Professional Documents
Culture Documents
2549-8142
ABSTRACT: Fisherman activity in Indonesia shows that fishing activities are all carried out by men,
women's involvement is only in preparation of food supplies, and post-capture activities, namely
auction, processing and marketing. That is, the division of gender work is still based on the
appropriateness of the work of women and men, Handayani, et al (2015). This study discusses the
gender structuring of fishing communities in the face of life vulnerabilities. The study was analyzed
using a gender structuring theory that emphasizes gender relations and roles that are not the same so
that it causes a degree of vulnerability. The research objective was to determine the gender structure
of the fishing community in the face of life vulnerability to the dominant gender ideology behind the
differences in the level of vulnerability of the fishing community. The method used is descriptive
qualitative. The results of the study explain that gender roles do exist in the division of labor duties of
fishermen and almost all of the core activities of fishermen are carried out by men. Over time, the
stereotypical process of gender roles where men are in charge of earning a living has begun to change,
women have been included to help earn a living, but injustice is still felt. Injustice regarding
stereotypes creates a gap in the value of work where women are still emphasized in all matters while
men are trusted not to do homework. The ideology that developed in this fishing community was a
patriarchal ideology where each male individual was in a dominant position and each individual
woman was in a subordinate position.
ABSTRAK: Aktivitas nelayan di Indonesia, menunjukkan bahwa kegiatan melaut semua dilakukan
oleh laki-laki, keterlibatan perempuan hanya pada persiapan bekal makanan, dan kegiatan pasca
tangkap yaitu pelelangan, pengolahan serta pemasaran. Artinya, pembagian kerja gender masih
berdasarkan kepantasan pekerjaan perempuan dan laki-laki, Handayani, dkk (2015). Penelitian ini
membahas tentang strukturasi gender komunitas nelayan dalam menghadapi kerentanan hidup.
Penelitian dianalisis dengan menggunakan teori strukturasi gender yang menekankan pada relasi dan
peran gender yang tidak sama sehingga menyebabkan tingkat kerentanan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui strukturasi gender komunitas nelayan dalam menghadapi kerentanan hidup hingga
ideologi gender dominan dibalik perbedaan tingkat kerentanan pada komunitas nelayan tersebut.
Metode yang digunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa peran gender
memang ada dalam pembagian tugas kerja nelayan dan hampir seluruh kegiatan inti nelayan
dilakukan oleh laki-laki. Seiring waktu, proses streotipe mengenai peran gender dimana laki-laki
bertugas mencari nafkah sudah mulai berubah, perempuan sudah diikutsertakan untuk membantu
mencari nafkah, tetapi ketidakadilan masih dirasakan. Ketidakadilan mengenai streotipe membuat
kesenjangan nilai kerja dimana perempuan masih dititikberatkan dalam semua hal sedangkan laki-laki
dipercaya tidak pantas untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Ideologi yang berkembang pada
komunitas nelayan ini adalah ideologi patriarki dimana setiap individu laki-laki berada pada posisi
dominan dan setiap individu perempuan dalam posisi subordinat.
Kata Kunci : Nelayan, proses, relasi, peran, gender
Latar Belakang
Persoalan struktural kemiskinan komunitas terutama yang berkaitan dengan ketiadaan
nelayan bukan hanya terjadi di Indonesia, akan model sederhana yang menggambarkan
tetapi, juga di berbagai belahan dunia. Bene hubungan di antara nelayan dan kemiskinan
dalam Munandar (2016), menyebutkan yang didasarkan dari faktor internal maupun
fenomena nelayan dengan kemiskinan, eksternalnya.
134
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142
sebagai tambahan sehingga boleh dibayar menganggap penting dan keberdaan kaum
rendah (Fakih,2013). perempuan. Anggapan karena perempuan lebih
Kondisi lingkungan yang buruk akan banyak ke dapur, mengapa harus sekolah
menyulitkan masyarakat bebas dari tinggi-tinggi dan lain sebagainya. Bentuk dan
kemiskinan, terutama dalam kultur masyarakat mekanisme dari proses subordinasi tersebut
nelayan. Kemiskinan umumnya dirasakan oleh dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat
semua lapisan masyarakat, namun perempuan berbeda. Peran serta perempuan dalam
menjadi kelompok yang paling dominan untuk pengelolaan sumber daya alam laut masih
menanggung dampaknya karena keterbatasan dipandang sebelah mata. Perempuan masih
akses mereka pada kegiatan melaut. Kondisi dianggap sebagai sosok yang lemah
ini diperburuk lagi oleh aspek sosial dan dibandingkan dengan laki-laki, sehingga apa
budaya yang meminggirkan perempuan, yang dilakukan oleh perempuan masih
terutama dalam proses pengambilan keputusan dipandang rendah oleh masyarakat. Dasar
di lingkungan domestik dan masyarakat. perlakuan ini karena adanya anggapan bahwa
Keterlibatan perempuan dalam proses kekuatan fisik perempuan berbeda dengan
penentuan kebijakan kurang diperhatikan. laki-laki. Akibatnya, hal ini menimbulkan
Untuk itu, Yohana Yembise selaku Menteri stereotipe bahwa perempuan adalah sosok
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan yang lebih lemah dari laki-laki. Realitanya,
Anak (PPPA). Melalui kerangka konvensi perempuan tidak selemah itu, mereka juga
PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), mampu melakukan kegiatan nelayan dan
Yohana menambahkan, Indonesia juga sudah pekerjaan lainnya yang laki-laki kerjakan.
secara aktif menyampaikan pentingnya Dalam konteks pemenuhan kebutuhan
pemberdayaan perempuan dalam berbagai ekonomi pada dasarnya peran ganda
kebijakan perubahan iklim. Namun, realitanya perempuan bukanlah suatu hal baru khususnya
masih saja kaum perempuan khususnya perempuan yang hidup di daerah pedesaan
komunitas nelayan di Kota Bengkulu kurang yang miskin. Bagi perempuan yang hidup
dilibatkan baik di lingkungan domestik dalam keluarga miskin, peran ganda ini
maupun masyarakat memang telah ditanamkan sejak dini, yang
(www.news.republika.co.id). membuat perempuan harus terlibat dalam
Berdasarkan gender terhadap relasi dan kewajiban kerja untuk menambah pendapatan
peranan gender yang timbul di komunitas keluarga (Mahanani, 2003). Sangatlah menarik
nelayan sepertinya peran yang dimainkan oleh bagi peneliti untuk mengkaji perbedaan tingkat
laki-laki dan perempuan tidaklah sama. kerentanan antara laki-laki dan perempuan
Bahkan perempuan memainkan peran yang yang akan dilihat dari perspektif strukturasi
lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini gender.
bisa menimbulkan masalah yakni Dalam teori strukturasi, masalah yang
ketidakadilan gender. Berbagai bentuk terpenting bukanlah pengalaman aktor
ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya individual ataupun eksistensi dari totalitas
asumsi gender meliputi marginalisasi masyarakat dalam bentuk apapun, melainkan
perempuan, subordinasi perempuan, stereotipe praktik sosial (social practise) yang dilakukan
terhadap perempuan, kekerasan terhadap secara terus menerus dan berulang-ulang
perempuan, dan beban ganda bagi perempuan (recursive) yang melampaui ruang (space) dan
(Fakih, 2013). waktu (time). Praktik sosial tersebut mewujud
Perempuan mengalami marginalisasi karena adanya aktivitas yang dilakukan dan
dalam hal pengelolaan sumber daya alam laut. dilakukan kembali oleh para aktor tersebut
Perempuan bekerja sebagai buruh nelayan melalui tiap sarana ekspresi diri mereka
dengan penghasilan yang lebih sedikit sebagai aktor. Di dalam dan melalui praktik
dibanding laki-laki, dengan beban kerja yang sosial tersebut, maka, para aktor melakukan
sama. Hal ini berangkat dari asumsi reproduksi kondisi yang membuat praktik
perempuan lebih banyak istirahat karena sosial tersebut menjadi mungkin untuk
keterbatasan fisiknya. Faktanya, perempuan dilakukan (Giddens, 2009).
mampu mengerjakan pekerjaan nelayan dan Untuk menjawab permasalahan di atas
berjualan hasil tangkapan ikan sebaik yang digunakan teori strukturasi gender sebagai
dilakukan oleh kaum laki-laki. Di tambah lagi salah satu varian teori ekonomi-politik media
dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat tanpa dalam paradigma kritis. Secara singkat teori
136
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142
dipilih oleh peneliti berdasarkan profil yang merasa bahwa nelayan merupakan pekerjaan
telah ditentukan oleh peneliti. Profil informan yang berat dan berbahaya bagi kaum
tersebut mengacu pada tujuan dan maksud dari perempuan. Hampir seluruh informan laki-laki
penelitian yang peneliti lakukan yaitu untuk yang berprofesi sebagai nelayan mengaku
mengetahui strukturasi gender komunitas bahwa mereka menyetujui apabila istrinya
nelayan dalam menghadapi kerentanan hidup membantu dalam mencari nafkah akan tetapi
di Pasar Bengkulu Kota Bengkulu. adapun para nelayan tidak pernah mengizinkan
daftar informan adalah sebagai berikut : istrinya untuk benar-benar terjun ke lapangan
seperti melakukan pelayaran.
sesuai dengan keinginannya, karena adanya bahwa gender tidaklah berpengaruh akan
batasan-batasan dimana tidak setaranya gender tetapi pada realitasnya masih sulit
antara laki-laki dan perempuan pada menemukan nelayan dengan jenis
komunitas nelayan Kota Bengkulu tersebut. kelamin perempuan.
Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya 2. Peran gender pada komunitas nelayan
perempuan yang merasa bahwa ketidak adilan diketahui bahwa perbedaan gender juga
dalam menjalankan berbagai pran rumah mengklasifikasikan streotipe peran gender
tangga masih sering terjadi, sehingga memuat yang ada pada komunitas nelayan
wanita pada komunitas nelayan Kota tersebut, perempuan memiliki berbagai
Bengkulu merasa apa yang harus diperenkan peran penting dalam sebuah hubungan
masih dianggap lebih berat daripada laki-laki, keluarga di mana perempuan
dan wanita pada komunitas nelayan tersebut mengerjakan keseluruhan pekerjaan
tidak secara gamblang menentang apa yang rumah tangga dan laki-laki akan mencari
sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan nafkah.
berumah tangganya. 3. Proses terjadinya stereotipasi peran
Apa yang telah disimpulkan mengenai gender wanita pada komunitas nelayan di
ideologi mendukung pernyataan yang Kota Bengkulu, seiring dengan
ditegaskan oleh Goodwin dan Fiske dimana berjalannya waktu streotipe mengenai
kebanyakan budaya bersifat patriarkal, yang peran gender bahwa laki-laki adalah
berarti bahwa laki-laki lebih banyak akses dan bertugas untuk mencari nafkah sudah
penguasaan terhadap sumber daya daripada mulai berubah, perempuan sudah
perempuan, yang mengarah ke lebih banyak diikutsertakan untuk membantu mencari
kekuatan yang dikuasai (Priandono, 2016). nafkah dengan membantu berjualan dan
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh hal tersebut tidak membuat perempuan di
Goodwin dan Fiske di pahami bahwa system komunitas nelayan Pasar Bengkulu
ideologi patriarki memang masih banyak keberatan. Peran dan kedudukan
digunakan hingga saat ini, meskipun perempuan sebagai seorang istri sekaligus
perubahan zaman dan perkembangan teknologi membantu mencari nafkah dalam sebuah
tetap terus berjalan akan tetapi ideology keluarga membuat kaum perempuan
tersebut rupanya masih sulit untuk dilepaskan, menjadi terintimidasi. Pengolah dan
dan pada akhirnya perwujudan untuk pemasar hasil tangkapan atau perikanan
menyamaratakan status gender bagi manusia perempuan belum terakomodasi dalam
masih belum terealisasi terutama pada daerah- peraturan perundangan yang berlaku.
daerah yang tidak diberikan penyuluhan dan Khususnya di Kota Bengkulu belum ada
pengertian akan pentingnya penyamarataan peraturan daerah yang mengatur tentang
status gender agar kehidupan manusia menjadi usaha perikanan.
lebih baik. Ideologi yang berkembang pada komunitas
nelayan ini adalah ideologi patriarki dimana
KESIMPULAN setiap individu laki-laki berada pada posisi
Berdasarkan hasil analisis dan dominan dan setiap individu perempuan dalam
pemaparan yang dilakukan mengenai posisi subordinat, hal ini menyebabkan
strukturasi gendr pada komunitas nelayan di perempuan pada komunitas nelayan masih
Kota Bengkulu maka terdapat beberapa dianggap belum leluasa untuk menjalankan
kesimpulan yang menjadi temuan dalam aktivitasnya sesuai dengan keinginannya,
penelitian ini, adapun diantaranya adalah : karena adanya batasan-batasan dimana tidak
1. Peran gender komunitas nelayan dalam setaranya gender antara laki-laki dan
menghadapi kerentanan hidup di Kota perempuan pada komunitas nelayan di Kota
Bengkulu pada dasarnya laki-laki dan Bengkulu
perempuan masih memiliki batas-batas
dalam melaksanakan pekerjaan sebagai DAFTAR PUSTAKA
nelayan. Peran gender memang ada dalam Crawford, M., & Unger, R. (2004). Women
pembagian tugas kerja kegiatan nelayan and Gender (3rd ed). New York McGraw-Hill,
dan hampir seluruh kegiatan inti nelayan h. 298
masih dilakukan oleh laki-laki saja,
meskipun sebagian informan mengatakan
143
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142
Fakih, M (2013), Analisis Gender dan Miles, BB, dan AM Hubberman, (2014).
Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta.
Jogyakarta
Mosco, Vincent, 1996, The Political Economy
Giddens, Anthony, (2009). Teori Strukturasi: of Communication: R ethinking and Re- newal,
Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial London: Sage Publications
Masyarakat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Moleong, Lexy J, (2001). Metodologi
Giddens, Anthony, 1986a, The Constitution of Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
society: Outline of the Theory of Structuration, Bandung.
University of California Press: Berkeley.
Neuman, W. Lawrence, 1997, SociResearch
Giddens, Anthony, 1986b, Central Problems Methods: Qualitative and Quantitative
in Social Research; Action, Structure and Approach (3rd ed.), Boston: Allyn and Bacon.
Contradictiona in Social Analysis. University
of California Press, Berkeley dan Los Angeles. Nawawi, Hadari, (2012). Metodologi
Penelitian Bidang Sosial, Cetakan Ke delapan,
Golding, Peter dan Graham Murdock,1991, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
“Culture, Communications, and Political
Economy”, Dalam James Curran dan Michael Ossira, Yessilia and Desy, Afrita and Novi,
Gurevitch (eds), Mass Media and Society, Hendrika Jayapura (2015).” INDUK
Edward Arnold, London. SEMANG”. Sebuah Model Perlindungan
Sosial Bagi Kelompok Nelayan Jakat Makmur
Guba, Egon G.dan Yvonna S. Lincoln, 1994, Kota Bengkulu, Journal PEKSOS, 13 (1).PP. 1-
“Competing Paradigms in Qualitative 14.ISSN 1412-5153.
Research”, dalam Norman K. Denzin dan
Yvonna S.Lincoln, (Eds), Handbook of Ollenburger, C.Jane dan Helen A. Moore,
Qualitative Research, Sage Publications, (2002). Sosiologi Wanita. Jakarta; Bina Aksara
London.
Richmond-Abbott, Marie, (2008). Masculine
Gallopin Gc. (2006). Lingkages Between & Feminine: Gender Roles Over The Life
Vulnerebality,Resiliensi, and adoptive Cycles (2nd ed.), McGraw-Hill, Ind, New
Capacity. Journal Global Environmental York.
Change. 16:293-203.
Sunarto,( 2009). Televisi, Kekerasan, &
Handayani, T dan Sugianti, 2015, Konsep dan Perempuan. PT. Kompas Media Nusantara,
Teknik Penelitian Gender. Malang, Universitas Jakarta.
Muhammadiyah Malang.
Sunarto, (2010). Stereotipasi Peran Gender
[ILO] International Labor Organization. Wanita dalam Program Televisi Anak di
2002. Globla report under the fellow-up to the Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8,
ILO decleration on fundemantal principles Nomor 3, September – Desember 2010,
and right at work: a future without a child halaman 233 – 245.
labour. Geneva: Labour Conference.
Singarimbun.M, dan Efendi Sofyan, (2008).
Munandar, Aris dan Juliantono, Ferry J. Metodologi Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES,
(2016). Fenomena Kemiskinan Nelayan:
Perspektif Teori Strukturasi. Jurnal Kajian UU RI NO. 7 Tahun 2016 Tentang
Politik dan Masalah Pembangunan, Vol.12 No. Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
02.2016, halaman 1857 – 1866. Pembudiyaaan Ikan dan Petani Garam.
www.news.republika.co.id
145
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu