You are on page 1of 13

1.

Pikun (Demensia)
a. Pendahuluan
Pikun atau demensia secara harfiah berarti de (=kehilangan), mensia (=jiwa). Tetapi lebih
umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar
jaringan otak (cortex).
Disamping itu, ada pula yang menyebutkan bahwa pikun merupakan suatu penurunan
kualitas intelektual yang disertai gangguan pengamatan, hingga menurunnya daya ingat
yang sangat menganggu kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam
pengendalian emosi.
Atas dasar pemahaman ini penulis memberanikan diri untuk menerjemahkan demensia
menjadi pikun, terutama membicarakan demensia pada usia lanjut (lansia).
b. Penyebab timbulnya
Keracunan metabolisme Kelainan struktur jaringan Penyakit infeksi
otak
- Kekurangan oksigen - Penyakit Alzheimer
- Kekurangan vitamin B12 - Penyakit amyothropic
- Keracunan obat-obatan lateral sclerosis
atau keracunan alkohol - Trauma pada otak
- Kekurangan vitamin B6 yang berat dan akut :
(asam folat)  Perdarahan kronis
- Kalsium darah tinggi pada bawah
akibat hormon kelenjar selaput otak
gondok tinggi (hyper (chronic subdural
thyroidism) atau hematoma)
sebaliknya  Demensia pada
- Kalsium darah rendah bekas petinju :
akibat hormon kelenjar  Tumor jaringan
gondok rendah otak
(hipotiroidism)  Kemunduran
- Kelemahan fungsi organ- fungsi jaringan
organ seperti hati dan otak kecil
ginjal (degenerasi
serebellum)
 Peningkatan
cairan selaput
otak
(communicating
hidrocephalus)
 Penyakit
huntington
(chorea)
c. Pengelompokkan lain penyebab pikun
Pengelompokkan lain penyebab pikun adalah sebagai berikut:
1) Tumor
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita, antara lain:
- Tumor pada jaringan otak
- Metastase tumor dari luar jaringan otak
2) Trauma
Orang yang bersangkutan mengalami, antara lain:
- Perdarahan
- Pengaruh setelah trauma
3) Infeksi kronis
Orang yang bersangkutan didiagnosa terinfeksi, antara lain:
- Penyakit Siphilis
- Penyakit Creutzfeld-Jacob (sapi gila)
- Penyakit AIDS
4) Kelainan Jantung dan pembuluh darah
Orang yang bersangkutan didiagnosa adanya:
- Kematian jaringan di salah satu daerah jaringan otak (single infarction)
- Kematian jaringan otak di beberapa daerah (multiple infarction), terutama di
daerah kortek otak
- Kematian jaringan otak yang luas (large infarction)
- Kematian jaringan otak di daerah lekukan (lacunar infarction)
5) Kelainan congenital
Orang yang bersangkutan mengidap :
- Penyakit huntington
- Penyakit Metachromatic leukodystrophy (kelainan dari bagian putih jaringan
otak)
6) Penyakit psikiatri
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap :
- Pseudodementia (terjadi demensia yang berat tetapi intelektual tetap baik)
7) Kelainan faali
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap :
- Epilepsi (ayan)
- Penekanan dari cairan selaput otak (normal pressure hydrocephalus)
8) Kelainan metabolik
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita :
- Kekurangan vitamin
- Kelainan metabollik yang kronis
- Kekurangan oksigen yang kronis (chronic anoxic state)
- Kelainan hormon endokrin yang kronis (chronic endocrinopathi)
9) Demensia karena kerusakan sel-sel otak (degeneratif dementia)
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita, antara lain :
- Penyakit Alzheimer
- Penyakit Pick
o Demensia kaena kerusakan sel-sel otak di daerah frontal dan temporal, dan
batang otak [daerah badan Pick]
- Penyakit Parkinson
o Terjadi kelainan hipokinesia (kamampuan/gerakan otot berkurang)
o Gemetar (tremor) dan
o Otot-otot kaku (rigidity)
- Progressive supra nuclear palsy
o Kelumpuhan otot akibat kerusakan sel otak di daerah kortek
- Penyakit Fahr
o Pengendapan zat besi pada jaringan otak.
- Penyakit Wilson
o Disamping penyakit hati juga terjadi kerusakan jaringan otak (hepatolenticular
degeneration)
10) Hilangnya bungkus saraf (demyelinating)
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita :
- Penyakit multiple sclerosis :
o Penyakit yang pada sumsum tulang belakang, dan otak terjadi bercak-bercak
yang mengeras.
11) Obat-obatan dan racun
Orang yang bersangkutan didiagnosa terkontaminasi:
- Alkohol
- Logam berat
- Keracunan CO2
- Obat-obatan lain
- Radiasi

Penggolongan penyebab pikun (demensia) lainnya, yaitu :

- Demensia vaskuler
- Kekurangan oskigen (anoksia)
- Ruda paksa (trauma)
- Hidrosepalus tekanan normal
- Degeneratif saraf :
o Neurodegeneratif seperti pada penyakit Huntington dan Parkinson
- Infeksi seperti :
o Penyakit Creutzfeld-Jakob
o HIV/AIDS
o Virus Encepalitis
o Siphilis
o Sindroma Behcet
o Meningitis kriptokokus
o Meningitis karena jamur
o Dan lain-lain
- Gangguan nutrisi seperti defisiensi :
o Vitamin B1 (pada sindroma Wernicke)
o Vitamin B12 (anemi pernisiosa)
o Asam folat (menyebabkan anemi megaloblastik)
o Keracunan logam (seperti timbal, air raksa, arsen, dan mangan)
o Vitamin B6 (pelagra)
- Gangguan metabolisme seperti :
o Leukodistropi metakromatik
o Adrenal
o Dialisa
o Gangguan ginjal yang parah
o Hipo dan hipertiroid
o Penyakit paratiroid, dan
o Penyakit hati
- Peradangan kronis seperti pada :
o Penyakit lupus
o Gangguan vaskuler kolagen lain yang disertai peradangan pembuluh darah otak
o Multiple sclerosis, dan
o Penyakit whipple
- Infeksi seperti :
o Virus (misalnya Herpes symplex)
o Bakteri (misalnya tuberkulosa, pneumokok dan sipilis), serta
o Parasit dan jamur
- Berbagai jenis obat-obatan seperti :
o Obat penenang baik yang minor maupun mayor (sedatif),
o Obat anti-kejang
o Obat anti-depresi, dan
o Obat untuk mengendalikan gangguan irama jantung (aritmia)
- Penyebab lain seperti :
o Kekurangan oksigen, dan
o Berbagai jenis trauma pada otak
d. Kriteria diagnosa pikun
Berikut adalah kriteria diagnosa pikun (demensia)¸antara lain :
1. Kemampuan intelektual menurun sedemikian rupa sampai mengganggu pekerjaan
dan lingkungannya
2. Gangguan berpikir abstrak dan menganalisa masalah, serta memberi pertimbangan,
tidak mampu melakukan gerakan bertujuan, mekipun tidak ada kelumpuhan
(apraxia), sulit mengartikan rangsangan luar (agnosia) seperti suara, sentuhan,
sehingga penderita mengalami keuslitan menunjukkan dan mengenal objek,
memperkirakan lamanya kejadian, dan menggambarkan objek yang dilihat.
3. Kesadaran tetap baik
a) Pemeriksaan keadaan mental mini (mini mental state examination)
Ini adalah salah satu tes dalam usaha menegakkan diagnosa demensia, yaitu :
1) Pemeriksaan orientasi (misalnya menyebut nama hari, bulan, dan tahun)
2) Registrasi (misalnya menyuruh menyebut beberapa nama benda dalam
waktu singkat)
3) Perhitungan (kalkulasi seperti menambah dan mengurangi)
4) Mengingat kembali ( mengulang nama benda yang sudah disebut
sebelumnya), dan
5) Tes bahasa (menyebut nama benda yang ditunjukkan)
e. Diagnosa banding pada usia lanjut
Karena banyaknya penyebab demensia maka banyak sekali penyakit yang merupakan
diagnosa banding, yaitu :
1. Sebanyak 50-90% penderita penyakit pembuluh darah dirujuk untuk perawatan di
Rumah Sakit, maka 5-10% menderita demensia.
2. Di Skandinavia dan Jepang, dari hasil autopsi penderita Alzheimer yang menunjukkan
tanda-tanda demensia dan penurunan intelektual, sekitar 15% yang ternyata
mengalami kematian jaringan otak (infark).
3. Sekitar 10% penderita demensia menderita kelainan metabolisme, keganasan
(neoplasma) jaringan otak, perdarahan bawah selaput otak (subdural hematoma),
peningkatan cairan selaput otak (hidrocephalus)
4. Sekitar 2% adalah penyakit chorea Huntington
5. Karena menderita Penyakit Creutzfeld-Jakob (sapi gila), meskipun jarang
6. Terinfeksi HIV/AIDS juga merupakan diagnosa banding pikun pada usia lanjut.
f. Penggolongan pikun
Kebanyakan masyarakat pada umumnya kurang memahami mengapa ada orang yang
cepat menjadi pikun. Berikut ini penggolongan pikun itu sendiri.
1. Pikun yang hanya dengan gejala-gejala kelainan syaraf dan klinik :
a) Penyakit Alzheimer
b) Penyakit Pick
2. Pikun yang hanya dengan gejala-gejala kelainan syaraf, tanpa disertai kelainan syaraf
:
a) Diketahui dengan gejala-gejala kelainan syaraf dalam berbagai variasi :
1) Penyakit Huntington (chorea atetosis)
2) Penyakit Schilder, metachormatic leukodystrophy, dan penyakit-penyakit
demyelinisasi dengan gejala-gejala :
(a) Otot-otot kaku dan lemah
(b) Kebutaan, tuli, dan
(c) Kelumpuhan pseudobulbar
3) Penyakit lipofuscinosis ditandai dengan :
(a) Kebutaan
(b) Otot kaku, dan otot-otot bergerak tanpa koordinasi dan berkedut-kedut
(c) Kejang ayan dengan otot berkedut (myoclonic epilepsi)
(d) Kerusakan jaringan otak jenis cerebro cerebellar degeneration.
(e) Kerusakan jaringan otak jenis cerebral-basal ganglionic degeneration.
4) Demensia disertai kelumpuhan angoota tubuh yang kaku (spastic
paraplegia)
(a) Pengapuran jaringan otak di daerah ganglion basalis
(b) Penyakit Hallevorden-Spatz
b) Sering disertai gejala kelainan syaraf, yaitu :
1) Pengerasan dan kekakuan pembuluh darah otak (cerebral arteriosclerosis)
2) Tumor jaringan otak
3) Trauma jaringan otak
4) Penyakit Marchiafa-Bignami
5) Peningkatan cairan otak dengan tekanan rendah (low pressure hidrocephalus)
c) Pikun yang disertai kelainan dalam pemeriksaan laboratorium dan kelainan klinis
:
1) Kekurangan hormon gondok (hidroidisme)
2) Penyakit Cushing ditandai dengan :
o Meningktanya hormon kelenjar yang terletak di atas ginjal (cortico
adrenal)
3) Kekurangan vitamin seperti pada penyakit pellagra ditandai dengan :
o Kekurangan vitamin B6
Kelompok paling berisiko pikun
Berikut adalah kelompok paling berisiko pikun, yaitu :
1. Orang tua usia >/=65 tahun dan hidup sendiri
2. Orang yang baru kehilangan keluarga
3. Lanjut usia yang baru pulang dari perawatan rumah sakit
4. Lanjut usia yang kesehariannya memerlukan bantuan orang sekitarnya
5. Lanjut usia yang karena sesuatu kondisi, tergantung pada orang lain

Beberapa hasil penelitian

Pada tahun 1984 telah dilakukan beberapa penelitian, antara lain :


1. Essen-Moller dari Swedia
Meneliti sejumlah 443 orang yang berusia >60 tahun – diketahui bahwa 10,8%
menderita demensia tingkat sedang dan 5,0% menderita demensia berat.
2. Passa Manick dari Amerika Serikat
Meneliti sejumlah orang berusia >65 tahun – diketahui bahwa 2,8% menderita
demensia tingkat sedang
3. Nelsen dari Denmark
Meneliti sejumlah 978 orang berusia >65 tahun – diketahui bahwa 15,4% menderita
demensia tingkat sedang dan 3,1% menderita demensia tingkat berat
4. Hasegawa dari Jepang
Meneliti sejumlah 4.176 orang berusia >65 tahun – diketahui bahwa 1,5% menderita
demensia ringan, 1,4% menderita demensia sedang, serta 1,6% menderita demensia
berat.
5. Karasawa dari Jepang
Meneliti sejumlah 4.502 orang berusia 65 tahun – diketahui bahwa 1,9% menderita
demensia ringan, 1,2% menderita demensia sedang, dan 1,5% menderita demensia
berat.

Laporan lain menyebutkan bahwa :

1. Kejadian pikun (demensia) di Asia Tenggara jauh lebih rendah dibanding dengan
di Eropa.
2. Pikun (demensia) karena kelainan pembuluh darah dan jantung lebih sering
dijumpai pada usia lebih muda
3. Hampir tidak ada perbedaan kejadian pikun (demensia) pada lelaku dan
perempuan.
g. Gejala klinis pada usia lanjut
Pikun (demensia) merupakan sekumpulan gejala klinis (sindroma) yang meliputi :
1. Hilang/menurunnya daya ingat serta penurunan intelektual
2. Kadang-kadang gejala ini begitu ringan hingga luput dari perhatian pemeriksa bahkan
dokter ahli yang berpengalaman sekalipun.
3. Sering kali malah kerabat melaporkan bahwa si penderita sudah kurang perhatian
terhadap sesuatu yang merupaka kegiatan/kejadiab sehari-hari dan tidak mampu
berpikir jernih atas kejadian yang dihadapi sehari-hari, kurang inisiatif, serta mudah
tersinggung
4. Kurang perhatian dalam berpikir, berbicara maupun berbahasa
5. Emosi yang mudah berubah bisa terlihat dari mudahnya gembira, tertawa terbahak-
bahak lalu tiba-tiba sedih berurai air mata hanya karena sedikit pengaruh lain. Juga
timbul berbagai refleks sebagai tanda regresi (kemunduran kualitas fungsi seperti :
refleks mengisap, refleks megang, dan refleks glabella)
6. Banyak perubahan perilaku diakibatkan oleh penyakit syaraf, maka terlihat dalam
bentuk lain yang dikaburkan oleh gejala penyakit syarafnya.

Berikut adalah gejala kllinis pada usia lanjut :

1. Penurunan perkembangan pemahaman yang terlihat sebagai :


a) Penurunan daya ingat
b) Salah satu gangguan pengamatan :
(1) Aphasia (kurang lancar berbahasa)
(2) Apraxia (tidak ada kemauan)
(3) Agnosia (kurang mampu merasakan rangsangan bau, penciuman, dan rasa)
2. Penurunan pengamatan seperti yang tampak pada butir 1a dan 1b jelas mengganggu
kerja dan hubungan bermasyarakat, dan terlihat lebih menurun dari waktu ke waktu.
3. Penurunan pengamatan ini timbul secara bertahap dan terus-menerus.
h. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dikategorikan menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Pada semua penderita
- Darah : hitung jenis, laju endap, dan gula darah
- Calcium dan elektrolit
- Fungsi hati dan fungsi kelenjar gondok
- Kadar vitamin B12 dan vitamin B6
- Serologi terhadap siphilis
- Photo rontgen paru
- Pemeriksaan arus listrik jaringan otak (Electro Zencepalogram = EEG)
- CT scan dan MRI scan
2. Pada penderita tertentu :
- Pemeriksaan cairan otak dan sumsum tulang belakang
- Pemeriksaan Neurophikologi
- Antibodi terhadap HIV/AIDS
- Pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi lain
- Analisa imunoglobulib dan antibodi
- Kadar Cu dan ceruloplasmin dalam darah
- Pemeriksaan obat-obatan dan racun dalam darah
- Analisa gas dalam darah
- Pemeriksaan gambaran pembuluh darah otak (cerebral angiograpi)
- Pemeriksaan aliran darah otak (cerebral blood flow)
3. Pada kasus yang sangat selektif :
- Biopsi jaringan otak
4. Pada penyakit gangguan metabolisme :
- Pemeriksaan enzim sel darah putih
- Pemeriksaan asam amino dalam urine dan plasma darah
- Pemeriksaan asam piruvat dan asam laktat dalam darah
- Pemeriksaan porpirin dalam urine dan tinja
- Biopsi jaringan usus terakhir, hati, saraf, dan otot.
i. Pengobatan dan kemungkinan perjalanan penyakit (prognosa)
Perubahan memburuknya penyakit sangat bervariasi :
- Pada demensia post-trauma yang akut maka gejalanya akan menetap
- Demensia karena keracunan alkohol yang kronis untuk mengurangi kelainan yang
muncul diperlukan pengobatan yang memakan waktu lama.
Berikut ini perlu diketahui beberapa tahap kemungkinan perjalanan penyakit serta
pengobatannya :
- Pengendalian hypertensi dan kadar gula darah, memperlambat memburuknya
demensia jenis vascular
- Secara keseluruhan, untuk mengurangi beratnya demensia, usahakan suasana
lingkungan yang bersahabat, riang gembira, segar, dan kurang suasana yang
menimbulkan stres.
- Kamar pribadi yang sepi dan gelap, dapat memperburuk gejala demensia. Suasana
orang sekitar yang bersahabat, dan kunjungan teman-teman dekat yang sering
juga bisa mengurangi beratnya demensia.
- Perlu diketahui nasihat-nasihat dan pandangan bahwa kejadian yang dideritanya
merupakan suatu proses yang alamiah, dan penderitaannya bisa diringankan.
Orang-orang sekitar dan yang mengurus penderita hendaknya menghindari
pertengkaran dengan penderita yang bersangkutan.
- Olahraga dan latihan fisik akan meningkatkan kenikmatan istirahat si penderita,
dan meningkatkan cadangan sistem jantung dan pembuluh darah.
- Pengobatan dengan musik (music therapy) dapat mempertahankan kehalusan
pergerakan otot-otot serta menghindari rangsangan non-verbal.
- Pengobatan kelompok (group therapy) misalnya bernostalgia atas kisah-kisah
lama yang menyenangkan, dan kegiatan-kegiatan sosial dapat membantu dalam
meningkatkan kemampuan berbicara dan ketrampilan perorangan
- Konsultasi bagi keluarga penderita untuk mengajari bagaimana menghadapi
penderita untuk mencegah penderita agar tidak jatuh atau mencelakai dirinya
sendiri sewaktu sedang dalam kondisi gelisah.
- Kegiatan sehari-hari hendaknya tidak merendahkan harga diri penderita, dan
tidak mengurangi kemungkinan penderita mengurangi kemampuannya dalam
membatasi dirinya.
- Penggunaan obat-obatan untuk merangsang otak sebaiknya dibatasi. Begitu juga
obat-obatan untuk mengurangi kelainan perilaku masih diperbedatkan oleh para
ahli. Namun demikian obat-obatan anti-depresant banyak bermanfaat bagi
penderita demensia yang mengalami depresi. Kebanyakan ahli mengobati depresi
dengan obat-obatan non-antiholinergik antidepresant
- Sedangkan kecemasan dan gangguan sulit tidur menggunakan obat
benzodiazepine berefek singkat dan medium. Dengan dosis yang sebijaksana
mungkin.
- Obat-obatan anti-psikotik banyak digunakan tetapi efeknya belum ditetapkan
secara seragam oleh para ahli kecuali untuk penderita demensia yang disertai
psikose. Karena keracunan obat-obatan sering terjadi maka dianjurkan
menggunakan mulai dari dosis yang kecil dan tidak untuk jangka waktu lama.
- Obat-obatan untuk meningkatkan anti-cholinergic belum jelas bermanfaat baik
pada penderita demensia kecuali pada penderita Alzheimer.

Setelah selesai satu paket pengobatan, hasilnya dievaluasi, dan tanggung jawab
selanjutnya merupakan beban dari keluarga. Namun dokter masih tetap memberikan
konseling bahwa penderita demensia merupakan proses yang terjadi secara alamiah,
dan berbagai keluhan yang menyertai atau berupa komplikasi bisa dikendalikan dan
dikurangi.

Secara keseluruhan, dalam pengobatan terhadap usia lanjut, perlu pertimbangan


bahwa pikun itu sendiri sangat dahsyat sehingga mempengaruhi kesehatan fisik dan
emosi dari seluruh sanak keluarga, serta mempengaruhi perawatan si penderita
sendiri. Untuk itu, pengelolaannya hendaknya bekerja sama dengan petugas sosial,
ahli nutrisi, perawat, petugas pelayanan kesehatan mengadakan kunjungan rumah
agar pelayanan perawatan memberikan hasil yang optimal. Sebelum memulai
perawatan, perlu dipertimbangkan lama perawatan, konsultasi maupun biaya.
Perlu diingat bahwa demensia karena kematian jaringan otak di berbagai tempat, dan
demensia jenis Alzheimer menempati urutan teratas dan merupakan penyakit yang
mengancam kehidupan golongan usia lanjut.

Demensia merupakan beban yang sangat berat bagi penderita dan keluarganya
karena keberhasilan pengobatannya masih jauh dari harapan.

j. Pencegahan dan pengobatannya


Bagaimana cara menghindarinya? Berikut dapat kita simak pencegahan dan sekaligus
pengobatannya, yakni :
1. Pencegahan demensia akibat matinya di banyak daerah jaringan otak (multi infarct
demensiaI) adalah dengan mengendalikan naiknya tekanan darah. Ini merupakan
suatu tindakan yang penting karena ternyata penyebab utama demensia jenis ini
adalah tekanan darah tinggi (hypertensi). Termasuk dalam hal ini mencegah kakunya
dinding pembuluh darah otak seperti arterio sklerosis dan penyakit pembuluh darah
yang disebut congophilic angiopathy serta penyakit-penyakit lainnya. Kenyataannya
dengan pengendalian penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah terbukti
mengurangi kejadian demensia jenis ini.
2. Mengobati penyakit-penyakit yang memperberat kejadian demensia.
3. Mengobati gejala-gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai .
4. Mengatasi masalah penyimpangan perilaku dengan obat-obat penenang
(transquilizer dan hipnotic) serta pemberian obat-obatan anti-kejang bila perlu.
5. Pendekatan psikologi, dalam mengatasi masalah perilaku
6. Memberikan konsleing untuk membantu keluarga penderita menghadapi keseharian
penderita demensia begitu juga terhadap tamu, pendeta atau kiai yang sering
menemui penderita, seperti tukang pos, tukang koran, dan petugas kesehatan yang
berkunjung ke rumah.

Sebuah laporan mengatakan bahwa mencoba menggunakan obat-obatan piracetam yang


berpengaruh pada transmisi cholinergic di pusat seperti salah satunya adalah Ginkgo
biloba, dapat mengurangi demensia.

2. Penyakit Alzheimer
a. Pendahululan
Pada keadaan ini, semua ahli sependapat bahwa terjadi kehilangan pengamatan yang
berkaitan dengan pembentukan bercak-bercak (pleque) yang luas di daerah bagian luar
jaringan otak (kortek) serta bagian abu-abu yang agak dalam dari jaringan otak
(subcortical) yang dianggap juga berkaitan dengan sejenis zat pati yang disebut B amyloid
yang mirip dengan sejenis protein yang disebut tau protein.
b. Penyebab timbulnya
Penyebab timbulnya penyakit Alzheimer belum jelas. Akan tetapi 27% penderita dianggap
berkaitan dengan turunan (genetik), dan seringnya menyerang penderita usia 60 tahun
atau lebih. Kejadian Alzheimer meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Hampir 4 juta
penduduk Amerika menderita penyakit ini dan pemerintah telah mengeluarkan biaya
sekitar 90 milyar dollar untuk pengelolaan penderita penyakit ini termasuk obat-obatan,
pelayanan sosial, konsultasi, dan hari kerja yang hilang serta kematian dini.
c. Gejala klinis
Gejala klinis yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
1) Pada tahap pertama :
- Timbulnya kehilangan ingatan untuk hal-hal yang baru terjadi, disertai kesulitan
dalam berbahasa untuk kata-kata tertentu, perubahan perilaku serta emosi
berubah-ubah.
- Penderita juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan kesehariannya.
2) Pada tahap selanjutnya (intermediate stage) :
- Penderita sudah tidak mampu belajar dan mengingat kembali informasi baru.
- Kejadian-kejadian lama menjadi lupa tetapi sebagian masih ingat
- Di samping itu, penderita perlu dibantu kalau mandi, makan, dan berpakaian serta
ke toilet.
- Gangguan perilaku terlihat penderita keluyuran, gelisah, bermusuhan, tidak bisa
bekerja sama dan agresif hingga berisiko jatuh dan kecelakaan di jalan.
- Penderita tahap ini menjengkelkan keluarga sekitarnya.
- Kepribadian buruk yang diperlihatkan sebelum sakit makin menonjol dan
penderita bertindak seperti sewaktu masih muda, sering membicarakan orang-
orang tua yang sudah lama meninggal
- Penderita tidak tahu waktu dan tempat tidak bisa menyadari lingkungannya
secara normal.
- Penderita tidak mengenal lagi anggota keluarganya (istri/suami dan anak-
anak/menantu serta kerabat lain)
- Penderita sudah menyendiri, dan kesehariannya sudah sangat tergantung
terhadap orang lain.
- Mungkin penderita sudah tidak terkontrol dalam buang hajat dan juga buang air
kecil.
- Kalau berjalan langkahnya pendek-pendek dan tidak tentu arah
3) Tahap selanjutnya lebih berat lagi :
- Penderita tidak mampu lagi berjalan dan juga dalam melakukan pekerjaan sehari-
hari
- Semua ingatan hilang baik yang baru maupun yang lama
- Penderita sudah tidak bisa makan dan menelan sehingga berisiko kekurangan gizi,
atau radang paru-paru (aspirasi pneumoni) serta borok di daerah-daerah yang
mendapat tekanan seperti pantat dan punggung
- Penderita biasanya meninggal akibat penyakit infeksi atau kecelakaan.
d. Kriteria diagnosa klinik
Kriteria diagnosa klinik dari penyakit ini adalah sebagai berikut :
1) Demensia yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinik dan ditunjang oleh
pemeriksaan tes mental dan neuropsikologi.
2) Ditemukan dua atau lebih gangguan kognitif (pengamatan)
3) Daya ingat dan kognitif memburuh secara progresif
4) Seperti pada demensia, penderita tetap sadar (compos mentis)
5) Tidak ditemukan kelainan organik dan penyakit pada jaringan otak yang menimbulkan
memburuknya daya ingat dan kognitif secara progresif.
e. Pencegahan demensia pada Penyakit Alzheimer
Bagaimana cara menghindarinya? Oleh karena penyebab penyakit ini sampai sekarang
belum pasti maka pencegahannya masih memerlukan pengamatan dan penelitian lebih
lanjut.
f. Faktor Risiko Penyakit Alzheimer
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko yang perlu diketahui, antara lain :
1) Keluarga satu arah (ibu, bapak, dan saudara kandung)
2) Jenis kelamin (wanita dianggap lebih berisiko menderita penyakit Alzheimer
dibanding laki-laki)
3) Pendidikan (pendidikan rendah diperkirakan lebih berisiko dibanding yang pendidikan
lebih tinggi)
4) Di dalam riwayat keluarga ada yang menderita Down Syndrome.
5) Unsur kimia dan obat-obatan seperti golongan fenasetin, kadar Alumunium dalam air
minum, serta kekurangan kalsium.
g. Kriteria Diagnosa Demensis Jenis Alzheimer
Kriteria diagnosa Demensis jenis Alzheimer berikut ini adalah :
1) Manifestasi kekurangan kognitif
a) Gangguan daya ingat :
o Kurang mampu mempelajari informasi baru maupun mengingat informasi yang
lalu.
b) Gangguan kognitif :
o Gangguan berbahasa, kurang mampu melakukan gerakan motorik, meskipun
tidak ada kelumpuhan (apraxia)
o Kurang mampu mengenal dan mengidentifikasi benda (agnosia) meskipun
fungsi sensoris tetap utuh.
o Gangguan fungsi eksekutif (merencanakan, mengorganisir, mengurutkan, dan
daya abstraksi)
2) Gangguan kognitif pada butir 1 menimbulkan penurunan fungsi-fungsi sebelumnya.
3) Perjalanan penyakit ini berlangsung perlahan dan terus-menerus.
4) Gangguan kognitif bukan seperti pada butir 1, yaitu :
o Kelainan saraf pusat yang menyebabkan berkurangnya daya ingat dan kognitif
seperti pada :
 Penyakit Huntington
 Tumor otak
 Peningkatan jumlah cairan otak (hidrosepalus) meskipun tekanannya
normal
o Kondisi sistemik yang menyebabkan demensia seperti :
 Kurangnya hormon kelenjar gondok (hipotiroidisme)
 Kekurangan vitamin B12, B6, asam folat
 Terinfeksi penyakit Siphillis, dan HIV.
5) Kekurangan kognitif selama perjalanan kondisi delirium :
o Suatu kelainan jiwa dengan tanda-tanda ilusi, halusinasi, dan tanda-tanda
rangsangan otak.
6) Gangguan lainnya seperti depresi berat dan schizophrenia.
h. Tanda-Tanda yang Mudah Dikenali
Tanda-tanda yang mudah dikenalil dari penyakit ini, antara lain :
1) Dengan onset dini :
- Bila kejadian demensia timbul pada usia <65 tahun.
2) Dengan delerium :
- Bila delerium menyertai gejala demensia.
3) Dengan waham
- Bila waham menonjol menyertai gejala demensia.
4) Dengan mood terdepresi
5) Dengan onset lanjut :
- Bila demensia timbul setelah usia 65 tahun.
3. Penyakit Creutzfeld-Jakob (Penyakit C-J)
a. Pendahuluan
Pada penyakit ini juga terjadi demensia dan gangguan perilaku. Penyakit ini fatal, dan
disebabkan kerusakan jaringan syaraf pusat (otak). Biasanya penyakit ini terdapat pada
usia yang lebih muda sekitar 40 tahun dan proses penyakit cepat memburuk,
memperlihatkan gejala demensia, dan timbul kedutan-kedutan kejang otot setempat
(myoclonic seizure).
Penyakit ini tidak menunjukkan predisposisi daerah (bisa timbul di seluruh daerah), tidak
seperti penyakit kuru (sapi gila) yang terdapat di daerah-daerah tertentu.
b. Gejala klinis
Penyakit Creutzfeld-Jakob ini memperlihatkan gejala klinik yang bervariasi dari satu
penderita dengan yang lain, tetapi hampir sama dengan demensia pada usia menjelang
usia tua (presenil dementia).
Pada mula penyakit terlihat, antara lain :
1) Perubahan dalam pengambulan keputusan dan membuat alasan-alasan
2) Kurang mampu mengingat serta telihat gangguan perilaku
3) Penderita mengeluh sakit kepala dan penyimpangan dalam pengukuran besar serta
bentuk suatu objek yang dilihat.
4) Bila penyakit berlanjut bisa ditemukan :
- Gejala-gejala halusinasi
- Otot-otot berkedut atau kejang-kejang
- Lama-kelamaan otot-otot bisa mengecil serta terjadi gangguan pengaturan
kerjasama gerakan otot (ataxia)
- Sakit persendian, dan
- Gejala-gejala gangguan saraf ramus anterior saraf tulang punggung (medula
spinalis)
5) Kekakuan otot timbul belakangan
6) Kematian terjadi setelah 3-12 bulan sakit
c. Beberapa hasil penelitian
Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar kesehatan, antara lain
:
- Sebanyak 5-10% penderita mempunyai riwayat keluarga yang mengalami
demensia sebelum lanjut usia (presinil demensia), dimana terjadi mutasi gen pada
chromosom 20.
- Laporan dari Inggris pada tahun 1999 menunjukkan bahwa sebanyak 40
penderitan penyakit C-J diperkirakan tertular dari sapi yang menderita penyakit
sapi gila )Bovime Spongofotm Encephalopati=BSE) karena mengkonsumsi daging
hewan yang sakit tersebut.
- Laporan dari Amerika menunjukkan bahwa kematian karena penyakit ini pada
penderita usia 65-70 tahun adalah sekitar 5/10.000.
d. Penyebab timbulnya
Penyebab penyakit C-J adalah suatu jasad renik yang bisa disaring dan bisa tumbuh sendiri
yang disebut prion. Prion bisa ditularkan pada chimpanze, kera, kambing, dan kelinci
percobaan.
e. Pemeriksaan laboratorium
Dalam pemeriksaan laboratorium dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Pada pemeriksaan laboratorium tidak terlihat kelainan dari cairan otak dan sumsum
tulang belakang (liquor cerebrospinal) tetapi pemeriksaan EEG (gambaran aliran listrik
di otak) biasanya adanya kelainan, yaitu :
a) Kerusakan jaringan otak, bisa di otak besar (cerebrum maupun otak kecil
(cerebellum)), terutama di bagian abu-abu otak (substansia grecia) dimana sel-sel
glia lebih banyak dari normal. Sel-sel glia berongga seperti pori-pori plastik busa
(vacuolization) dan diisi oleh sel-sel netropil.
b) Kelainan-kelainan ini bisa terlihat pada binatang percobaan chimpanze setelah
11-71 bulan ditanamkan jaringan otak penderita Penyakit Creutzfeld-Jakob.
Penyakit ini bisa juga ditularkan pada kera, kucing, dan kelinci percobaan.
c) Virus penyebab penyakit bisa bertahan berbulan-bulan di dalam jaringan
pembiakan di laboratorium, dan keganasannya pun tidak berubah.
2) Pada pemeriksaan autopsi pada penderita maka prion penyebab penyakit ditemukan
di :
a) Jaringan ginjal
b) Limpa
c) Paruu
d) Cornea mata
e) Cairan otak serta
f) Sumsum tulang belakang (cerebrospinalis fluid)
4. Penyakit kuru
a. Pendahuluan
Penyakit Kuru sering ditemukan di pegunungan Papua Nugini. Biasanya penyakit ini
menyerang anak usia sekitar 4 tahun dan lebih banyak terjadi pada kaum perempuan
dibanding lelaki.
b. Penyebab timbulnya
Penyakit kuru ditandai oleh :
1) Gerakan otot yang tidak terkoordinasi
2) Kaku
3) Gemetar
4) Dan menggigil
c. Gejala klinis
Gejala penyakit ini progresif (makin hari makin memburuk). Para peneliti memperkirakan
penyakit ini menular akibat makan jaringan otak nenek moyang mereka (kanibal) dengan
tujuan untuk mendapatkan warisan kharisma, atau karena kontak sewaktu mengurus
penguburan.

Daftar pustaka

Yatim, Faisal.2003.Pikun (Demensia), Penyakit Alzheimer, dan sejenisnya Bagaimana Cara


Menghindarinya.Jakarta : Pustaka Populer.

You might also like