You are on page 1of 7

PENDIDIK DALAM PEMBELAJARAN DI ERA DIGITAL

Trisilia Devana
Universitas Baturaja, dtrisilia@yahoo.co.id

Abstrak

Lahirnya komunitas berbasis pengetahuan digital membawa perubahan besar dalam segala hal. Peran
guru dalam pembelajaran era digital menuntut keahlian guru untuk menerapkan solusi yang tepat
terhadap berbagai permasalahan juga menuntut kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Perubahan tersebut membutuhkan orientasi baru dalam pendidikan, yaitu pendidikan yang
menekankan pada kreativitas, inisiatif, inovatif, komunikasi dan kerjasama. Dalam era digital,
dibutuhkan guru yang mampu mengikuti perkembangan zaman, dapat memainkan berbagai peran
sebagai pembawa perubahan, konsultan pembelajaran; yang memiliki rasa kemanusiaan dan moral
yang tinggi, dan sensitivitas sosial, serta berpikiran rasional dan jujur, sehingga mampu bekerja dengan
baik dalam lingkungan pendidikan yang dinamis. Artikel ini membahas peran guru era digital dalam
pembelajaran yang dianggap mempengaruhi visi, tanggung jawab, sensitivitas sosial, kemampuan
logika dan kejujuran guru. Semua ini bermuara pada peran guru di era digital, yaitu sebagai agen
perubahan, pembaharuan pengetahuan dan konsultan pembelajaran. Hasil pembahasan: (1) dalam
komunitas digital global hendaknya paling tidak dilakukan tiga pembelajaran, yaitu Pembelajaran yang
menekankan pada: (a) konstruksi pencarian dan penemuan; (b) kreativitas dan inisiatif; (c) interaksi
dan kerjasama; (2) peran guru dalam pembelajaran era digital adalah guru sebagai: (a) sumber belajar;
(b) fasilitator; (c) pengelola; (d) demonstrator; (e) pembimbing; (f) motivator; (g) evaluator; (3)
tantangan guru era digital; 4) strategi mengatasi tantangan: guru menjadi jembatan revolusi. Dengan
cara menjadikan dirinya sebagai motivator, yang menggerakkan anak didik pada sumber belajar yang
dapat diakses.
Kata Kunci:
Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru
menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit,
standard proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih
tinggi (Darling, 2006). Hal ini disebabkan transformasi besar pada aspek sosial, ekonomi, politik,
dan budaya (Hargreaves, 1997,2000) yang didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pesat, perubahan demografi, globalisasi dan lingkungan (Mulford, 2008) yang
berdampak besar pada persekolahan dan profesionalisme guru (Hargreaves, 1997, 2000; Beare,
2001).
Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola kegiatan kelas dengan efektif,
namun juga dituntut untuk mampu membangun hubungan yang efektif dengan siswa dan
komunitas sekolah, menggunakan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pengajaran,
serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek pembelajarannya secara terus menerus (Darling,
2006). Guru profesional abad 21 adalah guru yang terampil dalam pengajaran, mampu
membangun dan mengembangkan hubungan antara guru dan sekolah dengan komunitas yang
luas, dan seorang pembelajar sekaligus agen perubahan di sekolah (Hargreaves, 1997, 2000).
Untuk itu, guru membutuhkan kondisi pembelajaran yang kondusif di sekolah sebagai wahana
pembelajaran profesional yang kontinyu dan berkesinambungan. Pembimbingan yaitu hubungan
yang dibangun dengan sadar dan sengaja antara pembimbing dan individu yang dibimbing untuk
menghasilkan perubahan yang signifikan pada pengetahuan, kemampuan kerja, dan pola pikir
individu yang dibimbing (Megginson, dkk., 2006) dinilai efektif untuk pengembangan
profesionalitas guru abad 21 (Hargreaves, 1997, 2000). Pembimbingan memiliki karakteristik yang
sesuai dengan tuntutan model dan strategi pengembangan guru yang efektif di era sekarang.
Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas pembimbingan yang efektif dalam konteks
peningkatan profesionalitas guru abad 21, yang diawali dengan bahasan tentang guru profesional
abad 21 dan diakhiri dengan strategi pengembangan pembimbingan menjadi program yang
efektif.
Di abad 21, pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang kompleks dan tidak mudah seiring dengan
perubahan besardan cepat pada lingkungan sekolah yang didorong oleh kemajuan ilmu dan
teknologi, perubahan demograsi, globalisasi dan lingkungan. Guru profesional tidak lagi sekedar
guru yang mampu mengajar dengan baik melainkan guru yang mampu menjadi pembelajar dan
agen perubahan sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan hubungan untuk
peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya. Untuk itu, guru membutuhkan pengembangan
profesional yang efektif yaitu pembimbingan.
Pembimbingan merupakan salah satu strategi efektif untuk peningkatan profesionalitas guru abad
21. Melalui pembimbingan, mungkin terbangun hubungan profesional dan juga komunitas
pembelajar profesional di sekolah yang efektif untuk meningkatkan mutu pengajaran dan
pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan pembimbingan yang efektif perlu mempertimbangkan hal-
hal yang mempengaruhi mutu hubungan pembimbingan seperti: strukturorganisasi
pembimbingan, kontrak kerja, mutu pembimbing, aktivitas dalam sesi-sesi awal hingga akhir
pembimbingan. Untuk menguatkan fungsi dan manfaatnya, pembimbingan perlu diprogramkan.
Hal ini membutuhkan perubahan struktur, budaya dan juga dukungan kepemimpinan dari sekolah
dan juga insititusi terkait.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin cepat dewasa ini
secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap dunia pembelajaran, baik pada peserta didik maupun pada guru.

Perubahan yang terjadi pada peserta didik meliputi cara berfikir (the ways of
thinking), cara belajar (the ways of learning) dan cara bersikap (the ways of behave).
Sejak terjadi pergeseran paradigm dalam dunia pendidikan dari yang semula
berorientasi pada guru menjadi berorientasi pada siswa.

Fokus perhatian pun diarahkan bukan lagi pada pertanyaan bagaimana seorang
guru mengajar, tapi lebih difokuskan pada pertanyaan bagaimana peserta didik agar
bisa belajar dan menikmati proses pembelajaran. Dengan kata lain, perubahan pada
diri peserta didik sebagaimana tersebut di atas menghendaki penyesuaian oleh guru
dalam membelajarkannya.

Membelajarkan Generasi Digital


Peserta didik hari ini dapat diklasifikasikan sebagai generasi digital asli, yaitu
mereka yang lahir dan berkembang di era digital sedangkan para guru mayoritas
merupakan generasi digital imigran, yaitu generasi yang lahir sebelum era digital.

Namun dalam perkembangannya diusianya hari ini mereka juga ikut serta menikmati
era digital (Prensky, 2001). Perbedaan klasifikasi secara sosiologis tersebut
mengisyaratkan bahwa antara guru dan peserta didik memiliki pengalaman sosial
yang berbeda, sebagai pengaruh dari perbedaan beragam fenomena sosial yang
menyertai masa hidup dan perkembangannya, sehingga menyebabkan perbedaan
cara berfikir, cara belajar dan cara bersikap antara keduanya.

Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam rangka


membelajarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semua
langkah dalam pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, proses
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran diarahkan pada bagaimana agar peserta
didik belajar.

Sehingga, dalam hal ini guru sebagai seorang pendidik, fasilitator pembelajaran dan
patner belajar bagi peserta didik, dituntut untuk memahami dengan baik cara berfikir,
cara belajar dan cara bersikap peserta didik dalam rangka memberikan penanganan
dan pendampingan yang tepat dalam proses belajarnya.

Ibarat seorang ibu dan anak dalam hal memberi makan, maka tujuan yang dingin
dicapai adalah agar si anak bisa makan (dengan lahap). Ketika anak di suguhkan
menu hidangan yang telah diolah sang Ibu, namun tidak tertarik bahkan menolak
untuk makan, maka yang harus dirubah adalah menu makanan atau bentuk
penyajiannya, bukan anaknya yang dipaksa agar tetap mau makan.

Begitu pun dalam pembelajaran. Hal tersebut merupakan sebuah keharusan untuk
dilakukan, mengingat bahwa peserta didik lahir dan berkembang di zamannya
(digital) dan disiapkan untuk hidup dan berkembang di zamannya sekarang dan di
masa yang akan datang.

Pengintegrasian beragam teknologi informasi dan komunikasi dalam proses


pembelajaran merupakan salah satu bentuk penyesuaian pembelajaran dengan
karakteristik peserta didik. Penyesuaian tersebut meliputi pengembangan media-
media pembelajaran elektronik atau berbantuan komputer, pemanfaatan situs
media-media sosial untuk aktivitas pembelajaran dan pengembangan strategi-
strategi pembelajaran online dan perpaduan antara online dan tatap muka (blended
learning).

Penanganan dan pendampingan yang tepat dalam arti sesuai dengan keunikan
karaktersitik peserta didik serta situasi dan kondisi lingkungan proses pembelajaran,
baik dalam bentuk pemilihan beragam strategi pembelajaran maupun bentuk
interaksi antara guru dan peserta didik merupakan hal yang sangat penting bagi
kesuksesan usaha pencapaian tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang tepat yang digunakan guru dalam membelajarkan


peserta didik akan memicu meningkatkan daya tarik peserta didik untuk belajar.
Begitu juga sebaliknya, jika strategi pembelajaran yang digunakan guru dianggap
membosankan, maka akan memicu menurunkan daya tarik peserta didik untuk
belajar.

Kolaborasi berbasis TIK


Tantangan guru berikutnya selain keunikan karakteristik generasi digital
sebagaimana tersebut diatas adalah menyeimbangkan capaian pembelajaran antara
akademik dan karakter. Jika hasil capaian akademik dapat dilihat dengan mudah
berdasarkan pola jawaban atau skor yang diperoleh peserta didik, beda halnya
dengan capaian pembelajaran dalam hal karakter. Hasil dari capaian pembelajaran
karakter hanya akan dapat dilihat dari beragam tingkah laku yang ditampilkan
peserta didik ketika berinteraksi dengan lingkungannya.

Pembentukan karakter bagi peserta didik memerlukan waktu yang lama dan
dilakukan secara terus menerus. Proses pembentukan karakter bagi peserta
didik berhubungan sangat erat dengan situasi dan kondisi di sekitarnya, meliputi
beragam kejadian atau informasi yang dilihat, didengar dan dirasakannya.

Dewasa ini, Kemudahan akses hampir tanpa batas terhadap beragam informasi
tanpa ada filter yang memadai, disamping memberikan kemanfaatan, juga
memberikan kemudaratan. Banjir informasi tanpa ada perbedaan jelas antara
konten yang mendidik dan tidak mendidik, informasi yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan hoaks hampir sudah tidak terbendung.

Oleh karena itu, dalam usaha pembentukan karakter peserta didik tidak cukup jika
hanya mengandalkan peran guru di sekolah mengingat sebagian besar waktu yang
dimililki peserta didik juga digunakan untuk aktivitas-aktivitas di luar lingkungan
sekolah, terutama di rumah.

Pendidikan sejatinya adalah tugas orang tua terhadap anak-anaknya dan guru
sejatinya adalah patner bagi orang tua untuk mendidik anak-anak mereka. Belajar
secara formal disekolah dengan didampingi oleh guru dan warga sekolah lainnya
bukan berarti meniadakan peran orang tua untuk mendidik anak-anaknya.

Orang tua dan guru dalam konteks pendidikan bagi anak harus dibaca dengan satu
tarikan nafas, yaitu pendidik. Kolaborasi antara keduanya merupakan faktor kunci
keberhasilan pendidikan bagi anak, baik dalam hal akademik maupun
karakter. Begitu juga sebaliknya, kurang dan bahkan tidak adanya kolaborasi
diantara keduanya, maka akan sangat menghambat usaha pencapaian tujuan
pendidikan sebagaimana diharapkan.
Oleh karena itu, antara pendidik dan orang tua perlu menjalin suatu kolaborasi apik
berupa saling berbagi peran dan bertukar saran dan informasi tentang kondisi dan
perkembangan peserta didik dalam rangka mensukseskan pencapaian tujuan
pendidikan sebagaimana diharapkan.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini merupakan


suatu peluang besar yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kolaborasi apik
antara guru dan orang tua. Beragam jejaring sosial dapat dimanfaatkan untuk
membangun sistem informasi terpadu sederhana antara guru dan orang tua dalam
rangka memudahkan orang tua untuk memantau proses belajar anak dan
memudahkan guru untuk mendapatkan informasi atau masukan yang mendukung
proses belajar.

Kolaborasi apik berbasis TIK antara guru dan orang tua sebagaimana tersebut di
atas merupakan sebuah pilihan utama dalam rangka mengambil manfaat maksimal
dari perkembangan TIK untuk mengoptimalkan usaha pencapaian pembelajaran
bagi peserta didik, baik akademik maupun karakter. Wallahu a‘alamu bisshawab
Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebut peran guru
semakin vital pada era banjir informasi berkat teknologi digital. Guru menjadi penjaga
gawang yang menepis pengaruh buruk Internet bagi para murid.

Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy mengatakan perkembangan teknologi dan informasi


membuat peran guru sangat berubah. Jika dulu murid bertanya segala hal kepada guru, kini
peserta didik dan pengajar juga berfungsi sebagai penyaring informasi bagi siswa.

“"Di tengah kemajuan TIK ini, guru berperan penting sebagai penjaga gawang
atau gatekeepers, yang membantu menapis pengaruh buruk internet dan media sosial bagi
siswa-siswanya," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (26/3/2018).

Muhadjir menuturkan beberapa fungsi guru sebagai pengajar mungkin dapat digantikan
dengan berbagai fasilitas teknologi. Namun, peran guru sebagai pendidik, tegasnya, tidak
akan tergantikan oleh teknologi apapun.

“Jangan sekali-kali menjadikan fasilitas TIK untuk menggantikan peran guru sebagai
pendidik," tambahnya.

Muhadjir menyebutkan guru saat ini perlu mengembangkan diri menjadi fasilitator belajar
siswa ketika teknologi berperan penting dalam mengoptimalkan proses belajar. Menurutnya,
perkembangan teknologi dan informasi memiliki dua sisi yang berlawanan, yaitu sisi positif
dan sisi negatif.

"Kita tahu TIK sudah menjadi bagian dari kehidupan. Karena itu, jangan hanya melihat sisi
positifnya saja, tetapi juga harus diwaspadai dampak negatifnya," tambah Muhadjir.

Dia menjelaskan sisi positif perkembangan TIK antara lain masyarakat sudah tidak lagi
kesulitan mengakses informasi dan beraneka sumber belajar, bahkan disebutnya sudah
melimpah ruah.Namun, tantangan terbesar adalah mendapatkan sumber belajar yang tepat,
tepercaya, dan berkualitas.

Di sisi lain, terdapat beberapa ancaman yang mudah menyebar di media baru dan
memengaruhi generasi muda. Hal-hal seperti penyalahgunaan narkotika dan obat-obat
terlarang, paham radikalisme dan intoleransi, serta berbagai informasi palsu atau kabar
bohong adalah contoh beberapa sisi negatif perkembangan TIK.

“Kita perlu bijak memanfaatkan teknologi,” tandasnya.

You might also like