Professional Documents
Culture Documents
Pikun (Demensia)
a. Pendahuluan
Pikun atau demensia secara harfiah berarti de (=kehilangan), mensia (=jiwa). Tetapi lebih
umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar
jaringan otak (cortex).
Disamping itu, ada pula yang menyebutkan bahwa pikun merupakan suatu penurunan
kualitas intelektual yang disertai gangguan pengamatan, hingga menurunnya daya ingat
yang sangat menganggu kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam
pengendalian emosi.
Atas dasar pemahaman ini penulis memberanikan diri untuk menerjemahkan demensia
menjadi pikun, terutama membicarakan demensia pada usia lanjut (lansia).
b. Penyebab timbulnya
Keracunan metabolisme Kelainan struktur jaringan Penyakit infeksi
otak
- Kekurangan oksigen - Penyakit Alzheimer
- Kekurangan vitamin B12 - Penyakit amyothropic
- Keracunan obat-obatan lateral sclerosis
atau keracunan alkohol - Trauma pada otak
- Kekurangan vitamin B6 yang berat dan akut :
(asam folat) Perdarahan kronis
- Kalsium darah tinggi pada bawah
akibat hormon kelenjar selaput otak
gondok tinggi (hyper (chronic subdural
thyroidism) atau hematoma)
sebaliknya Demensia pada
- Kalsium darah rendah bekas petinju :
akibat hormon kelenjar Tumor jaringan
gondok rendah otak
(hipotiroidism) Kemunduran
- Kelemahan fungsi organ- fungsi jaringan
organ seperti hati dan otak kecil
ginjal (degenerasi
serebellum)
Peningkatan
cairan selaput
otak
(communicating
hidrocephalus)
Penyakit
huntington
(chorea)
c. Pengelompokkan lain penyebab pikun
Pengelompokkan lain penyebab pikun adalah sebagai berikut:
1) Tumor
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita, antara lain:
- Tumor pada jaringan otak
- Metastase tumor dari luar jaringan otak
2) Trauma
Orang yang bersangkutan mengalami, antara lain:
- Perdarahan
- Pengaruh setelah trauma
3) Infeksi kronis
Orang yang bersangkutan didiagnosa terinfeksi, antara lain:
- Penyakit Siphilis
- Penyakit Creutzfeld-Jacob (sapi gila)
- Penyakit AIDS
4) Kelainan Jantung dan pembuluh darah
Orang yang bersangkutan didiagnosa adanya:
- Kematian jaringan di salah satu daerah jaringan otak (single infarction)
- Kematian jaringan otak di beberapa daerah (multiple infarction), terutama di
daerah kortek otak
- Kematian jaringan otak yang luas (large infarction)
- Kematian jaringan otak di daerah lekukan (lacunar infarction)
5) Kelainan congenital
Orang yang bersangkutan mengidap :
- Penyakit huntington
- Penyakit Metachromatic leukodystrophy (kelainan dari bagian putih jaringan
otak)
6) Penyakit psikiatri
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap :
- Pseudodementia (terjadi demensia yang berat tetapi intelektual tetap baik)
7) Kelainan faali
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap :
- Epilepsi (ayan)
- Penekanan dari cairan selaput otak (normal pressure hydrocephalus)
8) Kelainan metabolik
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita :
- Kekurangan vitamin
- Kelainan metabollik yang kronis
- Kekurangan oksigen yang kronis (chronic anoxic state)
- Kelainan hormon endokrin yang kronis (chronic endocrinopathi)
9) Demensia karena kerusakan sel-sel otak (degeneratif dementia)
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita, antara lain :
- Penyakit Alzheimer
- Penyakit Pick
o Demensia kaena kerusakan sel-sel otak di daerah frontal dan temporal, dan
batang otak [daerah badan Pick]
- Penyakit Parkinson
o Terjadi kelainan hipokinesia (kamampuan/gerakan otot berkurang)
o Gemetar (tremor) dan
o Otot-otot kaku (rigidity)
- Progressive supra nuclear palsy
o Kelumpuhan otot akibat kerusakan sel otak di daerah kortek
- Penyakit Fahr
o Pengendapan zat besi pada jaringan otak.
- Penyakit Wilson
o Disamping penyakit hati juga terjadi kerusakan jaringan otak (hepatolenticular
degeneration)
10) Hilangnya bungkus saraf (demyelinating)
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita :
- Penyakit multiple sclerosis :
o Penyakit yang pada sumsum tulang belakang, dan otak terjadi bercak-bercak
yang mengeras.
11) Obat-obatan dan racun
Orang yang bersangkutan didiagnosa terkontaminasi:
- Alkohol
- Logam berat
- Keracunan CO2
- Obat-obatan lain
- Radiasi
- Demensia vaskuler
- Kekurangan oskigen (anoksia)
- Ruda paksa (trauma)
- Hidrosepalus tekanan normal
- Degeneratif saraf :
o Neurodegeneratif seperti pada penyakit Huntington dan Parkinson
- Infeksi seperti :
o Penyakit Creutzfeld-Jakob
o HIV/AIDS
o Virus Encepalitis
o Siphilis
o Sindroma Behcet
o Meningitis kriptokokus
o Meningitis karena jamur
o Dan lain-lain
- Gangguan nutrisi seperti defisiensi :
o Vitamin B1 (pada sindroma Wernicke)
o Vitamin B12 (anemi pernisiosa)
o Asam folat (menyebabkan anemi megaloblastik)
o Keracunan logam (seperti timbal, air raksa, arsen, dan mangan)
o Vitamin B6 (pelagra)
- Gangguan metabolisme seperti :
o Leukodistropi metakromatik
o Adrenal
o Dialisa
o Gangguan ginjal yang parah
o Hipo dan hipertiroid
o Penyakit paratiroid, dan
o Penyakit hati
- Peradangan kronis seperti pada :
o Penyakit lupus
o Gangguan vaskuler kolagen lain yang disertai peradangan pembuluh darah otak
o Multiple sclerosis, dan
o Penyakit whipple
- Infeksi seperti :
o Virus (misalnya Herpes symplex)
o Bakteri (misalnya tuberkulosa, pneumokok dan sipilis), serta
o Parasit dan jamur
- Berbagai jenis obat-obatan seperti :
o Obat penenang baik yang minor maupun mayor (sedatif),
o Obat anti-kejang
o Obat anti-depresi, dan
o Obat untuk mengendalikan gangguan irama jantung (aritmia)
- Penyebab lain seperti :
o Kekurangan oksigen, dan
o Berbagai jenis trauma pada otak
d. Kriteria diagnosa pikun
Berikut adalah kriteria diagnosa pikun (demensia)¸antara lain :
1. Kemampuan intelektual menurun sedemikian rupa sampai mengganggu pekerjaan
dan lingkungannya
2. Gangguan berpikir abstrak dan menganalisa masalah, serta memberi pertimbangan,
tidak mampu melakukan gerakan bertujuan, mekipun tidak ada kelumpuhan
(apraxia), sulit mengartikan rangsangan luar (agnosia) seperti suara, sentuhan,
sehingga penderita mengalami keuslitan menunjukkan dan mengenal objek,
memperkirakan lamanya kejadian, dan menggambarkan objek yang dilihat.
3. Kesadaran tetap baik
a) Pemeriksaan keadaan mental mini (mini mental state examination)
Ini adalah salah satu tes dalam usaha menegakkan diagnosa demensia, yaitu :
1) Pemeriksaan orientasi (misalnya menyebut nama hari, bulan, dan tahun)
2) Registrasi (misalnya menyuruh menyebut beberapa nama benda dalam
waktu singkat)
3) Perhitungan (kalkulasi seperti menambah dan mengurangi)
4) Mengingat kembali ( mengulang nama benda yang sudah disebut
sebelumnya), dan
5) Tes bahasa (menyebut nama benda yang ditunjukkan)
e. Diagnosa banding pada usia lanjut
Karena banyaknya penyebab demensia maka banyak sekali penyakit yang merupakan
diagnosa banding, yaitu :
1. Sebanyak 50-90% penderita penyakit pembuluh darah dirujuk untuk perawatan di
Rumah Sakit, maka 5-10% menderita demensia.
2. Di Skandinavia dan Jepang, dari hasil autopsi penderita Alzheimer yang menunjukkan
tanda-tanda demensia dan penurunan intelektual, sekitar 15% yang ternyata
mengalami kematian jaringan otak (infark).
3. Sekitar 10% penderita demensia menderita kelainan metabolisme, keganasan
(neoplasma) jaringan otak, perdarahan bawah selaput otak (subdural hematoma),
peningkatan cairan selaput otak (hidrocephalus)
4. Sekitar 2% adalah penyakit chorea Huntington
5. Karena menderita Penyakit Creutzfeld-Jakob (sapi gila), meskipun jarang
6. Terinfeksi HIV/AIDS juga merupakan diagnosa banding pikun pada usia lanjut.
f. Penggolongan pikun
Kebanyakan masyarakat pada umumnya kurang memahami mengapa ada orang yang
cepat menjadi pikun. Berikut ini penggolongan pikun itu sendiri.
1. Pikun yang hanya dengan gejala-gejala kelainan syaraf dan klinik :
a) Penyakit Alzheimer
b) Penyakit Pick
2. Pikun yang hanya dengan gejala-gejala kelainan syaraf, tanpa disertai kelainan syaraf
:
a) Diketahui dengan gejala-gejala kelainan syaraf dalam berbagai variasi :
1) Penyakit Huntington (chorea atetosis)
2) Penyakit Schilder, metachormatic leukodystrophy, dan penyakit-penyakit
demyelinisasi dengan gejala-gejala :
(a) Otot-otot kaku dan lemah
(b) Kebutaan, tuli, dan
(c) Kelumpuhan pseudobulbar
3) Penyakit lipofuscinosis ditandai dengan :
(a) Kebutaan
(b) Otot kaku, dan otot-otot bergerak tanpa koordinasi dan berkedut-kedut
(c) Kejang ayan dengan otot berkedut (myoclonic epilepsi)
(d) Kerusakan jaringan otak jenis cerebro cerebellar degeneration.
(e) Kerusakan jaringan otak jenis cerebral-basal ganglionic degeneration.
4) Demensia disertai kelumpuhan angoota tubuh yang kaku (spastic
paraplegia)
(a) Pengapuran jaringan otak di daerah ganglion basalis
(b) Penyakit Hallevorden-Spatz
b) Sering disertai gejala kelainan syaraf, yaitu :
1) Pengerasan dan kekakuan pembuluh darah otak (cerebral arteriosclerosis)
2) Tumor jaringan otak
3) Trauma jaringan otak
4) Penyakit Marchiafa-Bignami
5) Peningkatan cairan otak dengan tekanan rendah (low pressure hidrocephalus)
c) Pikun yang disertai kelainan dalam pemeriksaan laboratorium dan kelainan klinis
:
1) Kekurangan hormon gondok (hidroidisme)
2) Penyakit Cushing ditandai dengan :
o Meningktanya hormon kelenjar yang terletak di atas ginjal (cortico
adrenal)
3) Kekurangan vitamin seperti pada penyakit pellagra ditandai dengan :
o Kekurangan vitamin B6
Kelompok paling berisiko pikun
Berikut adalah kelompok paling berisiko pikun, yaitu :
1. Orang tua usia >/=65 tahun dan hidup sendiri
2. Orang yang baru kehilangan keluarga
3. Lanjut usia yang baru pulang dari perawatan rumah sakit
4. Lanjut usia yang kesehariannya memerlukan bantuan orang sekitarnya
5. Lanjut usia yang karena sesuatu kondisi, tergantung pada orang lain
1. Kejadian pikun (demensia) di Asia Tenggara jauh lebih rendah dibanding dengan
di Eropa.
2. Pikun (demensia) karena kelainan pembuluh darah dan jantung lebih sering
dijumpai pada usia lebih muda
3. Hampir tidak ada perbedaan kejadian pikun (demensia) pada lelaku dan
perempuan.
g. Gejala klinis pada usia lanjut
Pikun (demensia) merupakan sekumpulan gejala klinis (sindroma) yang meliputi :
1. Hilang/menurunnya daya ingat serta penurunan intelektual
2. Kadang-kadang gejala ini begitu ringan hingga luput dari perhatian pemeriksa bahkan
dokter ahli yang berpengalaman sekalipun.
3. Sering kali malah kerabat melaporkan bahwa si penderita sudah kurang perhatian
terhadap sesuatu yang merupaka kegiatan/kejadiab sehari-hari dan tidak mampu
berpikir jernih atas kejadian yang dihadapi sehari-hari, kurang inisiatif, serta mudah
tersinggung
4. Kurang perhatian dalam berpikir, berbicara maupun berbahasa
5. Emosi yang mudah berubah bisa terlihat dari mudahnya gembira, tertawa terbahak-
bahak lalu tiba-tiba sedih berurai air mata hanya karena sedikit pengaruh lain. Juga
timbul berbagai refleks sebagai tanda regresi (kemunduran kualitas fungsi seperti :
refleks mengisap, refleks megang, dan refleks glabella)
6. Banyak perubahan perilaku diakibatkan oleh penyakit syaraf, maka terlihat dalam
bentuk lain yang dikaburkan oleh gejala penyakit syarafnya.
Setelah selesai satu paket pengobatan, hasilnya dievaluasi, dan tanggung jawab
selanjutnya merupakan beban dari keluarga. Namun dokter masih tetap memberikan
konseling bahwa penderita demensia merupakan proses yang terjadi secara alamiah,
dan berbagai keluhan yang menyertai atau berupa komplikasi bisa dikendalikan dan
dikurangi.
Demensia merupakan beban yang sangat berat bagi penderita dan keluarganya
karena keberhasilan pengobatannya masih jauh dari harapan.
2. Penyakit Alzheimer
a. Pendahululan
Pada keadaan ini, semua ahli sependapat bahwa terjadi kehilangan pengamatan yang
berkaitan dengan pembentukan bercak-bercak (pleque) yang luas di daerah bagian luar
jaringan otak (kortek) serta bagian abu-abu yang agak dalam dari jaringan otak
(subcortical) yang dianggap juga berkaitan dengan sejenis zat pati yang disebut B amyloid
yang mirip dengan sejenis protein yang disebut tau protein.
b. Penyebab timbulnya
Penyebab timbulnya penyakit Alzheimer belum jelas. Akan tetapi 27% penderita dianggap
berkaitan dengan turunan (genetik), dan seringnya menyerang penderita usia 60 tahun
atau lebih. Kejadian Alzheimer meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Hampir 4 juta
penduduk Amerika menderita penyakit ini dan pemerintah telah mengeluarkan biaya
sekitar 90 milyar dollar untuk pengelolaan penderita penyakit ini termasuk obat-obatan,
pelayanan sosial, konsultasi, dan hari kerja yang hilang serta kematian dini.
c. Gejala klinis
Gejala klinis yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
1) Pada tahap pertama :
- Timbulnya kehilangan ingatan untuk hal-hal yang baru terjadi, disertai kesulitan
dalam berbahasa untuk kata-kata tertentu, perubahan perilaku serta emosi
berubah-ubah.
- Penderita juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan kesehariannya.
2) Pada tahap selanjutnya (intermediate stage) :
- Penderita sudah tidak mampu belajar dan mengingat kembali informasi baru.
- Kejadian-kejadian lama menjadi lupa tetapi sebagian masih ingat
- Di samping itu, penderita perlu dibantu kalau mandi, makan, dan berpakaian serta
ke toilet.
- Gangguan perilaku terlihat penderita keluyuran, gelisah, bermusuhan, tidak bisa
bekerja sama dan agresif hingga berisiko jatuh dan kecelakaan di jalan.
- Penderita tahap ini menjengkelkan keluarga sekitarnya.
- Kepribadian buruk yang diperlihatkan sebelum sakit makin menonjol dan
penderita bertindak seperti sewaktu masih muda, sering membicarakan orang-
orang tua yang sudah lama meninggal
- Penderita tidak tahu waktu dan tempat tidak bisa menyadari lingkungannya
secara normal.
- Penderita tidak mengenal lagi anggota keluarganya (istri/suami dan anak-
anak/menantu serta kerabat lain)
- Penderita sudah menyendiri, dan kesehariannya sudah sangat tergantung
terhadap orang lain.
- Mungkin penderita sudah tidak terkontrol dalam buang hajat dan juga buang air
kecil.
- Kalau berjalan langkahnya pendek-pendek dan tidak tentu arah
3) Tahap selanjutnya lebih berat lagi :
- Penderita tidak mampu lagi berjalan dan juga dalam melakukan pekerjaan sehari-
hari
- Semua ingatan hilang baik yang baru maupun yang lama
- Penderita sudah tidak bisa makan dan menelan sehingga berisiko kekurangan gizi,
atau radang paru-paru (aspirasi pneumoni) serta borok di daerah-daerah yang
mendapat tekanan seperti pantat dan punggung
- Penderita biasanya meninggal akibat penyakit infeksi atau kecelakaan.
d. Kriteria diagnosa klinik
Kriteria diagnosa klinik dari penyakit ini adalah sebagai berikut :
1) Demensia yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinik dan ditunjang oleh
pemeriksaan tes mental dan neuropsikologi.
2) Ditemukan dua atau lebih gangguan kognitif (pengamatan)
3) Daya ingat dan kognitif memburuh secara progresif
4) Seperti pada demensia, penderita tetap sadar (compos mentis)
5) Tidak ditemukan kelainan organik dan penyakit pada jaringan otak yang menimbulkan
memburuknya daya ingat dan kognitif secara progresif.
e. Pencegahan demensia pada Penyakit Alzheimer
Bagaimana cara menghindarinya? Oleh karena penyebab penyakit ini sampai sekarang
belum pasti maka pencegahannya masih memerlukan pengamatan dan penelitian lebih
lanjut.
f. Faktor Risiko Penyakit Alzheimer
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko yang perlu diketahui, antara lain :
1) Keluarga satu arah (ibu, bapak, dan saudara kandung)
2) Jenis kelamin (wanita dianggap lebih berisiko menderita penyakit Alzheimer
dibanding laki-laki)
3) Pendidikan (pendidikan rendah diperkirakan lebih berisiko dibanding yang pendidikan
lebih tinggi)
4) Di dalam riwayat keluarga ada yang menderita Down Syndrome.
5) Unsur kimia dan obat-obatan seperti golongan fenasetin, kadar Alumunium dalam air
minum, serta kekurangan kalsium.
g. Kriteria Diagnosa Demensis Jenis Alzheimer
Kriteria diagnosa Demensis jenis Alzheimer berikut ini adalah :
1) Manifestasi kekurangan kognitif
a) Gangguan daya ingat :
o Kurang mampu mempelajari informasi baru maupun mengingat informasi yang
lalu.
b) Gangguan kognitif :
o Gangguan berbahasa, kurang mampu melakukan gerakan motorik, meskipun
tidak ada kelumpuhan (apraxia)
o Kurang mampu mengenal dan mengidentifikasi benda (agnosia) meskipun
fungsi sensoris tetap utuh.
o Gangguan fungsi eksekutif (merencanakan, mengorganisir, mengurutkan, dan
daya abstraksi)
2) Gangguan kognitif pada butir 1 menimbulkan penurunan fungsi-fungsi sebelumnya.
3) Perjalanan penyakit ini berlangsung perlahan dan terus-menerus.
4) Gangguan kognitif bukan seperti pada butir 1, yaitu :
o Kelainan saraf pusat yang menyebabkan berkurangnya daya ingat dan kognitif
seperti pada :
Penyakit Huntington
Tumor otak
Peningkatan jumlah cairan otak (hidrosepalus) meskipun tekanannya
normal
o Kondisi sistemik yang menyebabkan demensia seperti :
Kurangnya hormon kelenjar gondok (hipotiroidisme)
Kekurangan vitamin B12, B6, asam folat
Terinfeksi penyakit Siphillis, dan HIV.
5) Kekurangan kognitif selama perjalanan kondisi delirium :
o Suatu kelainan jiwa dengan tanda-tanda ilusi, halusinasi, dan tanda-tanda
rangsangan otak.
6) Gangguan lainnya seperti depresi berat dan schizophrenia.
h. Tanda-Tanda yang Mudah Dikenali
Tanda-tanda yang mudah dikenalil dari penyakit ini, antara lain :
1) Dengan onset dini :
- Bila kejadian demensia timbul pada usia <65 tahun.
2) Dengan delerium :
- Bila delerium menyertai gejala demensia.
3) Dengan waham
- Bila waham menonjol menyertai gejala demensia.
4) Dengan mood terdepresi
5) Dengan onset lanjut :
- Bila demensia timbul setelah usia 65 tahun.
3. Penyakit Creutzfeld-Jakob (Penyakit C-J)
a. Pendahuluan
Pada penyakit ini juga terjadi demensia dan gangguan perilaku. Penyakit ini fatal, dan
disebabkan kerusakan jaringan syaraf pusat (otak). Biasanya penyakit ini terdapat pada
usia yang lebih muda sekitar 40 tahun dan proses penyakit cepat memburuk,
memperlihatkan gejala demensia, dan timbul kedutan-kedutan kejang otot setempat
(myoclonic seizure).
Penyakit ini tidak menunjukkan predisposisi daerah (bisa timbul di seluruh daerah), tidak
seperti penyakit kuru (sapi gila) yang terdapat di daerah-daerah tertentu.
b. Gejala klinis
Penyakit Creutzfeld-Jakob ini memperlihatkan gejala klinik yang bervariasi dari satu
penderita dengan yang lain, tetapi hampir sama dengan demensia pada usia menjelang
usia tua (presenil dementia).
Pada mula penyakit terlihat, antara lain :
1) Perubahan dalam pengambulan keputusan dan membuat alasan-alasan
2) Kurang mampu mengingat serta telihat gangguan perilaku
3) Penderita mengeluh sakit kepala dan penyimpangan dalam pengukuran besar serta
bentuk suatu objek yang dilihat.
4) Bila penyakit berlanjut bisa ditemukan :
- Gejala-gejala halusinasi
- Otot-otot berkedut atau kejang-kejang
- Lama-kelamaan otot-otot bisa mengecil serta terjadi gangguan pengaturan
kerjasama gerakan otot (ataxia)
- Sakit persendian, dan
- Gejala-gejala gangguan saraf ramus anterior saraf tulang punggung (medula
spinalis)
5) Kekakuan otot timbul belakangan
6) Kematian terjadi setelah 3-12 bulan sakit
c. Beberapa hasil penelitian
Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar kesehatan, antara lain
:
- Sebanyak 5-10% penderita mempunyai riwayat keluarga yang mengalami
demensia sebelum lanjut usia (presinil demensia), dimana terjadi mutasi gen pada
chromosom 20.
- Laporan dari Inggris pada tahun 1999 menunjukkan bahwa sebanyak 40
penderitan penyakit C-J diperkirakan tertular dari sapi yang menderita penyakit
sapi gila )Bovime Spongofotm Encephalopati=BSE) karena mengkonsumsi daging
hewan yang sakit tersebut.
- Laporan dari Amerika menunjukkan bahwa kematian karena penyakit ini pada
penderita usia 65-70 tahun adalah sekitar 5/10.000.
d. Penyebab timbulnya
Penyebab penyakit C-J adalah suatu jasad renik yang bisa disaring dan bisa tumbuh sendiri
yang disebut prion. Prion bisa ditularkan pada chimpanze, kera, kambing, dan kelinci
percobaan.
e. Pemeriksaan laboratorium
Dalam pemeriksaan laboratorium dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Pada pemeriksaan laboratorium tidak terlihat kelainan dari cairan otak dan sumsum
tulang belakang (liquor cerebrospinal) tetapi pemeriksaan EEG (gambaran aliran listrik
di otak) biasanya adanya kelainan, yaitu :
a) Kerusakan jaringan otak, bisa di otak besar (cerebrum maupun otak kecil
(cerebellum)), terutama di bagian abu-abu otak (substansia grecia) dimana sel-sel
glia lebih banyak dari normal. Sel-sel glia berongga seperti pori-pori plastik busa
(vacuolization) dan diisi oleh sel-sel netropil.
b) Kelainan-kelainan ini bisa terlihat pada binatang percobaan chimpanze setelah
11-71 bulan ditanamkan jaringan otak penderita Penyakit Creutzfeld-Jakob.
Penyakit ini bisa juga ditularkan pada kera, kucing, dan kelinci percobaan.
c) Virus penyebab penyakit bisa bertahan berbulan-bulan di dalam jaringan
pembiakan di laboratorium, dan keganasannya pun tidak berubah.
2) Pada pemeriksaan autopsi pada penderita maka prion penyebab penyakit ditemukan
di :
a) Jaringan ginjal
b) Limpa
c) Paruu
d) Cornea mata
e) Cairan otak serta
f) Sumsum tulang belakang (cerebrospinalis fluid)
4. Penyakit kuru
a. Pendahuluan
Penyakit Kuru sering ditemukan di pegunungan Papua Nugini. Biasanya penyakit ini
menyerang anak usia sekitar 4 tahun dan lebih banyak terjadi pada kaum perempuan
dibanding lelaki.
b. Penyebab timbulnya
Penyakit kuru ditandai oleh :
1) Gerakan otot yang tidak terkoordinasi
2) Kaku
3) Gemetar
4) Dan menggigil
c. Gejala klinis
Gejala penyakit ini progresif (makin hari makin memburuk). Para peneliti memperkirakan
penyakit ini menular akibat makan jaringan otak nenek moyang mereka (kanibal) dengan
tujuan untuk mendapatkan warisan kharisma, atau karena kontak sewaktu mengurus
penguburan.
Daftar pustaka