You are on page 1of 14

PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA TINDAK PIDANA

KORUPSI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH


NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT DAN TATA
CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN DIKAITKAN DENGAN
HAK ASASI MANUSIA TERPIDANA

Oleh : Yuni Aditya Adhani


Pembimbing 1 : Dr. Erdianto, S.H., M.Hum
Pembimbing 2 : Dr. Mexsasai Indra, S.H., M.H
Alamat: Jl. Abdul Muis Nomor 23 Kec. Sail Pekanbaru
Email :Yuni.adhanii@gmail.com – Telepon: 085265370052
ABSTRACT
Republic of Indonesia is state based on law. The purpose of law is to
reach the better life in society. If some one do something which is crime, then
he will be punish. Basically the punishment is not only to give affliction to one
person or more but there is a guidance from the state. Punishment to criminal
carried in correctional institution.
In corecctional institution, convicted criminal here right appropriate with
Subsection 14 clause (1) latter i Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 about
Pemasyarakatan that at one of rights for convicted criminal is get reduced
period the (Remition). Remition given is the convicted criminal rights that have
to give from state if the convicted criminal already fulfill the reguirement that
has been specified in the regulation.
But in the Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 about Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan has been strictly
about remition given to corruption case convicted criminal, this point is
prejudice those convicted criminal. This case related with yurisdiction wich is
the function of correctional institution do founding in order to the convict
criminal can get their right which is the remition appropriately with
correctional system in Indonesia.
Stricting the remition given to corruption case convicted criminal are not
suitable with the lex of human right. One of example is contradict which is in
constitution state in “every one has the right to get equality before the law and
get legal certainty and same treat before the law”.

Key Words : Remition – Corruption Case Criminal – Human Right

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 1


PENDAHULUAN hilangnya kemerdekaan yang
dirampas. Di dalam lembaga
A. Latar Belakang Masalah pemasyarakatan, seorang
Hukum pada umumnya narapidana mempunyai hak
adalah keseluruhan kumpulan sesuai dengan Pasal 14 ayat (1)
peraturan-peraturan atau kaedah- huruf i Undang-Undang Nomor
kaedah dalam suatu kehidupan 12 Tahun 1995 tentang
bersama, keseluruhan peraturan Pemasyarakatan bahwa salah satu
tentang tingkah laku yang hak narapidana adalah
berlaku dalam suatu kehidupan mendapatkan pengurangan masa
bersama, yang dapat dipaksakan pidana (remisi). Remisi yang
pelaksanaannya dengan suatu berarti pengurangan masa pidana
sanksi.1 yang diberikan kepada
Pada dasarnya penjatuhan narapidana dan anak pidana yang
pidana (hukuman) bukan semata- telah berkelakuan baik selama
mata pemberian derita agar jera, menjalani pidana yang dihitung
tetapi unsur bimbingan dan pada saat menjalani masa pidana
pembinaan. Hukuman terhadap dan tidak dihitung dengan
pelanggar hukum dilaksanakan di mengakumulasi masa penahanan
Lembaga Pemasyarakatan pemotongan atas masa pidana.2
(Lapas), dikenal sebagai Dengan pemberian remisi
pembinaan dalam lembaga, narapidana tidak sepenuhnya
dengan tujuan agar para menjalani masa hukuman
pelanggar hukum dapat pidananya. Remisi merupakan
menyadari kesalahannya dan salah satu sarana hukum yang
tidak mengulangi perbuatannya penting dalam rangka
kembali, serta dapat kembali mewujudkan tujuan sistem
kemasyarakat dan menjalani pemasyarakatan
fungsi sosialnya dengan baik. Pengurangan menjalani
Seseorang (si pelanggar) yang pidana (remisi) di Indonesia ini
diputus pidana penjara adalah masalah yang perlu
berkedudukan sebagai diperhatikan, karena
narapidana. Dalam hal ini pidana pengurangan menjalani masa
penjara seseorang ditempatkan di hukuman tersebut pada satu sisi
Lembaga Pemasyarakatan guna menyangkut hak manusia yang
mendapatkan pembinaan. semestinya dijunjung tinggi agar
Pada umumnya narapidana tercipta keadilan bagi
yang ditempatkan dalam Lapas masyarakat. Karena walaupun
memiliki gejala atau karakteristik status dari mereka itu adalah
yang sama dengan penghuni sebagai narapidana yang sedang
yang lain, yakni mereka menjalani hukuman penjara di
mengalami penderitaan- lembaga pemasyarakatan tetap
penderitaan sebagai dampak dari saja mereka masih merupakan
1 2
Sudikno Mertokusomo, Mengenal Erdianto Efendi, Hukum Pidana
Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Dalam Dinamika, UR Press, Pekanbaru,
Yogjakarta, 2002, hlm. 10-11 2012, hlm. 134.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 2


warga negara Indonesia yang pengadilan untuk
mempunyai hak asasi manusia narapidana yang dipidana
yang harus dilindungi dan karena melakukan tindak
dihormati oleh negara. pidana korupsi; dan
Peraturan Pemerintah Nomor c. Telah mengikuti program
99 Tahun 2012 Tentang deradikalisasi yang
perubahan kedua Peraturan diselenggarakan oleh
Pemerintah Nomor 32 Tahun LAPAS dan/badan
1999 tentang Syarat dan Tata nasional penanggulangan
Cara Pelaksanaan Hak Warga terorisme, serta
Binaan Pemasyarakatan yang menyatakan ikrar:
disahkan pada tanggal 12 1) Kesetiaan kepada
November 2012, telah Negara Kesatuan
memberikan batasan-batasan Republik Indonesia
diberikannya remisi khusus untuk secara tetulis bagi
tindak pidana tertentu. Batasan- Narapidana Warga
batasan tersebut dapat dilihat di Negara Indonesia;
dalam Pasal 34A ayat (1) atau
Peraturan Pemerintah Nomor 99 2) Tidak akan
Tahun 2012 Tentang Syarat dan mengulangi perbuatan
Tata Cara Pelaksanaan Hak tindak pidana
Warga Binaan Pemasyarakatan: terorisme secara
Pemberian Remisi bagi tertulis bagi
narapidana yang dipidana narapidana Warga
karena melakukan tindak negara Asing yang
pidana terorisme, narkotika dipidana karena
dan precursor narkotika, melakukan tindak
psikotropika, korupsi, pidana terorisme.
kejahatan terhadap keamanan Dari penjelasan yang sudah
negara, kejahatan terhadap diuraikan di atas, maka penulis
hak asasi manusia yang berat, tertarik untuk mengambil judul
serta kejahatan transnasional “Pemberian Remisi Terhadap
terorganisasi lainnya, selain Narapidana Tindak Pidana
harus memenuhi persyaratan Korupsi Berdasarkan Peraturan
sebagaimana dimaksud dalam Pemerintah Nomor 99 Tahun
pasal 34 juga harus 2012 Tentang Syarat Dan Tata
memenuhi persyaratan : Cara Pelaksanaan Hak Warga
a. Bersedia bekerjasama Binaan Pemasyarakatan
dengan penegak hukum Dikaitkan dengan Hak Asasi
untuk membantu Manusia Terpidana”.
membongkar perkara
tindak pidana yang B. Rumusan Masalah
dilakukannya; 1. Apakah pemberian remisi
b. Telah membayar lunas terhadap narapidana tindak
denda uang pengganti pidana korupsi berdasarkan
sesuai dengan putusan Peraturan Pemerintah Nomor

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 3


99 Tahun 2012 tentang pemasyarakatan
Syarat dan Tata Cara Indonesia.
Pelaksanaan Hak Warga 2. Kegunaan Penelitian :
Binaan Pemasyarakatan a. Sebagai sumbangan
sesuai jika dikaitan dengan pemikiran kepada
Hak Asasi Manusia (HAM) fakultas Hukum
terpidana? Universitas Riau dalam
2. Apakah pemberian remisi menambah pengetahuan
terhadap narapidana tindak tentang hukum pidana
pidana korupsi berdasarkan dan disiplin keilmuan
Peraturan Pemerintah Nomor yang ada berkaitan
99 Tahun 2012 tentang dengan pemberian remisi
Syarat dan Tata Cara terhadap narapidana
Pelaksanaan Hak Warga khususnya tindak pidana
Binaan Pemasyarakatan korupsi.
sesuai dengan sistem b. Untuk memberikan
pemasyarakatan Indonesia? sumbangsih ilmu kepada
masyarakat agar
C. Tujuan dan Kegunaan mengetahui pemberian
Penelitian remisi terhadap
1. Tujuan Penelitian: narapidana tindak pidana
a. Untuk mengetahui korupsi berdasarkan
pemberian remisi Peraturan Pemerintah
terhadap narapidana Nomor 99 Tahun 2012
tindak pidana korupsi tentang Syarat dan Tata
berdasarkan Peraturan Cara Pelaksanaan Hak
Pemerintah Nomor 99 Warga Binaan
Tahun 2012 tentang Pemasyarakatan.
Syarat dan Tata Cara c. Untuk memperluas dan
Pelaksanaan Hak Warga menambah pengetahuan
Binaan Pemasyarakatan penulis dalam bidang
sesuai jika dikaitan hukum pidana khususnya
dengan Hak Asasi mengenai pemberian
Manusia (HAM) remisi terhadap
terpidana. narapidana kususnya
b. Untuk mengetahui narapidana tindak pidana
pemberian remisi korupsi.
terhadap narapidana
tindak pidana korupsi D. Kerangka Teori
berdasarkan Peraturan 1. Teori Hak Asasi Manusia
Pemerintah Nomor 99 (HAM)
Tahun 2012 tentang Indonesia adalah Negara
Syarat dan Tata Cara hukum yang harus
Pelaksanaan Hak Warga menjunjung tinggi hak asasi
Binaan Pemasyarakatan manusia, dan kebebasan hak
sesuai dengan sistem manusia yang secara kodrati

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 4


tidak dapat terpisahkan dari Indonesia. Sistem pidana
manusia yang harus penjara baru dikenal pada
dihormati, dijunjung tinggi zaman penjajahan. Sejak
dan dihargai demi tanggal 1 Januari 1981
peningkatan martabat Reglemen Penjara Baru Stbl.
manusia. 1971 No. 708, yang bertujuan
Secara harafiah yang mengganti sistem
dimaksud dengan hak asasi kepenjaraan kepada sistem
manusia adalah hak dasar kemasyarakatan atau sering
manusia yang diberikan oleh disebut Lembaga
Tuhan Yang Maha Esa, jadi Pemasyarakatan.4
hak asasi itu merupakan hak Gagasan pemasyarakatan
yang fundamental, sehingga dicetuskan pertama kali oleh
keberadaannya merupakan Saharjo, pada tanggal 5 Juli
suatu keharusan. Definisi ini 1963 dalam pidato
berarti adanya hak asasi penganugerahan gelar Doktor
manusia semata-mata karena Honoris causa dibidang
manusia adalah makhluk hukum oleh Universitas
ciptaan Tuhan, yang berbeda Indonesia. Beliau
dengan makhluk ciptaan mengemukakan bahwa; “di
lainnya. bawah pohon beringin
Hak-hak dasar berintikan pengayoman telah kami
dua keyakinan pokok. tetapkan untuk menjadi
Pertama, pengakuan bahwa penyuluh bagi petugas dalam
setiap manusia diciptakan membina narapidana agar
sama (created equal). Kedua, bertobat”. Mendidik supaya
stiap manusia sejak ia menjadi anggota
diciptakan dikaruniai oleh masyarakat yang berguna.
Pencipta sejumlah hak Dengan singkat tujuan dari
inheren yang tak dapat diraib penjara adalah
oleh siapa pun atau lembaga pemasyarakatan.5
manusia mana pun. Kedua Tujuan dari adanya sistem
keyakinan tersebut bersifat kepenjaraan model baru yang
deskriptif, bukan normatif. dikenal dengan “sistem
Dengan kata lain, keduanya pemasyarakatan” ini adalah
merupakan satu kebenaran tidak hanya menimbulkan
asasi mengenai keluhuran rasa derita lagi bagi terpidana
martabat manusia, atau karena dihilangkannya
kebenaran yang jelas dengan kemerdekaan bergerak, tetapi
sendirinya.3 juga dimaksudkan untuk
2. Teori Pemasyarakatan dapat membimbing terpidana
Pada awalnya tidak
dikenal sistem kepenjaraan di 4
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat,
Alumni, Bandung, 2008, hlm. 48.
3 5
Mohd. Yusuf Daeng, HAM & Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan
Keadilan, Alaf Riau, Pekanbaru, 2007, hlm. Penjara Di Indonesia, Refika Aditama,
129. Bandung, 2006, hlm. 3.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 5


agar bertobat, mendidik gagasan tentang keadilan;
supaya ia menjadi seorang terlalu banyak untuk
anggota masyarakat sosialis dikemukakan secara
Indonesia yang berguna. sederhana gagasan tentang
Pengertian “keadilan”.7 Nilai keadilan
Pemasyarakatan dalam sifatnya relative sehingga
Pasal 1 ayat (1) Undang- tidak mungkin untuk
Undang Nomor 12 Tahun menemukan sebuah keadilan
1995 tentang yang mutlak (absolute
Pemasyarakatan adalah justice).
kegiatan untuk
melakukan pembinaan E. Metode Penelitian
Warga Binaan 1. Jenis Penelitian
Pemasyarakatan Jenis penelitian yang akan
berdasarkan sistem, dilakukan penulis adalah
kelembagaan, dan cara jenis penelitian hukum
pembinaan yang normatif, yaitu suatu
merupakan bagian akhir penelitian yang mengkaji
dari sistem pemidanaan mengenai asas-asas hukum,
dalam tata peradilan sistematika hukum, taraf
pidana. sinkronisasi hukum, dan
3. Teori Keadilan mengenai perbandingan
Kata “keadilan” berasal hukum. Pada kali ini penulis
dari kata “adl” yang berasal lebih tertarik lagi mengkaji
dari bahasa Arab. Dalam terhadap asas-asas hukum.
bahasa Inggris disebut Penelitian terhadap asas-asas
dengan “justice”. Kata hukum dilakukan terhadap
“justice” dalam ilmu hukum kaidah-kaidah hukum yang
diartikan sebagai pembagian merupakan patokan-patokan
yang konstan dan terus berprilaku atau bersikap tidak
menerus untuk memberikan pantas. Penelitian tersebut
hak setiap orang (the constant dapat dilakukan (terutama)
and perpetual disposition to terhadap bahan hukum primer
render everi man his due).6 dan sekunder.8
Definisi tentang apa yang 2. Sumber Data
di maksud adil akan berbeda Sumber data yang
bagi setiap individu. Karena digunakan oleh penulis dalam
umat manusia terbagi penelitian ini adalah sumber
kedalam banyak bangsa, data sekunder. Adapun data
golongan, agama, profesi dan
sebagainya, yang acapkali 7
Hans Kelsen, Teori Umum Hukum
berbeda-beda satu sama Dan Negara, Bee Media Indonesia, Jakarta,
lainnya, maka begitu banyak 2007, hlm. 8-9.
8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
6
Hanry Campbell Black, dalam Munir Penelitian Hukum Normatif : Suatu
Fuady, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Tinjauan Singkat, PT Rajagrafindo Persada,
Indonesia, Bogor, 2007, hlm. 90. Jakarta, 2006, hlm. 62.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 6


sekunder di dalam penelitian dengan pemberian
ini dapat dibedakan menjadi remisi.
3, yakni: 3) Hasil penelitian para
a. Bahan Hukum Primer, pakar hukum/lembaga
yaitu bahan hukum yang yang bergerak dalam
mengikat yang dapat penelitian tersebut.
terdiri dari: c. Bahan hukum Tertier,
1) Undang-Undang yaitu bahan hukum yang
Dasar Republik member petunjuk,
Indonesia Tahun informasi terhadap kata-
1945. kata yang butuh
2) Undang-Undang penjelasan lebih lanjut
Nomor 12 Tahun yaitu Kamus Umum
1995 tentang Bahasa Indonesia dan
Pemasyarakatan. Kamus Hukum.
3) Undang-Undang 3. Teknik Pengumpulan Data
Nomor 39 Tahun Pengumpulan data dalam
1999 tentang Hak penelitian ini menggunakan
Asasi Manusia. metode kajian kepustakaan
4) Keputusan Presiden (library research) atau studi
Republik Indonesia 7 documenter yaitu dengan
Nomor 174 Tahun menggunakan studi
1999 tentang Remisi. dokumenter atau bahan-
5) Peraturan Pemerintah bahan pustaka baik dari
Nomor 99 Tahun media cetak, elektronik serta
2012 Tentang buku-buku yang berkaitan
Perubahan Kedua dengan penelitian hukum ini.
Atas Peraturan 4. Analisa Data
Pemerintah Nomor 32 Analisis data yang
Tahun 1999 tentang dipergunakan oleh penulis
Syarat dan Tata Cara adalah analisis data secara
Pelaksanaan Hak kualitatif yaitu menguraikan
Warga Binaan dan menggambarkan data
Pemasyarakatan. secara deskriptif yang
b. Bahan Hukum Sekunder, disajikan dalam rangkaian-
yaitu bahan hukum yang rangkaian kalimat yang jelas
memberikan penjelasan dan terperinci.
mengenai bahan hukum Dalam menganalisis data
primer, misalnya: penulis menggunakan metode
1) Buku-buku literatur deduktif, yaitu analisa yang
yang berhubungan berangkat dari data-data yang
dengan permasalahan umum kemudian diambil
remisi. kesimpulan yang sifatnya
2) Makalah- khusus.
makalah/jurnal/karya
tulis yang berkaitan

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 7


HASIL PENELITIAN DAN 2. Judicial Review dari
PEMBAHASAN Mahkamah Agung
terhadap Peraturan
A. Pemberian Remisi Terhadap Pemerintah Nomor 99
Narapidana Tindak Pidana Tahun 2012
Korupsi Dikaitkan dengan Hak Judicial Review
Asasi Manusia Terpidana adalah pengujian yang
1. Kaitan Vonis Putusan dilakukan oleh Lembaga
Hakim terhadap Pemberian Peradilan.9 Dalam kasus
Remisi pemberian remisi terhadap
Perlu diketahui bersama narapidana tindak pidana
bahwa sesungguhnya seorang korupsi Mantan Menteri
dikatakan sebagai seorang Kehakiman dan HAM, Yusril
Napi apabila telah melalui Ihza Mahendra mengajukan
putusan pengadilan yang gugatan uji materi (judicial
inkra, kemudian terbukti dan review) terhadap Peraturan
dinyatakan bersalah. Setelah Pemerintah No. 99 Tahun
adanya vonis putusan hakim 2012 ke Mahkamah Agung
barulah Lembaga karena dianggap bertentangan
Pemasyarakatan menjalankan dengan Undang-Undang No.
tugasnya yaitu melakukan 12 Tahun 1995 tentang
pembinaan terhadap warga Pemasyarakatan, UU No. 39
binaan pemasyarakatan tahun 1999 tentang HAM dan
sebelum dikembalikan UU No.12 Tahun 2011
kepada masyarakat. tentang Pembentukan
Pembuat undang-undang Peraturan Perundang-
telah menetapkan beberapa undangan. Namun
hak bagi seorang narapidana. Mahkamah Agung (MA)
Dan salah satu hak dari menolak permohonan judicial
narapidana tersebut adalah review atas Peraturan
mendapatkan remisi Pemerintah (PP) No 99/2012
(pengurangan masa pidana). tentang Perubahan Kedua
Tujuan akhir dari pemidanaan Atas PP No 32/1999 tentang
di lembaga pemasyarakatan Syarat dan Tata cara
adalah untuk mengubah Pelaksanaan Hak Warga
perilaku narapidana (yang Binaan Pemasyarakatan itu.10
semula jahat, tersesat) Dengan penolakan dari
menjadi orang yang baik. Mahkamah Agung mengenai
Ketika narapidana telah pengetatan remisi tersebut
menunjukkan hasil perubahan
perilaku menjadi baik, 9
kepadanya diberikan Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara
Pengujian Undang-Undang, Konstitusi
beberapa hak yang bertujuan Press, Jakarta, 2006, hlm. 1-2.
untuk mengurangi 10

penderitannya. http://www.politikindonesia.com/index.php?
k=hukum&i=50627, diakses, tanggal, 18
Desember 2015.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 8


sama saja dengan dikatakan Narapidana Tindak Pidana
bahwa tidak ada yang salah Korupsi dengan Teori Hak
dari Peraturan Pemerintah Asasi Manusia
tersebut menurut Mahkamah Narapidana yang juga
Agung. Namun saya sebagai sebagai insan Tuhan, sudah
seorang akademisi semestinya juga memiliki
mempunyai pandangan yang hak, yang oleh masyarakat
berbeda mengenai isi dari Internasional disebut sebagai
peraturan pemerintah istilah hak asasi manusia
tersebut. Dimana pemikiran (human rights). Dalam
orang-orang selama ini konstitusi Indonesia, masalah
mengatakan bahwa hak asasi manusia mendapat
pengetatan terhadap pengaturan dalam BAB XA
Peraturan Pemerintah itu Amandemen Undang-Undang
adalah untuk mengurangi Dasar 1945, Pasal 28A
tindak pidana korupsi, namun sampai dengan 28J.
pada faktanya keingan Selain adanya pengaturan
tersebut juga belum tercapai. yang diberikan oleh Undang-
Karena sebenarnya tindakan Undang Dasar 1945, hak
yang lebih tepat untuk asasi manusia mendapat
mengurangi tindak pidana pengaturan lebih lanjut dalam
korupsi itu adalah dengan Undang-Undang Nomor 39
memperbaiki dari penerapan Tahun 1999 tentang Hak
Undang-Undang tentang Asasi Manusia. Terhadap
pemberantasan tindak pidana permasalahan ini paling tidak
korupsi itu sendiri, vonis terdapat pelanggaran
putusan hakim mengenai terhadap hak asasi narapidana
lamanya koruptor itu tindak pidana korupsi, yaitu
dipenjara untuk menjalani dalam Pasal 3 Ayat (2), Pasal
hukumannya. 4, Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal
Disamping itu, Peraturan 17.
Pemerintah Nomor 99 Tahun Dengan melihat dari
2012 tersebut juga keliru jaminan perlindungan yang
memahami segi filosofis dari diberikan oleh konstitusi
tujuan pemidanaan yang maka seharusnya tidak
realisasinya dilaksanakan diperbolehkan adanya
oleh lembaga pembedaan perlakuan
pemasyarakatan. Dalam terhadap narapidana korupsi
kaitan ini, pemasyarakatan dan narapidana pelaku tindak
bertujuan untuk membina pidana lain termasuk dalam
narapidana agar siap kembali pemberian hak-haknya. Tidak
hidup normal di tengah boleh terjadi perlakuan yang
masyarakat. Bukan wujud diskriminatif11 dan
balas dendam.
11
3. Hubungan Pemberian Berdasarkan Pasal 1 angka-3 Undang-
Remisi terhadap Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, Diskriminasi adalah: “setiap

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 9


pemerintah harus member Mendapatkan pengurangan
perlindungan dan pemenuhan masa pidana (remisi),
terhadap hak-hak narapidana Mendapatkan kesempatan
korupsi tersebut. berasimilasi termasuk cuti
Hak-hak dari narapidana mengunjungi keluarga,
sendiri sudah diatur lebih Mendapatkan pembebasan
khusus di dalam Undang- bersyarat, Mendapatkan cuti
Undang Nomor 12 Tahun menjelang bebas,
1995 tentang Pemasyarakatan Mendapatkan hak-hak lain
yang tertuang di dalam Pasal sesuai dengan peraturan
14 disebutkan hak-hak dari perundang-undangan yang
narapidana selama berada berlaku.
dalam lembaga
pemasyarakatan. Hak-hak Status seseorang yang
tersebut antara lain : telah menjadi narapidana
Melakukan ibadah sesuai tidak berarti berhenti disitu
dengan agama dan hak asasinya, hak asasinya
kepercayaannya, Mendapat masih tetap ada, tetapi oleh
perawatan, baik perawatan undang-undang dilakukan
rohani maupun jasmani, pembatasan-pembatasan.
Mendapat pendidikan dan Remisi yang sudah diatur
pengajaran, Mendapat dalam Undang-undang
pelayanan kesehatan dan Nomor 12 Tahun 1995
makanan yang layak, tentang Lembaga
Menyampaikan keluhan, Pemasyarakat pada Pasal 14
Mendapatkan bahan bacaan merupakan hak yang
dan mengikuti siaran media diberikan sebagai hak dasar,
massa lainnya yang tidak sebagai rangkaian dari hak
dilarang, Mendapatkan upah asasi yaitu untuk tetap
atau premi atas pekerjaan memperlakukan napi dengan
yang dilakukan, Menerima cara yang wajar, dengan cara
kunjungan keluarga, yang layak, karena Napi
penasihat hukum, atau orang bukan binatang yang sama
tertentu lainnya, sekali memang tidak punya
hak.
pembatasan, pelecehan, atau pengucilan
B. Pemberian Remisi Terhadap
yang langsung ataupun tak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas Narapidana Tindak Pidana
dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, Korupsi Dikaitkan dengn
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis Sistem Pemasyarakatan
kelamin, bahasa, keyakinan politik yang 1. Hubungan Pemberian
berakibatkan pengurangan, penimpangan
Remisi dengan Integritik
atau penghapusan, pengakuan, pelaksanaan
atau penggunaan hak asasi manusia dan Judicial Justice System
kebebasan dasar dalam kehidupan baik Di dalam Kitab Undang
individual maupun kolektif dalam bidang Undang Hukum Acara Pidana
politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, dan yang berfungsi dalam
aspek kehidupan lainnya”.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 10


penegakan hukum terdiri atas 2. Hubungan Permberian
4 (empat) komponen yang Remisi dengan Sistem
masing-masing merupakan Pemasyarakatan Indonesia
susbsistem dalam system Pemberian hak bagi
peradilan pidana, yaitu narapidana korupsi
Kepolisian, Kejaksaan, khususnya dalam hal
Kehakiman dan Lembaga pemberian remisi tidak
Pemasyarakatan. Keempat sejalan dengan prinsip
instansi ini dikenal juga pemasyarakatan yang diatur
dengan istilah sistem dalam Undang-Undang
Peradilan Pidana Terpadu Nomor 12 Tahun 1995
atau Integrated Criminal tentang Pemasyarakatan
justice system yang sangat karena menurut Pasal 5
berperan dalam menegakkan Undang-Undang Nomor 12
hukum (law enforcement). Tahun 1995 tentang
Sistem tersebut mengatur Pemasyarakatan disebutkan
bagaimana proses bahwa sistem pembinaan
berjalannya suatu perkara pemasyarakatan dilaksanakan
mulai dari penyelidikan berdasarkan asas-asas.
sampai pemasyarakatan. Mengambil salah satu
Keempat aparat tersebut asas yang ada, apabila semua
seharusnya memiliki narapidana menurut Undang-
hubungan yang sangat erat Undang Nomor 12 tahun
satu sama lain dan saling 19595 tentang
menentukan, dengan harapan Pemasyarakatan tersebut
agar tercipta kesatuan dibina berdasarkan kepada
tindakan di antara para aparat asas persamaan perlakuan
penegak hukum. dan pelayanan maka tampak
Remisi itu merupakan jelas bahwa narapidana
salah satu hak dari seseorang korupsi tidak diperlakukan
yang telah dijatuhi hukuman sedemikian adanya.
penjara oleh hakim dan
sedang menjalani masa PENUTUP
tahanan di dalam lembaga A. Kesimpulan
pemasyarakatan. Dimana 1. Pemberian remisi terhadap
fungsi dari lembaga narapidana tindak pidana
pemasyarakatan itu adalah korupsi berdasarkan
untuk melakukan pembinaan Peraturan Pemerintah Nomor
terhadap narapidana dan yang 99 Tahun 2012 tentang
mempunyai kewenangan itu Syarat dan Tata Cara
adalah petugas dari lembaga Pelaksanaan Hak Warga
pemasyarakatan setelah Binaan Pemasyarakatan tidak
mendapatkan pertimbangan sesuai jika dikaitkan dengan
tertulis dari menteri dan/atau hak asasi manusia terpidana
pempinan lembaga terkait. yang sudah diatur di dalam
perundang-undangan

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 11


Indonesia. Karena masih bertentangan dengan hak
adanya diskriminasi terhadap asasi manusia terpidana.
narapidana korupsi. Karena seharusnya yang
2. Pemberian remisi terhadap membedakan mereka
narapidana tindak pidana hanya vonis putusan
korupsi masih belum sesuai hakim dalam
dengan sistem menjalankan lamanya
pemasyarakatan di Indonesia. pidana penjara. Untuk
Dimana sistem mengurangi tindak pidana
pemasyarakatan Indonesia korupsi bukan dengan
menggunakan sistem memberikan perbedaan
pembinaan pemasyarakatan terhadap persyaratan
yang dilakukan berdasarkan remisi narapidana tindak
asas persamaan perlakuan pidana korupsi dengan
dan pelayanan ternyata tidak narapidana lainkan
berlaku bagi narapidana melainkan lebih
tindak pidana korupsi. Masih melakukan pengetatan
terdapat perlakuan terhadap pemberian
diskriminatif terhadap sanksi yang berada di
mereka terbukti dengan dalam Undang-Undang
perbedaan perlakuan dalam Pemberantasan Korupsi.
menikmati hak-haknya 2. Tidak perlu diperbaharui
sebagai narapidana Peraturan Pemerintah
sebagaimana diatur di dalam seperti pada Peraturan
Undang-Undang Nomor 12 Pemerintah Nomor 99
Tahun 1995 tentang Tahun 2012 hanya dalam
Pemasyarakatan. Selain itu rangka pengetatan remisi
ketentuan adanya koruptor. Kementerian
pertimbangan tertulis dari Hukum dan HAM yang
menteri dan/atau pimpinan patut dilakukan bukan
lembaga terkait tidak dengan melakukan
mempunya ukuran yang jelas pengetatan terhadap
sehingga semakin jelas remisi koruptornya,
adanya tindakan diskriminatif sehingga seolah-olah
dalam pemberian remisi koruptor langsung ingin
terhadap narapidana korupsi. dituju, melainkan lebih
kepada pengektivitas
B. Saran pengawasan pemberian
1. Dalam pelaksanaan remisi tersebut. Serta
pemberian remisi dijelaskan kepada public,
terhadap semua apa saja standar sehingga
narapidana seharusnya napi tersebut diberikan
tidak ada perbedaan atau remisi sehingga
diskriminatif antara dikategorikan telah
sesama narapidana. berkelakuan baik. Kalau
Karena hal itu ada standarnya yang bisa

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 12


dilihat publik, dan hal itu Pengantar, Liberty,
dirasa adil, misalnya Yogjakarta.
menaati tata tertib lapas,
rajin beribadah, telah Muladi, 2008, Lembaga Pidana
mengikuti pembinaan di Bersyarat, Alumni,
masyarakat, pernah Bandung.
dilibatkan dalam
perbaikan dan Priyatno, Dwidja, 2013, Sistem
pembangunan sarana Pelaksanaan Penjara Di
milik umum (seperti jalan Indonesia, PT Refika
raya, jembatan, mesjid Aditama, Bandung.
dsb). Apa salahnya
manusia yang sudah Soekanto, Soerjono dan Sri
dibina dan menjadi baik, Mamudji, 2006, Penelitian
diberikan remisi. Dan Hukum Normatif : Suatu
selanjutnya pemberian Tinjauan Singkat, PT
remisi itu adil dan Rajagrafindo Persada,
tidaknya publik bisa Jakarta.
menilainya.
B. Peraturan Perundang-
DAFTAR PUSTAKA Undangan
A. Buku Undang-Undang Nomor 12
Asshiddiqie, Jimly, 2006, Hukum Tahun 1995 tentang
Acara Pengujian Undang- Pemasyarakatan, Lembaran
Undang, Konstitusi Press, Negara Republik Indonesia
Jakarta. Tahun 1995 Nomor 77,
Tambahan Lembaran
Daeng, Mohd. Yusuf, 2007, Negara Republik Indonesia
HAM & Keadilan, Alaf Nomor 3614.
Riau, Pekanbaru.
Undang-Undang Nomor 39
Efendi, Erdianto, 2012, Hukum Tahun 1999 Tentang Hak
Pidana Dalam Dinamika, Asasi Manusia, Lembaran
UR Press, Pekanbaru. Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 165,
Fuady, Munir, 2007, Dinamika Tambahan Lembara Negara
Teori Hukum, Ghalia Republik Indonesia Nomor
Indonesia, Bogor. 3886.
Kelsen, Hans, 2007, Teori Umum Peraturan Pemerintah Nomor 99
Hukum Dan Negara, Bee Tahun 2012 Tentang
Media Indonesia, Jakarta. Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah
Mertokusomo, Sudikno, 2002, Nomor 32 Tahun 1999
Mengenal Hukum, Suatu Tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 13


Warga Binaan
Pemasyarakatan, Lembaran C. Website
Negara Republik Indonesia http://www.politikindonesia.com/in
Tahun 2012 Nomor 225, dex.php?k=hukum&i=5062
Tambahan Lembaran 7, diakses, tanggal, 18
Negara Republik Indonesia Desember 2015
Nomor 5359.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016 Page 14

You might also like