You are on page 1of 35

STUDY GUIDE

Semester VII
BLOK FORENSIC IN DENTISTRY

28 November 2017 – 9 Januari 2018

School of Dentistry
Faculty of Medicine Udayana University
2018
Blok Forensic In Dentistry 2018

~ KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI ~

DOMAIN
I: Profesionalisme
II: Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
III: Pemeriksaan Fisik secara Umum dan Sistem Stomatognatik

KOMPETENSI UTAMA

1.1. Menerapkan etika kedokteran gigi serta hukum yang berkaitan dengan praktek
kedokteran gigi secara profesional

1.2. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kode etik

1.3. Memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum yang berkaitan


dengan praktik kedokteran gigi

5.1. Mengintegrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai sumber kelimuan
dan berbagai data penunjang untuk diagnosis dan tindakan medik kedokteran gigi

9.1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan
mencatat informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna
mengevaluasi kondisi medik pasien

KOMPETENSI PENUNJANG

1.1.1. Menerapkan etika kedokteran gigi secara profesional (C3, P3, A4)
1.1.2. Menjaga kerahasiaan profesi dalam hubungannya dengan teman sejawat, staf dan
pasien (C3, P3, A3)
1.1.3. Membedakan hak dan kewajiban dokter dan pasien (C3, P3, A4)
1.2.1. Memberikan pelayanan kedokteran gigi yang manusiawi dan komprehensif (C3, P5,
A3)

1
Blok Forensic In Dentistry 2018

1.2.2. Menjaga hubungan terbuka dan jujur serta saling menghargai dengan pasien,
pendamping pasien dan sejawat (C3, P3, A3)
1.2.3. Memperkirakan keterbatasan kemampuan diri untuk kepentingan rujukan (C3, P3,
A4)
1.3.1. Membedakan tanggung jawab administratif, pelanggaran etik, disiplin dan hukum
yang diperlakukan bagi profesi Kedokteran Gigi berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku (C2, P1, A1)
1.3.2. Memahami peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan praktik
kedokteran gigi di Indonesia (C2, P2, A2)
1.3.3. Mengetahui pemanfaatan jalur organisasi profesi (C1, P2, A2)

5.1.1. Mengintegrasikan ilmu biomedik yang relevan dengan bidang kedokteran gigi untuk
menegakkan diagnosis, menetapkan prognosis dan merencanakan tindakan medik
Kedokteran Gigi (C3, P3, A4)
5.1.2. Menghubungkan morfologi makroskopis, mikroskopis, dan topografi organ, jaringan
penyusun sistem tubuh manusia secara terpadu, sebagai landasan pengetahuan untuk
diagnosis, prognosis, dan merencanakan tindakan medik kedokteran gigi (C3, P3, A4)
9.1.3. Menentukan pemeriksaan penunjang laboratoris yang dibutuhkan (C3, P3, A4)
9.1.4. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan laboratoris (C4, P3, A3)

CAKUPAN MATERI BLOK FORENSIC IN DENTISTRY

1. PENDAHULUAN
Hubungan ilmu kedokteran forensik dengan ilmu kedokteran gigi forensik
Definisi dan cakupan ilmu kedokteran gigi forensik

2. PRINSIP INVESTIGASI KEDOKTERAN FORENSIK


Perkembangan prinsip investigasi
Perkembangan investigasi kedokteran dan kedokteran gigi forensik berdasarkan
scientific dan evidence based methods

3. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KUHP (UU 1/1946)
KUHAP (UU 8/1981)
Rekam Medik (Permenkes 55/Menkes/2013)
Lafal Sumpah Dokter Gigi (PP 33/1963)

2
Blok Forensic In Dentistry 2018

Wajib Simpan Rahasia (Permenkes 36/2012)


Informed Consent (Permenkes 290/2008)
UU Kesehatan (UU 36/2009)
UU Praktek Kedokteran (UU 29/2004) & UU Nakes (UU 36/2014)

4. IDENTIFIKASI FORENSIK
Definisi Identifikasi
Metode Identifikasi
Sistem identifikasi
Berbagai Pemeriksaan Identifikasi Forensik

5. DISASTER VICTIM IDENTIFICATION (1)


Disaster cases
Recording ante & mortem Dental Data
Dental Charting and Data Comparing
Reconciliation Board

6. IDENTIFIKASI DAN RADIOGRAFI DENTAL FORENSIC

7. DISASTER VICTIM IDENTIFICATION (2)

8. PEMERIKSAAN BARANG BUKTI FORENSIK


Pemeriksaan pada penanganan awal di TKP
Pemeriksaan data gigi post mortem

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Toksikologi, patologi, parasitologi, radiologi, odontologi

10. PERANAN DOKTER GIGI DALAM PROSES PERADILAN


Keterangan ahli secara tertulis dan lisan

11. PENENTUAN USIA BERDASARKAN STRUKTUR DENTAL

12. TEKNIK ANALISIS BEKAS GIGITAN


Penatalaksanaan Analisis Bekas Gigitan

13. REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI FORENSIK


Odontogram, nomenklatur gigi (FDI system)
Tanda/gambar/simbol
Informasi data gigi ante mortem

3
Blok Forensic In Dentistry 2018

TIM PENYUSUN

NO. NAMA NOMOR HP KET.

1. drg. Sari Kusumadewi, M.Biomed. 08123837084 Ketua

2. Drg L Cintya Hutomo, Sp.Ort 085857373714 DEU

NARASUMBER
NO. NAMA NOMOR HP

1. Drg Sari Kusumadewi, M.Biomed. 08123837084

2 Dr Henky Sp.F, M.B.Eth. 08123988486

3 Dr. Dudut Rustyadi, Sp.F, SH 0818651015

4 Dr Ida Bagus Putu Alit, Sp.F, DFM 081916613459

5 Dr Kunthi Yulianti, Sp.KF 081338472005

6 Drg Desak Nyoman Ari Susanti, M.Kes. 08179767114

7 Drg IGA Sri Pradnyani, M.Biomed 082147123898

FASILITATOR

4
Blok Forensic In Dentistry 2018

NO. NAMA NOMOR HP

Drg. Nyoman Sidi Wisesa, M.Biomed. 081933109818


1.

Drg. IGA Widiastuti, M.Biomed. 081916124396


2.

Drg. Steffano Aditya Handoko. MPH 0811110393


3.

Drg. Ika Anggara, Sp.Ort. 085868935557


4.

Drg. Fienna Sidhiarta, Sp.KG 082144995522


5.

STUDENT PROJECT

KE PEMBIMBING
TOPIK SP PENGUJI
L.

Drg. Luh Wayan Ayu


Rahaswanti, Sp.KGA Dr Henky Sp.F,
Medicolegal
1.
M.B.Eth.

Drg. L. Cintya Hutomo, Dr Ida Bagus Putu


DNA Profilling
2. Sp.Ort
Alit, Sp.F, DFM

Drg. Putu Lestari


Disaster Victim Sudirman, M.Biomed. Dr. Dudut Rustyadi,
3. Identification
Sp.F, SH

Drg. Dyah Ambarawati,


SKG Dr Kunthi Yulianti,
Age Estimation
4.
Sp.KF

Drg. Mia Ayustina


Bitemark Drg Sari Kusumadewi
5. Prasetya, Sp.KGA

5
Blok Forensic In Dentistry 2018

TIME TABLE BLOK FORENSIC IN DENTISTRY


SEMESTER 7 TA.2017/2018 PSPDG FK UNUD

HARI/
WAKTU KEGIATAN TEMPAT NARASUMBER
TANGGAL

I 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 1. dr. Henky Sp.F,
Selasa 09.00-10.30 Skill lab Lt.3
Pendahuluan M.B.Eth.
R.SGD Skill
28/11/2017 10.30-12.00 SGD 1 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 1
14.00-15.00 SP

II 08.00-09.00 Belajar mandiri


Rabu, 09.00-10.00
PRAKTIKUM
29/11/2017 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
R.SGD Skill
13.00-14.00 Kuis 1 Pengelola blok
lab
14.00-15.00 SP

III 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 2.
dr. Henky Sp.F,
Kamis, 09.00-10.30 Prinsip Investigasi Skill lab Lt.3
M.B.Eth.
Kedokteran Forensik
R.SGD Skill
30/11/2017 10.30-12.00 SGD 2 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 2
14.00-15.00 SP

IV 08.00-09.00 Belajar mandiri


Senin, 09.00-10.30 Lecture 3. Skill lab Lt.3 dr. Henky Sp.F,

6
Blok Forensic In Dentistry 2018

Peraturan Perundang- M.B.Eth.


undangan
R.SGD Skill
04/12/2017 10.30-12.00 SGD 3 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 3
14.00-15.00 SP

V 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 4. Dr Dudut Rustyadi,
Selasa, 09.00-10.30 Skill lab Lt.3
Identifikasi Forensik Sp.F, SH
R.SGD Skill
05/12/2017 10.30-12.00 SGD 4 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 4
14.00-15.00 SP

VI 08.00-09.00 Belajar mandiri


Rabu, 09.00-10.00
PRAKTIKUM
06/12/2017 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Kuis Topik 2-3-4 Skill lab Lt.3 Pengelola blok
14.00-15.00 SP

VII 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 5.
Dr Dudut Rustyadi,
Kamis, 09.00-10.30 Disaster Victim Skill lab Lt.3
Sp.F, SH
Identification (1)
R.SGD Skill
07/12/2017 10.30-12.00 SGD 5 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 5
14.00-15.00 SP

VIII 08.00-09.00 Belajar mandiri


Jumat, 09.00-10.00
08/12/2017 10.00-11.00 PRAKTIKUM

7
Blok Forensic In Dentistry 2018

PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
R.SGD Skill
13.00-14.00
Kuis 5 lab Pengelola Blok
14.00-15.00 SP

IX 08.00-09.00 Belajar mandiri


Dr. drg. Haris
Lecture 6.
Senin, 09.00-10.30 Skill lab Lt.3 Nasutianto, M.Kes,
Identifikasi Odontologis
Sp.RKG (K)
R.SGD Skill
11/12/2017 10.30-12.00 SGD 6 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 6
14.00-15.00 SP

X 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 7. Dr. drg. Haris
Selasa, 09.00-10.30 Disaster Victim Skill lab Lt.3 Nasutianto, M.Kes,
Identification (2) Sp.RKG (K)
R.SGD Skill
12/12/2017 10.30-12.00 SGD 7 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 7
14.00-15.00 SP

XI 08.00-09.00 Belajar mandiri


Rabu, 09.00-10.00 Skill lab Lt.4 Pengelola blok'
PRAKTIKUM
13/12/2017 10.00-11.00
PREKLINIK V " "
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
R.SGD Skill
13.00-14.00 Kuis 6 dan 7 Pengelola blok
lab
14.00-15.00 SP

XII 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 8. Dr. Ida Bagus Alit,
Kamis, 09.00-10.30 Skill lab Lt.3
Pemeriksaan Barang Sp.F, DFM

8
Blok Forensic In Dentistry 2018

Bukti Forensik
R.SGD Skill
14/12/2017 10.30-12.00 SGD 8 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 8
14.00-15.00 SP

XIII 08.00-09.00 Belajar mandiri


Jumat, 09.00-10.00
PRAKTIKUM
15/12/2017 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Kuis 8 Skill lab Lt.3 Pengelola blok
14.00-15.00 SP

XIV 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 9. Dr. Ida Bagus Alit,
Senin, 09.00-10.30 Skill lab Lt.3
Pemeriksaan Penunjang Sp.F, DFM
R.SGD Skill
18/12/2017 10.30-12.00 SGD 9 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 9
14.00-15.00 SP

XV 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 10. Dr Kunthi Yulianti,
Selasa, 09.00-10.30 Peranan Dokter Gigi Skill lab Lt.3 Sp.
dalam Proses Peradilan .KF
R.SGD Skill
19/12/2017 10.30-12.00 SGD 10 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 10
14.00-15.00 SP

XVI 08.00-09.00 Belajar mandiri

9
Blok Forensic In Dentistry 2018

Rabu 09.00-10.00
PRAKTIKUM
20/12/2017 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
R.SGD Skill
13.00-14.00
Kuis 9 dan 10 lab Pengelola Blok
14.00-15.00 SP "

XVII 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 11.
Drg Nyoman Sidhi
Kamis, 09.00-10.30 Penentuan usia, jenis Skill lab Lt.3
Wisesa, M.Biomed
kelamin dan ras
R.SGD Skill
21/12/2017 10.30-12.00 SGD 11 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 11
14.00-15.00 SP

XVIII 08.00-09.00 Belajar mandiri


Jumat, 09.00-10.00
PRAKTIKUM
22/12/2017 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
R.SGD Skill
13.00-14.00 Kuis 11
lab Pengelola Blok
14.00-15.00 SP

XIX 08.00-09.00 Belajar mandiri


Rabu, 09.00-10.00
PRAKTIKUM
27/12/2017 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.00 SP

XX 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 12.
Drg Desak Nyoman
Kamis, 09.00-10.30 Teknik Analisa Bekas Skill lab Lt.3
Ari Susanti, M.Kes
Gigitan

10
Blok Forensic In Dentistry 2018

R.SGD Skill
28/12/2017 10.30-12.00 SGD 12 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 12
14.00-15.00 SP

XXI 08.00-09.00 Belajar mandiri


Jumat, 09.00-10.00
PRAKTIKUM
29/12/2017 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Kuis 12
14.00-15.00 SP

XXII 08.00-09.00 Belajar mandiri


Lecture 13. Drg Sari
Selasa 09.00-10.30 Rekam Medis Kedokteran Skill lab Lt.3 Kusumadewi,
Gigi Forensik M.Biomed.
R.SGD Skill
02/01/2018 10.30-12.00 SGD 13 Fasilitator
lab
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Pleno 13
14.00-15.00 SP

XXIII 08.00-09.00 Belajar mandiri


Rabu, 09.00-10.00
PRAKTIKUM
03/01/2018 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Kuis 13 Skill lab Lt.3 Pengelola blok
14.00-15.00 SP

XXIV 08.00-09.00 Belajar Mandiri


Instalasi
Forensik dr. Henky Sp.F,
Kamis, 09.00-11.00
RSUP M.B.Eth.
BCS Kelompok 1 Sanglah
04/01/2018 11.00-13.00 BCS Kelompok 2
13.00-15.00 BCS Kelompok 3

11
Blok Forensic In Dentistry 2018

XXV 08.00-09.00 Belajar mandiri


Jumat, 09.00-10.00
PRAKTIKUM
05/01/2018 10.00-11.00
PREKLINIK V
11.00-12.00
Instalasi
Forensik dr. Henky Sp.F,
12.00-14.00 BCS Kelompok 4
RSUP M.B.Eth.
Sanglah
14.00-16.00 BCS Kelompok 5

XXVI 08.00-09.00 Belajar mandiri


Senin, 09.00-10.00 Presentasi SP Kelompok 1 Skill lab Lt.3 Pengelola blok
08/01/2018 10.00-11.00 Presentasi SP Kelompok 2 " "
11.00-12.00 Presentasi SP Kelompok 3 " "
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Presentasi SP Kelompok 4 " "
14.00-15.00 Presentasi SP Kelompok 5 " "

XXVII
Selasa, 09.00-11.00 UJIAN CBT R. CBT Lt.4
09/01/2018 FK UNUD

Topik 1

12
Blok Forensic In Dentistry 2018

Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik


dr. Henky, Sp.F., M,BEth.

Abstrak

Ilmu Kedokteran Forensik adalah cabang dari ilmu kedokteran yang mengaplikasikan ilmu
pengetahuan kedokteran untuk membantu penegakan hukum dan peradilan. Senada dengan
definisi tersebut, ilmu kedokteran gigi forensik dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu
kedokteran gigi yang mengaplikasikan ilmu pengetahuan kedokteran untuk membantu
penegakan hukum dan peradilan. Selain ilmu kedokteran forensik dan ilmu kedokteran gigi
forensik, banyak cabang dari ilmu forensik yang berkembang saat ini seperti toksikologi
forensik, serologi/biomolekuler forensik, anthropologi forensik, psikiatri forensik, psikologi
forensik, balistik forensik, entomologi forensik, digital forensik, akuntansi forensik, dan lain-
lain. Masing-masing cabang ilmu tersebut memiliki kekhususan dan peranannya masing-
masing untuk membantu penegakan hukum dan peradilan

Kekhususan ilmu kedokteran forensik adalah pemeriksaan barang bukti yang terkait dengan
tubuh manusia. Dengan demikian, kedokteran gigi forensik lebih mengkhusus pada
pemeriksaan barang bukti yang terkait dengan gigi dan mulut manusia. Barang bukti yang
dikirim penyidik umumnya dapat berupa satu kesatuan tubuh manusia, baik korban hidup
atau mati, atau beberapa bagian tubuh jenazah yang tidak lengkap maupun berupa
tengkorak/kerangka. Disini akan tampak bagaimana eratnya hubungan kerjasama antara
praktisi kedokteran forensik dan kedokteran gigi forensik untuk menyediakan informasi-
informasi yang bermanfaat bagi penyidik.

Catatan sejarah telah menunjukkan bahwa peranan ilmu kedokteran gigi untuk membantu
proses peradilan telah dimulai sejak dahulu kala, yaitu identifikasi Lollia Paulina pada tahun
49 M hingga digunakannya bukti jejas gigitan (bitemark evidence) untuk pertama kalinya di
persidangan pada kasus perampokan kuburan untuk penyediaan kadaver pada tahun 1814.
Beberapa ahli bahkan mulai mengaitkannya dengan peristiwa dimakannya buah terlarang di
Taman Eden.

13
Blok Forensic In Dentistry 2018

Berdasarkan catatan-catatan sejarah di seluruh dunia, terutama di Eropa dan Amerika, maka
ruang lingkup ilmu kedokteran gigi forensik antara lain identifikasi personal, identifikasi
korban massal, pengumpulan dan analisis bukti jejas gigitan, pemeriksaan DNA gigi dan
mikroorganisme rongga mulut, kekerasan dalam rumah tangga termasuk kekerasan terhadap
perempuan dan anak, serta perkiraan usia, kelamin dan ras. Di era perkembangan hukum
kesehatan saat ini, dokter gigi juga dapat dihadirkan di persidangan sebagai ahli pada kasus-
kasus yang telah disebutkan di atas atau diminta pendapatnya pada kasus-kasus yang terkait
dengan standar pelayanan kedokteran gigi, kematian/cedera akibat tindakan kedokteran gigi,
berbagai kecurangan terkait praktik kedokteran gigi (dental fraud) atau kasus-kasus perdata
lainnya.

References:

1. Buchanan D. Forensic Medicine: A Clinician’s View. In: Legal and Forensic Medicine.
Beran RG, editor. Berlin: Springer-Verlag; 2013.
2. Carabott R. Brief Introduction to Forensic Odontology. In: Forensic Odontology: An
Essential Guide. Adams C, Carabott R, Evans S, editors. UK: John Wiley & Sons; 2014.
3. Brumit PC, Stimson PG. History of Forensic Dentistry. In: Senn DR, Stimson PG, editors.
Forensic Dentistry. Second Edition. Boca Raton: CRC Press; 2010.
4. Schrader BA, Senn DR. Scope of Forensic Odontology. In: Senn DR, Stimson PG, editors.
Forensic Dentistry. Second Edition. Boca Raton: CRC Press; 2010.
5. Lipton BE, Murmann DC, Pavlik EJ. History of Forensic Odontology. In: Senn DR,
Weems RA, editors. Manual of Forensic Odontology. Fifth Edition. Boca Raton: CRC
Press; 2013.

Learning Outcomes

 Mampu memahami definisi, konsep, dan cakupan ilmu kedokteran gigi forensik
 Mampu memahami hubungan ilmu kedokteran forensik dan ilmu kedokteran gigi
forensik

14
Blok Forensic In Dentistry 2018

Learning Task

Vignette

Seorang penyidik meminta bantuan kepada Anda untuk memeriksa bekas gigitan pada apel
yang ditemukan di tempat kejadian perkara. Pelaku diduga memakan apel tersebut saat
melakukan kejahatan dan membuangnya di TKP. Penyidik juga membawa serta terduga
pelaku kejahatan.

Assignments:

1. Apa definisi ilmu forensik?


2. Apa cabang ilmu forensik yang dapat diterapkan pada kasus ini?
3. Apa peran cabang ilmu forensik tersebut terhadap kasus ini?
4. Apa yang Anda lakukan untuk membantu penyidik tersebut?

Self Assessment

1. Jelaskan mengenai sejarah ilmu kedokteran gigi forensik!


2. Jelaskan ruang lingkup dan peran ilmu kedokteran gigi forensik dalam membantu proses
peradilan!
3. Bagaimana cara membina hubungan profesional antara praktisi kedokteran forensik
dengan kedokteran gigi forensik?

Topik 2

Prinsip Investigasi Kedokteran Forensik


dr. Henky, Sp.F., M,BEth.

Abstrak

Investigasi adalah upaya pemeriksaan atau penelitian untuk mengumpulkan informasi atau
data demi membuktikan kebenaran. Investigasi untuk menemukan kebenaran sudah

15
Blok Forensic In Dentistry 2018

dilakukan sejak dahulu kala, mulai dari yang tidak tersistematis (mistis/gaib) hingga yang
tersistematis. Secara garis besar, terdapat tiga sistem investigasi medikolegal di dunia yaitu
sistem koroner yang lahir dari sistem hukum Anglo-Saxon, sistem medical examiner yang
pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat, serta sistem Eropa Kontinental yang
bersumber dari hukum Romawi kuno dan banyak dipengaruhi oleh Kode Napoleon.

Sistem hukum yang berlaku di Indonesia lebih cenderung menganut sistem Eropa
Kontinental mengingat Indonesia merupakan negara bekas jajahan Belanda. Proses
pemeriksaan perkara pidana di Indonesia terdiri dari beberapa tahapan, yakni penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, persidangan, dan eksekusi. Pengertian investigasi, menurut hukum di
Indonesia, lebih sesuai dengan pengertian penyidikan yaitu serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Bukti-bukti tersebut dapat ditemukan di TKP,
korban maupun pelaku. Benda-benda bukti biologis dan non biologis yang melekat pada
pakaian atau tubuh korban maupun pelaku serta benda-benda di tempat kejadian perkara,
termasuk benda yang dipakai untuk melakukan kejahatan dapat menjadi serangkaian barang
bukti langsung atau sirkumstansial yang berhubungan satu sama lain untuk mengungkap
suatu kejahatan. Pada tahap ini, peran ilmuwan, termasuk dokter atau dokter gigi, sangat
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara secara ilmiah.

Demi mempertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya, praktisi kedokteran gigi forensik


dituntut untuk melakukan pemeriksaan bukti-bukti yang disodorkan kepada dirinya secara
objektif, teliti, cermat, tepat, jujur, dan tidak bias. Bahkan, hasil pemeriksaan ahli harus siap
diuji kebenaran ilmiahnya oleh pihak ketiga. Oleh karena itu, praktisi kedokteran gigi
forensik perlu memahami prosedur medikolegal, menggunakan standar pemeriksaan
kedokteran gigi forensik, mendokumentasikan setiap tahap pemeriksaan secara tertulis
maupun foto, lalu menganalisis temuan-temuan tersebut menggunakan ilmu pengetahuan
dengan kepustakaan yang semutakhir mungkin, kemudian akhirnya membuat suatu
kesimpulan dengan akal sehatnya yang tidak menyesatkan para pencari keadilan.

16
Blok Forensic In Dentistry 2018

References:

1. DiMaio VJ DiMaio D. Medicolegal Investigative Systems. In: Forensic Pathology. Second


Edition. Boca Raton: CRC Press; 2001.
2. Plourd CJ. Science, The Law, and Forensic Identification. In: Senn DR, Stimson PG,
editors. Forensic Dentistry. Second Edition. Boca Raton: CRC Press; 2010.
3. Frost RE. Death Investigation Systems. In: Senn DR, Stimson PG, editors. Forensic
Dentistry. Second Edition. Boca Raton: CRC Press; 2010.
4. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014..

Learning Outcomes

 Mampu memahami perkembangan sistem investigasi.


 Mampu menjelaskan pemeriksaan investigasi kedokteran gigi forensik berdasarkan
scientific and evidence based methods.

Learning Task

Vignette

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan nyeri
pada bahu kanan setelah digigit oleh istrinya. Ia meminta Anda untuk membuat Visum et
Repertum terkait cedera yang dialaminya.

Assignments:

1. Menanggapi permintaan korban, apa yang akan Anda lakukan?


2. Sebutkan dan jelaskan tahapan-tahapan ilmiah yang Anda lakukan untuk membuktikan
kasus ini!
3. Apakah pembuktian ilmiah bekas gigitan (bitemark) memenuhi standar pembuktian
beyond reasonable doubt? Jelaskan jawaban Anda!

17
Blok Forensic In Dentistry 2018

Self Assessment

1. Apa perbedaan sistem Koroner, Medical Examiner, dan Eropa Kontinental?


2. Jelaskan peran dokter gigi dalam tahapan pemeriksaan perkara pidana di Indonesia!
3. Apa perbedaan pembuktian ilmiah dengan pembuktian hukum?

Topik 3

Peraturan Perundang-undangan terkait

Praktik Kedokteran Gigi


dr. Henky, Sp.F., M,BEth.

Abstrak

Peraturan perundang-undangan merupakan keputusan tertulis yang dibentuk, ditetapkan, dan


dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yang berisi aturan pola tingkah laku serta mengikat
secara umum. Pada umumnya peraturan perundang-undangan yang dibuat tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Norma tertinggi
(staatsfundamentalnorm) dalam tatanan hukum di Indonesia adalah Pancasila seperti yang
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian peraturan perundang-undangan
terkait praktik kedokteran gigi seyogyanya tidak bertentangan dengan Pancasila.

Tujuan dibentuknya peraturan perundang-undangan di bidang kedokteran gigi lebih bersifat


preventif daripada represif, yaitu melindungi pasien, meningkatkan mutu pelayanan medis,
serta memberikan kepastian hukum pada masyarakat termasuk dokter gigi. Secara umum,
peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran gigi dapat dibagi menjadi ranah
hukum pidana, perdata, dan administratif. Secara khusus, praktik kedokteran gigi diatur
dalam UU Praktik Kedokteran, UU Kesehatan serta UU Tenaga Kesehatan. Peraturan
pelaksana praktik Kedokteran gigi dapat ditemukan pada PMK Rekam Medis, PMK
Persetujuan Tindakan Kedokteran, dan PMK Rahasia Kedokteran. Selain itu, dokter gigi juga
harus menjaga keluhuran profesinya demi menjaga kepercayaan masyarakat dengan

18
Blok Forensic In Dentistry 2018

menjunjung tinggi, menghayati, menaati dan mengamalkan kode etik dan lafal sumpah dokter
gigi.

References:

1. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran. Jakarta:


Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
2. Indrati MF, dkk. Buku Materi Pokok Ilmu Perundang-undangan. Edisi 1. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka, 2015.

Learning Outcomes

 Mengetahui dan menaati peraturan perundang-undangan yang mengatur praktik


kedokteran gigi.
 Mengetahui, menaati dan mengamalkan kode etik dan lafal sumpah dokter gigi.

Learning Task

Vignette

Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke Klinik Dokter Gigi untuk mencabut tiga buah
gigi yang terasa sakit. Namun, ketika ia pulang ternyata ia sudah tidak memiliki gigi di
mulutnya. Ternyata dokter gigi tersebut telah mencabut semua giginya.

Assignments:

1. Apakah kasus tersebut dapat digolongkan sebagai kasus malpraktik?


2. Sebutkan ketentuan perundang-undangan, kode etik, dan sumpah dokter gigi yang telah
dilanggar oleh dokter gigi tersebut!
3. Apa yang dimaksud dengan asas Lex Posterior Derogat Legi Priori? Apakah dengan
diberlakukannya UU Tenaga Kesehatan maka UU Praktik Kedokteran sudah dinyatakan
tidak berlaku? Jelaskan!

19
Blok Forensic In Dentistry 2018

Self Assessment

1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum yang bersifat preventif?


2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum yang bersifat represif?
3. Apa yang dimaksud dengan asas Lex Posterior Derogat Legi Priori?
4. Apa yang dimaksud dengan asas Lex Superior Derogat Legi Inferior?
5. Apa yang dimaksud dengan asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis?

Topik 4

Identifikasi Forensik
Dr. Dudut Rustyadi, Sp.F, SH

Learning Outcomes
 Mampu menjelaskan definisi identifikasi
 Mampu menjelaskan metode dan sistem identifikasi
 Mampu menjelaskan peran dokter dan dokter gigi dalam proses identifikasi
 Mampu menjelaskan jenis-jenis identifier
 Mampu menjelaskan manfaat identifikasi
Abstrak

Mengapa pada jenazah tidak dikenal atau pada korban musibah massal perlu
diidentifikasi? Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan identitas seseorang, karena identitas adalah hak asasi manusia, hak dan
kewajiban hukum negara, menentukan status keluarga ( anak, istri / suami ), status social, dan
penentuan langkah dalam penyidikan. Tujuan utama dalam proses identifikasi adalah pada
kasus yang bukan pidana agar korban dapat diserahkan kepada pihak keluarga untuk ditindak
lanjuti seperti dilakukan penguburan, kremasi, penyelesaian klaim asuransi atau masalah
waris, dan lain-lain. Sedangkan pada kasus pidana, identifikasi korban merupakan hal

20
Blok Forensic In Dentistry 2018

pertama yang perlu dilakukan sebelum menemukan tersangka (sebagai langkah awal dalam
proses penyidikan).
Prinsip-prinsip dalam proses identifikasi adalah ;
 Pengumpulan data postmortem
Merupakan data berupa hasil dari pemeriksaan mayat termasuk pemeriksaan gigi, bagian
mayat atau kerangka yang meliputi data tentang keadaan umum dan keadaan khusus
 Pengumpulan data antemortem
Merupakan data berupa informasi dari pihak keluarga yang merasa kehilangan anggota
keluarganya tentang data keluarga, data pekerjaan, data polisi, data medis/gigi baik
termasuk Foto rontgen, Laboratorium dan data benda – benda milik korban dan
sebagainya.
 Perbandingan data antemortem dan data postmortem

Vignette :
Jenazah laki-laki ditemukan disebuah tanah kosong. Petugas kepolisian setempat kesulitan
menentukan identitas laki-laki tersebut karena pada diperiksa tidak membawa dokumen
identitas ataupun tanda pengenal. Jenazah kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Daerah
setempat untuk dilakukan pemeriksaan forensik.

Learning Task :
1. Pada pemeriksaan luar jenazah, sebutkan dan jelaskan hal-hal yang menjadi petunjuk
identifier agar identitas jenazah dapat diketahui!
2. Data antemortem apa sajakah yang diperlukan agar dapat diketahui identitas jenazah
tersebut?
3. Dapatkah diterbitkan Surat Keterangan Kematian pada jenazah yang belum dikenal?
Jelaskan alasannya!
4. Bagaimanakah caranya menentukan identitas jenazah yang belum dikenal tersebut?

DAFTAR REFERENSI
1. Buku Ilmu Kedokteran Forensik, Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK UI.
2. KUHAP.
3. KUHP.
4. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.

21
Blok Forensic In Dentistry 2018

5. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


6. Web site: http://www.nh.gov/insurance tentang kejahatan asuransi

TOPIK 5

Disaster Victim Identification (1)

Dr. Dudut Rustyadi, Sp.F, SH.

Learning Outcomes
 Mampu menjelaskan definisi bencana
 Mampu menjelaskan metode dan sistem penanganan bencana korban meninggal
 Mampu menjelaskan peran dokter dan dokter gigi dalam proses identifikasi massal
 Mampu menjelaskan definisi Data Ante Mortem
 Mampu menjelaskan definisi Data Post Mortem

Abstrak

Bencana merupakan suatu kejadian yang mendadak tidak terduga, terjadi pada siapa
saja, dimana saja, kapan saja serta mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta benda.
Korban manusia yang relatif besar baik meninggal maupun cedera.
Penanganan identifikasi korban yang mati pada bencana memerlukan dana, sarana
dan prasarana yang cukup mahal sehingga perlu ditangani serius dan benar. Saat ini belum
ada pedoman yang mengatur tentang identifikasi korban mati pada bencana. Identifikasi ini
penting sekali karena akan menjelaskan secara hukum masih hidup atau sudah matinya
seseorang dan merupakan hak dan ahli waris korban.
Identifikasi adalah upaya pengenalan kembali diri seseorang manusia baik yang mati
maupun yang hidup, hewan, benda, melalui metode identifikasi dan ilmu-ilmu Forensik.
Identifikasi Massal adalah proses pengnalan jati diri korban missal yang terjadi akibat
bencana identifikasi dilakukan dengan memanfaatkan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi

22
Blok Forensic In Dentistry 2018

pada korban hidup atau mati, namun dalam pedoman ini dibatasi hanya untuk identifikasi
korban mati.
Korban Massal adalah korban yng terdiri dari manusia/ ornag-porang baik yang
hidup, mati, luka berat dan ringan, serta hilang, yang jumlahnya banyak, disebabkan akibat
bencana yang besar. Bencana Massal adalah suatu peristiwa yang terjadi secara
mendadak/tidak terncana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak
terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekositem, sehingga diperlukan tindakan
darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia dan
lingkungannya.

Vignette :
Telah tenggelam kapal laut yang mengangkut imigran dari luar negeri di perairan
Tulungagung laut Jawa. Kapal tersebut mengangkut sekitar 300 orang. Tim Basarnas
Indonesia telah menemukan dan melakukan evakuasi korban meninggal sejumlah 214
jenazah. Jenazah kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya Polda Jawa
Timur untuk dilakukan proses identifikasi dengan prosedur DVI.

Learning Task :
1. Jelaskan pengertian bencana dan prosedur DVI!
2. Jelaskan mengapa diperlukan prosedur DVI untuk menidentifikasi korban meninggal
pada musibah tersebut?
3. Sebutkan dan jelaskan phase-phase dalam operasi DVI!
4. Jelaskan pengertian Data ante mortem dan post mortem, Bagaimanakah caranya
memeprolehnya?

DAFTAR REFERENSI
1. Buku Ilmu Kedokteran Forensik, Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK UI.
2. Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada Bencana Massal, Kerjasama
antara Departemen Kesehatan RI dan Kepolisian Negara RI
3. KUHAP.
4. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
5. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

23
Blok Forensic In Dentistry 2018

Topik 6

Identifikasi Odontologis
Dr. drg. Haris Nasutianto, M.Kes. Sp.RKG (K)

Metode identifikasi terdiri dari 2, yaitu metode Primer dan Sekunder. Metode
Primer terdiri dari pemeriksaan Sidik jari (fingerprint), Rekam medis gigi (odontology) dan
DNA. Sedangkan metode sekunder antara lain pemeriksaan visual, properties, catatan medis
dll.
Metode rekam medis gigi merupakan metode yang simple, cepat, mudah dan
akurat. Gigi merupakan sarana identifikasi yang efektif antara lain karena: kemungkinan 2
orang identik keadaan giginya adalah 1: 2 milyar, gigi tidak mudah lapuk dan tahan panas
serta gigi dapat untuk pemeriksaan DNA. Gigi juga bisa digunakan untuk identifikasi umur
dan ras
Terdapat 4 cara pemeriksaan gigi yaitu pemeriksaan normal, insisi ekstra oral
(facial dissection), insisi inframandibula dan reseksi mandibular. Cara apa yang digunakan
tergantung dari kondisi korban.

LEARNING TASK :
1). Jelaskan macam metode identifikasi
2). Jelaskan kelebihan identifikasi gigi dibandingkan dengan metode fingerprint dan DNA
3). Jelaskan tata cara pemeriksaan gigi.

24
Blok Forensic In Dentistry 2018

TOPIK 7

Disaster Victim Identification (2)


Dr. drg. Haris Nasutianto, M.Kes. Sp.RKG (K)

Letak Indonesia yang berada pada ring of fire menyebabkan Indonesia salah satu
daerah yang rawan bencana (disaster). Bencana di Indonesia bisa berupa tsunami, tanah
longsor, erupsi gunung berapi, gempa bumi dll, atau konflik SARA dan politik. Bencana
tersebut sering kali menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit, karena itu perlu dipahami
manajemen identifikasi pada bencana (disaster victim identification).
Ada 5 fase pada DVI, yaitu Fase 1 (Scene), Fase 2 (Mortuary, pengumpulan data
Postmortem), Fase 3 (Pengumpulan data Antemortem), Fase 4 (Rekonsiliasi) dan Fase 5
(Debriefing/evaluasi). Dokter gigi bisa terlibat pada semua fase.
Pada korban masal, terlebih dahulu dilakukan seleksi untuk pengelompokan korban
berdasarkan ras dan kelamin untuk memudahkan pemeriksaan.
Dokter gigi sudah banyak berperan pada proses identifikasi pada disaster, misalnya
pada Bom bali 1, Bom Bali 2, Air Asia, Tsunami aceh dll.

LEARNING TASK
1). Jelaskan mengapa pemahaman manajemen DVI penting di Indonesia?
2). Jelaskan Fase fase pada DVI
3). Jelaskan cara pengelompokan korban pada bencana masal.
4) berikan contoh pengisian Form AM/PM sesuai standar DVI

25
Blok Forensic In Dentistry 2018

TOPIK 8 dan 9

Prosedur Pengambilan Barang Bukti dan


Sampel Serta Pemeriksaan Penunjang Oleh
Dokter Gigi
Dr. Ida Bagus Alit, Sp.F, DFM

Dalam perundang-undangan, tenaga kesehatan (dokter dan dokter gigi) mempunyai


kewajiban hukum untuk membantu proses pembuktian hukum (legal proofing). Pembuktian
hukum adalah membuktikan memang benar tindak Pidana terjadi dan memang benar
tersangka adalah pelakunya, sehingga dalam proses ini dapat dimintakan pemeriksaan
terhadap korban dan atau tersangka.

Untuk membuktikan tindak Pidana, dokter gigi diminta untuk memeriksa dan mengumpulkan
bukti medis sesuai dengan kompetensi Kedokteran gigi yaitu bukti medis yang berhubungan
dengan gigi dan mulut. Bukti medis adalah bukti yang terdapat pada tubuh manusia atau yang
bersumber dari tubuh manusia. Bukti medis yang sering dimintakan penyidik kepada Dokter
Gigi adalah data post-mortem gigi (dental Record) untuk identifikasi korban yang masih
belum teridentifikasi. Karena setiap Tindak Pidana harus ada korban ( No Crime Without
Victim).Disamping itu luka-luka dengan pola tertentu seperti bekas gigitan (Bite Marks)
memerlukan pemeriksaan Dokter Gigi. Dalam hal ini pemeriksaan Radiologi gigi sangat
diperlukan. Demikian juga analisa air liur dan komponen lain dari rongga mulut yang
memerlukan pemeriksaan Laboratoris.

Pada kasus keracunan, ada beberapa racun yang bersifat stabil yaitu racun yang masih dapat
dideteksi dalam tubuh dalam jangka waktu lama karena terdeposit dalam bagian tubuh yang
padat seperti tulang, kuku dan gigi. Dalam pemeriksaan toksikologi Forensik, bukti-bukti
medis yang berhubungan dengan racun harus dapat menjelaskan : cara masuk racun tersebut
(route of Administration), distribusi racun yang bersifat sistemik, eksresi racun dan apakah
racun relevans sebagai penyebab kematian.

26
Blok Forensic In Dentistry 2018

Dalam pengambilan barang bukti, pengertian kriminalistik sangat diperlukan sehingga Dokter
Gigi mampu menatalaksana barang bukti agar tetap terjaga keasliannya (Chain of custody).
Dalam setiap tindak pidana pasti ada kontak antara korban, pelaku, senjata yang digunakan
pelaku dan TKP (scene of crime). Semua Barang Bukti tersebut saling berhubungan
mebentuk Segitiga Barang Bukti (Triad of Evidence). Beberapa konsep kriminalistik dapat
diterapkan seperti Konsep Locard dan konsep Individualistik.

Keyword :

Dokter Gigi, bukti medis, pemeriksaan tambahan

References:

1. Undang-undang Republik Indonesia nomer … tahun 1946 tentang KitabUndang-


undangHukumPidana Indonesia
2. Undang-undangRepublik Indonesia nomer81 tahun 1981tentangKitabUndang-
undangHukumAcaraPidana
3. Undang-undangRepublik Indonesia nomer36 tahun 2009tentangKesehatan
4. Undang-undangRepublik Indonesia nomer 29 tahun 2004 tentangPraktekKedokteran
5. Kode Etik Dokter Indonesia
6. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, Hertian S, et al.
Ilmukedokteranforensik. First Edition. Jakarta:
BagianKedokteranForensikFakultasKedokteranUniversitas Indonesia; 1997.
7. Sampurna B, Samsu Z. PerananIlmuForensikDalamPenegakanHukum. Jakarta:
BagianKedokteranForensikFakultasKedokteranUniversitas Indonesia; 2003
8. Dahlan S. IlmuKedokteranForensik. Semarang: BadanPenerbitUniversitasDiponegoro;
2000.

Vignette

Jenazah laki-laki tidak dikenal ditemukan di semak-semak yang beralaskan padang rumput.
Jenazah diketahui korban pembunuhan karena terdapat luka tusuk pada punggung dan luka
tangkisan (defense wound) pada lengan. Pada lengan atas terdapat luka bekas gigitan.

27
Blok Forensic In Dentistry 2018

Berdasarkan gambaran rumput dibawah jenazah menunjukkan sudah ada kehilangan klorofil
tetapi tanda pembusukan pada jenazah tidak sesuai dengan perkiraan kehilangan klorofil pada
rumput.

Assignments:

1. Jelaskan peran dan langkah Dokter Gigi dalam mengidentifikasi korban tersebut.
2. Pada korban juga ditemukan luka bekas gigitan (bite Marks). Bagaimana documentasi
naratif dan fotografi luka tersebut serta alasannya
3. Bagaimana prosedur pengambilan sampel dan tatalaksana Barang Bukti pada luka
bekas gigitan
4. Tanda pembusukan lebih lambat yang dapat disebabkan oleh keracunan. Bagaimana
prosedur dan bahan apa saja yang diambil untuk pembuktian kasus keracunan

Topik 10
Peran Dokter Gigi Dalam Proses Peradilan
dr. Kunthi Yulianti, Sp.KF

Di dalam pembuktian perkara tindak pidana yang berkaitan dengan tubuh atau jiwa manusia,
penyidik (Polisi) berwenang meminta bantuan dari dokter/dokter forensic untuk melakukan
pemeriksaan dan meminta keterangan dari hasil pemeriksaan tersebut baik tertulis (Visum et
Repertum) maupun lisan. Dalam hal dokter forensik memerlukan ahli lain untuk membantu
melakukan pemeriksaan, dokter forensik dapat meminta bantuan ahli lain dengan melakukan
konsultasi, misalnya kepada dokter gigi dalam pemeriksaan gigi korban, kepada ahli
toksikologi untuk pemeriksaan racun dalam tubuh korban dan lain-lain. Ahli yang diminta
bantuan konsultasinya akan melakukan pemeriksaan sesuai keahliannya dan membuat
laporan hasil pemeriksaannya dalam bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan ahli
tersebut dapat dimasukan sebagai bagian dalam Visum et Repertum yang menjadi bahan
dalam melakukan analisa dan interpretasi hasil pemeriksaan sehingga dapat dibuat
kesimpulan oleh dokter forensik. Dalam hal penegak hukum memerlukan penjelasan lebih
rinci mengenai hasil pemeriksaan, dapat meminta keterangan Ahli baik dokter forensik
sebagai Ketua Tim pemeriksa maupun Ahli lain yang telah memberikan konsultasi dari

28
Blok Forensic In Dentistry 2018

pemeriksaan korban, baik secara lisan dalam bentuk Berita Acara Pemeriksaan Ahli ataupun
Keterangan Ahli pada persidangan.

Sebagai professional yang termasuk katagori ahli, dokter gigi seharusnya mengetahui tata
cara bila dimintai bantuannya serta tata cara penyampaian keterangan ahli untuk kepentingan
peradilan yang dikenal dengan istilah prosedur medikolegal. Prosedur medikolegal adalah
tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang
juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Adapun ruang lingkup prosedur
medikolegal yang terkait dengan dokter gigi antara lain :

 Surat Keterangan Medik


 Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan
ahli di dalam persidangan
 Kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran
 Pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka, dan lain-lain

Keyword :

Doktergigi, keteranganahli, prosedurmedikolegal

References:

9. Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia


10. Undang-undang Republik Indonesia nomer 81 tahun 1981 tentang KitabUndang-
undang Hukum Acara Pidana
11. Undang-undang Republik Indonesia nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
12. Undang-undang Republik Indonesia nomer 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
13. Kode Etik Dokter Indonesia
14. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, Hertian S, et
al. Ilmu Kedokteran Forensik. First Edition. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
15. Sampurna B, Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003
16. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro; 2000.

29
Blok Forensic In Dentistry 2018

Vignette

Jenazah tidak dikenali identitasnya, diantar oleh polisi ke Instalasi Kedokteran Forensik
(IKF) dengan disertai surat permintaan Visum et repertum. Dijelaskan oleh polisi yang
mengantar bahwa jenazah ditemukan diperairan kawasan Teluk Benoa, diduga sebagai salah
satu korban kapal tenggelam dua hari sebelumnya. Jenazah diterima oleh petugas IKF dan
diberikan identitas sementara sebagai Body 001/X/2016 agar tidak tertukar dengan jenazah
lain. Dokter Forensik melakukan pemeriksaan jenazah secara lengkap (otopsi) namun
secaramakroskopistidakmenemukanpenyebabkematiandarikorban. Untukitudokter forensik
mengambil sampel dari organ-organ tubuh korban untuk dimintakan pemeriksaan
Histopatologi dan toxikologi. Selain pemeriksaan tersebut dokter forensic mengajukan
konsultasi kepada dokter gigi berkaitan dengan pemeriksaan gigi forensik untuk
pengumpulan data identifikasi postmortem. Selain berkonsultasi dengan dokter gigi berkaitan
dengan data identifikasi postmortem dokter forensik juga mengambil sampel untuk
pemeriksaan DNA.

Learning task :

1. Jelaskan bagaimana tata cara pemberian bantuan oleh dokter gigi untuk kepentingan
peradilan?
2. Jelaskan hubungan rahasia kedokteran dengan keterangan ahli untuk kepentingan
peradilan!
3. Bila seorang dokter gigi diminta untuk memberikan surat keterangan medis berkaitan
dengan riwayat pasien yang telah diarawat oleh keluarga pasien dengan alasan untuk
kepentingan mencocokan data identifikasi karena diduga pasien menjadi korban kapal
tenggalam, bolehkan seorang dokter gigi mengeluarkan surat yang dimaksud?
4. Bagaimana hubungan rahasia medis dengan keterangan yang dibuat oleh dokter gigi
sesuai dengan soal poin ketiga?

30
Blok Forensic In Dentistry 2018

Topik 11

PENENTUAN USIA, JENIS KELAMIN DAN RAS

Drg. Nyoman Sidi Wisesa, M.Biomed

Drg. IGA Sri Pradnyani, M.Biomed.

Metode Schour dan Massler membuat table tentang gambaran pertumbuhan gigi
mulai dari lahir sampai umur 21 tahun, yang banyak digunakan dalam ilmu kedokteran gigi
klinis khususnya ordontis untuk merencanakan atau mengevaluasi perawatan gigi. Tabel ini
biasa digunakan untuk mempelajari gigi geligi dimana yang sudah seharusnya tanggal atau
seharusnya tumbuh pada umur tertentu. Untuk penentuan umur penggunaanya jusyru melihat
gigi yang sudah ada didalam mulut dan menentukan umurnya dengan bantuan table Schour
dan Massler.

Tahap mineralisasi menurut metode demirjian adalah proses kalsifikasi benih gigi
tetap dari benih gigi tanpa kalsisifikasi sampai selesainya pembentukan akar gigi yaitu :

1. Tahap A : Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain

2. Tahap B : Fusi dari titik mineralisasi ; kontur permukaan oklusal sudah terlihat

3. Tahap C : Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses disposisi dentin

4. Tahap D : Pembentukan mahkota sudah selesai

5. Tahap E : Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkota

6. Tahap F : Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota

7. Tahap G : Pembentukan akar sudah selesai, tetapi foramen apikalnya sudah terbuka

8. Tahap H : Foramen apikal sudah tertutup

Penentuan jenis kelamin dan ras pada korban postmortem yang tidak dikenali dapat
dilakukan dengan pemeriksaan odontologi forensik. Penentuan jenis kelamin melalui
pemeriksaan odontologi forensik dapat dilakukan dengan metode morfologi dan
laboratorium. Ras dibagi dalam 3 ras besar yaitu kaukasoid, mongoloid dan negroid.
Penentuan ras juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan odontologi forensik karena
masing-masing ras memiliki ciri-ciri morfologi yang khas.

31
Blok Forensic In Dentistry 2018

Learning task:

1. Sesosok mr x ditemukan dengan kondisi jasad tidak utuh akibat dari bencana alam.
Dari jasad tersebut hanya rahang dan gigi yang masih utuh. Setelah dilakukan foto
panoramik didapatkan hasil seperti dibawah ini. Berrdasarkan hasil foto ramik
dibawah, berapa kira-kira umur korban ini ??

2. Sesosok mr x ditemukan dengan kondisi jasad tidak utuh akibat dari ledakan bom,
terdapat rahang gigi yang masih utuh. Setelah dilakukan foto panoramik hasil foto
tersebut seperti dbawah ini . Berdasarkan metode demirjian, benih gigi yang terlihat
tersebut termasuk penggolongan apa? Jelaskan .

3. Sebutkan dan jelaskan penggologan dari “A” dan “H pada metode demirjian .

32
Blok Forensic In Dentistry 2018

Topik 12

TEKNIK ANALISIS BEKAS GIGITAN

Drg. Desak Nyoman Ari Susanti, MKes.

Teknik analisis bekas gigitan merupakan hal yang komplek dengan mencakup banyak
faktor yang terlibat didalamnya, kedokteran gigi forensik mampu mengidentifikasi pelaku.
Pergerakan dari rahang dan lidah saat menggigit berkontribusi pada tipe gigitan yang
ditinggalkan. Tergantung lokasi gigitan, tidak mudah untuk menemukan bekas
gigitan/bitemark yang lengkap dengan kedua rahang (atas dan bawah). Biasanya bekas
gigitan hanya tampak satu rahang yang lebih jelas. Jika korban bergerak pada saat digigit
maka bekas bekas gigitan akan tampak berbeda. Apabila ditemukan bekas gigitan pada
korban, sesegera mungkin untuk memanggil dokter gigi forensik , karena bekas gigitan dapat
berubah seiring waktu. Tahap pertama identifikasi bekas gigitan adalah memastikan bahwa
itu adalah bekas gigitan manusia, gigitan hewan meninggalkan bekas yang berbeda.
Kemudian bekas gigitan di sweb untuk diperiksa DNA dari saliva pelaku yang tertinggal
pada korban.

Dokter gigi forensik harus mendokumentasikan bekas gigitan tersebut. Memar pada bekas
gigitan dapat timbul 4 jam setelah digigit dan hilang setelah 36 jam. Kalau korban meninggal
, dokter gigi harus menunggu sampai lividity stage. Dokumentasi foto harus menggunakan
penggaris untuk memastikan arah , kedalaman dan ukuran gigitan. Bekas gigitan dipotong
dan diawetkan dengan formalin, lalu dicetak dengan silikon. Nantinya akan dibandingkan
antara cetakan silikon bekas gigitan dengan cetakan gigi tersangka.

Learning task:

1.Ceritakan sejarah tentang bitemark

2. Ceritakan dan diskusikan beberapa kasus yang berkaitan dengan bitemarks yang membantu
terungkapnya kasus pembunuhan (2 kasus)

3. Apa beda bitemarks dengan teeth marks?

4. Sebutkan dan jelaskan prosedur identifikasi dengan bitemarks.

33
Blok Forensic In Dentistry 2018

Topik 13

REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI FORENSIK

Drg. Sari Kusumadewi, M.Biomed.

Rekam medik kedokteran gigi adalah suatu dokumentasi yang sistematis mengenai riwayat
perawatan kesehatan gigi seorang pasien oleh sarana pelayanan kesehatan. Dokumentasi ini
dapat berupa catatan tertulis atau dalam bentuk elektronik, namun harus berisi informasi yang
lengkap dan akurat tentang identitas pasien, diagnosa, perjalanan penyakit, kode penyakit
ICD 10, proses pengobatan dan tindakan medis serta dokumentasi hasil pemeriksaan.

Membuat rekam medik merupakan kewajiban seorang dokter gigi yang melakukan pelayanan
kesehatan gigi pada pasien. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang nomer 29 tahun 2004
tentang praktek kedokteran pasal 46 (1) yang berbunyi:

“Setiap dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
medis”

Memenuhi Permenkes 269 tanun 2008 tentang rekam medik, Odontogram masuk dalam
standar rekam medik kedokteran gigi., yang terbagi dalam 4 bagian utama:

1. Identitas pasien

2. Odontogram

3. Tabel perawatan

4. Lampiran pelengkap/penunjang: x-ray, hasil laboratorium, inform consent dsb.

Learning task.

Latihan pengisian Rekam Medik Kedokteran Gigi sesuai Permenkes 269 tahun 2008

34

You might also like