih data yang memiliki korelasi baik
untuk dijadikan sebagai input sistem.
Untuk menentukan morfologi sel darah
merah (eritrosit), digunakan sistem
jaringan syaraf tiruan Radial Basis
Function. Perancangan sistem jaringan
syaraf tiruan Radial Basis Function terdiri
atas 2 tahap, yaitu tahap pelatihan dan
tahap pengujian, dimana citra latih
sebanyak 15 untuk setiap bentuk sel darah
merah (eritrosit) yaitu bentuk normal,
ecchinocytes, elliptocytes, poikilocytes,
schistocytes, sickle cell dan tear drop cell
Gambar 3 Tampilan GUI
digunakan untuk membantu sistem
mengenali pola-pola tertentu untuk
selanjutnya kan diujikan menggunakan
citra uji yang berjumlah 10 untuk setiap
bentuk sel darah merah (eritrosit)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 2 Proses Ekstraksi Ciri
IV.1 Proses Pengolahan Citra Proses ekstraksi ciri ini dilakukan
IV.1.1 Proses Akusisi Citra tanpa mereduksi citra untuk
Proses akuisisi citra ini bertujuan mempertahankan detail-detail pada setiap
untuk mengatur citra sedemikian rupa citra sehingga citra yang awalnya
sehingga diperoleh ROI (region of berukuran 50x50 piksel diubah menjadi
interest) berupa satu gambar sel darah matriks berdimensi 50x50 dimana setiap
merah baik yang normal maupun kotak mewakili 1 piksel citra. Data
abnormal (dengan berbagai bentuk) untuk tersebut kemudian ditransformasi menjadi
diproses selanjutnya. Penentuan ROI matriks 2500x1.
diperlukan untuk mengurangi ukuran citra Data inilah yang akan menjadi
yang akan diproses sehingga waktu input dari jaringan syaraf tiruan Radial
perhitungan menjadi lebih cepat. Basis Function, agar sistem dapat
Perhitungan ROI dilakukan dengan cara mengenali morfologi normal dan
memilih serta mencuplik atau cropping abnormal sel darah merah (eritrosit) dari
area yang diinginkan, pada program ini segi bentuk.
area cropping diseragamkan menjadi
50x50 piksel untuk melihat kemungkinan IV.3 Proses Identifikasi
adanya sel yang berukuran lebih Jaringan syaraf tiruan Radial Basis
besar/lebih kecil dari kondisi normal. Function digunakan untuk
mengidentifikasi setiap citra yang
IV.1.2 Proses Grayscale diinputkan pada sistem. Pada proses ini
Ide dasar dari proses dilakukan proses pelatihan jaringan,
pengkonversian citra RBG menjadi citra pengujian jaringan, dan pengukuran
grayscale sebenarnya adalah membuat performansi sistem. Citra latih yang
band tunggal dari 3 band RGB tersebut diambil adalah citra sel darah merah
untuk mendapatkan suatu citra grayscale. (eritrosit), yang kemudian dibuatkan pola
Pemrosesan pada tingkat abu-abu ini untuk tiap bentuk normal dan abnormal.
dipilih karena lebih sederhana, yaitu Pola tersebut berasal dari hasil ekstraksi
hanya menggunakan sedikit kombinasi ciri citra latih yang menjadi pola data
warna sehingga dapat memperjelas referensi bagi sistem. Citra latih terdiri
perbedaan warna sel dengan latar atas 105 citra sel darah merah (eritrosit)
belakang dan dengan citra abu-abu yaitu 15 citra normal dan 90 citra
dirasakan sudah cukup untuk memproses abnormal dengan 6 (enam) bentuk. Citra
peta yang semula berupa RGB color uji terdiri atas 70 citra sel darah merah
dengan liputan abu-abu. (eritrosit) yaitu 10 citra normal dan 60
citra abnormal dengan 6 (enam) bentuk.
IV.1.3 Proses Deteksi Tepi
Proses deteksi tepi dilakukan IV.3.1 Pelatihan Jaringan Syaraf
terhadap citra hasil grayscale untuk Tiruan
mendapatkan pola yang lebih jelas agar Proses pelatihan dengan jaringan
didapatkan informasi yang lebih syaraf tiruan pada penelitian ini
mencolok dari citra sel darah merah menggunakan metode Radial Basis
(eritrosit) yang akan dikenali polanya. Function (RBF) dengan syntax pada
Untuk nilai ambang (δ) akan pemrograman Matlab 7.7 sebagai berikut :
digunakan empat nilai ambang untuk
melihat perbedaan δ yang mana paling [net,tr] =
baik digunakan yaitu 0,75 karena newrb(P,T,GOAL,SPREAD,MN,DF)
dianggap paling optimal.
Dimana : Dari tabel 1 diperoleh total waktu
P = input latih yang diperlukan oleh sistem untuk dapat
T = target latih menentukan morfologi normal dan
GOAL = mean squared error (MSE) goal abnormal sel darah merah (eritrosit)
SPREAD = spread of RBF adalah 0,849087114 detik.
MN = jumlah maksimum neuron / epoch
DF = penambahan jumlah neuron yang V. PENUTUP
ditampilkan.
Kesimpulan
IV.3.2 Pengenalan Jaringan Syaraf Dari penelitian morfologi sel darah
Tiruan merah (eritrosit) berbasis pengolahan citra
Setelah sistem dilatihkan, maka dan jaringan syaraf tiruan Radial Basis
jaringan siap untuk diujikan terhadap citra Fuction maka dapat disimpulkan bahwa :
uji yang berupa citra normal dan abnormal 1. Hasil keakuratan untuk citra uji
sel darah merah (eritrosit) . Tahap diperoleh sekitar 70 – 100 %, dengan
pengujian sistem dilakukan terhadap citra nilai rata-rata keakuratan 88,57 %.
uji yang telah melalui proses awal dan 2. Hasil peningkatan akurasi untuk citra
ekstraksi ciri seperti yang telah dianalisis yang gagal dikenali menghasilkan
sebelumnya. Proses pengujian terhadap keakuratan sebesar 100%.
175 sampel citra normal dan abnormal sel 3. Waktu yang dibutuhkan oleh sistem
darah merah (eritrosit) yang terdiri dari mulai dari proses pengambilan
105 citra latih (validasi) dan 70 citra uji. gambar hingga pengenalan adalah
0,849087114 detik.
IV.4. Keakuratan Sistem 4. Tidak maksimalnya tingkat
Keakuratan jaringan syaraf tiruan keakuratan sistem disebabkan karena
dalam mengenali morfologi normal dan adanya kemiripan antara 1 bentuk sel
abnormal sel darah merah (eritrosit) yang darah merah dengan sel darah merah
telah dilatihkan menghasilkan persentasi lainnya dan rotasi yang sangat besar
yang cukup besar yaitu 88,57%. sehingga mempengaruhi hasil
identifikasi sistem.
IV.5 Kecepatan Sistem
Pengujian kecepatan sistem dalam DAFTAR PUSTAKA
menentukan penentuan morfologi normal
dan abnormal sel darah merah (eritrosit), [1] Warni, E. (2007) Penentuan
dilakukan dengan menghitung waktu yang Morfologi Sel Darah Merah
dibutuhkan oleh sistem untuk dapat (Eritrosit) berbasis Pengolahan
mengenali citra yang diinputkan padanya. Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan.
Thesis, Universitas Hasanuddin
Tabel 1 Hasil pengujian Kecepatan Sistem [2] Siregar, H., Yusuf, I. & Gani, A.
Proses Waktu (detik) (1995) Fisiologi Sel dan Cairan
Pengambilan Tubuh. Universitas Hasanuddin
0,089237
Gambar [3] Patologi Klinik. (2002) Diktat
Grayscale 0,001116 Hematologi. Universitas
Deteksi Tepi 0,025209 Hasanuddin
Ekstraksi Ciri 0,000008 [4] Munir, R. (2004) Pengolahan
Pelatihan (CPU Citra Digital. Bandung:
0,713737114 Informatika
time/105 data)
Pengenalan 0,019780 [5] Gonzalez, R. C. & Woods, R. E.
Total Waktu 0,849087114 (1992) Digital Image Processing.
New Jersey: Prentice Hall
[6] Libor Masek. (2003) Recognition Erny Apriany Sylwana.
of Human Iris Patterns for Lahir pada 27 April
Biometric Identification. The 1990 di Ujung Pandang,
University of Western Australia Sulawesi Selatan,
[7] Nixon, M. S & Aguado, A. S. Indonesia. Anak kedua
(2002) Feature Extracton and dari pasangan Ir.
Image Processing. London: Rasulong dan Hj.
Newnes Nurjannah. Pada tahun
[8] Siang, Jong Jek. (2005) Jaringan 2008-sekarang menjalankan studi S1 di
Syaraf Tiruan dan Jurusan Elektro Fakultas Teknik
Pemrogramannya Menggunakan Universitas Hasanuddin Makassar,
Matlab. Yogyakarta: Penerbit subjurusan Teknik Telekomunikasi dan
Andi Informasi. Sejak Maret 2010 telah
[9] http://agus_diantara.blogspot.com/ menjadi asisten di Laboratorium Listrik
2011_03_01_archive.html Dasar.
[Diakses 4 Februari 2012]
[10] Hermawan, A. (2006) Jaringan Quatrine Wahyuni.
Syaraf Tiruan Teori dan Aplikasi. Lahir pada 6 Maret 1992
Yogyakarta: Penerbit Andi di Lyon, Perancis. Anak
[11] http://imudjdnk.files.wordpress keempat dari pasangan
.com/2010/10/rbf.jpg [Diakses 4 Dr. Ir. M. Kasim Pateha,
Februari 2012] DEA dan Dra. Hj.
Nursiah Hasyim, CES.,
Apt. Pada tahun 2008-
sekarang menjalankan studi S1 di Jurusan
Elektro Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Makassar, subjurusan Teknik
Telekomunikasi dan Informasi. Sejak
September 2010 telah menjadi asisten di
Laboratorium Telekomunikasi, Radio dan
Microwave.

You might also like