You are on page 1of 10

PENGARUH KOMBINASI PIJAT BBLR DAN KMC TERHADAP ROOTING-SUCKING REFLEX

NEONATUS BBLR DI RSUD SLEMAN TAHUN 2016

Wahyu Surya Rhomawati1, Dwiana Estiwidani2, Sujiyatini3


1,2,3)
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta Jalan Mangkuyudan MJ III No. 304.
Email: wahyusuryarhomawati@gmail.com

ABSTRACT
Infant Mortality Rate (IMR) was one measure of the health status of a country. Various attempts were made to reduce IMR. One of the
LBW problems was a weight that did not increase due rooting sucking reflex was not robust. This study was aimed determine the
difference rooting sucking reflex LBW infants neonatal who did a combination of massage and KMC compared to those who do only
KMC in RSUD Sleman 2016. This type of study was the experiment. The study design was a non equivalent control group. Study was
conducted in RSUD Sleman on November 1 until Desember 30, 2016. The subjects were LBW neonates in hospitals who birthed on
October to December 2016 that matched with criteria. The total sample in this study were 46 respondents. Data collected by form
observation of rooting sucking reflex and stopwatch. Analysis of data used Man Whiteney and Wilcoxon. Bivariable analysis
resulted count value z> z table and a p-value <0.05. There was a significant difference between LBW who get massage combination
with KMC compared only KMC. The conclusion from this study was there were different effect LBW message combination with KMC
and KMC to rooting sucking reflex neonatal LBW in RSUD Sleman 2016.

Keywords: LBW, Massage, KMC.

INTISARI
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu tolok ukur derajat kesehatan sebuah negara. Berbagai upaya dilakukan untuk
menurunkan AKB. Salah satu masalah yang dihadapi BBLR adalah berat badan yang tidak mengalami kenaikan dikarenakan
rooting-siucking reflex yang belum adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rooting-siucking reflex pada
neonatus BBLR yang dilakukan kombinasi pijat bayi dan KMC dibandingkan yang hanya dilakukan KMC saja di RSUD Sleman
tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah experiment. Rancangan penelitian atau desain penelitian ini adalah non equivalent control
group Penelitian ini dilakukan di RSUD Sleman pada tanggal 1 November sampai dengan 30 Desember 2016. Subjek penelitian ini
adalah neonatus BBLR di RSUD Sleman bulan Oktober sampai Desember 2017 yang memenuhi kriteria. Jumlah sampel sebanyak
46 responden. Instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi rooting-siucking reflex dan stopwatch. Analisis data
menggunakan Man Whiteney dan Wilcoxon. Hasil analisis bivariabel didapatkan nilai z hitung > z tabel dan p-value<0,05. Ada
perbedaan yang signifikan antara kombinasi pijat BBLR dan KMC dengan KMC saja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada
perbedaan kombinasi pijat BBLR dan KMC terhadap rooting-siucking reflex neonatus BBLR di RSUD Sleman tahun 2016.

Kata Kunci: BBLR, Pijat, KMC.

23
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 23-32

PENDAHULUAN dan Kabupaten Sleman. Di Kabupaten Sleman


Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah bayi berat lahir rendah menurut jenis kelamin
3
salah satu tolok ukur derajat kesehatan negara. sebanyak 498 kasus .
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkannya. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
Di Indonesia, program penurunan AKB dimulai menunjukkan, seluruh rumah sakit di kabupaten
sejak tahun 1990-an dan berhasil turun signifikan1. dan kota di Provinsi DI Yogyakarta melakukan
Kematian bayi paling sering terjadi pada periode upaya pemeliharaan kesehatan neonatus BBLR.
2
neonatal . Neonatus adalah bayi baru lahir (BBL) Salah satu upaya tersebut adalah KMC (Kangoroo
yang berusia sampai 28 hari. Pada neonatus terjadi Mother Care) atau PMK (Perawatan Metode
perubahan besar dari kehidupan di dalam rahim dan Kanguru). KMC merupakan cara menggendong
terjadi pematangan organ hampir semua sistem. bayi dengan tujuan meningkatkan angka kontak
Bayi berusia kurang dari satu bulan merupakan skin to skin. Beberapa penelitian menunjukkan
golongan umur yang memiliki risiko gangguan bahwa metode tersebut berhasil meningkatkan
kesehatan paling tinggi. Selain itu, kurang baiknya berat bayi. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya di
penangan BBL yang sehat akan menyebabkan beberapa rumah sakit, KMC dilakukan terputus
kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat dikarenakan kondisi bayi dab ibu pasca salin yang
seumur hidup bahkan kematian. belum stabil serta keterbatasan ruangan di ruang
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa perawatan bayi dan atau Neonatal Intra Care Unit
78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 (NICU). Oleh karena itu, dibutuhkan tidakan agar
hari. Risiko kematian yang tinggi dan berbagai kontak skin to skin bayi BBLR di ruang perawatan
serangan komplikasi pada minggu pertama tetap berlangsung.
kelahiran mengharuskan setiap bayi baru lahir BBLR akan mengalami banyak masalah
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih antara lain, hipotermi, sindrom gawat nafas,
sering, minimal dua kali dalam minggu pertama. perdarahan intrakranial, hiperbillirubinemia dan
Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara hipoglikemi karena daya hisap bayi yang lemah.
dini penyakit atau tanda bahaya pada neonatus. Masalah terbesar dari BBLR adalah refleks hisap
Pertolongan dapat segera diberikan untuk yang lemah yaitu sebesar 70%4. Bayi tidak
mencegah penyakit bertambah berat yang dapat matur/BBLR memiliki cadangan lemak coklat yang
menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus lebih sedikit saat lahir. Oleh karena itu, upaya
merupakan salah satu intervensi menurunkan menurunkan angka kematian BBLR adalah dengan
kematian bayi baru lahir1. mengatasi masalah yang terjadi terhadap reflek
Perhatian terhadap penurunan angka hisap yang lemah dan mencegah cold stress, yaitu
kematian menjadi penting karena kematian dengan memberikan stimulasi sejak dini berupa
neonatal memberi kontribusi terhadap 59% sentuhan pemijatan terhadap jaringan otot di sekitar
kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi mulut. Perawatan KMC juga dilakukan sebagai
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, alternatif pengganti inkubator untuk
Angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 menghangatkan bayi. Pijat bayi baru lahir pada bayi
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini prematur terbukti mengurangi stress bayi di NICU,
sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 meningkatkan berat badan dan meningkatkan
5
dan hanya menurun satu poin dibandingkan SDKI perkembangan mental . Hasil penelitian yang
tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran dilakukan oleh Karbasi et al (2013)6 juga
hidup1.Peyebab kematian neonatal di Indonesia tiga menunjukkan bahwa bayi dengan BBLR meningkat
urutan terbesar yaitu asfiksia (29%), berat badannya setelah dilakukan pemijatan. Selain
BBLR/Prematuritas (27%), dan tetanus itu, Field et al (2016)7 menyebutkan bahwa
neonatorum (10%). Daerah Istimewa (DI) taktil/stimulasi kinestetik yang terdiri dari membelai
Yogyakarta dengan persentase BBLR 9% tubuh dan gerakan pasif anggota badan selama 15
menempati urutan 12 setelah Sumatera Selatan, menit per hari selama 10 hari menyebabkan
Kep. Riau, DKI, Bali, DI Aceh, Riau, Jambi, neonatus yang dirangsang rata-rata 47%
Lampung, Sulawesi Utara, dan Sumatera Barat. Hal meningkat berat badannya perhari. Hal tersebut
tersebut hanya satu level di bawah jumlah rata-rata juga menyebabkan neonatus lebih aktif dan
1
BBLR nasional . AKB tahun 2011 masih tetap waspada selama pengamatan perilaku
dengan tahun sebelumnya yaitu 17 per 1000 tidur/bangun, lebih mampu beradaptasi, memiliki
kelahiran hidup. Jumlah kelahiran berat lahir rendah motorik yang lebih bagus, dan memiliki masa tinggal
didominasi di Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten di rumah sakit enam hari lebih pendek.
Kulon Progo, Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta,

24
Rhomawati, Estiwidani, Sujiyatini, Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR dan KMC.....

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti intervensi program kesehatan dengan suatu
pada seluruh rumah sakit kabupaten dan kota di kelompok kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu
8
provinsi DIY menunjukkan bahwa program KMC kelompok yang benar-benar sama . Rancangan
paling sering dilakukan di RSUD Sleman. Di RSUD penelitian ini adalah pre-test and post-test with
Sleman, KMC merupakan prosedur tetap bayi control group design. Penelitian ini dilakukan
BBLR tanpa kondisi pemberat. Selain itu, penentuan subjek penelitian yaitu bayi baru lahir
pelaksanaan KMC di RSUD Sleman juga sebagai secara consecutive sampling. Bayi yang memenuhi
wujud latihan ibu bayi BBLR untuk menyusui kriteria dikelompokkan menjadi dua kelompok.
bayinya. Hal tersebut juga sebagai upaya Pengelompokan bayi yang dilakukan dipijat BBLR
menurunkan keinginan penggunaan susu formula dan KMC sebagai kelompok eksperimen (kelompok
pada bayi BBLR. Di rumah sakit tersebut pernah perlakuan) dan bayi yang dilakukan KMC sebagai
dilakukan penelitian tentang KMC, namun belum kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi
pernah ada penelitian mengenai pijat bayi BBLR. perlakuan).
Pelaksanaa pijat bayi BBLR dilakukan secara Subjek penelitian (S) dibagi dalam dua
berkesinambungan. Oleh karena itu, akses kelompok. Pada penelitian ini kelompok
keterjangkauan peneliti terhadap tempat penelitian eksperimen dan kelompok kontrol, rooting-sucking
sangatlah penting. Berdasarkan uraian di atas, reflex neonatus terlebih dahulu dilakukan pretest
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian (01). Kemudian pada kelompok eksperimen
"Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR dan KMC diintervensi pijat BBLR dan KMC (XA). Beberapa
terhadap Rooting-Sucking Reflex Neonatus BBLR waktu setelahnya dilakukan posttest (02) pada
di RSUD Sleman Tahun 2016." rooting-sucking reflex. Pada kelompok kontrol
Tujuan umum penelitian ini adalah intervensi dilakukan KMC saja (XB). Beberapa
diketahuinya pengaruh kombinasi pijat BBLR dan waktu setelahnya dilakukan posttest (02'). Pada
KMC terhadap rooting-sucking reflex neonatus penelitian ini peneliti melakukan perlakuan selama
BBLR di RSUD Sleman tahun 2016.Tujuan tiga hari berturut-turut.
khususnya diketahuinya karakteristik responden Pengambilan data penelitian ini dilakukan 1
meliputi usia gestasi, berat lahir, dan jenis kelamin, November sampai30 Desember 2016.Penelitian
diketahuinya perbedaan rooting-sucking reflex dilakukan di RSUD Sleman Yogyakarta, Jalan
responden pada tiap-tiap kelompok, dan Bayangkara No 48, Triharjo, Kecamatan Sleman, DI
diketahuinya perbedaan perubahan rooting- Yogyakarta. Pemilihan RSUD Sleman Yogyakarta
sucking reflex responden pada kedua kelompok. berdasar data dan merupakan hasil studi
Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pendahuluan. Dari studi pendahuluan, KMC di
serta menjadi sumber informasi pijat BBLR dan RSUD Sleman rutin dilakukan pada bayi dengan
KMC. Selain itu, mampu menstimulasi responden berat badan lahir rendah atau prematur. Bahkan
agar terjadi perbaikan kondisi. Hasil penelitian ini sudah menjadi protap. Selain itu, RSUD Sleman
dapat dijadikan referensi bidan dan perawat merupakan rumah sakit tipe B, sehingga
perinatal untuk merencanakan, melaksanaan, merupakan rumah sakit rujukan pertama dari rumah
mengoptimalisasikan, pelayanan kesehatan sakit tipe C dan D, serta rujukan bagi fasilitas
neonatus BBLR, terutama untuk menstimulasi pelayanan kesehatan tingkat 1 (FPK 1).
perbaikan rooting-sucking reflex BBLR Neonatus. Populasi penelitian ini adalah seluruh BBLR
Selanjutnya, peneliti memperoleh informasi ilmiah pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2016
pengaruh kombinasi pijat BBLR dan KMC terhadap sejumlah 61 BBLR.Sampel dalam penelitian ini
rooting-sucking reflex. adalah seluruh BBLR pada bulan Oktober sampai
dengan bulan Desember tahun 2016 yang
METODE memenuhi kriteria. Adapun kriteria yang ditentukan
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. adalah kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi
Penelitian ini melakukan percobaan (experiment), meliputi bayi dengan kesediaan orang tuanya
yang bertujuan mengetahui gejala atau pengaruh menjadi responden, terdaftar sebagai pasien ruang
yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan perinatal RSUD Sleman Yogyakarta bulan Oktober
tertentu8. Pada penelitian ini dilakukan percobaan sampai Desember 2016, berusia 0-28 hari
atau pemberian intervensi pijat BBLR dan (neonatus), dan berat lahir kurang dari 2500.
KMC.Rancangan penelitian atau desain penelitian Kriteria eksklusi meliputi bayi dengan kelainan
ini adalah non equivalent control group. Rancangan bawaan (cacat konginetal), bayi yang sedang dalam
non equivalent control group merupakan rancangan keadaan sakit berat (terpasang ET, cypep, dan alat
penelitian eksperimen untuk membandingkan hasil bantu stabilitator lainnya), bayi tiba-tiba mengalami

25
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 23-32

apnea/dis-stress pernafasan, ditandai dengan kulit penyembuhan yang masih memerlukan


bayi membiru, meningkatnya frekuensi pernafasan pengobatan medis (infus, oksigen, dll). Durasi KMC
dan terdapat retraksi dinding dada, bayi dinyatakan yang diukur dalam penelitian ini adalah 2 jam
tidak dapat dilakukan KMC oleh petugas kesehatan dengan frekuesi 1x/hari. Alat ukur yang dipakai
di ruang perinatal RSUD Sleman untuk mengukur durasi KMC sendiri adalah
Banyaknya sampel didapatkan dari rumus stopwatch. Cara mengukur durasi dimulai dari bayi
besar sampel untuk uji hipotesis terhadap rerata awal dilekatkan sampai dua jam.
dua populasi9. Hasil penelitian sebelumnya yang Rooting-sucking reflex dalam penelitian
dilakukan Hikmah (2010)10 tentang pengaruh terapi merupakan kemampuan responden dalam mencari
sentuhan terhadap suhu dan frekuensi nadi bayi puting susu dan menghisap puting susu.
prematur yang di rawat di ruang perinatologi RSUD Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah
Kabupaten Tangerang dengan jumlah masing- perlakuan. Penilaian rooting-sucking reflex
masing untuk kelompok kontrol dan kelompok dilakukan dengan mendekatkan jari tangan dan
intervensi adalah 15 bayi didapatkan standar menyentuhkannya ke pipi dan daerah sekitar mulut
deviasi dari beda dua rata-rata berpasangan adalah bayi. Nilai 0 apabila bayi non reaktif, 1 apabila bayi
0,20. Pada penelitian tersebut juga didapatkan hasil menggerakkan bagian mulut atau sudut mulutnya, 2
pengukuran rata-rata suhu badan sebelum apabila bayi menggerakkan sudut mulutnya sambil
intervensi sebesar 36,69 dan rata-rata berat badan menoleh dan atau menghisap. Klasifikasi
sesudah intervensi sebesar 36,87. Berdasarkan pemberian nilai didasarkan pada ciri rooting-
rumus tersebut dan merujuk pada hasil penelitiaan sucking reflex menurut Bobak dkk (2007)4.
10
Hikmah (2010) , besar sampel minimal yang Pengukuran dilakuakn tiga hari berturut-turut.
diperlukan adalah 19 bayi dan mengantisipasi drop Kemudian dilihat rerata perbedaan sebelum dan
out maka jumlah sampel ditambah 20% jumlah sesudah dilakukan intervensi. Usia
sampel minimal. Jumlah sampel yang dibutuhkan kehamilan/gestasi dalam penelitian ini merupakan
sebanyak 23 bayi untuk setiap kelompok. Sejumlah karakteristik yang dianalisis secara univariat.
sampel tersebut diambil teknik consecutive Usia gestasi dalam penelitian ini adalah
sampling, sebagaimana yang disebutkan oleh lama waktu bayi masih berada dalam kandungan
Sastroasmoro (2014)9 yaitu dengan cara semua sampai lahir. Skala data yang digunakan yaitu
subjek yang datang dan memenuhi kriteria nominal polikotom. Klasifikasi usia gestasi
pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai neonatus berdasarkan usia gestasi menurut WHO
jumlah subjek penelitian terpenuhi. Peneliti dalam Manuaba dkk (2010)12. Berat badan adalah
mengambil 23 neonatus BBLR yang memenuhi parameter yang menggambarkan jumlah protein,
kriteria untuk kelompok kontrol selanjutnya dengan lemak, air dan mineral pada tulang, dan merupakan
jumlah dan kriteria yang sama untuk kelompok ukuran status gizi bayi. Berat badan dalam
intrvensi. Hal ini dilakukan agar jumlah subjek penelitian ini merupakan berat badan lahir, yaitu
penelitian yang diinginkan sesuai rencana. karakteristik yang dianalisis secara univariat yang
Variabel independen penelitian ini yaitu didapatkan dari hasil penimbangan responden
kombinasi pijat BBLR dan KMC. Variabel dependen dengan tanpa busana dan dengan timbangan yang
dari penelitian ini adalah rooting-sucking reflex.Pijat sama untuk semua responden pada saat setelah
bayi dalam penelitian ini adalah pijat bayi lahir. Penimbangan berat badan pada penelitian ini
Neonatus/BBLR/Prematur berupa sentuhan menggunakan timbangan bayi di ruang perinatal
dengan melakukan penekanan lembut pada kepala, RSUD Sleman. Timbangan yang digunakan adalah
leher, punggung, lengan, dan kaki. Pemijatan timbangan dengan berat minimum 0 kg dan
dilakukan peneliti berdasarkan pedoman pijat bayi maksimum 25 kg. Data berat babadan lahir ini
umur 0-1 bulan (Roesli, 2011)11. Pijat dilakuakan 15 didapatkan dari rekam medis responden. Skala
menit setiap hari, selama 3 hari berturut-turut, skala data yang digunakan adalah skala nominal
data nominal. Pemberian metode KMC dalam polikotom. Klasifikasi berat badan bayi menurut
13
penelitian ini adalah perawatan BBL dengan Saifuddin (2009) . Jenis kelamin dalam penelitian
melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan ini merupakan karakteristik yang dianalisis secara
kulit ibu). KMC dalam penelitian ini merupakan univariat. Jenis kelamin dalam penelitian ini dilihat
KMC intermiten, yaitu KMC dengan jangka waktu dari alat kelamin bayi yang menjadi responden.
yang pendek (perlekatan lebih dari satu jam per Skala yang digunakan adalah nominal dikotom
hari) dilakukan saat ibu berkunjung. KMC ini yang tergiri dari dua kategori, yaitu laki-laki dan
dioreientasikan bagi bayi dalam proses perempuan.

26
Rhomawati, Estiwidani, Sujiyatini, Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR dan KMC.....

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji
primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh normalitas sebaran dan uji homogenitas varian.
dalam penelitian ini berupa jenis kelamin dan skor Uji homogenitas dilakukan untuk
rooting-sucking reflex responden. Data sekunder mengetahui kesamaan variasi subjek. Uji
yang diperoleh dari penelitian ini meliputi identitas, homogenitas kedua kelompok menggunakan uji
diagnosa penyakit, berat lahir, dan usia Homogenity of variance dengan software komputer.
kehamilan/gestasi responden. Pengumpulan data Uji tersebut bertujuan untuk menguji apakah kedua
primer penelitian ini dilakukan dengan pengamatan kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok
dan pengukuran. Data sekunder dikumpulkan kontrol) homogen atau tidak. Pengambilan
dengan cara melihat rekam medis (medical record). keputusan dengan besarnya nilai signifikasi
Namun beberapa data sekunder dilakukan juga probabilitas (p-value). Apabila p-value> 0,05 maka
dengan wawancara pada beberapa ibu responden. Ho diterima berarti kedua kelompok homogen.
Data sekunder penelitian ini dikumpulkan dengan Pada penelitian ini, didapatkan hasil p-value uji
mengisi lembar biodata responden pada lembar homogenitas sebaran data adalah 0.062. Hal ini
informed consent disertai wawancara pada masing- menunjukkan bahwa data yang diperoleh
masing responden terkait usia kehamilan, tanggal homogen.Uji normalitas data dilakukan dengan
lahir, dan berat lahir. Kemudian mencocokkan menggunakan shapiro wilk pada program software
dengan rekam medis pasien. Wawancara dilakukan komputer. Menurut Dahlan (2011), untuk sampel
setelah keluarga selesai mengisi lembar yang lebih sedikit (kurang atau sama dengan 50)
persetujuan menjadi responden.Alat yang pemilihan uji dengan shapiro wilk. Dasar
digunakan mengukur atau mengumpulkan data pengambilan keputusan dengan uji ini yaitu apabila
variabel dalam penelitian ini adalah stopwatch, p-value> 0,05 maka Ho diterima berarti kedua
timbangan berat badan dan lembar kontrol rooting- kelompok berdistribusi normal. Dalam penelitian ini
sucking reflex yang tertuang dalam master tabel. pengujian normalitas data dilakukan pada dua
Data penelitian ini dilakukan penyuntingan kelompok data. Dari hasil uji statistik didapatkan p-
untuk pengecekan dan perbaikan isian value kelompok intervensi adalah 0.00 dan p-value
kelengkapan lembar observasi dan lembar kelompok kontrol juga 0.00. Hal ini menunjukkan
pengukuran. Pada penelitian ini data dilakukan bahwa sebaran data tidak normal. Oleh karena itu,
coding untuk mengkode responden. Responden uji statistik yang digunakan statistik non parametrik.
yang dilakukan pijat dan KMC diberi kode 1 Uji statistic yang digunakan adalah Wilcoxon-test
sedangkan yang hanya dipijat saja diberi kode (Uji Beda Dua Kelompok Dependen)dan Mann
0.Selanjutnya, data dilakukan scoring pada Whitney.
observasi rooting-sucking reflex. Setiap hasil Subjek penelitian ini adalah manusia
observasi diberikan skor sesuai dengan ketentuan sehingga peneliti dalam penelitiannya berpegang
yang telah ditetapkan peneliti yaitu 0 untuk tidak ada pada etika penelitian. Terdapat beberapa prinsip
8
respon, 1 untuk BBLR yang terdapat rooting reflex, yang harus dipegang dalam penelitian Milton , yaitu
dan 2 untuk rooting-sucking reflex. Data yang menghormati harkat dan martabat manusia,
didapatkan saat penelitian dipindahkan ke dalam menghormati privasi dan kerahasiaan subjek
master tabel penelitian.Data dari master tabel penelitian, keadilan dan keterbukaan serta
selanjutnya dimasukkan komputer untuk diolah memperhitungkan manfaat dan kerugian yang.
dengan program komputer14.
Karakteristik yang dianalisis univariat HASIL
meliputi usia gestasi (kehamilan), berat badan lahir, Analisis Univariabel Karakteristik Responden
dan jenis kelamin. Analisis bivariabel adalah Penelitian
analisis yang dilakukan untuk mengetahui ada Analisis univariat pada penelitian ini
tidaknya hubungan kedua variabel, meliputi dilakukan untuk mencari persentase karakterisitik
variabel independen yaitu pemberian kombinasi pada tiap-tiap kelompok. Kareakeristik yang
pijat bayi dan KMC dengan variabel dependen yakni dianalisis meliputi usia getasi, berat lahir, dan jenis
rooting-sucking reflex. Hal tersebut dilakukan untuk kelamin. Peneliti melakukan analisis univariat
membandingkan skor rooting-sucking reflex menggunakan program komputer. Data yang
sebelum dan sesudah intervensi masing-masing dianalisis sebanyak 46 responden. Dari data yang
kelompok. Kemudian dilakukan analisis untuk didapatkan, distribusi frekuensi serta persentase
mengetahui efektivitas metode kombinasi pijat karakteristik masing-masing kelompok adalah
BBLR dan KMC terhadap rooting-sucking reflex. sebagai berikut.
Sebelum data yang diperoleh dianalisis, maka perlu

27
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 23-32

Tabel 1. Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata usia


Distribusi Frekuensi Responden gestasi responden yang dirawat di ruang
menurut Karakteristik Usia Gestasi, Berat Lahir,
perinatology RSUD Sleman adalah 34,87 minggu
dan Jenis Kelamin di RSUD Sleman
Oktober-Desember Tahun 2016 (n1=n2=23)
dengan standar deviasi 3,59. Berdasarkan berat
lahir, rata-rata berat lahir bayi adalah 2068,04 gram
Subjek dengan standar deviasi 368,05. Berat saat
Kelompok Kelompok dimulainya intervensi baik kombinasi pijat dan KMC
Karakteristik KMC & Pijat KMC Total
maupun KMC saja adalah 2016,30 gram dengan
Mean Mean Mean standar deviasi 342,41.
N (%) N (%) N (%)
Usia gestasi Analsis Bivariabel Karakteristik Responden
Preterm (<37 minggu) 13 56,5 15 65,2 28 60,9 Penelitian
Aterm (37-42 minggu) 10 43,5 8 34,8 18 39,1 Analisis bivariabel adalah analisis yang
Postterm (42 minggu) 0 0 0 0 0 0 dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
Jumlah 23 100 23 100 46 100 perbedaan kedua variabel. Dalam penelitian ini,
Berat Lahir (dalam gram) peneliti melakukan beberapa analisis pada variabel
BBLR (1500< - <2500) 21 91,3 22 95,7 43 93,5 kelompok perlakuan (intervensi) dan kelompok
BBLSR (1000< - <1500) 1 4,3 0 0 1 2,2
BBLER (<1000) 1 4,3 1 4,3 2 4,3
kontrol. Variabel tiap-tiap kelompok dianalis
kemudian dibandingkan baru dibandingkan dengan
Jumlah 23 100 23 100 46 100
keduanya.
Jenis Kelamin Perbedaan rerata rooting-sucking reflex
Perempuan 14 60,9 14 60,9 28 60,9
Laki-laki
pada tiap kelompok sebelum dan sesudah
9 39,1 9 39,1 18 39,1
perlakuan. Pada analisis bivariabel ini, peneliti
Jumlah 23 100 23 100 46 100
menganalisis data hasil pengamatan Rooting-
Sucking Reflex pada kedua kelompok sebelum dan
Dari data di atas diketahui bahwa usia
dilakukan intervensi. Adapun hasil uji bedanya
gestasi responden yang mendominasi penelitian ini
sebagai berikut.
adalah usia preterem (kurang dari 37 minggu), yaitu
Tabel 4.
sebanyak 28 (60,9%) dengan 13 responden dari
Perbedaan Rerata Rooting-Sucking Reflex
kelompok intervensi dan 15 responden dari terhadap KMC dan Pijat Bayi di RSUD Sleman
kelompok kontrol. Pada penelitian ini responden Tahun 2016 Sebelum dan Sesudah KMC dan Pijat Bayi
dengan usia gestasi aterm sebanyak 18 (39,1%) Prettest z-hitung p-value Post z-hitung p-value
dengan distribusi 10 pada kelompok intervensi dan Mean hitung Mean hitung
8 pada kelompok kontrol. Pada penelitian ini tidak KMC &
ada responden dengan usia gestasi post term atau 24,50 -0,58 0.56 33,02 -5,52 0,00
Pijat Bayi
lebih dari 42 minggu.Selain itu, berat lahir dalam KMC 22,50 13,98
penelitian ini paling banyak berada dalam kategori
BBLR (lebih dari 1500 sampai kurang dari 2500 Tabel 3 merupakan hasil analisis uji Mann-
gram). Responden dalam kategori BBLR sebanyak Whiteney Test pada program komputer dengan
43 (93,5%) dengan distribusi 21 responden pada tingkat kepercayaan 95%. Dari tabel di atas dapat
kelompok intervensi dan 22 responden pada dilihat bahwa sebelum dilakukan intervensi (pretest)
kelompok kontrol. tiap kelompok nilai z-hitung adalah -0,58 dan p-
Pada penelitian ini, karakteristik jenis value adalah 0,56. Nilai tersebut dibandinngkan z-
kelamin responden terdistribusi sama. Sebanyak 14 tabel sebesar 1,96 dan p-value sebesar 0,05. Hal ini
(60,9%) responden berjenis kelamin perempuan berarti z-hitung<z-tabel (-0,58<1,96) dan p-value
dan 9 (39,1%) responden berjenis kelamin laki-laki hitung>p-value tabel (0,56>0,05). Melihat
pada masing-masing kelompok. perbandingan tersebut, disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan nilai rooting-sucking reflex sebelum
Tabel 2.
dilakukan intervensi kedua kelompok tersebut. Nilai
Distribusi Responden menurut Karakteristik
Usia Gestasi dan Berat Lahir di RSUD Sleman negatif pada z-hitung merupakan nilai mutlak,
Oktober-Desember Tahun 2016 (n1=n2=23) sehingga tidak ada pengaruh.
Hasil analisis setelah perlakuan (posttest)
No Variabel Mean SD Minimum - Maksimum
dengan tingkat kepercayaan 95% pada tabel di
1 Usia Gestasi 34,87 3,59 24 - 40 atas, dapat dilihat bahwa nilai z-hitung adalah -5,52
2 Berat Lahir 2068,04 368,05 900 - 2450 dan p-value adalah 0,00. Nilai tersebut

28
Rhomawati, Estiwidani, Sujiyatini, Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR dan KMC.....

dibandinngkan dengan z-tabel yaitu sebesar 1,96 dan p-value 0,05. Hal ini berarti z-hitung > z-tabel (-
dan p-value sebesar 0,05. Hal ini berarti z-hitung > 4,00>1,96) dan p-value hitung <p-value tabel
z-tabel (-5,52>1,96) dan p-value hitung <p-value (0,00<0,05). Melihat perbandingan tersebut, dapat
tabel (0,00<0,05). Melihat perbandingan tersebut, disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai rooting-
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai sucking reflex sebelum dilakukan KMC pada
rooting-sucking reflex setelah dilakukan intervensi kelompok kontrol. Nilai negatif pada z-hitung
pada kelompok yang dilakukan kombinasi pijat merupakan nilai mutlak, sehingga tidak ada
BBLR dan KMC dari pada yang hanya dilakukan pengaruh.
KMC saja. Nilai negatif pada z-hitung merupakan Pada tabel lima, kelompok intervensi dan
nilai mutlak, sehingga tidak ada pengaruh. kelompok kontrol sama-sama mengalami
Distribusi frekuensi responden pada perbedaan nilai rooting-sucking reflex sebelum dan
kelompok intervensi dan kelompok berdasarkan sesudah diberikan perlakuan. Akan tetapi, nilai
nilai rerata pretest-posttest rooting-sucking reflex pada kelompok intervensi lebih bermakna dadi
bayi. Pada analisis bivariabel selanjutnya, peneliti kelompok kontrol, sehingga dimungkinkan bahwa
menganalisis data hasil pengamatan rooting- kombinasi pijat dan KMC lebih berpengaruh pada
sucking reflex pada kelompok intervensi dan nilai rooting-sucking reflex.
kontrol. Peneliti membandingkan skor rooting-
sucking reflex, sebelum dan sesudah dilakukan pijat PEMBAHASAN
dan KMC selama tiga hari berturut-turut. Pada Usia Gestasi
kelompok kontrol, peneliti membandingkan skor Usia gestasi atau usia kehamilan
rooting-sucking reflex sebelum dan sesudah merupakan hal yang sangat penting untuk melihat
dilakukan KMC. Peneliti membandingkan hasil maturitas bayi baru lahir dalam beradaptasi dengan
pengukuran sebelum dilakukan perlakuan di hari lingkungan di luar rahim. Responden penelitian
pertama dengan hasil pengukuran setelah pada kelompok intervensi dan kontrol mempunyai
perlakuan di hari ketiga. Adapun hasil uji beda usia gestasi kurang dari 42 minggu. Penelitian ini
reratanya sebagi berikut. sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hikmah
18
Tabel 4. (2010) . Penelitian dilakukan dengan metode
Distribusi Frekuensi Responden eksperimenuntuk mengidentifikasi terapi sentuhan
pada Kelompok Intervensi dan Kontrol terhadap suhu dan frekuensi nadi bayi prematur
berdasarkan Nilai Rerata Pretest-Posttest yang dirawat di ruang perinatologi RSUD
Rooting-Sucking Reflex di RSUD Sleman Tahun 2016 Kabupaten Tangerang. Pada penelitian tersebut
Mean p-value Mean p-value menunjukkan bahwa usia gestasi antara 24-40
z-hitung z-hitung
intervensi hitung kontrol hitung
minggu dengan rerata usia gestasi 34,87 ± 3,59.
Pretest 0,00 -4,34 0,00 0,00 -4,00 0,00
Pada penelitian ini, peneliti mengambil
Postest 12,00 8,50
responden dengan acuan berat lahir kurang dari
Hasil pengujian statistik menggunakan uji 2500 gram. Hasil analisa data menunjukkan bahwa
Wilcoxon pada nilai pretest dan posttest kelompok bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram,
intervensi dengan tingkat kepercayaan 95% mempunyai usia gestasi pada kategori preterm
menunjukkan bahwa z-hitung adalah -4,34 dan p- (kurang dari 37 minggu) atau aterm (lebih dari 37
value hitung adalah 0,00. Nilai tersebut minggu sampai kurang dari 42 minggu).
dibandinngkan dengan z-tabel yaitu sebesar 1,96 Menurut WHO (2014)15, bayi prematur
dan p-value sebesar 0,05. Hal ini berarti z-hitung > adalah bayi yang lahir hidup dan dilahirkan sebelum
z-tabel (-4,34>1,96) dan p-value hitung <p-value usia kehamilan 37 minggu dari hari pertama
tabel (0,00<0,05). Melihat perbandingan tersebut, menstruasi terakhir. Selain itu, WHO dalam
12
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai Manuaba dkk (2010) , mengkategorikan usia
rooting-sucking reflex sebelum dilakukan pijat kehamilan adalah sebagai berikut, preterm (usia
BBLR dan KMC pada kelompok tersebut. Nilai kehamilan kurang dari 37 minggu), aterm (usia
negatif pada z-hitung merupakan nilai mutlak, kehamilan antara 37 dan 42 minggu), dan postterm
sehingga tidak ada pengaruh. (usia kehamilan lebih dari 42 minggu). Pada
Hasil pengujian statistik yang sama pada penelitian ini rata-rata usia gestasi adalah 34,87
nilai pretest dan posttest kelompok kontrol dengan minggu. Pada penelitian ini usia gestasi responden
tingkat kepercayaan 95% menunjukkan z-hitung berada pada 24 sampai 40 minggu. Melihat pada
adalah -4,00 dan p-value hitung adalah 0,00. Nilai hal tersebut, responden penelitian ini didominasi
tersebut dibandinngkan dengan z-tabel yaitu 1,96 oleh bayi preterm.

29
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 23-32

Pada penelitian ini, usia termuda bayi sebanyak 20 bayi (66,7%) berjenis kelamin
adalah berusia satu hari dan yang paling tua berusia perempuan. Rerata distribusi frekuensi pada
sembilan hari. Rata-rata usia responden dalam penelitian ini hampir sama dengan penelitian
penelitian ini adalah 2,7 hari. Menurut WHO tersebut. Hal ini dimungkinkan karena kelahiran
(2003)16, KMC dapat dilakukan sesegera mungkin bayi di RSUD Sleman pada saat dilakukan
setelah bayi lahir apabila kondisnya penelitian didominasi berjenis kelamin perempuan.
memungkinkan, oleh karena itu usia responden Pada penelitian ini usia termuda dilakukan
yang paling muda bisa langsung dilakukan KMC. KMC adalah satu hari dengan durasi dua jam. Hal ini
sesuai dengan WHO (2003)16 yang mengatakan
Berat Lahir bahwa KMC dapat dilaksanakan segera setelah
Hasil penelitian berat lahir dengan 46 bayi lahir dan minimal satu jam. Menurut Roesli
responden, menunjukkan bahwa berat responden (2011)11, bayi prematur yang yang diberika stimulasi
berada pada rentang 900 sampai 2450 gram taktil dan kinestetik secara teratur setiap hari
dengan rata-rata berat 2068,04 gram. Penelitian ini menunjukkan perkembangan fisik dan emosional
hampir sama dengan penelitian yang dilakukan yang lebih baik daripada bayi-bayi yang tidak dipijat.
10
Hikmah (2010) . Dalam penelitian yang dilakukan Pada penelitian ini, hasil analisis data pada BBLR
Hikmah (2010)10, kisaran berat yang digunakan yang diberikan kombinasi pijat BBLR dan KMC lebih
antara 980 sampai 2400 gram dengan rata-rata bermakna dibandingkan yang hanya dilakukan
1767,67 gram pada 30 responden. KMC saja.
Peneliti berasumsi perbedaan berat bayi Di sisi lain pemberian kombinasi pijat bayi
dipengaruhi usia gertasinya. Semakin besar usia BBLR dalam penelitian ini memberikan stimulasi
gestasi maka semakin tinggi beratnya. Menurut dini pada bayi. Pemberian kombinasi pijat BBLR
13
Saifuddin (2009) , prematuritas murni adalah bayi dan KMC selama tiga hari dalam penelitian ini bayi
dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan meningkatkan kasih sayang atau ikatan antara bayi
berat sesuai dengan berat usia kehamilan. Pada dan orang tua karena selama tiga hari berturut-turut,
penelitian ini menunjukkan rata-rata berat orang tua mengikuti proses perawatan bayi. Hal
responden berada pada kategori BBLR dan usia tersebut sejalan dengan pendapat Proverawati dan
kehamilannya berada pada pada kategori preterm, Ismawati (2010) 1 7 yang mengungkapkan
sehingga rata-rata berada pada prematurisa murni keuntungan dari KMC.Pada penelitian ini, KMC
sejalan dengan pengkategorian menurut Saifuddin yang dilakukan adalah KMC inermiten atau dalam
(2009)13 Selain itu, rata-rata berat lahir dan rata-rata waktu yang terbatas. KMC yang dilakukan dalam
usia gestasi (usia kehamilan) dalam penelitian ini penelitian ini selama dua jam selama tiga hari
menunjukkan gambaran klinis bayi dengan BBLR berturut-turut. Hal ini sejalan dengan macam
juga ditemukan menurut Saifuddin (2009) .
13
perawatan KMC menurut WHO (2003)16.
Pada penelitian ini, salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap BBLR adalah persalinan Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR dan KMC terhadap
preterm dan kehamilan kembar. Beberapa Rooting-Sucking Reflex Neonatus BBLR
responden terlahir kembar dan sebagian besar Pada penelitian ini, sebelum dilakukan
terlahir pada usia kehamilan preterm. Hal tersebut intervensi yang berupa kombinasi pijat BBLR dan
4
sejalan dengan Bobak dkk (2007) yang KMC dengan KMC saja, menunjukkan bahwa tidak
menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh ada perbedaan rooting-sucking reflex neonatus
terhadap BBLR meliputi persalinan pretem, BBLR pada kedua kelompok. Akan tetapi setelah
kehamilan kembar (multifetal), dan gangguan keduanya dilakukan perlakuan, memperlihatkan
kehamilan sehingga janin tidak berkembang seperti bahwa pada neonatus BBLR yang dipijat terdapat
anemia kehamilan, preeklamsi, dan adanya perubahan rooting-sucking reflex lebih baik
masalah plasenta. dibandingkan dengan yang hanya di KMC saja.
Meskipun demikian, neonatus BBLR yang di KMC
Jenis Kelamin saja juga terdapat perubahan rooting-sucking
Pada penelitian ini, jenis kelamin bayi BBLR reflex, namun kisaran angka dari hasil analisis
di RSUD Sleman selama penelitian didominasi menunjukkan bahwa pada kelompok pijat lebih
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 28 baik.
responden (60,9%). Distribusi jenis kelamin pada Neonatus BBLR yang diberikan perlakuan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol juga pijat dan KMC menurut hasil analisis lebih banyak
sama banyak antara laki-laki dan perempuan. Pada terjadi perubahan nilai rooting-sucking reflex. Hal ini
penelitian yang pernah dilakukan Hikmah (2010)
18
dikarenakan, selain prosedur KMC, pijat

30
Rhomawati, Estiwidani, Sujiyatini, Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR dan KMC.....

menambah stimulasi pada neonatus BBLR. Hal ini berdistribusi normal. Menurut peneliti diperlukan
sejalan dengan Evelin dan Djamaludin (2010)18 responden penelitian yang lebih besar agar dapat
yang mengemukakan bahwa stimulasi merupakan menggambarkan perbedaan antara variabel
suatu rangsangan yang diberikan untuk mencapai kombinasi pijat BBLR dan KMC dengan KMC saja
tumbuh yang optimal dan dapat diberikan melalui pada rooting-sucking reflex neonatus BBLR.
sentuhan-sentuhan lembut seperti pijat bayi. Pemberian skor pada rooting-sucking reflex
19
Menurut Roesli (2009) , pijat bayi adalah sentuhan neonatus BBLR dilakukan dengan cara
atau rabaan terhadap bayi setelah kelahiran untuk pengamatan sebelum dan sesudah perlakuan. Hal
memberikan jaminan adanya kontak tubuh ini akan menimbulkan peluang subjektifitas pada
berkelanjutan yang dapat mempertahankan tim peneliti meskipun sudah dilakukan persamaan
perasaan aman pada bayi. Pada kelompok persepsi. Oleh karena itu, pengukuran rooting-
intervensi, pemberian pijat BBLR dan KMC sucking reflex neonatus BBLR hendaknya
membuat neonatus BBLR lebih sering menggunakan suatu alat yang lebih objektif, tidak
mendapatkan stimulasi. hanya sekedar pengamatan. Penelitian ini
Pemberian kombinasi pijat BBLR dan KMC dianalisis sampai dengan analisis bivariat saja,
pada neonatus ini diasumsikan dapat merangsang sehingga kesimpulan bahwa kombinasi pijat BBLR
peresaran darah menjadi lancar. Menurut Roesli dan KMC dapat mempengaruhi rooting-sucking
19
(2009) , sentuhan merangsang peredaran darah reflek neonatus BBLR hanya didapat dari analisis
sehingga menghasilkan oksigen lebih banyak yang tersebut. Akan tetapi penelitian ini belum bisa
akan dikirim ke otak dan seluruh tubuh untuk menjelaskan seberapa efektif kombinasi pijat BBLR
menambah energi. Pada kelompok intervensi, dan KMC, serta seberapa lama akan menunjukkan
pemijatan sebelum dilakukan KMC diasumsikan hasil maksimal. Akan tetapi nilai hasil uji analisis
mampu memperlancar peredaran darah dan menunjukkan bahwa kombinasi pijat BBLR dan
membut bayi merasa lapar, sehingga saat KMC KMC lebih bermakna daripada hanya dilakukan
dilakukan bayi terstimulasi untuk mencari dan KMC saja.
menghisap puting susu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya.
Penelitian Field et al dalam Roesli (2011)11 KESIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan bahwa bayi yang dipijat atau Kesimpulan
dilakukan sentuhan mengalami peningkatan tonus Karakteristik responden yaitu neonatus
nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan BBLR di RSUD Sleman tahun 2016 mayoritas
menyebabkan peningkatan kadar enzim mempunyai usia gestasi kurang dari 37 minggu
penyerapan gastrin dan insulin, penyerapan (preterm), berat lahir berada pada kategori BBLR
makanan akan menjadi lebih baik. Pada penelitian (antara kurang dari 1500 sampai kurang dari 2500),
ini, sejalan dengan hasil penelitian Field et al dalam dan berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian
11
Roesli (2011) , neonatus BBLR pada kelompok ini, tidak ada perbedaan rooting-sucking reflex pada
intervensi, setelah dipijat lebih mampu memncari kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum
dan menghisap puting susu. Hal ini menyebabkan, dilakukan intervensi yang berupa kombinasi pijat
frekuensi dan durasi menyusu meningkat. BBLR dan KMC dengan KMC saja, tetapi ada
perbedaan signifikan terhadap kedua kelompok
Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian setelah diberikan perlakuan.Terdapat perbedaan
Pada saat penelitian peneliti mengalami rooting-sucking reflex sebelum dan sesudah
beberapa kesulitan yaitu jarak antara pengambilan intervensi baik pada kelompok intervensi maupun
sampel terlalu lama. Hal ini dikarenakan tidak kontrol. Akan tetapi, nilai kelompok intervensi jauh
semua bayi baru lahir dengan berat lahir rendah lebih signifikan terhadan perbedaan rooting-
dalam kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan sucking reflex.
penelitian. Pada saat penelitian, terjadi beberapa
kali drop out dikarenakan ibu responden merasa Saran
jenuh pada pelaksaan KMC selama tiga hari Bayi dengan kondisi BBLR distimulasi
berturut-turut atau kadang terhalang kontrol nifas, dengan melakukan kombinasi pijat BBLR dan KMC
sehingga pengambilan data diulang. Keterbatasan untuk perbaikan kondisi rooting-sucking reflex.
dalam penelitian ini berkaitan pada jumlah sampel Hasil ini dapat digunakan untuk merencanakan dan
dan penggunaan alat ukur. Respoden dalam menyusun program sebagai upaya meningkatkan
penelitian ini hanya berjumlah 46 orang. Sebaran perbaikan kondisi rooting-sucking reflex neonatus
data dalam penelitian ini homogen namun tidak BBLR selain pemberian KMC. Pada penelitian

31
Kesehatan Ibu dan Anak, Volume 11, No.1, Juli 2017, hal 23-32

selanjutnya diharapkan peneliti mampu mengambil Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
responden lebih tepat dengan maksud mengurangi 9. Sastroasmoro, S. Dasar-dasar Metodologi
jumlah drop out sehingga waktu penelitian lebih Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. 2014.
cepat. Pengambilan sampel diharapkan lebih 10. Hikmah, E. Pengaruh Terapi Sentuhan
banyak, sehingga saat dianalisis data lebih Terhadap Suhu dan Frekuensi Nadi Bayi
homogen dan berdistribusi normal. Selain itu, Prematur yang Dirawat di Ruang Perinatologi
penggunaan alat ukur untuk menilai rooting-sucking RSUD Kabupaten Tangerang. Jakarta : Jurnal
reflex diperlukan pada penelitian selanjutnya, FKM UI. Voulume 13, No. 3,November 2010;
sehingga mengurangi nilai bias karena pengukuran hal 140-148;2010.
yang subjektif.Penelitian ini dapat dikembangkan 11. Roesli, U. Pedoman Pijat Bayi dan VCD Edisi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut yaitu untuk Revisi. Jakarta: PustakaPembangunan
meneliti seberapa efektif kombinasi pijat BBLR dan Swadaya Nusantara; 2011.
KMC untuk memperbaiki rooting-sucking reflex 12. Manuaba, I.B.G.,Chandranita, I.A., dan Fajar,
BBLR neonatus. Selain itu penelitian ini dapat I.B.G. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku
dikembangkan untuk mengetahui lama pemijatan Kedokteran EGC; 2010.
yang disarankan, sehingga durasi dan frekuensi 13. Saifuddin A.B.Panduan Praktis Pelayanan
pemijatan yang efektif akan diketahui. Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:EGC. 2009.
DAFTAR PUSTAKA 14. Riwidikdo, H. Statistik Kesehatan Dengan
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Aplikasi SPSS dalam Prosedur Penelitian.
2014.Jakarta: Kementerian Kesehehatan RI; Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2013.
2015. 15. WHO. WHA Global Nutrition Targets 2025: Low
2. Muslihatun, W. N. Asuhan Neonatus Bayi dan Birth Weight Policy Brief. Amerika Serikat:
Balita. Yogyakarta: Fitramaya. 2010. WHO; 2014.
3. Dinkes Kabupaten Gunung Kidul. Profil 16. WHO. Kangaroo Mother Care A Practicial
Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul. Guide. Geneva: Departement of Reproductive
Yogyakarta : Dinkes Kabupaten Gunung Kidul; Health and Research WHO; 2003.
2015. 17. Proverawati, A. dan Ismawati, C. 2010. Berat
4. Bobak, M. I., Lowdermilk, D.L., Jensen, M. D., Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
Perry, S. E. Buku Ajar Keperawatan Maternitas 18. Eveline dan Djamaludin, N.Panduan Pintar
Edisi 4. Jakarta : EGC; 2007. Merawat Bayi dan Balita.Jakarta: Wahyu
5. Badr, L. K., Abdallah, B., Kahale, L. A Meta- Media; 2010.
Analysis of Preterm Infant Massage: an Ancient 19. Roesli, U. Pedoman Pijat BayiPrematur dan
Practice with Contemporary Applications. Bayi Usia 0-3 Bulan. Jakarta: Pustaka
Amerika: Article in MCN (Pubmed The Pembangunan Swadaya Nusantara; 2009.
American Journal of Maternal Child Nursing
volume 40 | number 6); 2015.
6. Karbasi, S. A., Golestan, M., Fallah, R.,
Golshan, M., Dehghan, Z. 2013. Effect of body
massage on increase of low birth weight
neonates growth parameters: A randomized
clinical trial. Iran : Iran J Reprod Med Vol. 11. No.
7. pp: 583-588, July 2013.
7. Field, T.M., Schanberg, S. M., Scafidi, F., Bauer,
C. R., Vega-Lahr, N., Garcia, R., Nystrom, J.,
Kuhn, C.M. Tactile/Kinesthetic Stimulation
Effects onPreterm Neonates. California
Amerika Serikat: Department of Pediatrics,
University of Miami Medical School, Miami, and
the Department of Pharmacology, Duke
University Medical School, Durham, North
Caroilna; 2016.
8. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian

32

You might also like