You are on page 1of 12

UJI STEGANOGRAFI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN

ALGORITMA ADVANCED ENCRYPTION STANDARD


PADA KANAL AWGN

Andi Sofyah Annisaa*, Zam Zam Sugira**

Jurusan Elektro Fakultas Teknik


Universitas Hasanuddin
Jl.Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar
*Email : sofyaha@yahoo.co.id
**Email : zizi.aira@gmail.com

Abstrak – Steganografi merupakan metode penyembunyian informasi pada suatu media


sedemikian rupa sehingga keberadaannya tidak terdeteksi oleh pihak lain. Steganografi
memberikan solusi yang lebih tepat untuk mengatasi kelemahan teknik kriptografi. Pada tugas
akhir ini, implementasi steganografi digital menggunakan algoritma Advanced Encryption
Standard (AES) sebagai proses kriptografi (enkripsi dan dekripsi) yang kemudian disisipkan
pada media citra dengan menggunakan metode Least Significant Bit (LSB), dan diuji pada
kanal Additive White Gaussian Noise (AWGN).
Pengujian steganografi dengan algoritma Advanced Encryption Standard (AES)
menggunakan citra digital berformat *.bmp baik pada data rahasia maupun citra
penampungnya. Pengujian yang dilakukan berupa uji ketahanan citra hasil steganografi
ditinjau dari keberhasilan recovery data dengan mengubah nilai variance (0.1;
0.2;0.3;0.4;0.5;0.6;0.7;0.8;0.9;1 pada mean 0), level stego (stego 1 sampai stego 8), uji
ketahanan citra hasil steganografi dari beberapa operasi manipulasi citra serta
membandingkan hasil uji yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan
mode operasi Cipher Block Chaining. Parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas
data rahasia hasil decode adalah MSE dan PSNR.
Hasil pengujian steganografi dengan algoritma Advanced Encryption Standard (AES)
menunjukkan bahwa semakin besar level stego yang digunakan untuk penyisipan data rahasia
maka perubahan tampilan citra penampung akan semakin terlihat jelas. Dengan variance 0.1
sampai 1, data rahasia yang disembunyikan masih bisa di-recovery namun kualitas yang
dihasilkan berbeda tiap level stego, dimana PSNR terbesar 42.826 dB terjadi pada variance
0.1 dan level stego 8 dan PSNR terkecil 14.418 dB pada variance 1 dan level stego 1.
Steganografi menggunakan algoritma AES tahan terhadap attack AWGN, tetapi tidak tahan
terhadap operasi manipulasi citra. Algoritma AES lebih baik dibanding dengan mode operasi
CBC ditinjau dari nilai PSNR hasil decode yang diperoleh lebih besar yaitu 36.78 dB
dibanding nilai PSNR yang diperoleh pada mode operasi CBC yaitu 32.92 dB.

Kata kunci : Steganografi, algoritma AES, LSB, variance, level stego, AWGN, MSE, PSNR.

PENDAHULUAN kemudahan dalam pertukaran informasi.


Perkembangan dan kemajuan teknologi Namun tidak semua perkembangan
pada dunia telekomunikasi memberikan teknologi tersebut memberikan dampak
yang positif dan menguntungkan. Salah satu Perbedaan Steganografi dengan
dampak negatif dalam perkembangan Watermarking
teknologi adalah adanya penyadapan data Pada prinsipnya watermarking sama
yang merupakan salah satu masalah yang dengan steganografi, watermarking
paling ditakuti oleh para pengguna jaringan merupakan aplikasi dari steganografi,
telekomunikasi. namun ada perbedaan antara keduanya.
Informasi merupakan hal yang penting Perbedaan utamanya adalah pada tujuan
dan berharga karena penyampaian informasi atau implementasi kedua metode tersebut.
dari satu pihak ke pihak lain dapat sangat Steganografi merahasiakan informasi
besar pengaruhnya bagi pihak-pihak yang disembunyikan didalam media digital
tertentu sehingga keamanan dan dimana media penampung tidak berarti apa-
kerahasiaan dalam pertukaran informasi apa, sedangkan watermarking meluaskan
menjadi sangatlah penting. informasi dan menjadikannya suatu
Teknik kriptografi yang melakukan attribute dari gambar cover. Watermark
proses pengacakan data asli sehingga digital dapat berupa informasi sebagai
menghasilkan data terenkripsi yang berbeda copyright, kepemilikan, atau lisensi. Dalam
dengan aslinya, dapat diketahui steganografi, objek dari komunikasi adalah
keberadaannya namun tidak dimengerti pesan yang tersembunyi. Di dalam
maksudnya. Sedangkan steganografi watermark digital, objek dari komunikasi
memberikan solusi yang lebih tepat untuk adalah cover.
masalah tersebut. Steganografi adalah
teknik menyembunyikan atau menyamarkan Kriteria Penyembunyian Data
keberadaan data rahasia dalam media
Kriteria yang harus diperhatikan dalam
penampungnya sehingga keberadaan data
rahasia tersebut tidak diketahui oleh orang penyembunyian data rahasia dengan
lain, dengan kata lain keluaran steganografi menggunakan citra digital sebagai berkas
ini memiliki bentuk persepsi yang sama penampung adalah:
dengan bentuk aslinya. 1. Imperceptibility
Akan tetapi yang perlu diperhatikan Keberadaan pesan rahasia tidak dapat
pada steganografi sebagai perlindungan dipersepsi oleh inderawi. Misalnya,
sebuah data rahasia adalah ketahanan dari jika covertext berupa citra, maka
citra hasil steganografi. penyisipan pesan membuat citra
stegotext sukar dibedakan oleh mata
STEGANOGRAFI dengan citra covertext-nya.
Steganografi (steganography) adalah
ilmu dan seni menyembunyikan pesan 2. Fidelity
rahasia (hiding message) sedemikian hingga Mutu media penampung setelah
keberadaan (eksistensi) pesan tidak ditambahkan pesan rahasia tidak jauh
terdeteksi oleh indra manusia [1]. Kata berbeda dengan mutu media
steganografi (steganography) berasal dari penampung sebelum ditambahkan
bahasa Yunani yaitu steganos yang artinya pesan.
tersembunyi atau terselubung, dan graphein
yang artinya menulis, menurut Sellars 3. Robustness
(1996) arti steganografi adalah “menulis Yaitu pesan yang disembunyikan harus
tulisan yang tersembunyi atau terselubung” tahan terhadap berbagai operasi
[2]. manupulasi yang dilakukan pada media
penampung (seperti pengubahan Gambar 2. Penggantian bit LSB pada
kontras, penajaman, pemampatan, komponen warna RGB citra digital 24
rotasi, perbesaran gambar, cropping bit[5]
dan sebagainya). Bila pada citra
dilakukan operasi pengolahan citra, Gambar 2. mengilustrasikan proses
maka pesan yang disembunyikan tidak penyembunyian data rahasia berupa
rusak. karakter ’f’ (binary : 01100100) ke dalam
citra digital, proses steganografi
4. Recovery berlangsung dengan cara mengganti
Pesan yang disembunyikan dapat sebagian bit komponen warna dalam tiap
diungkapkan kembali. Karena tujuan piksel citra digital warna 24 bit dengan bit
steganografi adalah data hiding, maka data rahasia.
sewaktu-waktu pesan rahasia di dalam
media penampung harus dapat diambil CITRA DIGITAL
kembali untuk digunakan lebih lanjut. Citra dalam kamus Webster adalah
suatu representasi kemiripan atau imitasi
Modifikasi LSB (Least Significant Bit) dari suatu objek atau benda[3]. Secara
LSB (Least Significant Bit) merupakan harfiah citra merupakan suatu representasi
metode steganografi dengan mengganti spasial dari suatu obyek dalam pandangan 2
least significant bit pada pixel gambar dimensi atau 3 dimensi[5]. Ditinjau dari
dengan deretan bit-bit data. Bit-bit data sudut pandang matematis, citra merupakan
rahasia ini akan mengubah nilai komponen fungsi malar (continue) dari intensitas
warna setiap piksel tertentu pada citra cahaya pada bidang dua dimensi. Sumber
penampung, seperti yang diilustrasikan pada cahaya yang menerangi objek akan
Gambar 1. Semakin besar bit data yang memantulkan kembali sebagian dari berkas
dimasukkan berpengaruh pada semakin cahaya tersebut. Pantulan cahaya ini
besarnya perubahan tingkat intensitas ditangkap oleh alat-alat optik, misalnya
warna. mata manusia, kamera pemindai, dan
sebagainya, sehingga bayangan objek yang
disebut citra tersebut terekam.
Agar dapat diolah dengan komputer,
maka suatu citra harus diwakili secara
numerik dengan nilai-nilai diskrit.
Gambar 1. Steganografi menggunakan Perwakilan citra dari fungsi malar menjadi
citra digital sebagai media penampung[5] nilai-nilai diskrit disebut digitalisasi. Citra
yang dihasilkan inilah yang disebut dengan
citra digital. Dari sekian banyak citra, hanya
citra digital yang dapat diolah menggunakan
komputer.
Kedalaman warna yang biasa dipakai
pada gambar digital antara lain 8 bpp (256
warna), 16 bpp (65.536 warna, dikenal
dengan highcolor), dan 24 bpp (16.777216
warna, dikenal dengan truecolor) dimana
pada citra 24 bpp ini terdiri dari kanal red,
green, blue (RGB).
Format Citra Bitmap (BMP) Citra yang lebih kaya warna adalah citra 24
Bitmap atau raster merupakan gambar bit. Setiap piksel panjangnya 24 bit yang
yang tersusun atas titik-titik elemen gambar mempunyai tiga komponen warna yaitu
(piksel), masing-masing piksel memiliki RGB (Red, Green, Blue). Tiap-tiap
informasi warna. Saat ini format BMP komponen tersebut terdiri 1 byte (8 bit).
memang tidak sepopuler format JPEG atau Karena tiap byte memiliki kombinasi 256
GIF, hal ini karena berkas BMP tidak warna, maka jika terdapat 3 komponen
dimampatkan sehingga ukuran berkasnya warna maka mempunyai 224 atau 16777216
relatif besar daripada berkas JPEG maupun kombinasi warna. Jika sebuah citra dengan
GIF. Hal ini juga menyebabkan format format bitmap warna 24 bit dengan ukuran
BMP sudah jarang digunakan. 800 x 600 maka besarnya ukuran berkas
Meskipun format BMP memiliki bitmap tersebut adalah (800 x 600 x 24) bit.
kekurangan dari segi ukuran tetapi format Pada tugas akhir ini bekas penampung yang
BMP memiliki kelebihan dari segi kualitas akan digunakan adalah citra digital dengan
gambar. Citra dalam format BMP lebih format bitmap 24 bit.
bagus daripada citra dalam format lainnya,
karena tidak dimampatkan sehingga tidak ADVANCED ENCRYPTION STANDARD
ada informasi yang hilang. (AES)
Citra dalam format BMP ada tiga Algoritma kriptografi bernama Rijndael
macam; citra biner, citra berwarna, dan citra yang didesain oleh Vincent Rijmen dan
hitam-putih(grayscale). Citra biner hanya John Daemen asal Belgia keluar sebagai
mempunyai dua nilai keabuan 0 dan 1. Oleh pemenang kontes algoritma kriptografi
karena itu, 1 bit sudah cukup untuk pengganti DES yang diadakan oleh NIST
merepresentasikan nilai piksel. Citra (National Institutes of Standards and
berwarna adalah citra yang lebih umum. Technology) milik pemerintah Amerika
Warna yang terlihat pada citra bitmap Serikat pada 26 November 2001. Algoritma
merupakan kombinasi dari tiga warna dasar Rijndael inilah yang kemudian dikenal
yaitu merah, hijau, dan biru. Jumlah dengan Advanced Encryption Standard
kemungkinan warna yang dapat ditampilkan (AES). Setelah mengalami beberapa proses
oleh suatu piksel tergantung pada satuan bit standardisasi oleh NIST, Rijndael kemudian
yang dimiliki gambar tersebut. Sebagai diadopsi menjadi standard algoritma
contoh bitmap 4 bit, berarti piksel-piksel kriptografi secara resmi pada 22 Mei 2002.
yang menyusunnya dapat menampilkan Pada 2006, AES merupakan salah satu
kombinasi warna sebanyak 24 atau 16 algoritma terpopuler yang digunakan dalam
warna, demikian sebaliknya bitmap 8 bit kriptografi kunci simetrik.
yang mampu menampilkan kombinasi Algoritma AES adalah cipher blok
warna hingga 28 atau 256 warna seperti simetrik, dimana kunci rahasia yang
yang terlihat pada Gambar 3. digunakan untuk menyandikan maupun
memperoleh kembali data dari data
tersandinya adalah kunci yang sama.
Rijndael mendukung panjang kunci 128
bit sampai 256 bit dengan step 32 bit. Untuk
Gambar 3. Kombinasi warna gambar 4 menyesuaikan dengan AES, maka ukuran
dan 8 bit [5] blok pada Rijndael adalah 128 bit. Panjang
kunci dan ukuran blok dapat dipilih secara
independen. Pada versi AES ditetapkan
bahwa panjang kunci dibatasi hanya 128, 2. Putaran sebanyak Nr – 1 kali. Proses
192 dan 256 bit, sehingga dikenal dengan yang dilakukan pada setiap putaran
AES-128, AES-192, dan AES-256. adalah:
Perbedaan panjang kunci mempengaruhi a. SubBytes : substitusi byte dengan
jumlah round yang akan diimplementasikan menggunakan tabel substitusi (S-
pada algoritma AES ini. Berikut ini adalah box).
Tabel 1. yang memperlihatkan jumlah b. ShiftRows : pergeseran baris-baris
round / putaran (Nr) yang harus array state secara wrapping.
diimplementasikan pada masing-masing c. MixColumns : mengacak data
panjang kunci. dimasing-masing kolom array
state.
Tabel 1. Versi-versi AES[6] d. AddRoundKey : melakukan XOR
antara state sekarang dengan round
Ukuran Jumlah key.
Panjang
Blok Round
Kunci(Nk)
(Nb) (Nr) 3. Final round: proses untuk putaran
AES-128 4 4 10 terakhir:
AES-192 6 4 12 a. SubBytes
AES-256 8 4 14 b. ShiftRows
c. AddRoundKey
Algoritma Rijndael Garis besar algoritma Rijndael
diperlihatkan pada Gambar 4 dibawah ini:
Seperti pada DES, Rijndael
menggunakan substitusi dan permutasi dan
sejumlah putaran yang dikenakan pada tiap
blok yang akan dienkripsi deskripsi. Untuk
setiap putarannya, Rijndael menggunakan
kunci yang berbeda. Kunci setiap putaran
disebut round key.
Algoritma Rijndael mempunyai 3 (tiga)
parameter :
1. Plainteks adalah array yang berukuran
16-byte, yang berisi data masukan.
2. Cipherteks adalah array yang
berukuran 16-byte, yang berisi hasil
enkripsi.
3. Kunci adalah array yang berukuran
16-byte yang berisi kunci cipher
(disebut juga cipher key).

Garis besar algoritma Rijndael yang Gambar 4. Diagram proses enkripsi dan
beroperasi pada blok 128 bit dengan kunci deskripsi [9]
128 bit adalah sebagai berikut(diluar proses
pembangkitan round key) : Proses Enkripsi
1. AddRoundKey, melakukan XOR
Proses enkripsi pada AES Rijndael
antara state awal (plainteks) dengan
berlangsung dalam rentetan empat
cipher key. Tahap ini disebut juga
transformasi bytes, yaitu SubBytes,
initial round.
ShiftRows, MixColumn, dan AddRoundKey.
Rentetan tersebut dijalankan sebanyak Nr – Besarnya nilai PSNR berkorelasi dengan
1 sebagai loop utama (Nr = 10 untuk AES- besarnya nilai Mean Squared Error (MSE).
128). Setiap loop disebut round. MSE dihitung melalui persamaan sebagai
AddRoundKey() dieksekusi sebagai round berikut[7]:
inisial sebelum loop utama. Setelah loop
2 2 2
1 ( , ) +( , ) +( , )
utama tersebut berakhir (sembilan round = ∑ =1 ∑ =1
, , ,
(1)
× 3
untuk AES-128), SubBytes(), ShiftRows(),
dan AddRoundKey( ), dieksekusi secara Dimana :
berturut-turut sebagai final round. N : Panjang citra
M : Lebar citra
Proses Deskripsi RPi,j : Warna merah pada pixel baris i
Transformasi cipher dapat dibalikkan kolom j pada citra asli
dan diimplementasikan dalam arah yang RQi,j : Warna merah pada pixel baris i
berlawanan untuk menghasilkan inverse kolom j pada citra setelah
cipher. AddRoundKey dieksekusi sebagai didistorsi.
initial round, diikuti sembilan round GPi,j : Warna hijau pada pixel baris i
rentetan InvShiftRows(), InvSubBytes(), kolom j pada citra asli.
InvMixColumn(), dan AddRoundKey(). GQi,j : Warna hijau pada pixel baris i
Begitu pula pada round ke-10 dengan tidak kolom j pada citra setelah
menyertakan InvMixColumns(). didistorsi.
BPi,j : Warna biru pada pixel baris i kolom
PARAMETER PENGUKURAN j pada citra asli.
KUALITAS CITRA BQi,j : Warna biru pada pixel baris i kolom
Dalam proses pengolahan citra, j pada citra setelah didistorsi.
pengukuran kualitas gambar (image quality)
memiliki peranan penting khususnya dalam MSE adalah jumlah error antara dua
proses steganografi citra digital. Dalam gambar sebelum dan setelah terdistorsi.
metoda pengukuran kualitas suatu gambar Nilai MSE = 0 merupakan nilai titik
dikenal pendekatan perkiraan kualitas konvergensi, namun dalam prakteknya tidak
distorsi secara matematis yaitu Mean pernah dicapai nilai MSE = 0. Pada
Square Error (MSE) dan PSNR (Peak umumnya, suatu citra terekonstruksi
Signal to Noise Ratio). dikatakan mencapai titik konvergensi bilai
Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) nilai MSE mendekati nol.
adalah perbandingan antara nilai maksimum Setelah diperoleh nilai MSE, maka nilai
dari sinyal yang diukur dengan besarnya PSNR dapat diperoleh melalui
derau yang berpengaruh pada sinyal persamaan[5] :
tersebut. Pada pengolahan citra, yang
dinyatakan sebagai sinyal adalah citra asli (2)
sedangkan sinyal terhadap derau disini
menyatakan citra hasil rekonstruksi. PSNR Fluktuasi maksimum dari range citra
biasanya diukur dalam satuan desible(dB). berdasarkan format data di notasikan
Pada tugas akhir ini, PSNR digunakan dengan ‘R’. Sebagai contoh jika citra digital
untuk mengetahui perbandingan kualitas mempunyai format data double-precision
antara citra rahasia asli dan citra rahasia floating point, maka R = 1. Jika citra digital
hasil recovery.
memiliki format data 8-bit unsigned integer, Jika sinyal yang kirim S Tx (t), pada kanal
maka R = 255. akan dipengaruhi oleh derau n(t) sehingga
Dari persamaan (2) dapat disimpulkan sinyal yang diterima menjadi: S Rx (t) =
bahwa jika nilai MSE mendekati nol, berarti S Tx (t) + n(t), 0 ≤ t ≤ T.
nilai PSNR semakin besar. Semakin besar
nilai PSNR maka semakin bagus kualitas DIAGRAM BLOK SISTEM
citra terekonstruksi. Diagram blok sistem secara umum dapat
digambarkan pada Gambar 6.
ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE
(AWGN)
Pada kanal transmisi selalu terdapat
penambahan derau yang timbul karena
akumulasi derau termal dari perangkat
pemancar, kanal transmisi, dan perangkat
penerima. Derau yang menyertai sinyal
pada sisi penerima dapat didekati dengan
model matematis statistik AWGN. Derau
AWGN merupakan gangguan yang bersifat
Additive atau ditambahkan terhadap sinyal Gambar 6. Diagram blok sistem
transmisi, dimodelkan dalam pola distribusi
acak Gaussian dengan mean (m) = 0, Pada penulisan tugas akhir ini, program
standar deviasi (σ) = 1, dan mempunyai dibuat dalam sebuah sistem yang terdiri dari
rapat spektral daya yang tersebar merata beberapa blok yang akan melakukan fungsi
pada lebar pita frekuensi tak berhingga. antara lain menyembunyikan data
Berikut pendekatan AWGN secara (embedded), simulasi citra hasil
matematis[5] : steganografi pada kanal AWGN dan
mengekstrak data. Diagram blok sistem
(3) menggambarkan proses kerja sistem mulai
dari masukan sampai keluaran, yang dapat
dijelaskan secara umum sebagai berikut:
dimana: p(x) = probabilitas kemunculan
1. Citra yang digunakan sebagai cover
derau
object yaitu citra digital warna dengan
σ = standar deviasi
format bitmap (*.bmp) kedalaman 24
m = rataan (mean)
bit.
x = variabel (tegangan atau daya sinyal)
2. Data rahasia atau plaintext berupa citra
AWGN merupakan model kanal digital warna berformat bitmap (*.bmp).
sederhana dan umum dalam suatu sistem Dimana untuk meningkatkan keamanan
komunikasi. Model kanal ini dapat dilihat dari data rahasia terlebih dahulu
pada Gambar 5 berikut. dienkripsi dengan metode AES
(Advanced Encryption Standard).
STx (t) SRx (t)
Output dari proses enkripsi ini disebut
dengan ciphertext.
n (t) 3. Proses selanjutnya yakni menyisipkan
ciphertext pada cover object atau
dikenal dengan proses steganografi
Gambar 5. Kanal AWGN menggunakan metode Least Significant
Bit dengan mengganti bit-bit pada data
piksel cover object dengan bit-bit
ciphertext. Keluaran dari proses ini
disebut dengan hasil steganografi (stego
object)
4. Hasil steganografi kemudian
disimulasikan terganggu additive noise
saat melewati blok proses Additive
White Gaussian Noise (AWGN).
Sehingga hasil steganografi
terkontaminasi dengan noise, keluaran
dari proses ini disebut dengan hasil
steganografi terdistorsi.
5. Hasil steganografi terdistorsi kemudian
akan diproses dalam blok
desteganografi, proses ini berfungsi
untuk mengambil ciphertext yang
terkandung dalam hasil steganografi
terdistorsi. Ciphertext yang didapatkan
kemudian didekripsi untuk mendapatkan
kembali plaintext atau data rahasia. Gambar 8. Diagram alir proses encoder
secara garis besar
Perancangan Diagram Alir
Pembuatan program ini merujuk pada
alur sistem yang telah dirancang.
Perancangan diagram alir program terdiri
atas perancangan diagram alir menu utama,
program encode dan program decode.

Gambar 9. Diagram alir proses simulasi


AWGN

Gambar 7. Diagram alir Menu Utama


Gambar 10. Diagram alir proses decoder
secara garis besar

HASIL PENGUJIAN
Pengujian dilakukan dengan mengubah
nilai variance dari noise AWGN yaitu
sebesar 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8;
0,9 dan 1 serta mengubah nilai bit (1 sampai
8) yang digunakan dalam penyisipan data
rahasia. Parameter yang sama dalam
pengujian ditampilkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Parameter yang digunakan dengan penyisipan 1 sampai 8 bit setiap


dalam pengujian RGB per pikselnya.

rumah. bmp (1280 x Gambar 11. Perbandingan pengaruh


Citra Penampung
1024) piksel penggunaan bit pada citra hasil
nine square circle.bmp steganografi
Data Rahasia (1) (a) Bit 1; (b) Bit 2; (c) Bit 3; (d) Bit 4; (e)
(222 x 222) piksel
buah.bmp (231x200) Bit 5; (f) Bit 6; (g) Bit 7; (h) Bit 8
Data Rahasia (2)
piksel
Password sukses Pengaruh Penggunaan Bit dan Variance
pada Hasil Decode
Pengaruh Penggunaan Bit pada Citra Gambar dibawah ini adalah grafik
Hasil Steganografi PSNR dari hasil recovery citra
Gambar 11. menunjukkan citra rumah
yang telah dilakukan proses steganografi
PENGUJIAN HASIL DECODE JIKA
DILAKUKAN OPERASI MANIPULASI
PADA CITRA HASIL
STEGANOGRAFI
Pada bagian ini, diuji ketahanan citra
hasil steganografi dengan operasi
manipulasi. Manipulasi yang dilakukan
berupa brightness and contrast, rotate,
Gambar 12. Grafik PSNR dari hasil MSE cropping dan resize.
citra nine square circle.bmp Namun, pada saat akan dilakukan proses
decoding, citra hasil steganografi yang telah
mengalami perubahan intensitas warna
menghasilkan file yang tidak dikenali oleh
program sehingga data rahasia tidak dapat
direcovery.

PERBANDINGAN HASIL NILAI MSE


dan PSNR ANTARA ALGORITMA
KRIPTOGRAFI AES DENGAN MODE
OPERASI CBC
Gambar 13. Grafik PSNR dari hasil Perbandingan hasil nilai MSE dan
MSE citra buah.bmp PSNR antara antara algoritma kriptografi
AES dengan mode operasi CBC dapat
Hasil Decode Citra Hasil Steganografi dilihat pada tabel dibawah ini.
Tanpa Pengaruh Noise AWGN
Hasil decode citra hasil steganografi Tabel 3. Perbandingan hasil nilai MSE
tanpa derau AWGN ditunjukkan pada dan PSNR hasil decode antara algoritma
Gambar 14. AES dan CBC[5]

Gambar 14. Hasil decode citra hasil


steganografi tanpa derau AWGN
SIMPULAN cropping dan scaling. Karena setelah
Dari hasil analisis uji steganografi dilakukan beberapa perubahan terhadap
citra digital menggunakan algoritma citra hasil steganografi, data rahasia
Advanced Encryption Standard (AES) pada tidak dapat lagi diekstrak. Hal ini
kanal AWGN, maka dapat disimpulkan disebabkan terjadinya perubahan
sebagai berikut: intensitas warna RGB tiap piksel.
1. Implementasi steganografi citra digital 6. Hasil pengujian recovery citra untuk
dengan metode LSB yang level stego 1 dengan variance 0.1
dikombinasikan dengan algoritma menunjukkan bahwa algoritma AES
kriptografi AES menghasilkan citra lebih baik dibanding dengan mode
steganografi yang memiliki ketahanan operasi CBC pada Tugas Akhir “Uji
terhadap attack AWGN. Steganografi Citra Digital dengan
2. Penggunaan level stego yang berbeda Metode Least Significant Bit dan Mode
mempengaruhi kualitas citra penampung Operasi Cipher Block Chaining Pada
ditinjau dari pengamatan secara visual Kanal AWGN” yang ditunjukkan dari
dari citra yang dihasilkan yakni pada nilai PSNR yang diperoleh lebih besar
penggunaan level stego 1 sampai 5 bit yaitu 36.78 dB dibanding dengan
tidak memperlihatkan perubahan yang menggunakan mode operasi CBC yang
berarti pada tampilan citra penampung. hanya memperoleh nilai PSNR sebesar
Tetapi setelah penggunaan jumlah bit 32.92 dB.
(level stego) diatas 5 bit terlihat sedikit
perubahan pada bagian sisi atas citra SARAN
penampung, dan perubahan pada citra 1. Untuk penelitian selanjutnya,
semakin jelas untuk level stego 8. diharapkan berkas penampung yang
3. Citra hasil steganografi yang diberi digunakan dapat juga berupa media
penambahan derau, mengakibatkan citra teks, media suara, ataupun media video.
recovery mengalami penurunan kualitas 2. Pada penelitian selanjutnya, untuk
yang ditandai dengan nilai MSE dan meningkatkan ketahanan citra
PSNR yang dihasilkan, dimana nilainya steganografi terhadap derau diharapkan
berbeda setiap level stego. Nilai MSE dapat dikembangkan suatu aplikasi
hasil decode terkecil 3.497 dan PSNR steganografi dengan metode lain yang
terbesar 42.826 dB terjadi pada variance lebih baik seperti metode
0.1 dan level stego 8 sedangkan nilai Transformation, agar kualitas data
MSE terbesar 2350.98 dan PSNR rahasia hasil decode tidak jauh berbeda
terkecil 14.418 dB pada variance 1 dan dengan aslinya selain itu juga memiliki
level stego 1. ketahanan terhadap berbagai operasi
4. Hasil decode untuk citra hasil manipulasi citra.
steganografi tanpa pengaruh derau
AWGN didapatkan data rahasia yang
sama persis dengan data rahasia asli dan
mempunyai nilai MSE sebesar 0.
5. Steganografi dengan metode LSB yang
dikombinasikan dengan algoritma
kriptografi AES tidak tahan terhadap
operasi manipulasi citra berupa
brightness and contrast, rotation,
DAFTAR PUSTAKA [9] http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/
02-
[1] http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/30 030/Steganografi%20parity%20codin
2/jbptunikompp-gdl-dedyrenald- g%20(greg-petra)%20Revisi.doc
15075-3-babii--i.pdf (diakses (diakses Februari 7, 2012)
Februari 7, 2012)
[2] http://praza.wordpress.com/2008/12/0
2/steganografi/ (diakses Februari 7,
2012)
[3] Zulfikar, Dian Hafidh. 2010. Uji
Ketahanan Algoritma F5 pada Stego
Image Terhadap Image Distortion,
Universitas Islam Negeri Maulana
Ibrahim Malang. Malang.
[4] Mutholib, Hamzah Abdul. 2010.
Aplikasi Steganografi Pada File
Multimedia Menggunakan Metode
EOF Dengan Fitur Tambahan
Enkripsi AES dan Kompresi RLE
Berbasis Java. Universitas
Gunadarma, Jakarta.
[5] Kusumaningrum, Septiana dan Priadi,
Timbar Imam. 2009. Uji Steganografi
Citra Digital dengan Metode Least
Significant Bit dan Mode Operasi
Cipher Block Chaining Pada kanal
AWGN. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
[6] Satria, Eko. 2009. Studi Algoritma
Rijndael Dalam Sistem Keamanan
Data.Universitas Sumatera Utara.
Medan
[7] Muchsin, Resky D.J. dan Sari, Dian
Purnama. 2012. Implementasi
Steganografi dengan Menggunakan
Algoritma AES dan SHA-1 Pada Citra
Digital. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
[8] Yuniati, Voni. 2009. Enkripsi Dan
Deskripsi Dengan Algoritma AES 256
Untuk Semua Jenis File. 23 Jurnal
Informatika. 5(1). Diakses Februari 7,
2012 dari
http://ti.ukdw.ac.id/ojs/index.php/infor
matika/article/download/69/29

You might also like