Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi
2. Epidemiologi
Angka prevalensi akromegali diperkirakan mencapai 70 kasus dari satu juta penduduk, sementara
angka kejadian akromegali diperkirakan mencapai 3-4 kasus setiap tahunnya dari satu juta
penduduk.
Frekuensi akromegali sama pada laki-laki dan perempuan. Usia rerata pasien yang terdiagnosis
akromegali adalah 40-45 tahun
3. Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofise jinak
(adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan hormon
berlebihan. Pelepasan hormon pertumbuhan yang disebabkan tumor hipofise jinak (adenoma). Dan dapat
juga karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan growth hormone berlebihan.
Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
a) GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
b) GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari Hipotalamus.
c) GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang mensekresi HP atau GHRH
4. Gejala klinis
Sakit kepala menekan Hiperplasia sel-sel hipofise anterior menekan Hemiapnosia bitemporal
berkepanjangan selaput meningen chiasma optikum
Sekresi hormon berlebih
Hati
Hati kondrosit Sel lemak stimulasi enzim Terjadi penutupan
l α-hidroksilase Sekresi IGH lempeng epifise pada
penebalan Lipolisis >> org dewasa
Glukone0- glikog- jaringan ambilan >>meningkatkan
genesis enolisis kartilago glukosa kadar vitamin D stimulasi sintesis >> sintesis protein tulang
sendi
protein di organ
fatty acid >> absorbsi ca+ di usus >> pertumbuhan linear(-)
Glukosa Kardiomegali pertumbuhan radier >>
Darah >> Hiperkalsiuria lidah membesar
presipitasi kalsium di synovial hepatomegali Dahi melebar
Hiperglikemia rahang menonjol
osteoarthritis jarak antar gigi melebar
Melewati batas jari menebal
maksimal transport
glukosa di ginjal
glukosuria
Patofisiologi gigantisme
Peningkatan
chlasma Antagonis insulin
Sekresi GH meningkat
meningkat
Gangguan
Penglihatan Penurunan
Lempeng epifis pemakaian glukosa
belum menutup
MK: Hiperglikemi
Pertumbuhan tulang dan organ tubuh
lain yang sangat cepat
8. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah:
1) Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2) Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3) Menormalkan fungsi hipofisis
4) Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1) Terapi medikamentosa
a. Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian
halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar
HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a) Brokriptin
b) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg
setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
• Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
• Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan,nausea,
konstipasi, dll.
c) Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan
setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
• Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
• Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
• Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan
kram perut.
b. Analog somatostatin (SSA)
Analog somatostatin bekerja menyerupai hormon somatostatin yaitu menghambat sekresi hormon
pertumbuhan.
Obat golongan ini memiliki efektivitas sekitar 70% dalam menormalisasi kadar IGF-I dan hormon
pertumbuhan.
Efektivitasnya yang tinggi menjadikan obat golongan analog somatostatin sebagai pilihan pertama dalam
terapi medikamentosa.
Terdapat dua preparat SSA kerja panjang yang efektif :
‐ intramuscular ocreotide long acting release (LAR),
Dosis awal ocreotide LAR yang disetujui 11 adalah 20 mg/bulan dengan titrasi dosis setiap 3-6 bulan turun
hingga 10 mg atau naik hingga 40 mg/bulan. Lanreotide autogel/depot dosis awalnya yang disetujui 90
mg/bulan dosis dititrasi turun hingga 60 mg/bulan atau naik hingga 120 mg/bulan. Ocerotide sc yang kerja
cepat juga tersedia yang diberikan secara injeksi subkutan beberapa kali dalam sehari.
‐ deep sc lanreotide depot/autogel yang diberikan setiap bulan. Lanreotide depot/autogel dapat
disuntikkan sendiri atau oleh orang lain.
2) Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan
dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan
dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
b) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD)
3) Terapi pembedahan
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari
besarnya tumor yaitu bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans
Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini
dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara
kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
9. KOMPLIKASI
1. Hipertropi jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes melitus