You are on page 1of 12

JURNAL KAGANGA ISSN.

2549-8142

STRUKTURASI GENDER KOMUNITAS NELAYAN DI KOTA


BENGKULU
Sri Narti, Fera Indasari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Dehasen Bengkulu
fera.mugh4l@unived.ac.id

ABSTRACT: Fisherman activity in Indonesia shows that fishing activities are all carried out by men,
women's involvement is only in preparation of food supplies, and post-capture activities, namely
auction, processing and marketing. That is, the division of gender work is still based on the
appropriateness of the work of women and men, Handayani, et al (2015). This study discusses the
gender structuring of fishing communities in the face of life vulnerabilities. The study was analyzed
using a gender structuring theory that emphasizes gender relations and roles that are not the same so
that it causes a degree of vulnerability. The research objective was to determine the gender structure
of the fishing community in the face of life vulnerability to the dominant gender ideology behind the
differences in the level of vulnerability of the fishing community. The method used is descriptive
qualitative. The results of the study explain that gender roles do exist in the division of labor duties of
fishermen and almost all of the core activities of fishermen are carried out by men. Over time, the
stereotypical process of gender roles where men are in charge of earning a living has begun to change,
women have been included to help earn a living, but injustice is still felt. Injustice regarding
stereotypes creates a gap in the value of work where women are still emphasized in all matters while
men are trusted not to do homework. The ideology that developed in this fishing community was a
patriarchal ideology where each male individual was in a dominant position and each individual
woman was in a subordinate position.

Keywords: Fishermen, process, relations, roles, gender

ABSTRAK: Aktivitas nelayan di Indonesia, menunjukkan bahwa kegiatan melaut semua dilakukan
oleh laki-laki, keterlibatan perempuan hanya pada persiapan bekal makanan, dan kegiatan pasca
tangkap yaitu pelelangan, pengolahan serta pemasaran. Artinya, pembagian kerja gender masih
berdasarkan kepantasan pekerjaan perempuan dan laki-laki, Handayani, dkk (2015). Penelitian ini
membahas tentang strukturasi gender komunitas nelayan dalam menghadapi kerentanan hidup.
Penelitian dianalisis dengan menggunakan teori strukturasi gender yang menekankan pada relasi dan
peran gender yang tidak sama sehingga menyebabkan tingkat kerentanan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui strukturasi gender komunitas nelayan dalam menghadapi kerentanan hidup hingga
ideologi gender dominan dibalik perbedaan tingkat kerentanan pada komunitas nelayan tersebut.
Metode yang digunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa peran gender
memang ada dalam pembagian tugas kerja nelayan dan hampir seluruh kegiatan inti nelayan
dilakukan oleh laki-laki. Seiring waktu, proses streotipe mengenai peran gender dimana laki-laki
bertugas mencari nafkah sudah mulai berubah, perempuan sudah diikutsertakan untuk membantu
mencari nafkah, tetapi ketidakadilan masih dirasakan. Ketidakadilan mengenai streotipe membuat
kesenjangan nilai kerja dimana perempuan masih dititikberatkan dalam semua hal sedangkan laki-laki
dipercaya tidak pantas untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Ideologi yang berkembang pada
komunitas nelayan ini adalah ideologi patriarki dimana setiap individu laki-laki berada pada posisi
dominan dan setiap individu perempuan dalam posisi subordinat.
Kata Kunci : Nelayan, proses, relasi, peran, gender

Latar Belakang
Persoalan struktural kemiskinan komunitas terutama yang berkaitan dengan ketiadaan
nelayan bukan hanya terjadi di Indonesia, akan model sederhana yang menggambarkan
tetapi, juga di berbagai belahan dunia. Bene hubungan di antara nelayan dan kemiskinan
dalam Munandar (2016), menyebutkan yang didasarkan dari faktor internal maupun
fenomena nelayan dengan kemiskinan, eksternalnya.

134
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan kondisi alam setempat, agro-ekologi serta


Pasar Bengkulu karena merupakan wilayah model politik sering mempengaruhi alokasi
yang paling banyak ditempati oleh komunitas tenaga kerja dan tanggung jawab antara laki-
nelayan di Kota Bengkulu. Nelayan laki dan perempuan di rumah tangga. Aktivitas
merupakan salah satu pekerja sektor informal nelayan di Indonesia, menunjukkan bahwa
yang umumnya kita temukan disekitar kegiatan melaut semua dilakukan oleh laki-
kawasan pesisir laut, sebagaimana di Pasar laki, keterlibatan perempuan hanya pada
Bengkulu (Yessilia Osira etc: 2015). persiapan bekal makanan, dan kegiatan pasca
Sebagaimana pekerja sektor informal lain, tangkap yaitu pelelangan, pengolahan serta
mereka mengalami berbagai resiko dan pemasaran. Artinya, pembagian kerja gender
kerentanan – kerentanan dalam kehidupannya. masih berdasarkan kepantasan pekerjaan
Kondisi ini sesuai dengan International perempuan dan laki-laki, Handayani, dkk
Conference of Labour Statisticians (ICLS) (2015).
1993 dalam ILO (2002) yang memberi definisi Melalui perubahan-perubahan struktural
bahwa informal sektor adalah : dan praktik sosial yang ada, memungkinkan
"Unit engaged in the production of mereka bisa keluar dari belenggu kemiskinan
goods and services with the primary dan perubahan struktural seperti kebijakan
objective of generating employment and pemerintah dalam memberi peluang kepada
incomes to the person involved. This unist nelayan agar bisa keluar dari kemiskinan. Atau
typically operate at a low level of sebaliknya, kemiskinan direproduksi secara
organization, with little or no division berkesinambungan sekalipun perubahan-
between labour and capital as faktors of perubahan struktural berlangsung mengatur
production and on a small scale. Labour aktivitas nelayan.
relation- where they exist- are based Dalam penelitian ini, perbedaan tingkat
mostly on casual employment, kinship or kerentanan komunitas nelayan yang akan
personal, and sosial relation rather than diamati adalah Komunitas Nelayan Pasar
contractual arrangements with formal Bengkulu Kota Bengkulu. Perbedaan tingkat
guarantees." kerentanan dianalisis dengan menggunakan
Ditetapkannya Undang-undang Nomor strukturasi gender yang menekankan pada
7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan dan relasi dan peran gender yang tidak sama
Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan menyebabkan tingkat kerentanan terhadap
dan Petambak Garam 2016 merupakan kabar perubahan iklim antara laki-laki dan
baik bagi komunitas nelayan dalam perempuan. Ikut sertanya perempuan dalam
menghadapi kerentanan hidupnya. Meskipun kegiatan nelayan sampai mengolah hasil
demikian perundang-undangan tersebut harus tangkapan ikan dikarenakan faktor ekonomi
dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi keluarga yang menjadi tidak menentu akibat
kehidupan nelayan di wilayah masing-masing. dari perubahan iklim. Perubahan iklim
Perubahan iklim yang terjadi akhir- mempengaruhi produktifitas hasil nelayan
akhir ini di Kota Bengkulu, dapat sehingga berdampak pada penurunan
menyebabkan kerentanan hidup bagi pendapatan keluarga. Perempuan bekerja
komunitas nelayan. Kondisi seperti ini, sampingan seperti menjual ikan di pasar,
berdampak pada penurunan produktifitas hasil berjualan makanan, berjualan baju dan ada
tangkapan ikan dan perekonomian keluarga yang menjadi pembantu rumah tangga seperti
nelayan tersebut. Pentingnya, untuk mengatasi membantu menyetrika, mencuci dan lain-lain.
masalah kerentanan dan perlunya adaptasi Itu semua dilakukan perempuan untuk
yang harus dilakukan oleh komunitas nelayan mendapatkan penghasilan tambahan guna
dengan adanya perubahan iklim demi untuk membantu perekonomian keluarga. Tidak
bertahan hidup. Namun, ironisnya tradisi hanya itu, perempuan juga melakukan kegiatan
komunitas nelayan tersebut sering berujung produksi mengelola hasil tangkapan ikan milik
pada perbedaan tingkat kerentanan antara laki- mereka sendiri yang hasilnya nanti dapat dijual
laki dan perempuan di komunitas nelayan sedangkan laki-laki bekerja di kapal orang
dalam menghadapi perubahan iklim. lain. Adanya keyakinan masyarakat bahwa
Seiring waktu, perempuan dituntut laki-laki adalah pencari nafkah (breadwinner)
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan menyebabkan setiap pekerjaan yang
sosial sekitar, sehingga ekonomi, budaya dan dikerjakan oleh perempuan dinilai hanya
135
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

sebagai tambahan sehingga boleh dibayar menganggap penting dan keberdaan kaum
rendah (Fakih,2013). perempuan. Anggapan karena perempuan lebih
Kondisi lingkungan yang buruk akan banyak ke dapur, mengapa harus sekolah
menyulitkan masyarakat bebas dari tinggi-tinggi dan lain sebagainya. Bentuk dan
kemiskinan, terutama dalam kultur masyarakat mekanisme dari proses subordinasi tersebut
nelayan. Kemiskinan umumnya dirasakan oleh dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat
semua lapisan masyarakat, namun perempuan berbeda. Peran serta perempuan dalam
menjadi kelompok yang paling dominan untuk pengelolaan sumber daya alam laut masih
menanggung dampaknya karena keterbatasan dipandang sebelah mata. Perempuan masih
akses mereka pada kegiatan melaut. Kondisi dianggap sebagai sosok yang lemah
ini diperburuk lagi oleh aspek sosial dan dibandingkan dengan laki-laki, sehingga apa
budaya yang meminggirkan perempuan, yang dilakukan oleh perempuan masih
terutama dalam proses pengambilan keputusan dipandang rendah oleh masyarakat. Dasar
di lingkungan domestik dan masyarakat. perlakuan ini karena adanya anggapan bahwa
Keterlibatan perempuan dalam proses kekuatan fisik perempuan berbeda dengan
penentuan kebijakan kurang diperhatikan. laki-laki. Akibatnya, hal ini menimbulkan
Untuk itu, Yohana Yembise selaku Menteri stereotipe bahwa perempuan adalah sosok
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan yang lebih lemah dari laki-laki. Realitanya,
Anak (PPPA). Melalui kerangka konvensi perempuan tidak selemah itu, mereka juga
PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), mampu melakukan kegiatan nelayan dan
Yohana menambahkan, Indonesia juga sudah pekerjaan lainnya yang laki-laki kerjakan.
secara aktif menyampaikan pentingnya Dalam konteks pemenuhan kebutuhan
pemberdayaan perempuan dalam berbagai ekonomi pada dasarnya peran ganda
kebijakan perubahan iklim. Namun, realitanya perempuan bukanlah suatu hal baru khususnya
masih saja kaum perempuan khususnya perempuan yang hidup di daerah pedesaan
komunitas nelayan di Kota Bengkulu kurang yang miskin. Bagi perempuan yang hidup
dilibatkan baik di lingkungan domestik dalam keluarga miskin, peran ganda ini
maupun masyarakat memang telah ditanamkan sejak dini, yang
(www.news.republika.co.id). membuat perempuan harus terlibat dalam
Berdasarkan gender terhadap relasi dan kewajiban kerja untuk menambah pendapatan
peranan gender yang timbul di komunitas keluarga (Mahanani, 2003). Sangatlah menarik
nelayan sepertinya peran yang dimainkan oleh bagi peneliti untuk mengkaji perbedaan tingkat
laki-laki dan perempuan tidaklah sama. kerentanan antara laki-laki dan perempuan
Bahkan perempuan memainkan peran yang yang akan dilihat dari perspektif strukturasi
lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini gender.
bisa menimbulkan masalah yakni Dalam teori strukturasi, masalah yang
ketidakadilan gender. Berbagai bentuk terpenting bukanlah pengalaman aktor
ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya individual ataupun eksistensi dari totalitas
asumsi gender meliputi marginalisasi masyarakat dalam bentuk apapun, melainkan
perempuan, subordinasi perempuan, stereotipe praktik sosial (social practise) yang dilakukan
terhadap perempuan, kekerasan terhadap secara terus menerus dan berulang-ulang
perempuan, dan beban ganda bagi perempuan (recursive) yang melampaui ruang (space) dan
(Fakih, 2013). waktu (time). Praktik sosial tersebut mewujud
Perempuan mengalami marginalisasi karena adanya aktivitas yang dilakukan dan
dalam hal pengelolaan sumber daya alam laut. dilakukan kembali oleh para aktor tersebut
Perempuan bekerja sebagai buruh nelayan melalui tiap sarana ekspresi diri mereka
dengan penghasilan yang lebih sedikit sebagai aktor. Di dalam dan melalui praktik
dibanding laki-laki, dengan beban kerja yang sosial tersebut, maka, para aktor melakukan
sama. Hal ini berangkat dari asumsi reproduksi kondisi yang membuat praktik
perempuan lebih banyak istirahat karena sosial tersebut menjadi mungkin untuk
keterbatasan fisiknya. Faktanya, perempuan dilakukan (Giddens, 2009).
mampu mengerjakan pekerjaan nelayan dan Untuk menjawab permasalahan di atas
berjualan hasil tangkapan ikan sebaik yang digunakan teori strukturasi gender sebagai
dilakukan oleh kaum laki-laki. Di tambah lagi salah satu varian teori ekonomi-politik media
dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat tanpa dalam paradigma kritis. Secara singkat teori
136
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

strukturasi gender mencoba menjelaskan norma-norma seksualitas; dan (5) konsep


proses produksi dan reproduksi relasi gender sumber daya melalui kekuasaan terkait dengan
dengan menggunakan secara maksimal aturan kepemilikan fasilitas alokatif dan otoritatif
(rules) dan sumber daya (resources) yang yang mensubordinasikan, mengalienasikan dan
dimiliki aktor pria dan wanita dalam interaksi mendiskriminasikan kaum wanita dari
sosial. Dalam struktur gender, interaksi aktor kepemilikan sumber daya di ranah publik
pria dan aktor wanita melibatkan penggunaan (Wollffensperger dalam Sunarto, 2009: 63-64).
kekerasan simbolik dan non simbolik sebagai
modalitas yang melekat dalam seksualitas Peran Gender
mereka. Dominasi gender terjadi ketika aktor Dalam pandangan Richmond-Abbott
pria mempunyai kecenderungan besar (2008: 3-15), peran gender (gender-role)
menggunakan kekerasan sebagai mekanisme sering dikacaukan dengan peran-jenis kelamin
penundukan terhadap aktor wanita (Golding & (sex-role). Keduanya jelas mempunyai makna
Murdock, 1991; 1995; Giddens, 1986a; berbeda. Peran seks merupakan perilaku yang
Giddens, 1986b; Wolffensperger, 1991; ditentukan oleh jenis kelamin biologis,
Mosco, 1996; Guba & Lincoln, 1994; misalnya menstruasi untuk wanita dam ereksi
Neuman, 1997). Penelitian ini mengasumsikan untuk pria, serta ejakulasi untuk kedua seks.
adanya kekerasan personal dan struktural Sementara peran-gender merupakan ekspektasi
tertentu terhadap perempuan komunitas pada perilaku maskulin dan feminin yang
nelayan dalam menghadapi kerentanan hidup. keseluruhannya diciptakan secara sosial.
Ada beberapa pengertian tentang gender.
Landasan Teori Salah satunya adalah menurut Fakih dalam
Teori Strukturasi Gender “Gender sebagai alat analisis sosial”, Gender
Teori strukturasi gender mempunyai dua adalah interpretasi atau penafsiran masyarakat
konsep pokok terkait dengan struktur yang tentang peranan, fungsi, dan tanggung jawab
digenderkan (engendered structure) dan antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk
reproduksi ganda (twofold reproduction). dalam jangka waktu lama sesuai dengan
Dalam teori strukturasi gender, struktur perkembangan zaman dan lingkungan tempat
sebagai medium dan hasil tidak lagi bersifat tinggal masyarakat sehingga menjadi suatu
netral. Ia menjadi struktur-gender dan properti- kebudayaan yang dapat mempengaruhi
gender (dualitas struktur-gender atau dualitas interaksi antar masyarakat, termasuk interaksi
gender). Proses strukturasi gender kemudian antara laki-laki dan perempuan (Fakih, 2013).
melibatkan struktur signifikasi, dominasi, Gender merupakan suatu sifat untuk
legitimasi, dan gender dengan modalitas aturan mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki
(semantik, normatif, seks), serta fasilitas dan perempuan dari sisi sosial dan budaya,
(alokatif dan otoritatif) yang berinteraksi nilai dan perilaku, mentalitas dan emosi, serta
melalui komunikasi, kekuasaan, sanksi dan faktor non biologis lainnya (Wijaya, 2008).
kekerasan (Wollffensperger dalam Sunarto, Gender berbeda dengan sex, meskipun secara
2009: 72-73) etimologis artinya sama dengan sex, yaitu
Bagaimana keterkaitan strukturasi, jenis kelamin. Secara umum sex digunakan
kapitalisme, dan gender ? Strukturasi adalah untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
produksi dan reproduksi sistem sosial melalui perempuan dari segi anatomi biologis,
penggunaan aturan dan sumber daya aktor sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi
dalam interaksi. Pendekatan feminis sosialis kepada aspek sosial, budaya, dan aspek-aspek
masuk dalam teori strukturasi melalui: (1) non biologis lainnya. Gender dapat berubah
konsep sistem sosial dengan memberi definisi dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat,
sistem sosial sebagai relasi gender asimetris dan dari kelas sosial ke kelas sosial, sementara
yang dipengaruhi patriarkisme dan jenis kelamin (sex) tetap (Ollenburger dkk,
kapitalisme; (2) konsep aktor dengan 2002).
membedakannya menjadi agen pria dan agen Gender menjadi salah satu poin
wanita; (3) konsep interaksi dengan pertimbangan dalam penentuan peran dalam
menunjukkan lokasi terjadinya interaksi di pengelolaan sumber daya alam. Peran-ini
ranah domestik dan ranah publik melalui dikenal dengan peran gender. Peran berbeda
tindakan-tindakan represif; (4) konsep aturan dengan peranan. Peranan gender merupakan
melalui pengetahuan tentang sistem tanda dan suatu konsep perilaku yang diajarkan pada
137
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

setiap masyarakat, komunitas, dan kelompok stereotipe utamanya secara kultural


sosial tertentu yang menjadikan aktivitas, menentukan gambaran-gambaran yang
tugas-tugas, dan tanggungjawab tertentu mengganggu antara bagian-bagian kognitif
dipersepsikan sebagai peran perempuan dan individu dan persepsinya tentang dunia.
laki-laki (Fakih, 2013). Peranan pada akhirnya Stereotipe sampai sekarang dipahami sebagai
memunculkan peran yang harus dimainkan sebuah proses yang mendistorsi realita.
oleh individu. Peran gender merupakan Selanjutnya oleh Unger dan Crawford
peranan yang dilakukan perempuan dan laki- dijelaskan, stereotipe terjadi ketika individu-
laki sesuai status, lingkungan, budaya, dan individu dikelompokkan oleh individu-
struktur masyarakatnya (Fakih, 2013). Moser individu lain sebagai mempunyai sesuatu yang
(1993) dalam Fakih (2013) mengemukakan sama karena mereka anggota dari sebuah
adanya tiga kategori peranan gender yaitu : kelompok tertentu atau kategori orang tertentu.
1. Peranan produktif, yakni peranan yang Sementara itu Giddens (1992: 247)
dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk menjelaskan pikiran stereotipe (stereotypical
memperoleh bayaran/upah secara tunai thinking) dalam kaitannya dengan prasangka
atau sejenisnya. Termasuk produksi pasar (prejudice). Menurut Giddens, semua pikiran
dengan suatu nilai tukar, dan produksi melibatkan kategori-kategori yang digunakan
rumah tangga/subsistem dengan nilai manusia untuk mengelompokkan
guna, tetapi juga suatu nilai tukar pengalamannya. Kadang kategori tersebut
potensial. Contohnya:kegiatan bekerja kaku dan menyakitkan. Sama seperti stereotipe
baik di sektor formal maupun informal. lain, stereotipe gender (gender stereotypes)
2. Peranan reproduktif, yakni peranan yang menurut Unger dan Crawford (2004: 107-
berhubungan dengan tanggung jawab 109), mempunyai karakteristik: 1) kelompok
pengasuhan anak dan tugas-tugas yang menjadi sasaran stereotipe biasanya
domestik yang dibutuhkan untuk mudah dikenali dan relatif tidak mempunyai
menjamin pemeliharaan dan reproduksi kekuasaan; 2) terdapat sedikit persetujuan
tenaga kerja yang menyangkut antara gabungan gambaran dari kelompok itu
kelangsungan tenaga. Contoh: dengan karakteristik aktual dari anggota
melahirkan, memelihara dan mengasuh kelompok itu; 3) mispsersepsi yang muncul
anak, mengambil air, memasak, mencuci, merupakan hasil dari beberapa bentuk bias
membersihkan rumah, memperbaiki baju, dalam mekanisme prosesing-informasi; 4)
dan lain sebagainya. mispsersepsi ini sulit untuk diubah, meskipun
3. Peranan pengelolaan masyarakat dan orang yang mempunyai keyakinan stereotipe
politik. Peranan ini dibedakan ke dalam ini telah menemui sejumlah contoh yang tidak
dua kategori berikut: mengkonfirmasikannya; 5) stereotipe
a. Peranan pengelolaan masyarakat mengimplikasikan perbandingan nyata antara
(kegiatan sosial), yang mencakup kelompok dengan kerugian dari kelompok
semua aktivitas yang dilakukan yang distereotipekan; 6) orang-orang yang
dalam tingkat komunitas sebagai tidak sadar bahwa mereka mempunyai
kepanjangan peran reproduktif, pandangan stereotipe dan akan menolak bahwa
bersifat sukarela (volunteer), dan mereka menggeneralisasikan individu-
tanpa upah. individu; 7) stereotipe dicirikan oleh relatif
b. Peranan pengelolaan masyarakat sedikit variabilitas diantara individu-individu
politik, yakni peranan yang dengan karakteristik yang mereka nilai sesuai
dilakukan pada tingkat formal secara dengan kelompok yang dipertanyakan.
politik, biasanya dibayar (langsung Menurut Richmond-Abbott (2008),
ataupun tidak langsung), dan masyarakat mempunyai ekspektasi-ekspektasi
meningkatkan kekuasaan atau status. kultural tertentu yang dilekatkan pada sikap
dan perilaku pria dan wanita. Faktor biologis
Stereotipe Peran Gender Wanita jenis kelamin (malenessau femaleness)
Istilah stereotipe (stereotype), digunakan untk mengkonstruksi sebuah
sebagaimana dijelaskan Unger dan Crawford kategori sosial dari gender (masculinity atau
(2004: 298), digunakan pertama kali oleh femininity). Deaux dan kawan-kawan (dalam
Walter Lippman untuk menggambarkan satu Unger dan Crawford, 2004: 112) menunjukkan
jenis perilaku manusia. Menurut Lippman, perbedaan atribut yang dilekatkan pada
138
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

beberapa konsep: 1) wanita (menarik, feminin, Penelitian ini dirancang bersifat


cerdas, sensitif, emosional) dan pria (kuat, deskriptif, dengan pendekatan kualitatif.
menyembunyikan perasaan, bertindak macho, dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat
sexy, berotot); 2) ibu rumah tangga terhadap fenomena sosial tertentu. Penelitian
(membersihkan benda-benda, memasak, ini dimaksudkan adalah mengembangkan
menjaga anak-anak, keibuan, sibuk) dan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak
pekerja kasar pria (pabrik, pekerja keras, kelas melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun,
menengah-bawah, tidak berpendidikan, 2008:4). Metode Penelitian ini menggunakan
anggota serikat pekerja); 3) olah-ragawati analisis gender. Di samping itu, penelitian ini
(berotot, bentuk tubuh bagus, kuat agresif, juga dharapkan dapat menggambarkan
berotot) dan olah-ragawan (berotot, sehat, sumber-sumber dan kemampuan adaptasi yang
kuat, dalam pembentukan, bentuk tubuh dapat dimanfaatkan dalam menangani
bagus); 4) wanita sexy (tubuh bagus, rambut kerentanan hidup komunitas nelayan.
panjang, berpakaian dengan baik, kulit halus, Selanjutnya menurut Nawawi (2012 : 63)
wajah cantik) dan pria macho (berotot, tubuh bahwa: “Metode deskriptif diartikan sebagai
tinggi berbulu, berkumis, menarik, berpusat prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
pada diri-sendiri); 5) wanita pengusaha dengan menggambarkan atau obyek yang
(cerdas, pakaian bagus, tidak menikah, diteliti, seperti individu, lembaga, masyarakat
pekerjaan berat, teratur) dan pria pengusaha dan lain-lain, pada saat sekarang berdasarkan
(memakai jas, kantor dengan pandangan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
bagus, pendidikan perguruan tinggi, cerdas, adanya”.
penampilan bagus). subjek penelitian ini adalah komunitas
nelayan yang ada di daerah Pasar Bengkulu
Kerentanan Hidup Kota Bengkulu. Untuk mendapatkan data yang
Berkaitan dengan konsep vulnerability tepat, maka informan ditentukan melalui
(kerentanan), Gallopin (2006) menyampaikan Kriteria: pertama, mereka yang terlibat
kerentanan adalah kondisi ketika sistem langsung dengan masalah penelitian. Kedua,
diguncang oleh suatu gangguan (disturbances) orang yang dipandang mampu memberikan
dan tekanan dari luar sistem (perturbations). informasi secara mendalam yang berkaitan
Kerentanan juga dilihat sebagai kemampuan dengan masalah penelitian.
untuk bertahan, kemampuan melakukan Dalam Penelitian kualitatif, proses
perubahan (transformasi) ketika diguncang pengumpulan data meliputi tiga kegiatan yang
suatu gangguan tertentu. harus dilakukan peneliti, yaitu :
1. Mengacu pada konsep kerentanan yang 1. Proses Memasuki Lokasi Penelitian
dikemukakan Gallopin (2006), kerentanan (Getting in)
hidup komunitas nelayan mempunyai 3 Menurut Sherraden dan Barrera 1995,
(tiga) komponen: 1) Pertama, tingkat (dalam Moleong, 2002:23), bahwa:
paparan (exsposure), yaitu sejauh mana Informan legitimatiy comes from their
sistem (pola kehidupan komunitas) overall ability to convey an acceptable
bersinggungan dengan gangguan. 2) and trustworthy presence. Dalam usaha
Kedua, Tingkat kepekaan (sensitivity) memasuki lokasi penelitian, peneliti di
yang diartikan sebagai efek atau dampak samping menempuh jalur formal, yaitu
dari gangguan yang diterima baik dengan memperoleh izin secara formal
langsung maupun tidak langsung oeh dari Kecamatan Pasar Bengkulu Kota
komunitas nelayan. Ketiga, Kemampuan Bengkulu. Di samping itu dalam proses
adaptasi (capacity of response), memasuki daerah penelitian, peneliti
merupakan kemampuan sistem dalam mencoba berbaur dengan Aparat kantor
komunitas nelayan untuk menanggapi Kelurahan, Tokoh Masyarakat dan
gangguan, menyeimbangkan potensi Masyarakat Nelayan Pasar Bengkulu
dampak yang akan muncul, Kota Bengkulu guna mendapatkan data
memanfaatkan peluang, dan menyatu dan informasi yang akurat.
dengan konsekuensi yang kemungkinan 2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian
muncul dari adanya suatu perubahan. (Getting Along)
Sherraden dan Barrera 1995, (dalam
Jenis Penelitian Moleong, 2002) menyatakan bahwa: “ ...
139
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

a key ti achieving accuracy and berkelompok (3-5 orang) maupun sendiri


comprehensiveness is to build trus twith dengan menggunakan pukat atau sampan milik
respondents...”. Karena posisi peneliti sendiri maupun milik seorang juragan.
menjadi bagian dari objek yang diteliti, Perkembangan perikanan laut di Kota
maka sesuai pendatat tersebut pada tahap Bengkulu dapat dilihat dari perkembangan
ini peneliti berusaha menjalin hubungan jumlah armada penangkapan ikan, jenis alat
pribadi yang akrab dengan subjek tangkap dan produksi hasil perikanan yang
penelitian dan tetap menjaga keobjektifan tersaji dalam tabel berikut:
dari data atau informasi melalui field note
maupun memo yang ketat.
3. Pengumpulan Data (Longing the Data)
Berdasarkan pada jenis dan sumber data
yang diperlukan, teknik pengumpulan
data yang digunakan meliputi:
a. Wawancara (Interview)
Wawancara jenis ini tidak
dilaksanakan dengan struktur ketat,
tetapi dengan pertanyaan yang Pada tahun 2013 total produksi hasil
semakin memfokus pada perikanan sebesar 29001,5 ton yaitu 36,22 %
permasalahan sehingga informasi dari potensi lestarinya. Rata-rata 68 % dari
yang dikumpulkan cukup mendalam total hasil perikanan merupakan komoditas
akan tetapi tetap mengacu pada perikanan bernilai ekonomis yang tinggi dan
pedoman wawancara yang telah ada sekitar 90% dipasarkan dalam bentuk segar
sehingga informan memberikan sebagai komoditi ekspor. Sementara itu
informasi yang sebenarnya terutama sisanya 32% ikan bernilai non ekonomis
yang berkenaan dengan perasaan, dipasarkan lokal maupun regional dalam
sikap dan pandangan mereka bentuk ikan segar maupun olahan.
terhadap pelaksanaan kerjanya.
b. Dokumentasi Letak dan Keadaan Geografis
Teknik ini dilakukan untuk Wilayah daerah Bengkulu berbentuk
mendapatkan data sekunder yang memanjang sejajar dengan pantai Samudera
dilaksanakan dengan cara Indonesia dan terletak diantara Lintang Selatan
mengumpulkan data yang 20 – 50 dan Bujur Timur 1010 – 1040, dengan
bersumber pada arsip dan dokumen- luas wilayah 20.000 Km2 Provinsi Bengkulu
dokumen yang ada pada masyarakat ini terbagi atas 3 wilayah kabupaten dan I
yang relevan dan dianggap perlu wilayah kotamadya, serta setiap wilayah
untuk mendukung proses penelitian. tingkat II tersebut terbagi lagi menjadi
beberapa kecamatan. Mulanya di sekitar Kota
Teknik Analisa Data Bengkulu sekarang terdapat beberapa buah
Teknik Analisa data dalam Penelitian kerajaan, yaitu Kerajaan Silebar, Sungai
ini adalah analisis dengan mengumpulkan Lemau, Sungai Serut dan Kerajaan. Daerah
model interaktif. Dalam model ini terdapat 3 provinsi Bengkulu terletak di pesisir Barat
(tiga) komponen analisis, yaitu: Reduksi, Pulau Sumatera dan membujur dari Utara
sajian data dan Penarikan kesimpulan (Miles Selatan. Pada jalur pegunungan masih terdapat
& Hubberman, 2014:16), selanjutnya analisis gunung berapi dan hal tersebut ditandai oleh
memadukan cara interaktif terhadap ketiga banyaknya sumber mata air panas. Di daerah
komponen utama dimaksud. Reduksi data Bengkulu hampir semua sungai bermuara di
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan pesisir barat wilayah Bengkulu. Keadaan
perhatian pada penyederhanaan, prasarana transportasi di daerah Bengkulu
pengabstrakan dan transformasi data kasar telah berada pada kondisi yang relatif baik.
yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
Untuk menentukan profil informan
PEMBAHASAN penelitian, maka peneliti menggunakan teknik
Total jumlah nelayan 3756 umumnya purposive sampling. Informan penelitian ini
adalah nelayan tradisional yang melaut secara
140
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

dipilih oleh peneliti berdasarkan profil yang merasa bahwa nelayan merupakan pekerjaan
telah ditentukan oleh peneliti. Profil informan yang berat dan berbahaya bagi kaum
tersebut mengacu pada tujuan dan maksud dari perempuan. Hampir seluruh informan laki-laki
penelitian yang peneliti lakukan yaitu untuk yang berprofesi sebagai nelayan mengaku
mengetahui strukturasi gender komunitas bahwa mereka menyetujui apabila istrinya
nelayan dalam menghadapi kerentanan hidup membantu dalam mencari nafkah akan tetapi
di Pasar Bengkulu Kota Bengkulu. adapun para nelayan tidak pernah mengizinkan
daftar informan adalah sebagai berikut : istrinya untuk benar-benar terjun ke lapangan
seperti melakukan pelayaran.

Peran gender komunitas nelayan dalam


menghadapi kerentanan hidup di Kota
Bengkulu
Kota Bengkulu merupakan kota
dengan laut yang luas, sehingga dapat
dikatakan banyak dari masyarakat yang tinggal
didaerah pesisir memiliki kesempatan untuk
Penelitian ini dimulai dari tanggal 09 bekerja sebagai nelayan. Meski sudah banyak
Februari 2018 sampai dengan 09 September yang berfikir pada dasarnya perempuan dan
2018. Pengumpulan data dilakukan dengan laki-laki tidaklah berbeda dalam hal
cara wawancara dengan para informan terpilih, melakukan kegiatan apapun, akan tetapi pada
observasi dan dokumentasi sehingga data yang praktiknya masyarakat Kota Bengkulu
peneliti peroleh benar-benar data baik yang khususnya masyarakat dengan mata
diperoleh dilapangan secara langsung pencaharian nelayan dan memiliki istri atau
berdasarkan dari informan yang telah peneliti keluarga perempuan masih beranggapan
tentukan. bahwa pekerjaan berat seperti nelayan tidak
dilakukan oleh perempuan dengan tidak
Peran gender selalu terjadi pada semua ditemukannya nelayan perempuan yang terjun
kalangan dan kehidupan manusia dalam langsung ke lapangan untuk mencari ikan dan
bermasyarakat tanpa atau dengan disadari. hanya beberapa perempuan yang membantu
Masing-masing gender akan memiliki kegiatan nelayan tetapi tidak untuk melakukan
perannya dengan persepsi bahwa gender terdiri pelayaran.
dari perempuan dan laki-laki. Dengan diketahui bahwa pada intinya laki-laki
demikian diketahui bahwa dalam melakukan dan perempuan masih memiliki batas-batas
aktivitas maka manusia akan memerankan dalam melaksanakan sesuatu, begitupula
perannya sebagai laki-laki atau perempuan dan dengan pekerjaan nelayan. hasil penelitian
hal tersebut juga terjadi dikalangan nelayan menjelaskan bahwa peran gender memang ada
yang ada di Pasar Bengkulu Kota Bengkulu. dalam pembagian tugas kerja kegiatan
Mengetahui bahwa pekerjaan nelayan nelayan. dan mayoritas bahkan hampir seluruh
diidentifikasi merupakan pekerjaan yang kegiatan inti nelayan masih dilakukan oleh
dilakukan oleh gender laki-laki, sehingga akan laki-laki saja, meskipun sebagian informan
terlihat janggal apabila perempuan yang mengatakan bahwa gender tidaklah
melakukan kegiatan sebagai nelayan. Padahal berpengaruh akan tetapi pada realitasnya
diketahui bahwa banyak dari perempuan yang masih sulit menemukan nelayan dengan jenis
merasa mampu untuk melakukan pekerjaan kelamin perempuan
tersebut dan merasa bahwa dengan melakukan Stereotipasi dan proses streotipasi peran
pekerjaan tersebut setidaknya perempuan gender wanita pada komunitas nelayan di
dapat memberikan bantuan dalam pemenuhan Kota Bengkulu
kebutuhan ekonomi keluarga. Di Kota
Bengkulu sendiri para laki-laki sudah mulai Istilah stereotipe (stereotype),
berfikir untuk mengizinkan istrinya untuk sebagaimana dijelaskan Unger dan Crawford
membantu dalam kegiatan nelayan meskipun (1992: 107), digunakan pertama kali oleh
tidak seutuhnya. Walter Lippman untuk menggambarkan satu
Namun kegiatan nelayan masih jenis perilaku manusia. Menurut Lippman,
dibatasi karena masyarakat setempat masih stereotipe utamanya secara kultural
141
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

menentukan gambaran-gambaran yang mencari nafkah sudah mulai berubah,


mengganggu antara bagian-bagian kognitif perempuan sudah diikutsertakan untuk
individu dan persepsinya tentang dunia. membantu mencari nafkah dengan membantu
Stereotipe sampai sekarang dipahami sebagai berjualan dan hal tersebut tidak membuat
sebuah proses yang mendistorsi realita. perempuan di komunitas nelayan Pasar
Selanjutnya oleh Unger dan Crawford Bengkulu keberatan, akan tetapi ketidakadilan
dijelaskan, stereotipe terjadi ketika individu- masih dirasakan dimana streotipe mengenai
individu dikelompokkan oleh individu- pekerjaan rumah tangga yang harus
individu lain sebagai mempunyai sesuatu yang dilaksanakan oleh perempuan tidak seharusnya
sama karena mereka anggota dari sebuah dikerjakan oleh laki-laki, dan ketidakadilan
kelompok tertentu atau kategori orang tertentu. mengenai streotype ini membuat kesenjangan
Sebagian besar nelayan baik laki-laki nilai kerja dimana perempuan masih
maupun perempuan yang di wawancarai dititikberatkan dalam semua hal sedangkan
merasa bahwa streotipasi yang berkembang laki-laki dipercaya tidak pantas untuk
akan perbedaan antara laki-laki dan mengerjakan pekerjaan rumah karena
perempuan tidaklah terlalu signifikan. pekerjaan rumah merupakan pekerjaan
Kegiatan nelayan memang tidak dilakukan perempuan dan laki-laki tidak layak untuk
oleh perempuan seutuhnya terutama dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah tersebut.
penangkapan ikan, akan tetapi hampir seluruh Peran dan kedudukan perempuan
informan mengatakan bahwa perempuan sebagai sebagai soerang istri sekaligus
memiliki kesempatan untuk membantu membantu mencari nafkah dalam sebuah
perekonomian dalam keluarga dengan keluarga membuat perempuan kaum
berbagai cara baik itu membantu suami dalam perempuan menjadi terintimidasi. pengolah
memasarkan produk tangkapan maupun dan pemasar hasil perikanan perempuan belum
pekerjaan lain yang dianggap baik untuk terakomodasi dalam peraturan perundangan
menambah pencapatan ekonomi bagi keluarga yang berlaku. Khususnya di Provinsi Bengkulu
nelayan. belum ada peraturan daerah yang mengatur
Tetapi tindakan para nelayan masih tentang usaha perikanan. Oleh sebab itu
tidak membuktikan ucapannya karena para penelitian berupaya untuk perlindungan bagi
nelayan masih menunjukkan sisi kepercayaan perempuan usaha mikro kecil, yang dapat
yang berakar dari budaya yang ada dimana memberikan sumbangan materi bagi
laki-laki tidak melakukan pekerjaan rumah penyusunan peraturan perundangan dan
karena pekerjaan rumah merupakan pekerjaan kebijakan mengenai usaha perikanan dan
yang memang harus dilakukan oleh perlindungan nelayan kecil/tradisional yang
perempuan. Komunitas nelayan merasa bahwa responsif gender dan berwawasan lingkungan.,
pekerjaannya sebagai nelayan dan kegiatannya dengan demikian diharapkan dapat
dalam menangkap ikan di tengah laut sudah memberikan sumbangan pemikiran untuk
cukup membuatnya letih sehingga nelayan menyelesaikan masalah-masalah strategis
enggan untuk membantu para istri untuk bangsa baik pada level daerah maupun
melaksanakan pekerjaan rumah dan seluruh nasional, utamanya berkaitan dengan upaya
pekerjaan rumah selalu dibebankan kepada pengentasan kerentanan dan kemiskinan pada
istri masyarakat pesisir.
Dari pemaparan mengenai peran
gender pada komunitas nelayan diketahui Ideologi gender dominan di balik
bahwa perbedaan gender juga perbedaan tingkat kerentanan pada
mengklasifikasikan streotipe peran gender komunitas nelayan di Kota Bengkulu
yang ada pada komunitas nelayan tersebut, Sesuai dengan hasil analisis penelitian
perempuan memiliki berbagai peran penting maka diketahui ideologi yang berkembang
dalam sebuah hubungan keluarga di mana pada komunitas nelayan di Kota Bengkulu
perempuan mengerjakan keseluruhan adalah ideologi patriarki dimana setiap
pekerjaan rumah tangga dan laki-laki akan individu laki-laki berada pada posisi dominan
mencari nafkah. Proses terjadinya streotip dan setiap individu perempuan dalam posisi
gender terjadi seiring dengan berjalannya subordinat, hal ini menyebabkan perempuan
waktu dimana streotipe mengenai peran pada komunitas nelayan masih dianggap
gender bahwa laki-laki adalah bertugas untuk belum leluasa untuk menjalankan aktivitasnya
142
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

sesuai dengan keinginannya, karena adanya bahwa gender tidaklah berpengaruh akan
batasan-batasan dimana tidak setaranya gender tetapi pada realitasnya masih sulit
antara laki-laki dan perempuan pada menemukan nelayan dengan jenis
komunitas nelayan Kota Bengkulu tersebut. kelamin perempuan.
Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya 2. Peran gender pada komunitas nelayan
perempuan yang merasa bahwa ketidak adilan diketahui bahwa perbedaan gender juga
dalam menjalankan berbagai pran rumah mengklasifikasikan streotipe peran gender
tangga masih sering terjadi, sehingga memuat yang ada pada komunitas nelayan
wanita pada komunitas nelayan Kota tersebut, perempuan memiliki berbagai
Bengkulu merasa apa yang harus diperenkan peran penting dalam sebuah hubungan
masih dianggap lebih berat daripada laki-laki, keluarga di mana perempuan
dan wanita pada komunitas nelayan tersebut mengerjakan keseluruhan pekerjaan
tidak secara gamblang menentang apa yang rumah tangga dan laki-laki akan mencari
sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan nafkah.
berumah tangganya. 3. Proses terjadinya stereotipasi peran
Apa yang telah disimpulkan mengenai gender wanita pada komunitas nelayan di
ideologi mendukung pernyataan yang Kota Bengkulu, seiring dengan
ditegaskan oleh Goodwin dan Fiske dimana berjalannya waktu streotipe mengenai
kebanyakan budaya bersifat patriarkal, yang peran gender bahwa laki-laki adalah
berarti bahwa laki-laki lebih banyak akses dan bertugas untuk mencari nafkah sudah
penguasaan terhadap sumber daya daripada mulai berubah, perempuan sudah
perempuan, yang mengarah ke lebih banyak diikutsertakan untuk membantu mencari
kekuatan yang dikuasai (Priandono, 2016). nafkah dengan membantu berjualan dan
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh hal tersebut tidak membuat perempuan di
Goodwin dan Fiske di pahami bahwa system komunitas nelayan Pasar Bengkulu
ideologi patriarki memang masih banyak keberatan. Peran dan kedudukan
digunakan hingga saat ini, meskipun perempuan sebagai seorang istri sekaligus
perubahan zaman dan perkembangan teknologi membantu mencari nafkah dalam sebuah
tetap terus berjalan akan tetapi ideology keluarga membuat kaum perempuan
tersebut rupanya masih sulit untuk dilepaskan, menjadi terintimidasi. Pengolah dan
dan pada akhirnya perwujudan untuk pemasar hasil tangkapan atau perikanan
menyamaratakan status gender bagi manusia perempuan belum terakomodasi dalam
masih belum terealisasi terutama pada daerah- peraturan perundangan yang berlaku.
daerah yang tidak diberikan penyuluhan dan Khususnya di Kota Bengkulu belum ada
pengertian akan pentingnya penyamarataan peraturan daerah yang mengatur tentang
status gender agar kehidupan manusia menjadi usaha perikanan.
lebih baik. Ideologi yang berkembang pada komunitas
nelayan ini adalah ideologi patriarki dimana
KESIMPULAN setiap individu laki-laki berada pada posisi
Berdasarkan hasil analisis dan dominan dan setiap individu perempuan dalam
pemaparan yang dilakukan mengenai posisi subordinat, hal ini menyebabkan
strukturasi gendr pada komunitas nelayan di perempuan pada komunitas nelayan masih
Kota Bengkulu maka terdapat beberapa dianggap belum leluasa untuk menjalankan
kesimpulan yang menjadi temuan dalam aktivitasnya sesuai dengan keinginannya,
penelitian ini, adapun diantaranya adalah : karena adanya batasan-batasan dimana tidak
1. Peran gender komunitas nelayan dalam setaranya gender antara laki-laki dan
menghadapi kerentanan hidup di Kota perempuan pada komunitas nelayan di Kota
Bengkulu pada dasarnya laki-laki dan Bengkulu
perempuan masih memiliki batas-batas
dalam melaksanakan pekerjaan sebagai DAFTAR PUSTAKA
nelayan. Peran gender memang ada dalam Crawford, M., & Unger, R. (2004). Women
pembagian tugas kerja kegiatan nelayan and Gender (3rd ed). New York McGraw-Hill,
dan hampir seluruh kegiatan inti nelayan h. 298
masih dilakukan oleh laki-laki saja,
meskipun sebagian informan mengatakan
143
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

Fakih, M (2013), Analisis Gender dan Miles, BB, dan AM Hubberman, (2014).
Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta.
Jogyakarta
Mosco, Vincent, 1996, The Political Economy
Giddens, Anthony, (2009). Teori Strukturasi: of Communication: R ethinking and Re- newal,
Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial London: Sage Publications
Masyarakat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Moleong, Lexy J, (2001). Metodologi
Giddens, Anthony, 1986a, The Constitution of Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
society: Outline of the Theory of Structuration, Bandung.
University of California Press: Berkeley.
Neuman, W. Lawrence, 1997, SociResearch
Giddens, Anthony, 1986b, Central Problems Methods: Qualitative and Quantitative
in Social Research; Action, Structure and Approach (3rd ed.), Boston: Allyn and Bacon.
Contradictiona in Social Analysis. University
of California Press, Berkeley dan Los Angeles. Nawawi, Hadari, (2012). Metodologi
Penelitian Bidang Sosial, Cetakan Ke delapan,
Golding, Peter dan Graham Murdock,1991, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
“Culture, Communications, and Political
Economy”, Dalam James Curran dan Michael Ossira, Yessilia and Desy, Afrita and Novi,
Gurevitch (eds), Mass Media and Society, Hendrika Jayapura (2015).” INDUK
Edward Arnold, London. SEMANG”. Sebuah Model Perlindungan
Sosial Bagi Kelompok Nelayan Jakat Makmur
Guba, Egon G.dan Yvonna S. Lincoln, 1994, Kota Bengkulu, Journal PEKSOS, 13 (1).PP. 1-
“Competing Paradigms in Qualitative 14.ISSN 1412-5153.
Research”, dalam Norman K. Denzin dan
Yvonna S.Lincoln, (Eds), Handbook of Ollenburger, C.Jane dan Helen A. Moore,
Qualitative Research, Sage Publications, (2002). Sosiologi Wanita. Jakarta; Bina Aksara
London.
Richmond-Abbott, Marie, (2008). Masculine
Gallopin Gc. (2006). Lingkages Between & Feminine: Gender Roles Over The Life
Vulnerebality,Resiliensi, and adoptive Cycles (2nd ed.), McGraw-Hill, Ind, New
Capacity. Journal Global Environmental York.
Change. 16:293-203.
Sunarto,( 2009). Televisi, Kekerasan, &
Handayani, T dan Sugianti, 2015, Konsep dan Perempuan. PT. Kompas Media Nusantara,
Teknik Penelitian Gender. Malang, Universitas Jakarta.
Muhammadiyah Malang.
Sunarto, (2010). Stereotipasi Peran Gender
[ILO] International Labor Organization. Wanita dalam Program Televisi Anak di
2002. Globla report under the fellow-up to the Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8,
ILO decleration on fundemantal principles Nomor 3, September – Desember 2010,
and right at work: a future without a child halaman 233 – 245.
labour. Geneva: Labour Conference.
Singarimbun.M, dan Efendi Sofyan, (2008).
Munandar, Aris dan Juliantono, Ferry J. Metodologi Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES,
(2016). Fenomena Kemiskinan Nelayan:
Perspektif Teori Strukturasi. Jurnal Kajian UU RI NO. 7 Tahun 2016 Tentang
Politik dan Masalah Pembangunan, Vol.12 No. Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
02.2016, halaman 1857 – 1866. Pembudiyaaan Ikan dan Petani Garam.

Mahanani, S. (2003). Keadilan Agraria Bagi Wolffensperger, Joan, (1991), “Engendered


Petani dalam Konteks Perempuan Petani dan Structure: Giddens and the Conceptualization
Pengaturan Sumber Agraria (Tanah). Jurnal of Gender”, Dalam Kathy Davis dan kawan-
Analisis Sosial, Vol. 8, Edisi 2 Oktober 2003.
144
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu
JURNAL KAGANGA ISSN. 2549-8142

kawan (eds), The Gender of Power, Sage


Publication, London.
Wijaya, H.R.(2000), Penelitian Berspektif
Gender. Jurnal Analisis Sosial, Edisi 4

www.news.republika.co.id

145
Strukturasi Gender Komunitas Nelayan Di Kota Bengkulu

You might also like