Professional Documents
Culture Documents
Kata kunci : Steganografi, algoritma AES, LSB, variance, level stego, AWGN, MSE, PSNR.
Garis besar algoritma Rijndael yang Gambar 4. Diagram proses enkripsi dan
beroperasi pada blok 128 bit dengan kunci deskripsi [9]
128 bit adalah sebagai berikut(diluar proses
pembangkitan round key) : Proses Enkripsi
1. AddRoundKey, melakukan XOR
Proses enkripsi pada AES Rijndael
antara state awal (plainteks) dengan
berlangsung dalam rentetan empat
cipher key. Tahap ini disebut juga
transformasi bytes, yaitu SubBytes,
initial round.
ShiftRows, MixColumn, dan AddRoundKey.
Rentetan tersebut dijalankan sebanyak Nr – Besarnya nilai PSNR berkorelasi dengan
1 sebagai loop utama (Nr = 10 untuk AES- besarnya nilai Mean Squared Error (MSE).
128). Setiap loop disebut round. MSE dihitung melalui persamaan sebagai
AddRoundKey() dieksekusi sebagai round berikut[7]:
inisial sebelum loop utama. Setelah loop
2 2 2
1 ( , ) +( , ) +( , )
utama tersebut berakhir (sembilan round = ∑ =1 ∑ =1
, , ,
(1)
× 3
untuk AES-128), SubBytes(), ShiftRows(),
dan AddRoundKey( ), dieksekusi secara Dimana :
berturut-turut sebagai final round. N : Panjang citra
M : Lebar citra
Proses Deskripsi RPi,j : Warna merah pada pixel baris i
Transformasi cipher dapat dibalikkan kolom j pada citra asli
dan diimplementasikan dalam arah yang RQi,j : Warna merah pada pixel baris i
berlawanan untuk menghasilkan inverse kolom j pada citra setelah
cipher. AddRoundKey dieksekusi sebagai didistorsi.
initial round, diikuti sembilan round GPi,j : Warna hijau pada pixel baris i
rentetan InvShiftRows(), InvSubBytes(), kolom j pada citra asli.
InvMixColumn(), dan AddRoundKey(). GQi,j : Warna hijau pada pixel baris i
Begitu pula pada round ke-10 dengan tidak kolom j pada citra setelah
menyertakan InvMixColumns(). didistorsi.
BPi,j : Warna biru pada pixel baris i kolom
PARAMETER PENGUKURAN j pada citra asli.
KUALITAS CITRA BQi,j : Warna biru pada pixel baris i kolom
Dalam proses pengolahan citra, j pada citra setelah didistorsi.
pengukuran kualitas gambar (image quality)
memiliki peranan penting khususnya dalam MSE adalah jumlah error antara dua
proses steganografi citra digital. Dalam gambar sebelum dan setelah terdistorsi.
metoda pengukuran kualitas suatu gambar Nilai MSE = 0 merupakan nilai titik
dikenal pendekatan perkiraan kualitas konvergensi, namun dalam prakteknya tidak
distorsi secara matematis yaitu Mean pernah dicapai nilai MSE = 0. Pada
Square Error (MSE) dan PSNR (Peak umumnya, suatu citra terekonstruksi
Signal to Noise Ratio). dikatakan mencapai titik konvergensi bilai
Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) nilai MSE mendekati nol.
adalah perbandingan antara nilai maksimum Setelah diperoleh nilai MSE, maka nilai
dari sinyal yang diukur dengan besarnya PSNR dapat diperoleh melalui
derau yang berpengaruh pada sinyal persamaan[5] :
tersebut. Pada pengolahan citra, yang
dinyatakan sebagai sinyal adalah citra asli (2)
sedangkan sinyal terhadap derau disini
menyatakan citra hasil rekonstruksi. PSNR Fluktuasi maksimum dari range citra
biasanya diukur dalam satuan desible(dB). berdasarkan format data di notasikan
Pada tugas akhir ini, PSNR digunakan dengan ‘R’. Sebagai contoh jika citra digital
untuk mengetahui perbandingan kualitas mempunyai format data double-precision
antara citra rahasia asli dan citra rahasia floating point, maka R = 1. Jika citra digital
hasil recovery.
memiliki format data 8-bit unsigned integer, Jika sinyal yang kirim S Tx (t), pada kanal
maka R = 255. akan dipengaruhi oleh derau n(t) sehingga
Dari persamaan (2) dapat disimpulkan sinyal yang diterima menjadi: S Rx (t) =
bahwa jika nilai MSE mendekati nol, berarti S Tx (t) + n(t), 0 ≤ t ≤ T.
nilai PSNR semakin besar. Semakin besar
nilai PSNR maka semakin bagus kualitas DIAGRAM BLOK SISTEM
citra terekonstruksi. Diagram blok sistem secara umum dapat
digambarkan pada Gambar 6.
ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE
(AWGN)
Pada kanal transmisi selalu terdapat
penambahan derau yang timbul karena
akumulasi derau termal dari perangkat
pemancar, kanal transmisi, dan perangkat
penerima. Derau yang menyertai sinyal
pada sisi penerima dapat didekati dengan
model matematis statistik AWGN. Derau
AWGN merupakan gangguan yang bersifat
Additive atau ditambahkan terhadap sinyal Gambar 6. Diagram blok sistem
transmisi, dimodelkan dalam pola distribusi
acak Gaussian dengan mean (m) = 0, Pada penulisan tugas akhir ini, program
standar deviasi (σ) = 1, dan mempunyai dibuat dalam sebuah sistem yang terdiri dari
rapat spektral daya yang tersebar merata beberapa blok yang akan melakukan fungsi
pada lebar pita frekuensi tak berhingga. antara lain menyembunyikan data
Berikut pendekatan AWGN secara (embedded), simulasi citra hasil
matematis[5] : steganografi pada kanal AWGN dan
mengekstrak data. Diagram blok sistem
(3) menggambarkan proses kerja sistem mulai
dari masukan sampai keluaran, yang dapat
dijelaskan secara umum sebagai berikut:
dimana: p(x) = probabilitas kemunculan
1. Citra yang digunakan sebagai cover
derau
object yaitu citra digital warna dengan
σ = standar deviasi
format bitmap (*.bmp) kedalaman 24
m = rataan (mean)
bit.
x = variabel (tegangan atau daya sinyal)
2. Data rahasia atau plaintext berupa citra
AWGN merupakan model kanal digital warna berformat bitmap (*.bmp).
sederhana dan umum dalam suatu sistem Dimana untuk meningkatkan keamanan
komunikasi. Model kanal ini dapat dilihat dari data rahasia terlebih dahulu
pada Gambar 5 berikut. dienkripsi dengan metode AES
(Advanced Encryption Standard).
STx (t) SRx (t)
Output dari proses enkripsi ini disebut
dengan ciphertext.
n (t) 3. Proses selanjutnya yakni menyisipkan
ciphertext pada cover object atau
dikenal dengan proses steganografi
Gambar 5. Kanal AWGN menggunakan metode Least Significant
Bit dengan mengganti bit-bit pada data
piksel cover object dengan bit-bit
ciphertext. Keluaran dari proses ini
disebut dengan hasil steganografi (stego
object)
4. Hasil steganografi kemudian
disimulasikan terganggu additive noise
saat melewati blok proses Additive
White Gaussian Noise (AWGN).
Sehingga hasil steganografi
terkontaminasi dengan noise, keluaran
dari proses ini disebut dengan hasil
steganografi terdistorsi.
5. Hasil steganografi terdistorsi kemudian
akan diproses dalam blok
desteganografi, proses ini berfungsi
untuk mengambil ciphertext yang
terkandung dalam hasil steganografi
terdistorsi. Ciphertext yang didapatkan
kemudian didekripsi untuk mendapatkan
kembali plaintext atau data rahasia. Gambar 8. Diagram alir proses encoder
secara garis besar
Perancangan Diagram Alir
Pembuatan program ini merujuk pada
alur sistem yang telah dirancang.
Perancangan diagram alir program terdiri
atas perancangan diagram alir menu utama,
program encode dan program decode.
HASIL PENGUJIAN
Pengujian dilakukan dengan mengubah
nilai variance dari noise AWGN yaitu
sebesar 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8;
0,9 dan 1 serta mengubah nilai bit (1 sampai
8) yang digunakan dalam penyisipan data
rahasia. Parameter yang sama dalam
pengujian ditampilkan dalam tabel 2.