You are on page 1of 12

JOURNAL OF EMPOWERMENT

VOL. 1, No. 1, Juni 2017, h. 61-72


ISSN 2580-0620 (Print)
Available Online at https://jurnal.unsur.ac.id/index.php/JE

PENCEGAHAN PERMAINAN “STARTER” MELALUI PENDEKATAN


PERSONAL SAFETY SKILL PADA MURID SEKOLAH DASAR

Trini Handayani
Pascasarjana Program Magister Ilmu Hukum dan Fakultas Hukum
Universitas Suryakancana
E-mail: trinihandayani2012@gmail.com

Masuk : Maret 2017 Penerimaan : Maret 2017 Publikasi : Juni 2017

ABSTRAK
Starter adalah permainan yang cenderung dilakukan oleh anak laki-laki, terutama
pada anak di tingkat Sekolah Dasar. Anak yang menjadi korban maupun pelaku
tidak menyadari bahaya permainan ini, yaitu, infeksi pada testis, kerusakan organ
testis, bahkan kemandulan. Permainan starter dapat dikategorikan sebagai salah
satu bentuk kekerasan seksual, karena permainan ini berhubungan langsung
dengan organ reproduksi utama. Salah satu dari upaya pencegahan yang
dilakukan adalah dengan mengajarkan keterampilan keselamatan pribadi untuk
anak, metode ini dipopulerkan oleh Bagley dan King pada tahun 2004. Personal
Safety Skills (keterampilan keselamatan pribadi) adalah keterampilan yang wajib
dipahami oleh anak, sehingga mereka dapat menghindar dari kekerasan seksual
dan situasi yang memungkinkan terjadinya kekerasan seksual.

Kata Kunci: Permainan Starter, Kekerasan Seksual, Personal Safety Skill.

ABSTRACT
Starter is a game made by boys, especially in children at the elementary level. This
game often effects on victim. The victims and perpetrators are not aware of the
occurrences impact of this game, that are, the infection of the testicles, testicular
organ damage, and even infertility. Game starter can be categorized as a form of
sexual violence, because it is directly related to the primary reproductive organs. One
of the preventive efforts undertaken is to teach personal safety skills to children. This
method is popularized by Bagley and King in 2004. Personal Safety Skills is a skill
that must be understood by children, so that they can avoid violent offenders sexual
and situations that allow sexual violence.

Keywords: Game Starter, Sexual Violence, Personal Safety Skills.

A. PENDAHULUAN kasusnya jarang sekali. Permainan ini


1. Latar Belakang dilakukan dengan cara, anak laki-
Beberapa waktu lalu, di media sosial laki sebagai korban disuruh
beredar tentang permainan starter membuka lebar pahanya dan teman
yang dilakukan pada anak tingkat laki-laki sebagai pelaku di
Sekolah Dasar. Permainan starter depannya meletakkan telapak kaki
terutama dilakukan pada anak laki- di selangkangan anak laki-laki yang
laki kepada anak laki-laki lain, menjadi korban. Permainan starter
meskipun ada yang dilakukan dilakukan seperti menginjak gas dan
terhadap perempuan, tetapi membuat bunyi seperti sedang

Copyright ©2017 Journal of Empowerment


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

menstarter motor atau mobil dan Merujuk pendapat Mark Yantzi,


memainkan kakinya mundur maju. permainan starter yang berhubungan
Bagi korban yang kemaluannya dengan organ reproduksi secara
distarter dalam waktu paling lama, langsung, dapat dikategorikan
korban tersebut menjadi juara. sebagai kekerasan seksual, meskipun
Permainan ini kadang-kadang hal ini tidak disadari baik oleh
ditonton oleh temannya dan pelaku maupun oleh korban.
menyemangati serta menikmati Pengajaran Personal Safety Skills
permainan starter ini. merupakan salah satu metode dalam
Permainan ini sebagian besar mencegah permainan starter di
dilakukan di sekolah, dan dilakukan kemudian hari. Penjelasan yang
pada waktu jam istirahat atau jam lengkap dan terus terang akan
pulang sekolah. Dari wawancara membuat anak tidak penasaran dan
awal Penulis kepada orang tua anak tidak mencari informasi dari luar
korban permainan starter, sekolah yang belum tentu kebenarannya.
merupakan tempat berlangsungnya Orang tua belum memahami
permainan starter (100%). pentingnya pendidikan seks sejak
Meskipun testis relatif ditutupi oleh dini, sehingga anak melakukan
skrotum, refleks kontraksi otot yang permainan starter di sekolah tanpa
cukup baik dan liat, cedera tumpul menyadari dampak negatifnya.
(termasuk permainan starter) dapat Menurut Bagley dan King, Personal
mengakibatkan pecahnya tunika Safety Skills atau keterampilan
albuginea, memar, hematoma keselamatan pribadi merupakan
(perdarahan), dislokasi (testis seperangkat keterampilan yang
berpindah tempat), atau torsi testis perlu dikuasai oleh anak agar dapat
(testis berputar sehingga aliran menjaga keselamatan dirinya dan
darah terhambat). Cedera testis terhindar dari tindakan kekerasan
akibat trauma tumpul sebanyak 75% seksual.3 Menurut beberapa
kasus.1 penelitian, hasil pengajaran
Kekerasan seksual menurut Mark menggunakan metode Personal
Yantzi adalah suatu bentuk Safety Skills cenderung bertahan
kekerasan yang terjadi karena lama.
persoalan seksualitas. Sorenson
mendefinisikan kekerasan seksual 2. Lokasi Pengabdian
sebagai perilaku yang dilakukan Pada Sekolah Dasar Islam Kreatif di
melalui pendekatan-pendekatan Kabupaten Cianjur, di mana murid
yang terkait dengan seks yang tidak sekolah tersebut sebagian besar
diinginkan, termasuk permintaan (sekitar 90%) dari mulai kelas III
untuk melakukan hubungan seks, dan sampai kelas VI sudah mengenal
perilaku lainnya yang secara verbal permainan starter, baik sebagai
ataupun fisik merujuk pada aktivitas korban maupun sebagai pelaku.
seksual.2
Hiburan Karaoke Wilayah Jakarta Barat,
1
McAninch et al, 1984; Cass dan Luxenberg Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 7 No. II
Trauma Testis dan Kulit Genital, Oktober, hlm. 194.
3
about.me/becks.urolog, diakses tgl 25 Esya Anesty Mashudi, Nur’aini, (2015),
Februari 2017. Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak
2
Rina Astuti, (2011), Hubungan Kesadaran Melalui Pengajaran Personal Safety Skills,
Akan Kerentanan Diri dan Mekanisme Coping Metodik Didaktik Vol. 9, No. 2, Januari, hlm.
pada Perempuan Pekerja Malam di Tempat 66.

62 Copyright ©2017 Journal of Empowerment


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

Sebagian pelaku ada yang sudah di Sekolah Dasar dan sebagian kecil
duduk di bangku Sekolah Menengah ada yang berlanjut sampai Sekolah
Pertama (SMP). Menengah Pertama.

3. Peserta C. PEMBAHASAN
Kelas I sampai kelas VI, sejumlah 418 1. Perlindungan Anak
(empat ratus delapan belas) murid. Hak asasi anak merupakan bagian
Apabila ada murid yang dari hak asasi manusia yang termuat
berhalangan hadir, diikutkan pada dalam Undang-Undang Dasar 1945
kelas berikutnya, begitu seterusnya, (UUD 1945) dan ketentuan Konvensi
sehingga semua murid mendapatkan Hak Anak (Convention on the Rights of
pembelajaran tentang Personal the Child) yang diratifikasi oleh
Safety Skills. Waktu pembelajaran pemerintah Indonesia melalui
dibagi menjadi 6 (enam) hari sesuai Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
dengan jumlah kelas. 1990 (Keppres 36/ 1990), kemudian
juga dituangkan dalam Undang-
B. METODE Undang Nomor 4 Tahun 1979 (UU 4/
Berawal dari maraknya pemberitaan 1979) tentang Kesejahteraan Anak
di media massa mengenai permainan dan Undang-Undang Nomor 23
starter di Sekolah Dasar, orang tua Tahun 2002 (UU 23/ 2002) jo
murid SD kelas 5 menyampaikan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
bahwa dari 32 (tiga puluh dua) 2014 (UU 35/ 2014) tentang
orang tua, 30 (tiga puluh) orang tua Perlindungan Anak yang kesemuanya
menyampaikan bahwa anaknya mengemukakan prinsip-prinsip umum
pernah melakukan permainan starter, perlindungan anak, yaitu non
baik sebagai pelaku, korban maupun diskriminasi, kepentingan terbaik
sebagai pelaku dan korban. Pelaku bagi anak, kelangsungan hidup dan
permainan starter biasanya anak tumbuh kembang, dan menghargai
yang dulu pernah menjadi korban partisipasi anak.4
kakak kelasnya dan kemudian Mengacu pada peraturan tersebut,
mempraktikkan kepada teman atau Beijing Rules memberikan rambu-
adik kelas. rambu tentang batas usia anak tidak
Selain itu, Penulis juga melakukan ditetapkan dalam usia yang terlalu
wawancara dengan karyawan yang rendah. Seseorang belum dapat
berada di lingkungan Penulis dipertanggungjawabkan perbuatan-
bekerja. Hasil wawancara yang nya secara pidana apabila belum
dilakukan dengan 10 (sepuluh) dewasa secara emosional, dewasa
responden, 9 orang mengaku sudah secara mental dan dewasa secara
pernah melakukan permainan starter intelektual.5 Menurut Beijing Rules,
(mereka menjawab dengan setengah tujuan peradilan bagi remaja
malu, karena saya sebagai adalah, pertama, kasus kejahatan
pewawancara berjenis kelamin remaja agar ditangani oleh
perempuan) dan hanya 1 orang
yang mengatakan belum tahu
4
permainan tersebut dan tidak pernah Nur Hidayati, (2014), Perlindungan Anak
merasakan permainan tersebut pada terhadap Kejahatan Kekerasan Seksual
(Pedofilia), Ragam Jurnal Pengembangan
waktu kecil. Sebagian besar
Humaniora Vol. 14 No. 1, April, hlm. 69.
mengaku, permainan tersebut 5
Waluyadi (2009), Hukum Perlindungan Anak,
dilakukan pada waktu menjadi murid Bandung, Mandar Maju, hlm. 41-42.

Copyright ©2017 Journal of Empowerment 63


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

peradilan keluarga, apabila bertanggungjawab terhadap


terpaksa harus ditangani oleh penyelenggaraan perlindungan anak
peradilan kriminal, faktor adalah negara, pemerintah,
kesejahteraan anak harus mendapat masyarakat, keluarga, dan orang
perhatian. Kedua adalah prinsip tua.7
kesepadanan, visi yang hendak Mendidik anak pada hakekatnya
dicapai dalam peradilan anak merupakan usaha nyata dari pihak
menurut Beijing Rules adalah (1) untuk orang tua untuk mengembangkan
mencapai kesejahteraan anak; (2) totalitas potensi yang ada pada diri
Penjatuhan pidana pada anak, tidak anak. Masa depan anak di kemudian
harus bersifat menghukum; (3) dalam hari akan sangat tergantung dari
menjatuhkan hukuman terhadap anak pengalaman yang didapatkan anak
harus berdasarkan prinsip-prinsip: a. termasuk faktor pendidikan dan pola
Tidak berdasarkan pada kejahatan asuh orang tua. Di saat sekarang ini
yang telah dilakukan, b. Penjatuhan tidak sedikit orang tua yang
pidana hendaknya memperhatikan mengejar kepentingan sendiri
kondisi yang menyebabkan seorang dengan dalih untuk kesejahteraan
anak melakukan kejahatan, c. anak, sehingga terkadang peran
Dimungkinkan pemberian ganti rugi mereka sebagai orangtua yaitu
sebagai pengganti hukuman, dan d. mendidik dan mengasuh anak
Rasa penyesalan anak yang terabaikan.8
diwujudkan dalam bentuk kesedia- Peran orang tua sangat besar untuk
annya untuk kembali ke jalan yang memberikan penjelasan kepada
benar dapat menjadi alasan pemaaf anak, sehingga perlu dibentuk sikap
untuk tidak dijatuhinya hukuman.6 yang positif dari orang tua terutama
Peningkatan kasus kekerasan anak ibu tentang pentingnya pendidikan
yang terjadi di Indonesia dianggap seksual untuk anak. Sikap yang
sebagai salah satu indikator positif akan membantu ibu dalam
buruknya kualitas perlindungan anak. mendampingi anak memberikan
Keberadaan anak yang belum penjelasan tentang seksualitas yang
mampu untuk hidup mandiri tentunya benar sesuai dengan tahapan
sangat membutuhkan orang-orang perkembangan anak. Pendidikan
sebagai tempat berlindung. seksual perlu diberikan sejak anak
Rendahnya kualitas perlindungan usia dini apalagi pada saat ini
anak di Indonesia banyak menuai banyak sekali anak di bawah umur
kritik dari berbagai elemen yang menjadi korban eksploitasi
masyarakat. Pertanyaan yang sering seksual. Untuk anak usia 3-5 tahun
dilontarkan adalah sejauh mana pendidikan seksual yang sesuai
pemerintah telah berupaya
memberikan perlindungan (hukum) 7
Vina Kartikasari, (2013), Tinjauan Yuridis
pada anak sehingga anak dapat Tentang Urgensi Perlindungan Hukum Terhadap
memperoleh jaminan atas kelang- Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perkosaan,
sungan hidup dan penghidupannya Skripsi, Universitas Brawijaya, hlm. 8.
sebagai bagian dari hak asasi 8
Joko Tri Suharsono, Aris Fitriyan, Arif Setyo
manusia. Padahal, berdasarkan Upoyo, (2009), Hubungan Pola Asuh Orang
Pasal 20 UU 23/2002 jo UU Tua terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada
Anak Prasekolah di TK Pertiwi Purwokerto
35/2014, yang berkewajiban dan
Utara, Jurnal Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing), Vol. 4, No. 3,
6
Waluyadi (2009), Hukum,… Ibid, hlm 45-46 November, hlm. 1.

64 Copyright ©2017 Journal of Empowerment


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

adalah dengan mengenalkan bagian meskipun tidak disadari oleh pelaku


anggota tubuh anak beserta dengan maupun korban.
fungsinya masing-masing, menjelas- Pemerintah bertanggung jawab untuk
kan perbedaan antara anak laki-laki melindungi warga negaranya dari
dan perempuan serta menjelaskan korban kekerasan seksual. Tetapi
sensasi yang dirasakan pada alat dalam kenyataannya, meskipun
kelaminnya.9 sudah ada jaminan peraturan yang
Menurut Ricard J. Gelles, kekerasan mampu melindungi anak, namun
terhadap anak merupakan per- fakta membuktikan bahwa peraturan
buatan disengaja yang menimbulkan tersebut belum dapat melindungi
kerugian atau bahaya terhadap anak dari tindakan kekerasan
anak-anak (baik secara fisik maupun seksual. Oleh karena itu, upaya yang
emosional). Bentuk kekerasan harus menjadi prioritas utama (high
terhadap anak dapat diklasifi- priority) untuk melindungi anak dari
kasikan menjadi kekerasan secara tindakan kekerasan seksual adalah
fisik, kekerasan secara psikologi, melalui reformasi hukum. Reformasi
kekerasan secara seksual dan hukum yang harus dilakukan pertama
kekerasan secara sosial. Kekerasan kali adalah dengan cara mentrans-
seksual terhadap anak menurut End formasi paradigma hukum. Spirit
Child Prostitution in Asia Tourism untuk melakukan reformasi hukum
(ECPAT) Internasional merupakan dilandasi dengan paradigma
hubungan atau interaksi antara pendekatan berpusat pada
seorang anak dengan seorang yang kepentingan terbaik bagi anak (a
lebih tua atau orang dewasa seperti child-centered approach) berbasis
orang asing, saudara sekandung pendekatan hak. Para praktisi hukum
atau orang tua di mana anak maupun pemerintah setiap negara
dipergunakan sebagai objek pemuas selalu melakukan berbagai usaha
kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan untuk menanggulangi kejahatan
ini dilakukan dengan menggunakan dalam arti mencegah sebelum terjadi
paksaan, ancaman, suap, tipuan dan menindak pelaku kejahatan
bahkan tekanan. Kegiatan-kegiatan yang telah melakukan perbuatan
kekerasan seksual terhadap anak atau pelanggaran atau melawan
tersebut tidak harus melibatkan hukum. Usaha-usaha yang rasional
kontak badan antara pelaku dengan untuk mengendalikan atau menang-
anak sebagai korban. Bentuk-bentuk gulangi kejahatan sudah barang
kekerasan seksual itu sendiri bisa tentu tidak hanya dengan mengguna-
dalam tindakan perkosaan ataupun kan hukum pidana, tetapi dapat juga
pencabulan.10 Permainan starter menggunakan sarana non hukum
termasuk ke dalam pencabulan, pidana. Penanggulangan secara
hukum pidana yaitu penanggulangan
setelah terjadinya kejahatan atau
9
Inhastuti Sugiasih, (2011), Need Assessment menjelang terjadinya kejahatan,
“Mengenai Pemberian Pendidikan Seksual dengan tujuan agar kejahatan itu
Yang Dilakukan Ibu Untuk Anak Usia 3-5 tidak terulang kembali.
Tahun”, Jurnal Psikologi Proyeksi Vol. 6, No. 1 Penanggulangan secara hukum
April, hlm. 71. pidana dalam suatu kebijakan
10
Ivo Noviana, (2015), Kekerasan Seksual
kriminal merupakan penanggulangan
terhadap Anak: Dampak dan Penangannya,
Sosio Informa Vol. 01, No. 1, Januari-April, hlm. kejahatan dengan memberikan sanksi
15. pidana bagi para pelakunya

Copyright ©2017 Journal of Empowerment 65


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

sehingga menjadi contoh agar orang kejahatan dengan menggunakan


lain tidak melakukan kejahatan. sarana di luar hukum pidana
Berlakunya sanksi hukum pada (nonpenal policy) merupakan
pelaku, secara tidak langsung kebijakan yang paling strategis. Hal
memberikan perlindungan kepada ini disebabkan karena nonpenal
korban perkosaan anak di bawah policy lebih bersifat sebagai
umur ataupun perlindungan terhadap tindakan pencegahan terhadap
calon korban. Ini berarti memberikan terjadinya kejahatan, di mana
hukuman yang setimpal dengan sasaran utamanya adalah
kesalahannya atau dengan kata lain menangani dan menghapuskan
para pelaku diminta pertanggung- factor-faktor kondusif penyebab
jawabannya. Upaya penang- terjadinya kejahatan.13
gulangan kejahatan dengan Kebijakan penanggulangan
menggunakan sanksi hukum pidana kejahatan atau politic criminal dapat
merupakan cara yang paling tua, meliputi ruang lingkup yang cukup
setua peradaban manusia itu sendiri. luas. G. Peter Hoefnagels berpen-
Sampai saat inipun, hukum pidana dapat bahwa kebijakan kriminal
masih digunakan dan diandalkan secara garis besar dapat
sebagai salah satu sarana politik dikelompokkan menjadi 2 (dua),
kriminal. Hukum pidana hampir selalu yaitu: 1. Kebijakan kriminal dengan
digunakan dalam produk legislatif menggunakan sarana hukum pidana
untuk menakuti dan mengamankan (penal policy) melalui criminal law
bermacam-macam kejahatan yang application dan 2. Kebijakan kriminal
mungkin terjadi.11 dengan menggunakan sarana di luar
Upaya penanggulangan kejahatan hukum pidana (nonpenal policy)
melalui undang-undang (hukum) melalui influencing views of society on
pidana pada hakikatnya merupakan crime and punishment (mass media)
bagian integral dari upaya dan prevention without punishment.
perlindungan masyarakat (social Kedua sarana ini (penal dan
defence). Kebijakan sosial (social nonpenal) merupakan pasangan satu
policy) dapat diartikan sebagai sama lain yang tidak dapat
usaha yang rasional untuk mencapai dipisahkan, bahkan dapat dikatakan,
kesejahteraan masyarakat sekaligus keduanya saling melengkapi dalam
mencakup perlindungan masyarakat, usaha penanggulangan kejahatan di
jadi di dalam pengertian social masyarakat.14
politic, di dalamnya mencakup social Salah satu upaya pencegahan
welfare politic, jadi tujuan akhir dari permainan starter dapat dilakukan
politik kriminal adalah perlindungan adalah melalui pengajaran personal
masyarakat untuk kesejahteraan safety skills atau keterampilan
masyarakat.12 keselamatan pribadi pada anak.
Apabila dilihat dari perspektif politik Hasil dari studi meta analisis yang
kriminal secara makro, maka
kebijakan penanggulangan 13
Supriyadi, Beberapa Catatan terhadap Kebijakan
Legislatif dalam Perundang-undangan Pidana di
Indonesia”, Mimbar Hukum no 40/ 11/ 2002,
11
Ivo Noviana, Kekerasan Seksual,…Ibid, hlm. Majalah berkala Fakultas Hukum UGM, hlm.
23. 20.
12 14
Barda Nawawi Arief, (1996), Bunga Rampai Hoefnagels GP (1973), The Other Side of
Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, Citra Criminology, Holland, Kluwer B. V,
Aditya Bakti, hlm. 5. Deventer, hlm 56.

66 Copyright ©2017 Journal of Empowerment


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

dilakukan Berrick and Barth (1992), satu rasa ingin tahu yang sangat
diketahui bahwa pengetahuan yang tinggi pada anak usia dini adalah
diperoleh dari kelas personal safety berkaitan dengan seks. Seks sendiri
skills ini cenderung bertahan lama.15 menurut Santrock (2005)
Orang tua merupakan ujung tombak berhubungan dengan jenis kelamin
perlindungan anak sebagaimana laki-laki dan perempuan, jenis
tercantum dalam Undang-Undang kelamin yang ditentukan secara
tentang Hak Asasi Manusia Pasal 26 biologis yang melekat pada jenis
ayat (2) yang berbunyi orang tua kelamin tertentu yang tidak dapat
mempunyai hak pertama untuk diubah karena perbedaan tersebut
memilih jenis pendidikan yang akan berlaku sepanjang zaman. Pada usia
diberikan pada anaknya, artinya 4-6 tahun di mana kemampuan anak
bahwa orang tua yang memutuskan menyerap informasi yang luar biasa
tentang informasi maupun pendidikan dan rasa ingin tahu anak yang
yang terbaik bagi anak-anaknya, sangat tinggi tersebut seiring dengan
hal ini sejalan dengan UU 23/ 2002 perkembangan peran seks yang
jo UU 35/2014 Pasal 10 yang berkembang pesat. Menurut Freud
menyatakan bahwa setiap anak perkembangan seksual di masa
berhak menyatakan dan didengar kanak-kanak, terjadi pada usia 0-5
pendapatnya, menerima, mencari, tahun. Rasa ingin tahu anak ini
dan memberikan informasi sesuai seharusnya mendapatkan penjelasan
dengan tingkat kecerdasan dan yang benar mengenai pengetahuan
usianya demi pengembangan dirinya seksual. Pengetahuan seks yang
sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan keliru pada anak, akan menimbulkan
dan kepatutan. persepsi yang keliru tentang alat
kelamin, proses reproduksi, dan
2. Personal Safety Skills seksualitas. Hal ini dapat berdampak
Masa usia dini sering dikatakan pada penyimpangan perlakuan
sebagai masa keemasan atau The seksual.
Golden Age Moment. Usia 0 sampai Pada perkembangan seksualitas
dengan 8 tahun adalah masa di anak kecil, antara lain ada 2 (dua)
mana anak memiliki kemampuan hal yang penting. Pertama,
penyerapan informasi yang sangat berdasarkan perkembangan yang
pesat. Kepesatan kemampuan otak dialami tentang seksualitas anak,
anak dalam menyerap berbagai tampaklah bahwa manusia bersifat
informasi di sekitarnya juga diiringi biseksual artinya adanya perbedaan
dengan rasa ingin tahu yang sangat psikoseksual antara pria dan
tinggi. Rasa ingin tahu yang sangat perempuan merupakan hasil dari
tinggi ditunjukkan anak dengan aktif perkembangan. Perbedaan tersebut
bertanya tentang berbagai hal yang sudah lengkap terjadi sejak
mereka temui, serta mencari tahu permulaan pertama kehidupan
berbagai jawaban yang mereka manusia. Pada awalnya, anak kecil
inginkan dengan bereksplorasi. Salah dapat mengenal 2 (dua) jenis
kelamin, kemudian pada
15
perkembangannya, terdapat ciri
Esya Anesty Mashudi dan Nur’aini, (2015), khas antara laki-laki dan perempuan,
Pengajaran personal safety skills dalam
perbedaan jenis kelamin tersebut
pencegahan kekerasan seksual pada anak,
Metodik Didaktik Vol. 9, No. 2, Januari, hlm. ditunjukkan oleh embriologi dan
60-61. anatomi. Hal kedua yang nampak

Copyright ©2017 Journal of Empowerment 67


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

adalah fase perkembangan dengan sesuai, menghindar dari situasi yang


zona erogen yang berbeda dalam tidak aman dan dapat mengadu
tubuh manusia. Berturut-turut adalah pada orang dewasa.18
mulut, anus, penis atau klitoris Peran masyarakat oleh media massa
(kelentit) dan paling akhir vagina. harus dilakukan dengan bijaksana
Mula-mula seksualitas anak kecil demi perlindungan anak karena
bertumpu pada fungsi fisiologis yang dalam UU 23/2002 ditegaskan
paling elementer, seperti makan, dan dalam Pasal 64, “perlindungan dari
buang air. Pada periode ini, pemberitaan identitas melalui media
seksualitas genital belum memainkan massa dan untuk menghindari
perannya. Pada awalnya, labelisasi”. Artinya dalam hal ini
perkembangan tersebut dimulai dari seharusnya masyarakat ikut mem-
fase oral, fase anal, fase falik dan bantu memulihkan kondisi kejiwaan
akhirnya dengan melalui suatu korban. Masyarakat diharapkan ikut
perkembangan yang panjang dan mengayomi dan melindungi korban
berbelit, berakhir pada fase dengan tidak mengucilkan korban,
genital.16 tidak memberi penilaian buruk
Personal safety skills atau kepada korban. Perlakuan semacam
keterampilan keselamatan pribadi ini juga dirasa sebagai salah satu
merupakan seperangkat keteram- perwujudan perlindungan kepada
pilan yang perlu dikuasai oleh anak korban, karena dengan sikap
agar dapat menjaga keselamatan masyarakat yang baik, korban tidak
dirinya dan terhindar dari tindakan merasa minder dan takut dalam
kekerasan seksual. Personal safety menjalani kehidupan bermasyarakat.
skills terdiri atas 3 (tiga) komponen Berdasarkan atas beberapa teori di
keterampilan yang dikenal dengan atas, merupakan salah satu bekal
slogan 3 R yakni: Recognize, Resist, untuk melakukan pendidikan seks dan
dan Report,.17 pengajaran Personal Safety Skills
Anak seharusnya mengetahui bahwa pada murid Sekolah Dasar dalam
tubuhnya merupakan miliknya dan rangka pencegahan terhadap
tidak ada seseorang pun dapat permainan starter yang dilakukan
menyentuhnya tanpa ijin dari dirinya oleh murid Sekolah Dasar.
sendiri. Mulainya membuka Kepala Sekolah pada salah satu
pembicaraan sejak dini tentang Sekolah Dasar swasta di Kabupaten
seksualitas dan “bagian tubuh yang Cianjur, mendapat laporan dari
privasi”, dengan menggunakan nama murid tentang perlakuan temannya
yang sesuai dengan bagian tubuh terhadap dirinya. Ada 4 (empat)
genital dan bagian tubuh lainnya murid yang melakukan permainan
akan membantu anak untuk mengerti. starter kepada temannya (korban).
Anak seharusnya dapat menolak dan Korban dipanggil untuk klarifikasi
berkata “TIDAK” dengan berani dan mengenai hal tersebut, korban
lantang pada kontak fisik yang tidak mengakui telah menjadi objek
permainan starter oleh temannya
16
Sigmund Freud, Ed. K. Bertens, (2005),
18
Psikoanalisis, Jakarta, Pustaka Utama, hlm. 19- Dini Risty Justicia, (2016), Program
20. Underwear Rules untuk Mencegah Kekerasan
17
Esya Anesty Mashudi, Nur’aini, (2015), Seksual pada Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan
Pencegahan Kekerasan Seksual,… Op Cit, Usia Dini Vol. 9 Edisi. 2, November, hlm. 224-
hlm. 66-67. 225.

68 Copyright ©2017 Journal of Empowerment


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

sendiri. Pelaku mengaku, pernah b. Adanya persamaan dan


menjadi korban dari kakak kelasnya perbedaan organ tubuh antara
yang sekarang sudah menginjak anak laki-laki dan perempuan;
Sekolah Menengah Pertama. Pada c. Terjadinya menstruasi pada
waktu ditanya akibat permainan wanita yang sudah baligh dan
tersebut, pelaku maupun korban mimpi basah pada laki-laki
menjawab tidak tahu sama sekali. yang sudah baligh, pada situasi
Berdasarkan fakta tersebut, Kepala ini, sudah mulai dicatat amalnya;
Sekolah mengajukan permohonan d. Adanya 4 (empat) organ tubuh
untuk diadakan pengajaran seks di (mulut, dada, organ sekitar
Sekolah Dasar tersebut dalam selangkangan-alat kelamin dan
rangka antisipasi permainan starter. pantat) yang tidak boleh
Pada waktu yang disepakati, para disentuh oleh siapapun, kecuali
murid dikumpulkan di aula sesuai orang tua, dokter apabila
dengan tingkatan kelas untuk sedang sakit;
mendapat penjelasan tentang e. Berteriak “TIDAK” apabila ada
pengajaran seks dan Personal Safety orang yang mau menyentuh
Skills. organ tubuh tersebut.
Tabel. 1.1 Metode pengajaran disampaikan
Data Jumlah Siswa Sekolah Dasar sesuai dengan tingkatan kelas dan
yang Mendapat Materi Personal diselingi dengan menonton video,
Safety Skill permainan serta gambar orang laki-
NO KELAS JUMLAH laki maupun perempuan dan organ
MURID tubuh yang sama maupun berbeda
1 I A, I B DAN I C 30, 28, 29 = 87
antara laki-laki dan perempuan serta
2 II A, II B DAN II C 31, 31, 32 = 94
3 III A DAN III B 31, 31 = 62 4 (empat) organ tubuh mana yang
4 IV A DAN IV B 31, 31 = 62 tidak boleh disentuh oleh siapapun.
5 V A DAN V B 30, 30 = 60 Bagi kelompok atau murid yang
6 VI A DAN VI B 27, 26 = 53 dapat menjawab pertanyaan
JUMLAH 418 narasumber dengan benar, diberi
Kegiatan dilaksanakan selama 6 reward yang berkaitan dengan
(enam) hari sesuai dengan tingkatan. pembelajaran, seperti alat tulis,
Ada beberapa murid yang pensil warna, buku, buku cerita, dan
berhalangan hadir, tetapi besoknya sebagainya.
diikutkan kepada kelas yang lain. Pada waktu dilakukan evaluasi,
Pada waktu pengajaran, selain semua murid menjawab dengan
didampingi oleh guru sekolah, benar pertanyaan yang berkaitan
kadang-kadang oleh Kepala dengan materi. Hasil pengajaran
Sekolah, Komite Sekolah juga tersebut dilakukan evaluasi selama 1
mendampingi pengajaran tersebut (satu) bulan, permainan starter sudah
dan membantu membagikan tidak ditemukan lagi di Sekolah
kuesioner atau soal yang Dasar tersebut.
disampaikan buat murid.
Adapun hal yang disampaikan D. PENUTUP
adalah sebagai berikut: 1. Kesimpulan
a. Adanya perbedaan jenis Permainan starter sudah merupakan
kelamin, berikut organ tubuh permainan yang dilakukan sejak
reproduksi yang berbeda lama, terutama pada anak laki-laki
antara laki-laki dan perempuan; yang sedang menuntut ilmu di

Copyright ©2017 Journal of Empowerment 69


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

Sekolah Dasar. Pelaku maupun UCAPAN TERIMA KASIH


korban tidak menyadari bahaya Penulis ucapkan banyak terima kasih
yang ditimbulkan akibat permainan kepada Rektor Universitas
tersebut. Permainan ini disebut juga Suryakancana atas segala support
sebagai kekerasan seksual karena yang diberikan, dan kepada semua
menyangkut organ reproduksi. pihak yang terlibat di dalamnya
Salah satu upaya pencegahan dapat dalam perlindungan terhadap anak
dilakukan melalui pengajaran di sekolah dasar.
personal safety skills atau
keterampilan keselamatan pribadi DAFTAR PUSTAKA
pada anak. Evaluasi terhadap A. Buku
program pencegahan kekerasan
seksual yang berbasis pengajaran Barda Nawawi Arief, (1996), Bunga
personal safety skills menunjukkan Rampai Kebijakan Hukum
bahwa baik anak usia sekolah Pidana, Bandung, Citra Aditya
maupun pra-sekolah mendemons- Bakti.
trasikan peningkatan pengetahuan
dan keterampilan dalam menjaga Hoefnagels GP (1973), The Other
keselamatan diri dari tindakan Side of Criminology, Holland,
kekerasan seksual. Metode Kluwer B. V, Deventer.
penyampaian pengajaran dengan
video, gambar dan permainan Sigmund Freud, Ed. K. Bertens,
ternyata merupakan media yang (2005), Psikoanalisis, Jakarta,
cukup berhasil dalam pengajaran ini. Pustaka Utama.

2. Saran Waluyadi (2009), Hukum


Pendidikan personal safety skills pada Perlindungan Anak, Bandung,
anak balita dilaksanakan di Mandar Maju.
posyandu dalam kegiatan Bina
Keluarga Balita. Pendidikan ini B. Peraturan Perundang-
dapat dijadikan program Undangan
pemerintah, selain untuk mencegah
terjadinya permainan starter Undang-Undang Dasar 1945.
sebagai kekerasan seksual atau
pencabulan tanpa disadari oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun
pelaku maupun korban, dapat juga 1946 tentang Kitab Undang-
dipakai untuk mencegah jenis Undang Hukum Pidana.
kekerasan seksual lainnya pada
anak, seperti pedofilia. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
Pendidikan pencegahan kekerasan 1979 tentang Kesejahteraan
seksual pada anak di sekolah Anak.
merupakan kewajiban pihak sekolah
untuk menyelenggarakan kegiatan Undang-Undang Nomor 39 tahun
tersebut, mengingat anak sangat 1999 tentang Hak Asasi
menghormati, menyayangi dan lebih Manusia.
menurut kepada guru yang
mendidiknya. Undang-Undang Nomor 23 tahun
2002 tentang Perlindungan
Anak.

70 Copyright ©2017 Journal of Empowerment


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

Undang-Undang Nomor 35 tahun Soedirman Journal of Nursing),


2014 tentang Perubahan Atas Vol. 4, No. 3, November.
Undang-Undang No 23 tahun
2002. Lukman Hakim Nainggolan, (2009),
Bentuk-Bentuk Kekerasan
C. Jurnal Seksual Terhadap Anak Di
Bawah Umur, Jurnal Equality,
Dini Risty Justicia, (2016), Program Volume 13 Nomor 1 Februari.
Underwear Rules untuk
Mencegah Kekerasan Seksual M. Anwar Fuadi, (2011), Dinamika
Pada Anak Usia Dini, Jurnal Psikologi Kekerasan Seksual:
Pendidikan Usia Dini Vol. 9 Edisi studi fenomenologi,
2, November. PSIKOISLAMIKA, Jurnal
Psikologi Islam (JPI) Copyright
Esya Anesty Mashudi, Nur’aini, © 2011 Lembaga Penelitian
(2015), Pencegahan Kekerasan Pengembangan Psikologi dan
Seksual Pada Anak Melalui Keislaman (LP3K). Volume 8
Pengajaran Personal Safety Nomor 2, Januari.
Skills, Metodik Didaktik Vol. 9,
No. 2, Januari. Nur Hidayati, (2014), Perlindungan
Anak terhadap Kejahatan
_____, (2015), Pengajaran personal Kekerasan Seksual (Pedofilia),
safety skills dalam pencegahan Ragam Jurnal Pengembangan
kekerasan seksual pada anak, Humaniora Vol. 14, No. 1,
Metodik Didaktik Vol. 9, No. 2, April.
Januari.
Rina Astuti, (2011), Hubungan
Inhastuti Sugiasih, (2011), Need Kesadaran Akan Kerentanan
Assessment Mengenai Diri dan Mekanisme Coping
Pemberian Pendidikan Seksual pada Perempuan Pekerja
Yang Dilakukan Ibu Untuk Anak Malam di Tempat Hiburan
Usia 3-5 Tahun, Jurnal Psikologi Karaoke Wilayah Jakarta
Proyeksi, Vol. 6, No.1, April. Barat, Jurnal Kriminologi
Indonesia Vol. 7 No. II Oktober.
Ivo Noviana, (2015), Kekerasan
Seksual terhadap Anak: D. Makalah, Skripsi, Tesis, atau
Dampak dan Penanganannya, Disertasi
Sosio Informa Vol. 01, No.1, Vina Kartikasari, (2013), Tinjauan
Januari-April. Yuridis Tentang Urgensi
Perlindungan Hukum Terhadap
Joko Tri Suharsono, Aris Fitriyan, Arif Anak Sebagai Korban Tindak
Setyo Upoyo, (2009), Pidana Perkosaan, Skripsi
Hubungan Pola Asuh Orang Universitas Brawijaya.
Tua terhadap Kemampuan
Sosialisasi Pada Anak
Prasekolah di TK Pertiwi
Purwokerto Utara, Jurnal
Keperawatan Soedirman (The

Copyright ©2017 Journal of Empowerment 71


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar
Trini Handayani
Journal of Empowerment
Vol. 1, No. 1, Juni 2017

E. Karya Pengabdian Lepas F. Koran, Majalah, atau Media


(Website) Massa Lain

McAninch et al, 1984; Cass dan Supriyadi, Beberapa Catatan


Luxenberg Trauma Testis dan terhadap Kebijakan Legislatif
Kulit Genital, dalam Perundang-undangan
about.me/becks.urolog, diakses Pidana di Indonesia”, Mimbar
Tanggal 25 Februari 2017. Hukum no 40/ 11/ 2002,
Majalah berkala Fakultas
Hukum UGM.

72 Copyright ©2017 Journal of Empowerment


Pencegahan Permainan “Starter” Melalui Pendekatan
Personal Safety Skill pada Murid Sekolah Dasar

You might also like