You are on page 1of 10

Seminar Nasional dan Call for Paper (Sancall 2014): ISBN: 978-602-70429-1-9

RESEARCH METHODS AND ORGANIZATIONAL STUDIES Hlm. 408-417

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN


KERJA MODEL PATH-GOAL
(Studi Empiris Pada Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta
di Surakarta)

Ma’ruf
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email: Maruf@ums.ac.id

Abstract
Path-goal theory of leadership, it second situational theory of leadership has been
developed by Robert J. House, it reflects an attempt to combine basic element of the
expectancy model of motivation with a situational perspective. Path-goal theory
identifies four specific kinds of leader behavior and is based on two primary
propositions. The four types of leadership behavior are defined as follows: directive
leadership, supportive directive, participative leadership and. achievement-oriented
leadership, The two primary propositions on which path-goal theory rests are; The
first, leader behavior will bee acceptable and satisfying when subordinates see it as an
immediate source of satisfaction or as an aid to gaining future satisfaction. The
second, leader behavior will bee motivating to the extent that it makes satisfaction
contingent upon doing a good job and to the extent that it provides the resources
necessary for effective performance. Each of the four kind of leader behavior
identified will be used by an effective leader at different time and in different
situations. Appropriateness of particular leadership style is asserted to be contingent
on two categories of situational variables: (1) personal characteristics of
subordinates, and (2) environmental pressures and demands on subordinates

Keywords: locus of control, Ability and Satisfaction

Bab I. PENDAHULUAN mengembangkan usaha dan kreatifitas bawahan


untuk mencapai tujuan.
Agar setiap organisasi dapat berfungsi secara Meskipun pengarahan dan perhatian pimpinan
efektif, individu dan kelompok harus membentuk selalu mempunyai dampak langsung terhadap
suatu jaringan kerjasama yang kohesif dalam batas- pelaksanaan kerja dalam pencapaian tujuan
batas lingkungan organisasi. Kerjasama kohesif organisasi, pada kenyataannya masih terdapat
(cohesiveness) adalah kepaduan atau kekuatan variabel lain yang sangat mempengaruhi proses
keinginan anggota untuk selalu tetap dalam kepemimpinan efektif, dintaranya adalah
kelompok dan keikatan (commitment) mereka karakteristik seorang pemimpin yaitu sifat dan
terhadap kelompok. Suasana kepaduan sangat perilaku pribadi seorang pemimpin dan faktor
diperlukan semua unsur dan anggota organisasi situasional yang meliputi karakteristik bawahan
dalam melakukan tugas sesuai dengan fungsinya. dan karakteristik lingkungan kerja. (Handoko,
Kerjasama kohesif memungkinkan orang-orang 1990)
memperoleh informasi, bantuan dan tindakan Beberapa penelitian untuk mencari faktor
koordinasi kearah pencapaian tujuan sehingga situasional mempunyai pengaruh pada peranan-
terdapat suasana kerjasama yang harmonis, toleran, peranan, ketrampilan, perilaku kepemimpinan,
kompak, setiakawan dan kebanggaan bekerja kepuasan kerja dan kinerja karyawan telah banyak
dalam kelompok (Glueck, 1982). Untuk mencapai dilakukan, diantaranya dilakukan oleh Fiedler,
suasana kerjasama yang kohesif diperlukan Vroom-Yetton dan Robert J. House. Fred Fiedler
pemimpin dengan kepemimpinan efektif, yaitu mengajukan sebuah model dasar situasional bagi
pemimpin yang mampu dan dapat mengarahkan, efektifitas kepemimpinan yang dikenal sebagai
memberikan motivasi serta mampu contingency model. Hasil dari penelitiannya

408
Ma’ruf

menunjukkan bahwa efektifitas kepemimpinan maupun kriteria efektivitas untuk menilai


sangat tergantung pada keadaan menguntungkan keberhasilan pemimpin pada masing-masing model
atau tidak menguntungkan dengan faktor-faktor agak berbeda, Fiedler membahas efektivitas
situasional yang ditemuinya, faktor situasional pemimpin, Vroom-Yetton membahas kualitas
yang menguntungkan dan faktor situasional yang keputusan, sedangkan Robert J. House
tidak menguntungkan. Jika kinerja dijadikan memusatkan perhatin pada kepuasan dan prestasi.
sebagai ukuran, maka situasi yang menguntungkan
tersebut akan menghasilkan pola kinerja yang Rumusan Masalah
tinggi, bila faktor situasional yang dihadapi Urgensi penelitian ini adalah analisis gaya
pemimpin tidak mrnguntungkan dengan kepe- kepemimpinan dihubungkan dengan tingkat
mimpinan, maka Fiedler menyarankan agar kepuasan kerja karyawan dengan memperhatikan
pemimpin melakukan perubahan terhadap situasi faktor situasional, sehingga perlu dilakukan
agar menguntungkan dengan kepemimpinannya, analisis:
hal ini lebih mudah untuk dilakukan oleh 1. Apakah ada perbedaan antara gaya kepemim-
pemimpin dibandingkan dengan melakukan pinan dengan tingkat kepuasan kerja karyawan
perubahan terhadap situasional yang dihadapi. 2. Apakah gaya kepemimpinan dengan faktor
(Fiedler, 1967) situasional yang berbeda ada pengaruhnya
Vroom-Yetton mengembangkan sebuah model terhadap tingkat kepuasan kerja karyawan
pengambilan keputusan kepemimpinan yang 3. Apakah gaya kepemimpinan yang cocok
dinamakan normative model, model ini dipakai dengan faktor situasional menghasilkan tingkat
oleh pemimpin dalam pengambilan keputusan, kepuasan kerja karyawan lebih tinggi
model normatif menekankan pada dua kriteria
efektivitas, yaitu kualitas keputusan dan Tujuan Penelitian
penerimaan keputusan, kualitas dan penerimaan Tujuan penelitian ini adalah:
keputusan mengacu pada tingkat keikut sertaan 1. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan
bawahan dalam pengambilan keputusan. (Handoko, kerja karyawan pada berbagai gaya
1990) Vroom-Yetton berasumsi bahwa tidak ada kepemimpinan
gaya kepemimpinan tunggal yang dapat diterapkan 2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan
disegala situasi, pemimpin harus cukup luwes kerja karyawan terhadap gaya kepemimpinan
untuk mengubah gaya kepemimpinannya agar pada faktor situasional yang berbeda
cocok dan terdapat sejumlah proses sosial yang 3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang
mempengaruhi kadar keikut sertaan bawahan tepat dengan faktor situasional menghasilkan
dalam pemecahan masalah. Berbeda dengan kepuasan kerja karyawan yang tinggi
pandangan kontingensi, Fiedler berpendapat bahwa
situasi harus diubah sedemikian rupa agar cocok Batasan Masalah.
dengan gaya kepemimpinan seorang manajer. Untuk memperjelas dan mempertajam
Model jalur-tujuan (Path-goal) dikembangkan penelitian digunakan analisis gaya kepemimpinan
oleh Robert J.House, mencoba untuk memprediksi model path-goal (jalur-tujuan). Model ini
keefektifan kepemimpinan dalam situasi yang dikembangkan oleh Robert J. House dan Terence
berbeda. Efektifitas kepemimpinan tergantung pada R. Mitchell. Teori jalur-tujuan mempertimbangkan
seberapa baik pemimpin dapat memberikan dua jenis situasi atau variabel kontingensi yaitu;
bimbingan, motivasi, dukungan untuk mencapai karakteristik pribadi karyawan (meliputi; locus of
tujuan dan kepuasan kerja bawahan. Untuk control, authoritarianism, ability) dan tekanan
mencapai tujuan dan kepuasan kerja, pemimpin lingkungan yang harus ditanggulangi karyawan
harus mempertimbangkan dua jenis situasi, (meliputi; struktur kerja, wewenang formal, norma
karakteristik pribadi bawahan dan tuntutan dan dinamika kelompok) agar tujuan tercapai dan
lingkungan dengan melibatkan empat tipe memperoleh kepuasan kerja
kepemimpinan, yaitu; directive, supportive,
participative dan achievement oriented. (Gibson, Hasil Penelitian dan Studi Sebelumnya
Ivancevich dan Donnelly, 1988) Terdapat beberapa penelitian dan studi
Membandingkan dari ketiga model teori mengenai kepemimpinan dan pengaruh terhadap
kepemimpinan tersebut, teori kontingensi Fiedler kepuasan kerja telah banyak dilakukan, diantaranya
menekankan pada perilaku pemimpin yang adalah penelitian Jati Waskito (2008), Perceived
berpusat pada kecenderungan orientasi tugas dan Organizational Support dan Leader Member
hubungan bawahan, Vroom-Yetton memandang Exchange: Sebuah Perspektif Pertukaran Sosial.
perilaku pemimpin dalam kaitannya dengan tipe Sebagai kesimpulan hasil studi mengungkapkan
otokrasi dan konsultatif dengan kelompok dalam bahwa terdapat beberapa variabel antecedent yang
pengambilan keputusan, sedangkan teori path-goal unik pada LMX. Variabel antecedent yang
menekankan tindakan dari pimpinan dengan empat mendukung seorang pimpinan untuk menentukan/
gaya kepemimpinannya. Selain itu, varabel situasi membuat keputusan dalam organisasi adalah

409
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MODEL PATH-GOAL

seberapa besar kekuatan antusiasnya dalam an social, motivasi diri dan dorongan
memperhatikan kesejahteraan bawahan, selanjut- berprestasi dan sikap-sikap hubungan
nya disimpulkan apakah pimpinan dominan lebih manusiawi
cenderung pada orientasi tugas/kerja atau pimpinan b. Teori perilaku pribadi
lebih mengutamakan pada kehangatan hubungan Penelitian terhadap perilaku pribadi
manusiawi dalam membuat keputusan, situasi yang dilakukan oleh Universitas Michigan
demikian realisasinya akan mempengaruhi 1947 (Gibson, Ivancevich dan Donnelly,
kepuasan kerja karyawan. 1998) mengidentifikasi dua kepemiminan
Penelitian Lukman Hakim, (2009) Analisis yang disebut dengan berorientasi pekerjaan
Pengaruh Kepemimpinan kharismatik Terhadap (job centered) dan berorientasi karyawan
Usaha Ekstra Bawahan Pada Pondok Pesantren di (employee centered). Pemimpin berorien-
Eks Karsidenan Surakarta. Bahwa faktor tasi pekerjaan mempraktekkan pengawasan
intelligence, aptitude, interest dan persanoality ketat, bawahan diminta untuk melaksana-
yang melekat pada seorang pemimpin sangat kan tugas sesuai dengan prosedur yang
mempengaruhi suasana proses kepemimpinan, telah ditentukan secara jelas. Adapun
disamping itu ada faktor lain yaitu kewibawaan, pemimpin yang berorientasi pada karya-
kharismatik, keteladanan, perilaku dan selanjutnya wan, menaruh perhatian terhadap kemajuan
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pribadi, pertumbuhan, dan prestsasi kerja
Model jalur-tujuan (Path-goal) memprediksi bawahan. Tindakan ini dianggap kondusif
keefektifan kepemimpinan dalam situasi yang untuk menimbulkan dukungan, motivasi
berbeda. Untuk mencapai tujuan dan kepuasan dan pengembangan kelompok.
kerja, pemimpin mempertimbangkan dua jenis c. Teori kelompok
situasi, karakteristik pribadi bawahan dan tuntutan Teori kelompok kepemimpinan (group
lingkungan dengan melibatkan empat tipe theory of leadership) menyatakan bahwa
kepemimpinan, yaitu; directive, supportive, untuk mencapai tujuan kelompok harus ada
participative dan achievement oriented. pertukaran yang positif antara pemimipn
dan bawahannya. Pernyataan ini didukung
Bab II. TINJAUAN PUSTAKA oleh studi Universitas Ohio States khusus-
nya terhadap dimensi pemberian perhatian
1. Kepemimpinan. pada bawahan yang akan memperluas
Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk pandangan kelompok terhadap kepemim-
mempengaruhi kegiatan pengikut melalui pinan. Meskipun pemimpin yang selalu
proses komunikasi untuk mencapai suatu memberikan perhatian pada bawahannya
tujuan tertentu. (Gibson, Ivancevich dan mempunyai dampak positif pada sikap,
Donnelly, 1998) kepuasan, dan kinerja bawahan, dalam
kenyataannya masih terdapat faktor-faktor
2. Teori-teori Kepemimpinan penting lainnya seperti ciri-ciri seorang
a. Teori sifat kepemimpinan pemimpin dan aspek situasional.
Sebelum tahun 1949, studi-studi d. Teori situasional
tentang kepemimpinan sebagian besar Teori ini telah membuat tahapan yang
didasarkan atas upaya untuk mengiden- nyata kearah kemajuan teori kepemim-
tifikasi sifat-sifat yang dimiliki pemimpin pinan dengan mengakui pentingnya faktor-
secara aktual. Diawali dengan teori “orang faktor yang ada diluar pemimpin dan
besar” dimana pemimpin dipandang bawahan, serta sifat dari lingkungan
dilahirkan sudah membawa sifat-sifat yang eksternal. Aspek situasi ini kemudian
diperlukan bagi pemimpin dan tidak menentukan jenis sifat pemimpin,
dibuat, pengkajian dilakukan untuk ketrampilan, pengaruh dan perilaku yang
mengidentifikasi ciri-ciri fisik, mental, dan mungkin menghasilkan kepemimpinan
kepribadian pemimpin, dengan kata lain yang efektif.
orang lahir telah membawa sifat-sifat
tertentu yang memungkinkan dia dapat 3. Gaya Kepemimpinan
menjadi pemimpin (Reksohadiprodjo dan Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku
Handoko, 2000). Pernyataan ini mengan- konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja
dung pengertian bahwa kepemimpinan dengan dan melalui orang lain Gaya
adalah fungsi dari kualitas individu, bukan kepemimpinan pada umumnya diklasifikasikan
dari situasi, teknologi, maupun masyarakat. berdasarkan bagaimana menggunakan wewe-
Empat ciri/sifat utama yang mempunyai nang (authority) yang ada padanya dalam
pengaruh terhadap kesuksesan pemimpin menjalankan roda organisasi. Atas dasar
dalam organisasi: kecerdasan (intelli- penggunaan wewenangnya secara relatif gaya
gence), kedewasaan dan keluasan hubung- kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam

410
Ma’ruf

tiga tipe, yaitu authocratic, democratic, dan mengembangkan hubungan interpersonal


laissez- faire (Handoko, 2000) yang menyenangkan di antara anggota
kelompok.
4. Model Kepemimpinan Path-goal c. Participative leadership; selalu meminta/
Model kepemimpinan ini cukup terkenal melibatkan pertimbangan bawahan dan
serta model ini didasarkan pada teori menggunakan saran, masukan dan ide
expectancy, .model path-goal menjelaskan mereka didalam pengambilan keputusan.
bagaimana seorang pemimpin dapat memu- d. Achievement-oriented leadership; me-
dahkan bawahan melaksanakan tugas dengan nentukan sasaran-sasaran yang akan
menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat dicapai, mengharapkan bawahan untuk
digunakan sebagai alat untuk mencapai reward berprestasi pada level yang paling tinggi,
yang diinginkan. Teori expectancy menjelaskan dan secara terus menerus mencari
bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh pengembangan prestasi diri.
hubungan antara usaha dan prestasi (path-goal)
dengan valensi dari reward (goal attractive- 5. Faktor-faktor Situasional
ness), maka individu akan memperoleh Faktor-faktor situasional yang mempe-
kepuasan dan produktif ketika melihat ngaruhi gaya kepemimpinan yaitu; karak-
hubungan yang kuat antara usaha dan prestasi teristik bawahan dan faktor lingkungan.
mereka dan ketika hasil prestasi mereka atas Karakter bawahan (yaitu: locus of control,
reward dengan nilai tinggi. Model path-goal authoritarianizm, dan abilities). Faktor
mengklaim bahwa pemimpin yang paling lingkungan (yaitu: struktur tugas, wewenang
efektif adalah mereka yang membantu formal dan norma atau dinamika kelompok).
bawahan mengikuti alur untuk mencapai
reward yang bernilai. Secara mendasar, model 6. Model Contingency vs Model Normative vs
ini menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Model Path-goal
seorang pemimpin untuk mempengaruhi Model contingency mendalilkan bahwa
persepsi bawahan tentang pekerjaan mereka, kinerja kelompok atau bawahan tergantaung
tujuan pribadi bawahan, dan berbagai alur pada keadaan cocok dan tidaknya kepe-
dalam pencapaian tujuan. Model path-goal mimpinan, Model normative, mengembangkan
menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri sebuah model pengambilan keputusan, Model
dari dua fiungsi dasar. Pertama adalah path-goal Efektivitas kepemimpinan
memberi kejelasan alur pemimpin membantu tergantung seberapa baik pemimipin dapat
bawahan dalam memahami perilaku bagaimana memberikan bimbingan, motivasi, dan
yang diperlukan didalam menyelesaikan tugas. dukungan kepada bawahan untuk mencapai
Kedua adalah meningkatkan jumlah dari tujuan.
reward yang disediakan untuk bawahan dengan Membandingkan ketiga model kepe-
memberi dukungan dan perhatian terhadap mimpinan, teori contingency menekankan
kebutuhan pribadi mereka, untuk membentuk perilaku pemimpin berpusat pada orientasi
fungsi-fungsi tersebut pemimpin dapat tugas (LPC=rendah) dan keeratan hubungan
mengambil berbagai gaya kepemimpinan, atasan dengan bawahan (LPC= tinggi), (LPC
empat perbedaan gaya kepemimpinan adalah Lieast-Prefered Co-Worker Scale, yaitu
dijelaskan dalam model berikut: untuk mengukur gaya kepemimpinan, kepe-
a. Diretive leadership: memberitahukan kepa- mimpinan yang dominan berorientasi tugas
da bawahan apa yang diharapkan dari atau kepemimpinan yang berorientasi hubung-
mereka yang memberi guidance secara an). Teori normative memandang perilaku
spesifik, standar-standar, dan jadwal kerja. pemimpin dalam kaitannya dengan tipe
b. Supportive leadership: memperlakukan otokratis, konsultatif atau kelompok, teori
bawahan sama dan menunjukkan tentang path-goal menekankan tindakan dari pimpinan
keberadaan mereka, status, dan kebutuhan- dengan empat gaya. (lihat tabel 1)
kebutuhan pribadi sebagai usaha untuk

Tabel 1.Perbandingan tiga model kepemimpinan menurut situasi


Model Gaya kepemimpinan Faktor situasi Kriteria efektivitas
pendekatan
* Contingency * berorientasi tugas * hubungan pimpinan- * efektifitas kelompok
Fiedler (LPC = rendah) bawahan atau bawahan
* berorientasi * struktur tugas
hubungan * kekuatan posisi
(LPC = tinggi)

411
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MODEL PATH-GOAL

* Normative * otokratis * kualitas keputusan * kualitas keputusan


Vroom-Yetton * konsultatif * struktur masalah * penerimaan
* kelompok * penerimaan bawahan kelompok
* kebersamaan tujuan * waktu pengambilan
* tk. konflik bawahan keputusan
* Path-Goal * Directive * karakteristik bawahan * kepuasan
J. House * Supportive * faktor lingkungan * prestasi
* Participative
* Achievement
Sumber: Gibson, Ivancevich dan Donnely, 1998

7. Model kepemimpinan Path-Goal.

Karakteristik
bawahan
- locus of control
- authoritarism
- ability
Gaya Keluaran
Kepemimpinan Motivasi dan
1. directive Persepsi Kepuasan
2. supportive bawahan kerja
3. participative
4. achievement
Faktor
Lingkungan
- struktur tugas
- sistem wewenang
formal
- kelompok kerja
Gambar 1. Model kepemimpinan path-goal

8. Model Penelitian achievement dipadukan dengan situasional


Penelitian ini membatasi faktor mempengaruhi motivasi dan persepsi
situasional hanya meliputi locus of control bawahan, selanjutnya akan menciptakan
dan ability saja, gaya kepemimpinan kepuasan kerja. (gambar 2.)
directive, supportive, participative dan

Locus of control

Gaya
Motivasi dan Keluaran
Kepemimpinan
Persepsi
bawahan Kepuasan
1. diirevtive
kerja
2. supportive
3. participative
4. achievement
Ability

Gambar: 2. Model Penelitian

412
Ma’ruf

9. Hipotesis Penelitian. menganggap bahwa lingkungan sekitar


Berdasarkan model penelitian dan terlalu sulit untuk dirubah dan segala
rumusan masalah, hipotesis yang diajukan sesuatunya dikendalikan oleh variabel
adalah: lingkungan diluar
1. Ada perbedaan antara gaya kepemim- c. Ability
pinan dengan tingkat kepuasan kerja Ability atau kemampuan, baik itu
2. Kepuasan kerja dipengaruhi gaya kepe- kemampuan fisik ataupun mental, ter-
mimpinan dengan faktor situasional yang masuk di dalamnya adalah pengalaman,
berbeda sehingga seseorang akan mempunyai
3. Gaya kepemimpinan yang cocok dengan kemampuan yang lebih bila dibanding
faktor situasional menghasilkan kepuasan dengan yang lain, bila seseorang
kerja karyawan yang lebih tinggi cenderung mempunyai tingkat ability
yang tinggi maka prestasi kerja akan
Bab III. METODE PENELITIAN meningkat terus dan selalu ingin mencari
tantangan-tantangan baru, bisa bekerja
1. Lokasi Penelitian sendiri tanpa banyak dibimbing, bila
Penelitian dilakukan Pada Pendidikan tingkat ability rendah maka seseorang
Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta akan lebih banyak membutuhkan
bimbingan, dorongan dan arahan.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah karyawan d. Kepuasan kerja
administrasi Pada Pendidikan Perguruan Adalah kondisi dalam diri karyawan
Tinggi Swasta di Surakarta (UMS, UTP, dimana mereka memperoleh tingkat
UNISRI, UNIBA, UNSA, STIE Surakarta) kepuasan baik secara materi (kompen-
dan pengambilan sampel dilakukan sasi, tunjangan, bonus dan insentif) atau
pertengahan bulan Agustus 2014 dengan kepuasan diperoleh secara non materi
metode kuesioner. Responden meliputi (kesempatan promosi, penghargaan,
ketua/pimpinan dan staf administrasi masing- kebanggaan kerja, pujian dan
masing perguruan tinggi 25 responden, kenyamanan kerja)
direncanakan sebanyak 150 sampel.
5. Metode Pengumpulan Data
3. Variabel Penelitian a. Tujuan Pengumpulan Data
a. Variabel bebas, gaya kepemimpinan Pengumpulan data bertujuan untuk
b. Variabel terikat, kepuasan kerja memperoleh skor yang digunakan
c. Moderating variable, locus of control sebagai peubah gaya kepemimpinan,
dan ability locus of control, ability dan kepuasan
Kedua variable moderating akan kerja
menentukan letak situasi kepemimpinan b. Alat Pengumpulan Data
berada diantara delapan situasi. Jika gaya Pengumpulan data menggunakan
kepemimpinan cocok dengan situasi kuesioner yang terdiri dari empat kelom-
berarti gaya kepemimpinan sesuai pok, masing-masing kelompok diguna-
dengan faktor situasional, dan dinilai = kan untuk menemukan: Gaya kepemim-
mendukung, sedangkan bila tidak cocok pinan, locus of control, ability dan
maka diberi nilai = tidak mendukung tingkat kepuasan kerja

4. Operasionalisasi Variabel Penelitian 6. Penentuan Skor


a. Gaya kepemimpinan. a. Skor gaya kepemimpinan, untuk
Gaya kepemimpinan adalah tipe menentukan kecenderungan pimpinan
kepemimpinan pemimpin unit kerja. yang paling sesuai dari ke empat gaya,
Pimpinan mempunyai salah satu gaya masing-masing gaya kepemimpinan ada
yang paling menonjol diantara ke empat 8 (delapan) item.
gaya, yaitu; directive, participative, b. Skor locus of control, ada dua alternatif
supportive dan achievement-oriented pilihan, satu untuk internal, yang lain
b. Locus of Control untuk eksternal. Skor locus of control
Karyawan mempunyai kecende- masing-masing item yang sama
rungan internal atau kecenderungan dijumlahkan kemudian diperbandingkan
eksternal, bila mempunyai kecende- apakah lebih cenderung internal atau
rungan internal seseorang lebih mengan- eksternal.
dalkan kemampuan pribadinya, bila c. Skor ability, disediakan empat alternatif
kecenderungan eksternal seseorang lebih jawaban yaitu; SS, S, TS, STS (sangat

413
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MODEL PATH-GOAL

setuju, setuju, tidak setuju dan sangat a. Anova, Analysis of variance untuk
tidak setuju) kemudian dikonversikan menguji ada atau tidak ada perbedaan
untuk; SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1 antara gaya kepemimpinan dengan
untuk pertanyaan positif, dan sebaliknya tingkat kepuasan kerja dan perbedaan
untuk pertanyaan negatif. Kategori yang antara faktor situasional dengan tingkat
membedakan dihitung dengan kepuasan kerja, hipotesis yang di uji:
menjumlahkan hasil perkalian antara 1. Ho; Tidak terdapat perbedaan gaya
jumlah butir pertanyaan dengan 4 dan 1, kepemimpinan terhadap kepuasan
kemudian hasilmya dibagi dua. Hasil kerja
perhitungan yang digunakan adalah H1; Ada perbedaan antara gaya
hanya butir yang sahih saja, sedangkan kepemimpinan terhadap ke-
butir yang tidak sahih tidak disertakan puasan kerja
dalam perhitungan. Bila nilai skor di 2. Ho: Tidak terdapat perbedaan antara
bawah nilai tengah, berarti faktor ability faktor situasional terhadap
rendah, sedangkan bila di atas nilai kepuasan kerja
tengah berarti faktor ability tinggi. H1; Terdapat perbedaan antara faktor
d. Skor kepuasan kerja, untuk menentukan situasional terhadap kepuasan
tingkat kepuasan kerja ada enam aspek, kerja
yaitu: gaji, pengembangan diri untuk
karir, kebijaksanaan pimpinan, hubungan b. Uji beda dua rata-rata pada faktor
dengan rekan kerja, situasi lingkungan situasional yang berbeda, untuk melihat
kerja dan kesetiaan (turn over). perbedaan tingkat kepuasan pada gaya
Disediakan jawaban empat alternatif kepemimpinan dengan faktor situasional
dengan nilai/skor yaitu; SS (sangat mendukung dan tidak mendukung,
setuju) = 4, S (setuju) = 3, TS (tidak hipotesis yang diuji:
setuju) = 2 dan STS (sangat tidak setuju) 1. Ho; Tidak terdapat perbedaan
nilai/skor = 1 kepuasan kerja gaya achievement
pada faktor situasional berbeda
7. Teknik Analisis Data H1. Terdapat perbedaan kepuasan
Untuk menguji adanya perbedaan kerja gaya achievement pada
kepuasan kerja pada gaya kepemimpinan faktor situasional berbeda
yang berbeda. Dalam analysis of variance 2. Ho; Tidak terdapat perbedaan
variabel barisnya gaya kepemimpinan, kepuasan kerja gaya directive
variable kolom faktor situasional, jumlah pada faktor situasional berbeda
seluruhnya ada 8 kelompok. H1; Terdapat perbedaan kepuasan
1. Gaya achievement dengan faktor kerja gaya directive pada faktor
situasional mendukung situasional berbeda
2. Gaya achievement dengan faktor 3. Ho; Tidak terdapat perbedaan
situasional tidak mendukung kepuasan kerja gaya partici-
3. Gaya directive dengan faktor situasional pative pada faktor situasional
mendukung berbeda
4. Gaya directive dengan faktor situasional H1; Terdapat perbedaan kepuasan
tidak mendukung kerja gaya participative pada
5. Gaya participative dengan aktor faktor situasional berbeda
situasional mendukung 4. Ho; Tidak terdapat perbedaan
6. Gaya participative dengan faktor kepuasan kerja gaya supportive
situasional tidak mendukung pada faktor situasional berbeda
7. Gaya supportive dengan faktor H1; Terdapat perbedaan kepuasan
situasional mendukung kerja gaya supportive pada faktor
situasional berbeda
8. Gaya supportive dengan faktor situasional
tidak mendukung c. Uji beda dua rata-rata pada faktor
Dari delapan kelompok dilakukan uji situasional yang mendukung, analisis
beda dua rata-rata tingkat kepuasan kerja untuk menguji perbedaan tingkat
dengan: anova, uji beda dua rata-rata pada kepuasan kerja gaya kepemimpinan yang
faktor situasional yang berbeda, uji beda dua berbeda pada faktor situasional yang
rata-rata pada faktor yang mendukung dan uji mendukung, uji hipotesis yang
beda dua rata-rata pada faktor situasional dilakukan:
yang tidak mendukung

414
Ma’ruf

1. Ho; Tidak terdapat perbedaan H1; Terdapat perbedaan kepuasan


kepuasan kerja gaya achieve- kerja gaya achievement dan
ment dan directive supportive
H1; Terdapat perbedaan kepuasan 5. Ho; Tidak terdapat perbedaan
kerja gaya achievement dan kepuasan gaya directive dan
directive participative
2. Ho; Tidak terdapat perbedaan H1; Terdapat perbedaan kepuasan
kepuasan gaya achievement dan kerja gaya directive dan
participative participative
H1; Terdapat perbedaan kepuasan 6. Ho; Tidak terdapat perbedaan
kerja gaya achievement dan kepuasan kerja gaya directive
participative dan supportive
3. Ho; Tidak terdapat perbedaan H1; Terdapat perbedaan kepuasan
kepuasan kerja gaya kerja gaya directive dan
achievement dan supportive supportive
H1; Terdapat perbedaan kepuasan 7. Ho; Tidak terdapat perbedaan
kerja gaya achievement dan kepuasan gaya participative
supportive dan supportive
4. Ho; Tidak terdapat perbedaan H1; Terdapat perbedaan kepuasan
kepuasan kerja gaya directive kerja gaya participative dan
dan participative supportive
H1; Terdapat perbedaan kepuasan
kerja gaya directive dan e. Penentuan hubungan faktor situa-
participative sional terhadap gaya kepemimpinan:
5. Ho; Tidak terdapat perbedaan Untuk menentukan faktor situasional
kepuasan kerja gaya directive akan mendukung atau tidak mendukung
dan supportive gaya kepemimpinan, maka perlu
H1; Terdapat perbedaan kepuasan dilakukan uji beda dua rata-rata terlebih
kerja gaya directive dan dahulu. Uji ini dikenakan pada kedua
supportive faktor yang diteliti yaitu locus of control
6. Ho; Tidak terdapat perbedaan dan ability. Pada locus of control; setelah
kepuasan gaya participative dan diketahui kecenderungan dari responden
supportive (internal atau eksternal) kemudian
H1; Terdapat perbedaan kepuasan diujikan terhadap masing-masing gaya
kerja gaya participative dan kepemimpinan, demikian juga untuk
supportive faktor ability, setelah dikelompokkan
antara ability tinggi dan ability rendah,
d. Uji beda dua rata-rata pada faktor maka masing-masing dilakukan uji untuk
situasional yang tidak mendukung, menentukan pengaruhnya terhadap gaya
analisis untuk menguji perbedaan tingkat kepemimpinan.
kepuasan gaya kepemimpinan yang
berbeda pada faktor situasional yang 8. PERSIAPAN PENELITIAN
tidak mendukung, uji hipótesis: a. Persiapan alat ukur
1. Ho; Tidak terdapat perbedaan Alat ukur yang digunakan dalam
kepuasan gaya achievement penelitian ada empat, yaitu angket: gaya
dan directive kepemimpinan, locus of control, ability,
H1; Terdapat perbedaan kepuasan dan kepuasan kerja
kerja gaya achievement dan
1. Angket gaya kepemimpinan
directive
Angket ini merupakan kem-
2. Ho; Tidak terdapat perbedaan
bangan dari kuisioner Timpe (Kotter,
kepuasan gaya achievemen dan
2000), angket bertujuan untuk meni-
participative
lai kecenderungan gaya kepemim-
H1; Terdapat perbedaan kepuasan
pinan manajer pada masing-masing
gaya achievement dan partici-
unit kerja, sehingga dapat diketahui
pative
apakah pimpinan cenderung direct-
4. Ho; Tdak terdapat perbedaan
ive, supportive, participative, atau
kepuasan gaya achievemen dan
achievement-oriented. Aspek yang
supportive
digunakan pada kuisioner ada 10,
yaitu (directive): guidance, kejelasan
aturan, dorongan mencapai standar,

415
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MODEL PATH-GOAL

(supportive): perlakuan, tindakan


menciptakan lingkungan, (partici- c. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur
pative): konsultasi, menghargai, Pengujian validitas dan reliabilitas
(achievement): prestasi, standar alat ukur dilakukan dengan menggunakan
kerja, tanggung jawab. Aspek-aspek alat bantu SPSS for windows versi 10.0,
tersebut dikembangkan menjadi 32 perhitungan validitas dan reliabilitas
butir pertanyaan yang terdiri dari 21 masing-masing alat ukur sebagai berikut:
butir favorable dan 11 unfavorable. 1. Angket gaya kepemimpinan
2. Angket locus of control Butir-butir angket gaya kepemim-
Angket diadopsi dan dikem- pinan yang dipakai adalah butir-butir
bangkan dari Rotter (kotter, 2000) yang korelasi dengan totalnya
angket bertujuan untuk menilai signifikan berdasarkan taraf signifi-
seseorang, apakah cenderung lebih kan (ts) 5%.
internal atau lebih eksternal. 2. Angket Locus of control.
Kuesioner terdiri dari 5 aspek, yaitu Butir-butir angket locus of control
keberhasilan diri, lingkungan luar, yang dipakai adalah butir-butir yang
kesempatan, keberuntungan, serta korelasi dengan totalnya signifikan
hubungan dengan orang lain. Aspek- berdasarkan taraf signifikan (ts) 5%.
aspek tersebut dibagi dalam 23 butir 3. Angket ability
pertanyaan. Butir-butir angket ability yang dipa-
kai adalah butir-butir yang korelasi
3. Angket ability
dengan totalnya signifikan berdasar-
Angket ini digunakan untuk
kan taraf signifikansi (ts) 5%.
menilai apakah seseorang cenderung
4. Angket kepuasan kerja
mempunyai tingkat ability yang
Butir-butir angket kepuasan kerja
tinggi atau rendah. Kuisioner terdiri
yang dipakai adalah butir-butir yang
dari 6 aspek, yaitu karir, kecocokan
korelasi dengan totalnya signifikan
pekerjaan, penyelesaian tugas, pe-
berdasarkan taraf signifikan (ts) 5%.
ngalaman, pendidikan, serta kesiapan
5. Penentuan faktor situasional mendu-
diri. kemudian dikembangkan
kung atau tidak mendukung
menjadi 18 butir pertanyaan, 10
Untuk menentukan bagaimana faktor
favorable dan 8 unfavorable.
situasional mendukung atau tidak
4. Angket kepuasan kerja mendukung, maka faktor locus of
Angket kembangan dari Minne- control dan faktor ability harus diuji
sota Satisfaction (kotter, 2000), dahulu perbedaan masing-masing
angket kepuasan kerja digunakan terhadap tingkat kepuasan kerja
untuk menentukan kepuasan kerja karyawan.
karyawan staff. Angket terdiri 7
aspek, yaitu aspek gaji, pengem- Bab IV. MANFAAT PENELITIAN
bangan diri untuk berkarir, gaya
kepemimpinan, kebijakan pimpinan, a. Diharap dapat digunakan sebagai bahan
hubungan dengan rekan kerja, situasi pertimbangan bagi pembuat keputusan
lingkungan kerja, serta loyalitas. yang menyangkut penempatan karyawan
Aspek ini dikembangkan ke dalam pada tingkat pemimpin dan staf pada
21 pertanyaan, 11 pertanyaan situasi yang tepat
favorable dan 10 pertanyaan b. Bermanfaat bagi pimpinan sebagai bahan
unfavorable. informasi dan pertimbangan untuk
b. Pelaksanaan Penelitian meningkatkan kinerja karyawan melalui
Pengambilan data dilakukan pada kepuasan kerja
pertengahan Agustus 2014 dengan c. Dapat digunakan sebagai pertimbangan
melakukan uji coba data terpakai. Hal ini dalam meningkatkan kinerja organisasi
berarti data yang digunakan uji coba juga dengan menciptakan lingkungan kerja
dipakai sebagai data penelitian yang yang mendukung
sesungguhnya, tetapi hanya item-item d. Sebagai masukan atau bahan perban-
yang sahih/valid saja yang diikutsertakan dingan bagi penelitian serupa.
dalam analisis, sedangkan yang gugur
tidak dianalisis.

416
Ma’ruf

DAFTAR PUSTAKA Hornstein, Harvey A,; Heilman, Medcline F,;


Mone, Edward; Tartell, Ross,
As’ad, Mohammad, Kepemimpinan Dalam “Responding to Contingent leadership
Manajemen, Suatu Pendekatan Psiko- Behavior” Journal of Organization
logik, Liberty, Yogyakarta, 2000 Dynamic, p: 56-65, Spring 2003
Bedeian Arthur G, William F.Glueck, House, Robert J, Mitchell Terence R., “Path-Goal
“Management” Fifth edition, 2000 Theory of Leadership” Journal of
Donn0elly, JH Dubinsky, and Skinner S.J., Contemporary Business, Autumn, 2003
“Leadership Behavior and its impact on Waskito, Jati Perceived Organizational Support
Employee Responses” International dan Leader Member Exchange: Penelitian
Journal of Management 20 p 29-34, 2003 tahun 2008, tidak dipublikasikan
Emory, William, Cooper R. Donald, “Business Kersey and Blanchard,”Management of
research method” Fifth edition, 1995 Organizational Behavior, Utilizing The
Fiedler, F.E., A Theory of Leadership Human Resources”, Prentice Hall, 2002
Effectiveness, New York. Mc Grow Hill, Kotller, Robert F,”A Test of the Path-Goal Theory
2002 of Leadership With Need for Clarity as a
Gibson, J.L. Ivancevich, J.M. Donnelly Jr, Moderator in Research and Development
Organization and management: Behavior, Organization”, Departement of Manage-
Structure, and Process Organization, 6th ment Lousiana State University, Journal
edition, Business Publication, 1998 of Applied Psychology, 2002
Gomez-Mejia, Luis R.: David B. Balkin, Robert L. Kotter, J.P., “Whot Leaders Really Do”, Harvard
Caldi,”Managing Human Resources”, Business Review, May-June 2001
Prentice Hall, 2000 Luthan, Fred, “Organizational Behavior”,
Hani Handoko, Manajemen, BPFE Yogyakarta, McGraw Hill, seventh edition 2002
2000 Reksohadiprodjo, Sukanto & Hani Handoko,
Hakim, Lukman Analisis Pengaruh Organisasi Perusahaan, edisi I, BPFE,
Kepemimpinan kharismatik Terhadap Yogyakarta, 2000
Usaha Ekstra Bawahan Pada Pondok
Pesantren di Eks Karsidenan Surakarta, Srogdill, R.M. Handbook of Leadership; „A
penelitian tahun 2009, tidak Survey of Theory and Research”, New
dipublikasikan York, The Free Press, 2003
Harvey, Don; Robert Bruce Bowin, “Human Wahjosumidjo,“Kepemimpinan dan Motivasi”.
Resource Management; An Experiential Ghalia Indonenia, 2000
Approach” Prentice Hall International Yulk, Gary A.,”Leadership in Organazation”, 3 th
edition, 2004 edition Prentice –Hall Inc.Engelwood
Cliffs, N/ J, 1998

BIOGRAFI PENULIS Universitas Muhammadiyah Surakarta, pada


tahun 2004. Fokus pengajaran dan penelitiannya
Drs. Ma’ruf, MM adalah dosen di Prodi adalah pada Manajemen SDM dan Manajemen
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Keuangan. Untuk informasi lebih lanjut, dapat
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beliau dihubungi melalui Maruf@ums.ac.id
mendapatkan gelar Magister Manajemen, dari

417

You might also like