Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Nursing services are part of health services. It contributes professional services achievement based on established
standards. Based on the preliminary survey data that had been conducted by interviewing to several nurses, it was
found that the head of the room done supervision activities but did not use restrictions and questionnaires or the
format of supervision. This study aimed to determine The Correlation between Supervisory toward Implementation
of Handovers by Using SBAR in Non-Surgical Inpatient Room RSAM Bukittinggi in 2019. This research was
descriptive analytical with a cross sectional approach where the independent variables and dependent variables
were examined simultaneously. Total sampling technique had been used to choose the samples. They were 72
people as populations and samples there. The results of this study found that 28 respondents who assessed
supervision was not good. Then, there were 19 people or 67.9% assessed the implementation of handovers were not
implemented. Then, 44 of them did good supervision. After that, there were 10 people or 22.7% assessed the
implementation of handover was not implemented. Moreover, there was a meaningful relationship between
supervision and implementation of handovers by using SBAR (P = 0.0005 0.05). It means that there is a
significant relationship between supervision and implementation of handovers by using SBAR. In conclusion, there
was a significant relationship between supervision and implementation of handovers using SBAR with p = 0.0005 (p
0.05) in Non Surgical Inpatient Rooms. Then, it is expected that Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi always strives to
make various efforts to improve the quality of the work by supervising them by implementing SBAR communication
in official nursing, operative care and providing training related to operational standards of nursing care such as
the application of SBAR communication during working time in order to improve service quality hospital.
ABSTRAK
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang berkontribusi dalam mencapai
pelayanan profesional sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berdasarkan survei data awal yang dilakukan
dengan wawancara pada beberapa perawat didapatkan bahwa kepala ruangan telah melakukan kegiatan supervisi
tetapi tidak menggunakan batasan – batasan dan daftar isian atau format supervisi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Hubungan Supervisi Dengan Pelaksanaan Handover Dengan Menggunakan SBAR Di Ruang Rawat
Inap Non Bedah RSAM Bukittinggi Tahun 2018. Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross
Sectional dimana variabel independen dan variabel dependen diteliti secara bersamaan.Teknik pengambilan sampel
total sampling. Populasi dan sampel pada penelitian ini 72 orang. Hasil penelitian ini dari 72 responden
didapatkan 28 responden yang menilai supervisi kurang baik ada 19 orang (67.9%) menilai pelaksanaan handover
tidak dilaksanakan. Sedangkan dari 44 responden yang menilai supervisi baik ada 10 orang (22.7%) menilai
pelaksanaan handover tidak dilaksanakan.Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p =
0,0005 (p 0.05) artinya ada hubungan bermakna antara supervisi dengan pelaksanaan handover dengan
menggunakan SBAR. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ada hubungan bermakna antara supervisi dengan
pelaksanaan handover dengan menggunakan SBAR dengan nilai p = 0,0005 (p 0.05) di Ruang Rawat Inap Non
Bedah. Diharapkan kepada pihak rumah sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi untuk selalu melakukan berbagai
upaya peningkatan kualitas kerja perawat pelaksana dengan cara melakukan pengawasan pelaksanaan komunikasi
SBAR dalam asuhan keperawatan dan operan dinas serta memberikan pelatihan-pelatihan terkait standar
operasional asuhan keperawatan, termasuk penerapan komunikasi SBAR pada saat operan dinas dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Kata Kunci : Supervisi, Handover SBAR
PENDAHULUAN operan.
Supervisi dalam kontek keperawatan Pelaksanaan serah terima diperlukan
merupakan suatu proses kegiatan pemberian komunikasi yang efektif, sebagaimana pada
dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011
perawat dalam rangka menyelesaikan tugas dikatakan bahwa sasaran keselamatan pasien
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut:
(Kuntoro, 2010) ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
Kegiatan pemberian dukungan para komunikasi yang efektif, peningkatan
manajer dapat berpengaruh terhadap keamanan obat yang perlu diwaspadai,
peningkatan mutu pelayanan keperawatan kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
bahkan pelayanan kesehatan di rumah sakit paien operasi, pengurangan resiko infeksi
pada umumnya. Salah satu kegiatan dalam terkait pelayanan kesehatan dan
lingkup fungsi supervisi yaitu fungsi pengurangan resiko pasien jatuh.
pengarahan. Pengarahan merupakan fungsi Kesenjangan yang terjadi pada saat serah
manajerial untuk mengarahkan staf dalam terima pasien sering diakibatkan karena
melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. komunikasi yang tidak lengkap sehingga
Implementasi dari fungsi pengarahan dalam dapat menyebabkan gangguan dalam
MPKP meliputi kegiatan serah terima, pre kontinuitas keperawatan yang berpotensi
conference, post conference, iklim motivasi, membahayakan pasien.
supervisi dan delegasi (Keliat, 2006). Rekomendasi WHO pada tahun
Masalah yang berkaitan dengan 2007, mewajibkan untuk anggota Negara
pelaksanaan serah terima pasien merupakan WHO dalam memperbaiki pola komunikasi
keprihatinan internasional, sebagaimana pada saat melakukan handover harus
dilaporkan Cohen & Hilligoss, dalam suatu menggunkan suatu standar yang strategis
studinya yaitu dari 889 kejadian malpraktek yaitu dengan menggunakan metode
ditemukan 32% akibat kesalahan komunikasi SBAR. Upaya untuk
komunikasi dalam serah terima pasien yang menurunkan insiden keselamatan pasien
dapat menimbulkan kesalahan dalam yang dapat dilakukan salah satunya dengan
pemberian obat, kesalahpahaman tentang cara patient safety : komunikasi efektif
rencana keperawatan, kehilangan informasi SBAR.
serta kesalahan pada tes penunjang. Komunikasi efektif menggunakan
Dilaporkan juga oleh World Health komunikasi SBAR adalah kerangka yang
Organization (WHO, 2007), bahwa terdapat mudah diingat, mekanisme nyata yang
11% dari 25.000-30.000 kasus pada tahun digunakan untuk menyampaikan kondisi
1995-2006 terdapat kesalahan akibat pasien yang kritis atau perlu diperhatikan
komunikasi pada saat serah terima pasien. dan tindakan segera. S ( Situation)
Tahun 2009 Agency for Health care mengandung komponen tentang identitas
Research and Quality survey melaporkan pasien, masalah saat ini, dan hasil diagnosa
hampir setengah dari 176.811 (49%) staf medis. B (Baground) menggambarkan
rumah sakit yang jadi responden riwayat penyakit atau situasi yang
mengatakan bahwa informasi penting mendukung masalah/ situasi saat ini. A
tentang perawatan pasien sering hilang pada (Assesment) merupakan kesimpulan masalah
saat pertukaran shift (Lee et al, 2005). Dari yang sedang terjadi pada pasien sebagai
penelitian yang dilaporkan diatas, dapat hasil analisa terhadap situasion dan
disimpulkan bahwa komunikasi efektif baground. R (Recommendation) adalah
sangat penting dilakukan oleh perawat saat rencana ataupun usulan yang akan dilakukan
untuk mengenai masalah yang ada sehingga diperoleh informasi yang relevan
(Permanente, 2011) dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan survey awal yang
dilakukan dengan wawancara pada HASIL DAN PEMBAHASAN
beberapa perawat didapatkan bahwa di Tabel 5.2
RSAM Bukittinggi kepala ruangan telah Distribusi Frekuensi Supervisi
melakukan kegiatan supervisi tetapi tidak Perawat Di Ruang
menggunakan batasan-batasan dan daftar Rawat Inap Non Bedah RSAM
isian atau format supervisi. Supervisi kepala
Bukittinggi
ruangan tidak dilakukan secara berkala.
Tahun 2019
Supervisi yang dilakukan bersifat situasional
dengan bentuk tutorial untuk memantau dan No. Supervisi f
mengawasi kegiatan asuhan keperawatan. 1. Kurang baik 28
Melihat fenomena-fenomena yang
dijelaskan diatas maka peneliti tertarik untuk 2. Baik 44
melakukan penelitian tentang Hubungan
Supervisi Dengan Pelaksanaan Handover 72
Dengan Menggunakan SBAR Di Ruang Jumlah
Rawat Inap Non Bedah RSAM Bukittinggi
Tahun 2019.
Berdasarkan tabel 5.2
METODE PENELITIAN
diketahui bahwa dari 72
Penelitian ini bersifat Deskriptif
Analitik dengan pendekatan Cross Sectional responden, lebih dari sebagian
dimana variabel independen dan variabel
dependen diteliti secara bersamaan yaitu 44 orang (61,1%) dengan
(Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini,
peneliti akan melihat hubungan variabel kategori supervisi baik.
independen yaitu supervisi dengan variabel
dependen handover SBAR. Sehingga
didapatkan hubungan supervisi dengan a. SBAR
dengan pelaksanaan handover dengan Tabel 5.3
menggunakan SBAR di Ruang Rawat Inap Distribusi Frekuensi
RSAM Bukittinggi. Populasi pada penelitian Penerapan Handover SBAR
ini adalah semua perawat di ruang rawat Responden
inap non bedah RSAM Bukittinggi yaitu Di Ruang Rawat Inap Non
sebanyak 72 orang. Pengambilan sampel Bedah RSAM Bukittinggi
diambil dengan teknik total sampling yang Tahun 2019
berjumlah 72 orang perawat.
No. Handover f %
Instrument penelitian ini
menggunakan kuesioner supervisi dan SBAR
lembar observasi yang di ambil dari 1. Tidak 27 37,5
kuesioner penelitian Elvirina Simanjuntak
(USU, 2009) dan disesuaikan dengan data 2. Ya 45 62,5
Jumlah 72 100 dari 44 responden yang menilai