You are on page 1of 19

PATOFISIOLOGI

“MEKANISME ADAPTASI SEL (PROSES CEDERA FISIK,

PENNYEMBUHAN DAN PEMULIHAN SERTA KEMATIAN JARINGAN

(ATROPI, HIPERTROPI, ISKEMIK, THROMBOSIS DAN EMBOLISME)”

DOSEN MATA KULIAH: Ns. ANDRO RUNTU, S. Kep., M. Kep

THIRZA LEA AMANDA ASTABIR


2018074

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan kita Yesus Kristus karna Kasih-
Nya kepada kita dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “MEKANISME
ADAPTASI SEL (PROSES CEDERA FISIK, PENNYEMBUHAN DAN
PEMULIHAN SERTA KEMATIAN JARINGAN (ATROPI, HIPERTROPI,
ISKEMIK, THROMBOSIS DAN EMBOLISME)” dengan waktu yang sudah
ditentukan.

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah “PATOFISIOLOGI”.


Diucapkan banyak terima kasih kepada:

 Ns. ANDRO RUNTU, S. Kep., M. Kep. yang telah membimbingi saya


sampai makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

 Untuk semua orang yang terlibat dalam pembuatan makalah ini

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
oleh karena itu saya menerima saran dan kritik untuk membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Dan diharapkan dapat memberi manfaat kepada serta
menambah pengetahuan pembaca. Terima kasih.

Tomohon, Febuari 2019

PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sesungguhnya, berupa kelompok sel-sel yang tersusun rapi dan


rumit. Kesehatan perorangan berasal dari kesehatan selnya. Penyakit
mencerminkan disfungsi sejumlah penting sel-sel. Sel normal merupakan
mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara tetap mengubah stuktur dan
fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan dan tekanan yang selalu
berubah.Bila tekanan atau rangsangan terlalu berat, struktur dan fungsi sel
cenderung bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit.

Penyesuaian sel mencapai perubahan yang menetap, mempertahankan


kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas kemampuan adaptasi
tersebut melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel bahkan
kematian sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan
menyesuaikan diri, kemudian terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan dapat
pulih kembali dan jika tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan mengalami
kematian sel. Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat
beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut
terlalu lama atau terlalu berat.Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung
pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera.Apabila suatu sel mengalami cedera,
maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis
protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.

Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan


menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel).Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat
kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan.
Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung
secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula dan sel
itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume pada bagian-
bagian sel.

B. Rumusan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mekanisme Adaptasi Sel

Sel adalah unit struktural dan fungsional dasar dari semua makhluk hidup dan
juga merupakan struktur terkecil dari organisme.

1. Struktur Sel

Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi
kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel.
Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel tunggal, atau disebut organisme
uniseluler, misalnya bakteri dan amoeba.

Sel mengandung struktur fisik yang terorganisir yg dinamakan organel. Sel


terdiri dari dua bagian utama : inti dan sitoplasma keduanya dipisahkan oleh
membrane inti. Sitoplasma dipisahkan dgn cairan sekitarnya oleh membran
sel. Berbagai zat yg membentuk sel secara keseluruhan disebut protoplasmab

a. Membran Sel, merupakan struktur elastis yg sangat tipis, penyaring


selektif zat-zat tertentu.
b. Membran inti, merupakan dua membrane yang saling mengelilingi. Pada
kedua membrane yg bersatu merupakan tempat yang permiabel sehingga
hamper semua zat yg larut dapat bergerak antara cairn inti dan
sitoplasma.
c. Retikulum endoplasma, tdd
i. RE granular yang pd permukaannya melekat ribosom yg terutama
mengandung RNA yg berfungsi dalam mensintesa protein.
ii. RE agranular, tidak ada ribosom. Berfungsi untuk sintesa lipid dan
enzimatik sel.
d. Komplek golgi. Berhubungan dgn RE berfungsi memproses senyawa yg
ditransfer RE kemudian disekresikan.
e. Sitoplasma, yaitu suatu medium cair banyak mengandung struktur
organel sel..
f. Mitokondria, adalah organel yg disediakan untuk produksi energi dalam
sel. Di sini dioksidasi berbagai zat makanan.
g. katabolisme / pernafasan sel
h. Lisosom, adalagh bungkusan enzim pencernaan yg terikat membrane.
Dan merupakan organ pencernaan sel.
i. Sentriol, merupakan struktur silindris kecil yg berperan penting pada
pembelahan sel.
j. Inti, adalah pusat pengawasan atau pengaturan sel. Mengandung DNA
yg disebut gen.
k. Nukleoli, merupakan struktur protein sederhana mengandung RNA.
Jumlah dapat satu atau lebih,

B. Proses Cedera Fisik (sel)

Cedera Fisik adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena kecelakaan atau
trauma, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi
serta bagian lain dari tubuh. Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak
lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan
tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati
bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel
mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran,
bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.

Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan


menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat
kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan.
Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung
secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula dan sel
itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume pada bagian-
bagian sel.

C. Penyembuhan Jaringan

D. Penyembuhan dan Pemulihan Jaringan.

Pemulihan ialah proses dimana sel-sel yang hilang atau rusak diganti dengan sel-
sel hidup (sel-sel parenkim asal atau fibroblast).

1. Regenerasi sel –parenkim yang rusak.

Kemampuan regenerasi tergantung pada jenis sel :

a) Sel labil, dapat berproliferasi secara terus menerus dan mengganti sel yang
lepas atau mati melaui proses difaali.
Contoh : sel epitel permukaan tubuh : epidermis, eptel traktus digestivus,
urinarius, sel limfa, dan lain-lain.
Pemulihan terjadi bilamana terdapat sel labil yang cukup.
b) Sel stabil, mempunyai kapasitas regenerasi terbatas, mengganti sel yang
mati. Sel berada pada fase istirahat yang lama tetapi mampu bermitosis
jika dibutuhkan.
Contoh sel hati, pancreas, ginjal, pembuluh darah, dan lain-lain.
c) Sel permanent, tidak dapat diganti jika rusak.
Contoh neuron saraf pusat dan saraf tepi, otot jantung.
Pemulihan hanya melalui pembentukan jaringan ikat jika kerusakan luas
akan meninmbulkan gangguan fungsional permanent.
2. Pemulihan dengan pembentukan jaringan granulasi
Jaringan yg rusak akan diganti oleh jaringan granulasi
Mekanisme Perbaikan :
a. Penyatuan Primer
Penyembuahan sebagai tujuan utama.Terjadi pada tempat dimana hanya
kehilangan jaringan, misal pada insisi bedah Stadium :
1) Eksudasi darah ke dalam ruang diantara sayatan, tetapi dengan
jaringan yang berhadapan dengan erat.
2) Koagulasi dari cairan dengan pembentukan fibrin.
3) Invasi dari koagulum oleh ansa kapiler dan fibroblast yg berasal
dari jaringan marginal.
4) Proliferasi sel epitel yang berdekatan dan migrasi kearah cacat
untuk pemulihan kontinuitas.
5) Pematangan dari fibroblast yang fibril – fibrilnya melekatkan
kolagen.
6) Pematangan progresifdari kolagen dan penurunan vaskularitasyang
menimbulkan jaringan parut avaskular.
3. Penyatuan sekunder penyembuhan sekunder / dengan granulasi
a. Jika penyebab infeksi diatasi dengan respon peradangan dan debris
harus dibuang oleh makrofag. Jika karena trauma, cacat akan diisi oleh
bekuan darah.
b. Perbaikan dimulai pada dasar dari cacatdengan invasi dari permukaan
koagulum oleh ansa kapiler dan fibroblast.
c. Jaringan ini berwarna merah dan granular yang disebabkan ansa-ansa
kapiler jaringan granulasi
d. sel-sel epitel berproliferasi dan migrasi menutupi permukaan jaringan
granulasi.
e. Pematangan jaringan granulasi vascular sehingga menjadi jar fibrosa.
f. Pengecilan parut dari cacat semula akibat konntraksi luka selama
penyembuhan.
Pemulihan dilakukan dengan cara : pemusnahan dan pembuangan jaringan
rusak, regnerasi sel atau pembentukan jaringan granulasi.

E. Kematian Jaringan atau Nekrosis Sel

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan


selakut atau trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang
ekstrem, dan cedera mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak
terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan
sangat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stimulus yang
terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel akan
menyebabkan kematian sel di mana sel tidak mampu lagi mengompensasi
tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali
dengan adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel serta
timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang mati dan
selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara morfologis. Nekrosis
biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain karena
stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian
sel yang sudah terprogram di mana setelah mencapai masa hidup tertentu maka
sel akan mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya
sendiri (bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan
iskemia. Berikut ini beberapa kematian jaringan atau nekrosis sel:

1. Atropi

Atropi adalah suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah
berkembang sempurna dengan ukuran normal.Merupakan bentuk reaksi
adaptasi.Bila jumlah sel yg terlibat cukup, seluruh jaringan dan alat tubuh
berkurang atau mengalami atropi.

Sifat atropi :
a) Fisiologik misalnya aging proses, seluruh bagian tubuh tampak mengecil
secara bertahap.
b) Patologik (pasca peradangan), misal keadaan kurus kering akibat
marasmus dan kwashiorkor, emasiasi / inanisi (menderita penyakit berat),
melemahnya fungsi pencernaan atau hilangnya nafsu makan
c) Umum atau local, penurunan aktivitas endokrin dan pengaruhnya atas
target sel dan target organ.

Penyebab atropi :

a) berkurangnya beban kerja


b) hilangnya persarafan
c) berkuranhnya perbekalan darah
d) hilangnya rangsangan hormone

Pengobatan

Gangguan atrofi ini dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:

a. Pemijatan
b. Rangsangan Listrik
c. Program olahraga (di bawah bimbingan seorang terapis atau dokter)
sangat dianjurkan
d. Latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot.

Selain itu, gangguan atrofi dapat dicegah dengan cara mengkonsumsi


makanan bergizi dan sering beraktivitas

2. Hipertropi

Hipertropi yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan


ukuran alat tubuh. Ukuran sel jaringan atau organ yg menjadi lebih besar dari
ukuran normalnya.Bersifat fisiologik dan patologik, umum atau local.
Hipertrofi biasanya ditandai dengan; Bertambah besar ukuran sel karena
bertambahnya jumlah ultrastruktur dalam sel bukan disebabkan karena
bertambahnya cairan didalam sel, meningkatnya ukuran sel meningkatkan
ukuran alat tubuh, hipertrofi sering terjadi pada otot skelet dan otot jantung.

Oleh karena keduanya tidak mampu meningkatkan metabolisme untuk


melakukan mitosis dan pembentukan lebih banyak sel untuk menghadapi kerja.
Selain itu hepertrofi ini dapat disebabkan karena otot dilatih secara berlebihan
yang mengakibatkan peningkatan volume organ atau jaringan

Pencegahan untuk gangguan hipertrofi dapat dengan cara melatih otot


sewajarnya dan mengurangi aktivitas yang berlebihan, jika telah terlanjur
mengalami hipertrofi dapat diatasi dengan cara terapi akupuntur.

Hipertropi dapat memberi variasi fungsional :

a) Meningkat jika yang sel parenkim yg membesar


b) Menurun jika hipertropi akibat proliferasi unsure stroma atau substansi
antar sel, sel parenkim terdesak terjadi penurunan fungsi.
c) Normal - hipertropi murni jika terjadi pada jaringan atas sel permanent
dan dipicu oleh pengngkatan fungsi misal otot rangka pada
binaragawan.

3. Iskemik

Iskemia adalah ketidakcukupan suplai darah ke jaringan atau organ


tubuh.Iskemia timbul oleh adanya permasalahan pada pembuluh darah.Iskemia
juga dapat diartikan sebagai anemia lokal yang umumnya terjadi pada area
tubuh tertentu saja, misalnya jantung, usus, otak, dan ekstrimitas (tangan dan
kaki).Kondisi ini menyebabkan jaringan atau organ mengalami defisiensi nutrisi
dan oksigen yang diperlukan untuk proses metabolisme sel sekaligus
menjaganya tetap hidup. Bila tidak ditangani dengan tepat, kematian sel-sel
dapat terjadi.

Penyebab Iskemia

Iskemia disebabkan oleh adanya gangguan pada pembuluh darah yang


mengganggu suplai darah ke jaringan atau organ. Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan ketidakcukupan suplai darah antara lain:

• Aterosklerosis, yaitu penebalan, berkurangnya fleksibilitas, atau


mengerasnya dinding pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan lumen
pembuluh darah makin sempit.
• Oklusi atau tertutupnya pembuluh darah. Penggumpalan (trombus) yang
terjadi di dalam pembuluh darah dapat lepas dan mengikuti aliran darah,
kemudian menyebabkan sumbatan (emboli).
• Trauma atau perlukaan. Penekanan, pergesaran, atau perobekan yang
ditimbulkan dari kejadian trauma dapat menyebabkan penutupan total atau
sebagian dari pembuluh darah.
• Aneurisma atau pelebaran pembuluh darah abnormal yang terjadi pada
dinding pembuluh darah dan bersifat lokal.

Pengobatan Iskemia

Pengobatan iskemia meliputi pemberian obat-obatan, bedah vaskular,


penyesuaian kondisi tubuh, hingga pilihan untuk melakukan amputasi. Tentu
saja akan disesuaikan berdasarkan area tubuh yang mengalami iskemia.

Beberapa penanganan yang mungkin dilakukan, antara lain:

1) Pemberian obat antikoagulan


2) Trombolisis
3) Embolektomi
4) Bedah revaskularisasi
5) Kateter angiografi
6) Amputasi

4. Trombosis

Trombosis adalah peristiwa aktivasi pembuluh darah yang tidak tepat dalam
pembuluh darah yang tidak mengalami jejas atau merupakan oklusi trombotik
pembuluh darah setelah terjadi jejas yang relatif ringan.Massa bekuan darah itu
disebut trombus, dan jika masa bekuan darah tersebut terlepas dan mengikuti
ikut aliran darah maka disebut embolus.

Ada 3 faktor primer yang mempengaruhi pembentukan trombus, yang disebut


dengan trias Virchow:

a. Jejas endotel
b. Perubahan dalam aliran darah yang normal dalam menyebabkan
trombosis.
c. Hiperkoagulabilitas

Berikut adalah keadaan yang dapat menyebabkan terbentuknya trombus :

a) Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)


b) Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
c) Trauma pada vena

Thrombosis dapat terjadi pada arteri, disebut sebagai thrombosis arteri


(arterial thrombosis), dapat juga terjadi pada vena disebut sebagai thrombosis
vena (venous thrombsis).Thrombus arteri berbeda sifatnya dengan thrombus
vena.Komponen thrombus arteri sebagian besar terdiri dari platelet (thrombosit)
diselingi oleh anyaman fibrin, komponen eritrositnya sangat rendah sehingga
thrombus berwarna putih disebut sebagai hhite trombus.Sedangkan thrombus
vena sebagian besar terdiri dari sel darah merah disela- sela anyaman fibrin,
komponen thrombosit sangat sedikit, thrombus berwarna merah disebut sebagai
red trombus.Trombus dapat terbentuk dimana saja di dalam sistem
kardiovaskular.

a) Trombosis vena dalam

Trombosis Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis (DVT)) adalah suatu


keadaan yang ditandai dengan ditemukannya bekuan darah di dalam vena
dalam.Bekuan yang terbentuk di dalam suatu pembuluh darah disebut
trombus.Trombus bisa terjadi baik di vena superfisial (vena permukaan)
maupun di vena dalam, tetapi yang berbahaya adalah yang terbentuk di vena
dalam.Trombosis vena dalam sangat berbahaya karena seluruh atau sebagian
dari trombus bisa pecah, mengikuti aliran darah dan tersangkut di dalam arteri
yang sempit di paru-paru sehingga menyumbat aliran darah.Trombus yang
berpindah-pindah disebut emboli.

Semakin sedikit peradangan di sekitar suatu trombus, semakin longgar


trombus melekat ke dinding vena dan semakin mudah membentuk emboli.
Darah di dalam vena tungkai akan mengalir ke jantung lalu ke paru-paru, karena
itu emboli yang berasal dari vena tungkai bisa menyumbat satu atau lebih arteri
di paru-paru. Keadaan ini disebut emboli paru.Emboli paru yang besar bisa
menghalangi seluruh atau hampir seluruh darah yang berasal dari jantung
sebelah kanan dan dengan cepat menyebabkan kematian.

Penyebab

Ditemukan 3 faktor yang berperan dalam terjadinya trombosis vena dalam:

• Cedera pada lapisan vena


• Meningkatnya kecenderungan pembekuan
• Melambatnya aliran darah di dalam .

b) Trombosis Aterial
Disamping konsekuensi obstruksi yang ditimbulkan oleh trombus arterial,
trombus mural kardiak dan aorta dapat pula mengadakan embolisasi ke perifer,
oetk, ginjal, dan lien merupakan target primer.Infark miokardium dengan
diskinesia dan kerusakan endokardium dapat menyebabkan trombus
mural.Penyakit katup reumatik stenosis dapat menyebabkan katup mural yang
diikuti oleh dilatasi atrium kiri dan pembentukan trombus dalam atrium atau
apendiks aurikular. Fibrilasi atrium yang terjadi secara bersamaan akan
menambahsatatis darah atrium. Ateroskelerosis merupakan penyebab utama
trombus arterial.Aliran vaskuler abnormal terkait dan kehilangan integritas
endotel.

5. Embolisme

Embolisme merupakan oklusi/ sumbatan beberapa bagian sistem


kardiovaskuler oleh suatu massa (embolus) yang tersangkut dalam
perjalanannya ke suatu tempat melalui aliran darah. Embolisme mengacu pada
setiap masa intravakuler yang padat, cair atau berbentuk gas dan terbawa oleh
aliran darah ketempat yang jauh dari asal terbentuknya emboli
tersebut.Sebagian besar keadaan yang terjadinya dari trombus istilah yang
digunakan adalah tromboemboli.Emboli berasal dari trombus. Bentuk-bentuk
emboli yang lain meliputi butir-butir lemak, gelembung-gelembung gas, debris
ateroskelerotik, fragmen tumor, sumsum tulang atau benda asing seperti peluru.
Emboli yang terjepit didalam pembuluh darah berukurn terlalu kecil untuk bisa
berjalan lebih lanjut sehingga terjadi okulasi vaskuler persial atau total dan
nekrosis iskemik pada jaringan disebelah distal (infark).

dapat mengakibatkan :

• Obstruksi mekanis / regangan masif jantung


• Gangguan nafas / paru
• Infark paru, jantung, ginjal, dll
• Kematian

asal emboli :

a) Trombus (> 95 %) = tromboemboli


b) Tetesan lemak (co: pada patah tulang panjang)
c) Gelembung udara / gas (penyakit Caison)
d) Debris aterosklerotik (kolesterol)
e) Pecahan tumor
f) Sum-sum tulang
g) Bahan lain (peluru dll)
h) Cairan amnion

Macam-macam Emboli

i. Tromboemboli paru
ii. Tromboemboli sistemik
iii. Emboli Lemak
iv. Emboli Udara
v. Emboli Cairan Amnion
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jejas sel adalah cedera pad sel karena suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau
terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan
besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat
mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan
sifat transportasinya.

Penyebab jejas sel antara lain :

a. Hipoksia (pengurangan oksigen)


b. Faktor fisik, termasuk trauma, panas, dingin, radiasi, dan tenaga listrik.
c. Bahan kimia dan obat-obatan
d. Bahan penginfeksi
e. Reaksi imunologik
f. Kekacauan genetic
g. Ketidakseimbangan nutrisi
h. Penuaan.

Proses adaptasi sel dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Hipertrofi

2. Atrofi

3. Iskemik

4. Trombosis

5. Embolisme
Proses kematian sel dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Nekrosis dan Apoptosis.
Akibat dari kematian sel dalam jumlah besar disebut Gangren.

B. Saran

Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel agar
dapa terhindar dari kematian sel.
DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutomu, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi I (umum), Edisi 1. Jakarta: Sagung
Seto.

Robbins, 1995 Buku Ajar Patologi I, Edisi 4. Jakarta: EGC

Price SA dan Wilson LM, 1995 Patofisiologi, Konsep Klinik Proses- Proses Penyakit,
Jakarta: EGC

Ramali A, 1990. Kamus kedokteran, Jakarta: Jtambatan

You might also like