Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
5. Pendekatan Gestalt
Manusia terdorong ke arah keseluruhan dan itegrasi pemikiran perasaan serta tingkah
laku. Pandangannya anti deterministik dalam arti yaitu individu dipandang memiliki
kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan-
kesulitan sekarang.
6. Pendekatan Analisis Transaksional
Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya ditetapkan,
bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan dini dan
sekenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.
7. Pendekatan Tingkah Laku
Manusia debentuk dan dikondisikan oleh pengondisian social budaya, pandangannya
diterministik, dalam arti tingkah laku, dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.
8. Pendekatan Rasional Emotif
Yaitu manusia dilahirkan dengan potensi untuk berfikir rasional, tetapi juga dengan
kecenderungan-kecenderungan kea rah berfikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi
korban dari keyakinan-keyakinan yang irrasional dan untuk mereindoktrinasi dengan
keyakinan-keyakinan yang irrasional tersebut. Tetapi beroriantasi kognitif -tingkah laku-
tindakan, dan menekankan berfikir, menilai, menganalisis, melakukan dan memutuskan
ulang. Miodelnya adalah didaktif , direktif, terapi dilihat sebagai proses reduksi.
9. Pendekatan Realitas
Manusia membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan “identitas kegagalan” .
Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik.
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen
kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
a. Meningkatkan harga diri klien
b. Menciptakan suasana yang aman
Contoh perilaku attending yang baik Contoh perilaku attending yang tidak baik
Kepala : melakukan anggukan Kepala : kaku
jika setuju
Muka : kaku, ekspresi melamun,
Ekspresi wajah : tenang, ceria, mengalihkan pandangan, tidak
senyum melihat saat klien sedang bicara,
mata melotot.
Posisi tubuh : agak condong ke
arah klien, jarak antara konselor Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar,
dengan klien agak dekat, duduk miring, jarak duduk dengan klien
akrab berhadapan atau menjauh, duduk kurang akrab dan
berdampingan. berpaling.
3. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memntulakn kembali kepada klien tentang perasaan,
pikiran dan pengalamn sebagai hasil pengamatn terhadap prilaku verbal dan non verbalnya.
Terdapat tiga jenis refleksi yaitu:
a. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh: “
tampaknya yang anda katakan adalah …”
b. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memntulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh: “ tampaknya yang
anda katakan…”
c. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memntulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh: “ tampaknya yang
Anda katakan suatu...”
4. Eksplorasi
Adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Hal ini
penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri atau tidak
mampu mengngkapkan pendapatnya. Dengan teknik inimemungkinkan klien untuk berbicara
tanpa rasa takut tertekan dan terancam. Seperti halnya pada tekni refleksi terdapat tiga jenis
eksplorasi yaitu:
a. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh: “ bisakah Anda menjelaskan apa perasaan yang dimaksudkan? “
b. Eksplorasi pikiran yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran dan pendapat klien. Contoh: “
saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja “
c. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-
pengalaman klien. Contoh: “ saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui namun saya
ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap
pendidikan anda ”
5. Menangkap Pesan ( paraphrasing )
Menangkap pesan ( Paraphrasing ) adalah untuk menyatakan kembali esensi atau inti
ungkapan klien dengan teliti, mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat
yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal: adakah atau nampaknya,
dan mengamati respon kita terhadap konselor.
Tujuan paraphrasing adalah :
a. Untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk
memahami apa yang dikatakan klien.
b. Mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan.
c. Member arah wawancara konseling dan,
d. Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan.
Contoh dialog:
Klien : “ itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Sya tidak tahu
mengapa demikian? “
Konselor : “ tampaknya Anda masih ragu.”
6. pertanyaan Terbuka ( opened question )
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa atau konselor agar mau
berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik
pertanyaan terbuka ( opened question ). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak
menggunakan kata Tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan
menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alas an atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih
baik gunakan kata apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh: “ apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita biacrakan? “
7. Pertanyaan Tertutup
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-
hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata ‘YA’
atau ‘Tidak’ atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk :
a. Mengumpulkan informasi
b. Menjernihkan atau memperjelas sesuatu dan,
c. Menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
Contoh dialog :
Klien: “ saya putus asa.. dan saya nyaris.. “ ( klien menghentikan pembicaraan )
Konselor: “ ya… “
Klien: “ nekad bunuh diri “
Konselor: “ lalu? “
8. Interpretasi
Yaitu teknik mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk
pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan
rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dasar hasil rujukan
baru tersebut.
Contoh dialog :
Klien: “ saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua
merupakan bakti saya pad keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan
biaya. “
Konselor: “ Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi warga Negara.
Terutama hidup dikota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak,
maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus,
namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan
SMA. “
9. Mengarahkan ( directing )
Yaitu untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya
menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Contoh dialog :
Klien: “ ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri.
Akhirnya terjadi pertengkaran sengit. “
Konselor: “ bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah
Anda jika memarahi Anda. “
Posting Komentar
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
haris
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2016 (1)
o ▼ Februari (1)
konsep konseling
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.