Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2
kental manis kemasan kaleng yang beredar kadar yang terdeteksi tidak
melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala BPOM
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 yaitu Cd 0,05 mg/kg, Pb 0,02
mg/kg dan Sn 250 mg/kg untuk yang dikemas dalam kaleng serta 40 mg/kg
untuk yang tidak dikemas dalam kaleng (BPOM. 2018). Batas maksimum
konsentrasi Al yang boleh dikonsumsi per minggu (Maximum Weekly Intake)
menggunakan angka ambang batas yang diterbitkan oleh lembaga pangan
internasional World Health Organization dan Joint FAO/WHO Expert
Committee on Food Additive (JEFCA) 1 mg/kgbb (Food And Enviromental
Hygiene Departement. 2009).
kental manis yang belum atau sudah mendekati masa kedaluwarsa dengan alat
ICP-OES.
4
Institut Sains dan Teknologi Nasional
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
terdiri dari lemak. Butiran-butiran lemak dalam susu memiliki garis tengah
berbeda-beda mulai dari 0,1-22μ (mikron).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas susu antara lain:
pertumbuhan dan aktivitas mikroba, aktivitas enzim-enzim di dalam bahan
pangan, suhu udara dan jangka waktu penyimpanan serta sanitasi peralatan
maupun ternak.
Meskipun susu pada umumnya dapat dihasilkan oleh semua hewan menyusui,
namun yang dikonsumsi manusia di Indonesia khususnya adalah susu sapi dan
kambing. Selain susu-susu tersebut, susu dari hewan lain juga kadang-kadang
dimanfaatkan untuk dikonsumsi manusia, diantaranya susu kerbau, susu domba,
dan susu unta. Saat ini juga marak munculnya susu kuda atau susu kuda liar. Susu
jenis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan.
Disamping susu yang berasal dari hewan, ada juga susu nabati seperti susu kedelai
dan susu kacang hijau (Rini, dkk. 2008).
6
Institut Sains dan Teknologi Nasional
1. Lemak susu: terdapat dalam susu kira kira 1000 x 106 butiran lemak dalam
setiap ml susu. Butiran ini mempunyai daerah permukaan yang luas dan
hal tersebut menyebabkan susu mudah dan cepat menyerap flavor asing.
Butiran-butiran lemak ini biasanya akan muncul ke permukaan susu untuk
membentuk lapisan/krim. Sekurang-kurangnya 50 macam asam lemak
yang berbeda telah ditemukan dalam lemak susu dimana 60-75% bersifat
jenuh 25-30% tidak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak
polyunsaturated. Asam lemak yang paling banyak adalah miristat,
palmitat, stearat. Asam lemak tak jenuh utama adalah oleat, linoleat. Asam
butirat dan kaproat juga terdapat dalam jumlah kecil sebagai trigliserida.
2. Protein susu: terbagi menjadi 2 kelompok utama yaitu kasein yang dapat
diendapkan oleh asam dan enzim renin dan protein whey yang dapat
mengalami denaturasi oleh panas pada suhu kira-kira 65ºC. Kasein adalah
protein utama susu yang jumlahnya mencapai kira-kira 80% dari total
protein. Setelah lemak dan kasein dihilangkan dari susu, air sisanya
dikenal sebagai whey kira-kira 0,5-0,7 %.
3. Laktosa: adalah karbohidrat utama yang terdapat dalam susu. Laktosa
adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa tidak
semanis gula tebu dan mempunyai daya larut hanya sekitar 20% pada suhu
kamar. Laktosa akan mengendap sebagai kristal yang keras seperti pasir.
Oleh karena itu harus dijaga jangan sampai terbentuk pada pembuatan
eskrim dan kental manis.
4. Mineral: Bila air dihilangkan dengan penguapan dan sisa yang kering
dibakar dengan panas rendah akan diperoleh sisa abu putih yang berisi
bahan-bahan mineral.
7
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tab Magnesium 0,012 1,4
el Sulfur 0,025 3,6
5. Komponen lain
6. Enzim terdapat secara normal pada susu. Beberapa enzim yang terdapat
pada susu adalah katalase, reduktase, laktase, galaktase, amilase, fosfatase
dan peroksidase (Rini, dkk. 2008).
8
Institut Sains dan Teknologi Nasional
ukuran lemak dalam susu. Volume krim kira-kira 12-20 % dari volume
susu. Sebagian besar bahan yang terdapat di dalam krim adalah lemak.
Skim adalah bagian yang terdapat di bagian bawah krim.
Komponen utama skim terdiri dari air dan protein. Bagian krim dan skim
susu dapat dipisahkan dengan alat pemisah krim yang lebih dikenal
dengan nama cream separator. Susu telah dipisahkan antara krim dengan
skimnya, maka komposisi masing-masing bagian akan jauh berbeda. Krim
banyak mengandung lemak, sedangkan skim lebih banyak mengandung
protein Krim dapat diolah menjadi mentega, sedangkan skim digunakan
untuk hasil-hasil pengolahan susu lainnya (Buckle, dkk.2013).
2. Kental manis dan susu yang diuapkan
Secara umum istilah kental manis berarti susu yang dimaniskan,
yakni susu yang berbentuk cairan kental, warna putih kekuningan atau
warna lain yang tergantung dari aroma yang ditambahkan, dengan bau dan
rasa khas. Susu kental tak manis atau biasa disebut dengan susu yang
diuapkan (evaporated milk) adalah susu dimana proses pembuatannya
hampir sama dengan susu kental manis hanya dengan sedikit perubahan
dengan tidak dilakukan penambahan sukrosa (Buckle, dkk. 2013).
3. Susu kering atau susu bubuk
Produk-produk susu kering atau tepung susu adalah produk susu
berwarna putih kekuningan, bau dan rasa khas susu, yang diperoleh
dengan menghilangkan sebagian besar air dari susu dengan cara
pengeringan yang pada umumnya melalui proses pengabutan, dibuat
sebagai kelanjutan dari proses penguapan biasa kadar air dikurangi sampai
di bawah 5% dan sebaiknya harus kurang dari 2% (Buckle, dkk. 2013).
4. Es krim (Ice cream)
Unsur pokok eskrim adalah : susu, krim, gula bahan flavor, bahan
penstabil dan pembentuk emulsi. Makanan yang bergizi dan sumber energi
yang terkonsentrasi, tetapi kandungan lemak dan gula tinggi (Buckle, dkk.
2013).
5. Keju (Cheese)
9
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Keju berupa produk susu berbentuk padat atau setengah padat yang
diperoleh dengan cara mengkoagulasikan susu krim, susu skim, komponen
susu ataupun dapat berupa campurannya dengan enzim lainnya dengan
atau tanpa penambahan rempah-rempah, dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan (Rini, dkk. 2008).
10
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Proses selanjutnya meliputi penguapan susu yang sudah
mengadung gula dengan kondisi yang sangat ringan dengan menggunakan
penguap hampa pada suhu 77ºC. Pada suhu 49ºC, fase air dari produk yang
dikentalkan menjadi jenuh dengan laktosan, dan pada waktu susu kental
didinginkan terjadi larutan jenuh dan kristalisasi. Jika tidak dilakukan dengan
sangat hati-hati, akan terbentuk laktosa dalam jumlah sedikit dan ini akan
tumbuh menjadi kristal berukuran makroskopis yang cukup keras dan terasa
kasar. Akibat kristalisasi laktosan ini adalah “ rasa seperti pasir” yang
dianggap dapat mengurangi mutu susu kental manis, untuk menghindari hal
ini harus diadakan pendinginan sedemikian rupa sehingga terjadi kristalisasi
laktosa secara cepat dan dengan demikian terbentuk kristal-kristal kecil. Hal
ini dijalankan dengan mendinginkan susu sampai suhu 30ºC yang akan
menghasilkan keadaan lewat jenuh dari larutan laktosan dan kemudian
dilakukan pembibitan dengan menambahkan laktosa yang terbentuk halus
dengan jumlah 0,6 g/L susu kental. Kristalisasi akan selesai dalam waktu 3
jam. Kristal-kristal sangat halus terdapat dalam susu kental yang bermutu
tinggi biasanya berdiameter kira-kira 10 mikron dan kristal-kristal ini begitu
halusnya sehingga tidak dapat dirasakan oleh lidah.
Bila proses kristalisasi telah selesai, susu kental didinginkan
dimasukan dalam drum-drum penyimpanan dalam jumlah besar untuk diisikan
ke dalam kaleng. Produk itu kemudian ditutup dan tidak memerlukan proses
pemanasan lagi. Stabilitas mikrobiologis produk tersebut ditentukan oleh
kandungan gula yang tinggi dan masalah kerusakan biasanya terbatas pada
pertumbuhan jenis bakteri osmofilik (bakteri dan khamir). Susu kental tidak
manis atau susu yang diuapkan pembuatan susu yang diuapkan mengikuti
teknik yang hampir sama dengan pembuatan susu kental manis, hanya dengan
sedikit perubahan dengan tidak dilakukannya penambahan sukrosa. Suhu
pemanasan pendahuluan 130oC dipergunakan karena suhu ini menghasilkan
produk dengan stabilitas yang lebih baik. Setelah pemanasan, susu diuapkan
dalam penguapan hampa dengan cara yang sama seperti susu kental manis dan
dapat dilakukan sampai kandungan bahan padat mencapai 35% sebelum
terjadi kehilangan stabilitas karena proses pengentalan.
11
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Setelah diangkat dari alat penguap (evaporator) susu kental ini
dicampur secara homogen untuk mencegah pemisahan lemak selama proses
sterilisasi pada tahap selanjutnya. Sesudah homogenisasi, produk ditutup di
dalam kaleng dan diproses selama 10-15 menit pada suhu 100-110o C. Setelah
pemanasan akhir ini, produk sudah mencapai keadaan steril komersial.
Pengolahan yang kurang sempurna akan menimbulkan kerusakan oleh
organisme, pembentukan spora dari jenis Bacillus. Terutama aktivitas Bacilus
Coagulan (bakteri yang menghasilkan asam laktat) dan Bacilus Cereu
menyebabkan penggumpalan. Bacilus Subtilis juga menyebabkan kerusakan
pada produk ini (Buckle, dkk. 2013).
12
Institut Sains dan Teknologi Nasional
2.4.3 Syarat Mutu Kental Manis (SNI. 2011)
1 Keadaan
Normal Normal Normal Normal
(sesuai (sesuai (sesuai (sesuai
1.1 Bau -
label) label) label) label)
Total gula
dihitung sebagai
5 % b/b 43-48 43-48 43-48 43-48
sakarosa
13
Institut Sains dan Teknologi Nasional
7 Cemaran logam
Maks. Maks. Maks. Maks.
7.1 Timbal (Pb)**** mg/kg 0,02
0,02 0,02 0,02
Maks. Maks. Maks. Maks.
40,0/ 40,0/ 40,0/ 40,0/
7.2 Timah (Sn) mg/kg 250,0 250,0 250,0 250,0
*** *** *** ***
APM/g
Bakteri
atau Maks. Maks. Maks. Maks.
8.2 Coliform
Koloni/g 10 10 10 10
2.5 Pengemasan
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang
digunakan untuk wadah atau tempat dan dapat memberikan perlindungan
sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan dapat membantu
mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya
14
Institut Sains dan Teknologi Nasional
dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran
(Rini, dkk. 2008).
2.6 Logam
Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik
dan anorganik. Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan
digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban
manusia. Logam awalnya diambil dari pertambangan di bawah tanah (kerak
bumi), yang kemudian dicairkan dan dimurnikan dalam pabrik menjadi logam-
logam murni misalnya, emas, perak, besi, dan lain-lain (Darmono. 1995). Logam
berat adalah logam yang bertahan lama dilingkungan, selain itu bersifat permanen
toksisitas karena lamanya bertahan dilingkungan. Logam berat umumnya bersifat
racun bagi tanaman, hewan dan juga manusia (Surtipanti. 1994).
18
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Logam berat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu logam berat esensial dan
logam berat non esensial. Logam berat esensial adalah logam dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan cepat menimbulkan efek racun, sebagai contoh antara lain Zn, Cu, Fe,
Co, Mn, dan Se. Logam berat non esensial merupakan logam yang beracun (toxic
metal) yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya,
sebagai contoh antara lain Hg, Cd, Pb, Sn, Cr (VI), dan logam As. Logam berat
dapat menimbulkan efek yang merugikan kesehatan manusia, sehingga sering
disebut sebagai logam beracun. Senyawa ini tidak dapat dirusak di alam dan tidak
berubah menjadi bentuk lain. Penggolongan logam beracun dapat dilihat dalam
gambar 2.2 (BPOM RI. 2010).
19
Institut Sains dan Teknologi Nasional
klorin, atau sulfur. Kadmium tidak memiliki rasa maupun aroma spesifik.
Kadmium digunakan dalam industri sebagai bahan dalam pembuatan
baterai, pigmen, pelapisan logam dan plastik.
Toksisitas
LD50 : 225 mg/kg; PTWI : 0,007 mg/kgbb.
Kajian keamanan
Dalam kondisi asam lemah, kadmium akan mudah terabsorpsi ke
dalam tubuh. Sebanyak 5% kadmium diserap melalui saluran
pencernaan, dan terakumulasi dalam hati dan ginjal. Kadmium dan
senyawanya bersifat karsinogen dan bersifat racun kumulatif. Selain
saluran pencernaan dan paru-paru, organ yang paling parah akibat
mencerna kadmium adalah ginjal. Kerusakan yang terjadi disebabkan
oleh proses destruksi eritrosit, proteinuria, rhinitis, emphysema dan
bronkhitis kronis.
Gejala keracunan kronis adalah terjadinya ekskresi ß
mikroglobulin dalam urin akibat kerusakan fungsi ginjal. Kadmium juga
mengakibatkan terjadinya deformasi tulang. Di Jepang, penyakit “Itai-
itai” disebabkan konsumsi beras berkadar Cd lebih dari 0,4 mg/kg. Di
Indonesia terdapat kajian kadar kadmium dalam beras coklat (beras
pecah kulit) 0,04 mg/kg-0,39 mg/kg. Kajian domestik menunjukkan
bahwa kandungan kadmium dalam kacang tanah lebih rendah dari 0,2
mg/kg, dalam polong-polongan lebih rendah dari 0,1 mg/kg, dan dalam
kedelai (kering) lebih rendah dari 0,2 mg/kg. Kandungan kadmium pada
ikan predator misalnya cucut, tuna, marlin dan lain-lain di Indonesia
mencapai hingga 0,6 mg/kg, namun sebagian besar mendekati 0,5 mg/kg;
pada kekerangan (bivalve) moluska dan teripang < 1,0 mg/kg (SNI.
2009). Olahan susu dan analognya yaitu 0,05 mg/kg (BPOM 2018).
2. Timbal
Deskripsi
Timbal (Pb) memiliki nomor atom 82; bobot atom 207,21; Valensi
2-4. Timbal merupakan logam yang sangat beracun terutama terhadap
anak-anak. Secara alami ditemukan pada tanah. Timbal tidak berbau dan
20
Institut Sains dan Teknologi Nasional
tidak berasa. Timbal dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa lain
membentuk berbagai senyawa-senyawa timbal, baik senyawa-senyawa
organik seperti timbal oksida (PbO), timbal klorida (PbCl2) dan lain-lain.
Sumber-sumber timbal antara lain cat usang, debu, udara, air, makanan,
tanah yang terkontaminasi dan bahan bakar bertimbal. Penggunaan
senyawa-senyawa timbal antara lain pembuatan gelas, penstabil pada
senyawa-senyawa PVC, cat berbasis minyak, zat pengoksidasi, bahan
bakar.
Toksisitas
LD50 : Tikus 100-825 mg/kg (oral, timbal arsenat), Tikus 109 mg/kg
(oral, tetrametil timbal), Kelinci 125 mg/kg (oral, timbal arsenat), Ayam
450 mg/kg (oral, timbal arsenat).
LD: Tikus 11000 mg/kg (oral, timbal asetat), Anjing 2000-3000 mg/kg
(oral, timbal sulfat)
LDLo: Manusia perkiraan 1,70 mg/kg (trietil timbal) PTWI: 0,025
mg/kgbb
Kajian Keamanan
Pada tubuh, timbal diperlakukan seperti halnya kalsium. Tempat
penyerapan pertama adalah plasma dan membran jaringan lunak. Bayi,
janin dalam kandungan dan anak-anak lebih sensitif terhadap paparan
timbal karena timbal lebih mudah diserap pada tubuh yang sedang
berkembang. Selain itu jaringan otot anak-anak lebih sensitif sekitar 99%
timbal yang masuk ke dalam tubuh orang dewasa dapat diekskresikan
setelah beberapa minggu, sedangkan untuk anak-anak hanya 32 % yang
dapat diekskresikan. Timbal dapat masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan dan makanan. Konsumsi timbal dalam jumlah banyak secara
langsung menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk kerusakan jaringan
mukosal. Sistem yang paling sensitif adalah sistem sintetis jaringan darah
(hematopoietic/ sel- sel sumsum tulang belakang yang menghasilkan
darah merah, darah putih) sehingga biosintetis haema terganggu. Semua
sel-sel yang sedang aktif berkembang sensitif terhadap timbal.
21
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Timbal juga dapat merusak syaraf pada bayi dan anak-anak,
paparan terhadap timbal yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
otak; penghambatan pertumbuhan anak-anak, kerusakan ginjal, gangguan
pendengaran, mual, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan gangguan
pada kecerdasan dan tingkah laku. Pada orang dewasa, timbal dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan gangguan pencernaan,
kerusakan ginjal, kerusakan syaraf, sulit tidur, sakit otak dan sendi,
perubahan mood dan gangguan reproduksi. Data penelitian Balai Besar
Pasca Panen Departemen Pertanian menunjukkan kadar timbal dalam
tomat dan hasil olahannya berkisar antara 0,05 mg/kg–0,17 mg/kg. Hasil
pengujian timbal dalam Ikan predator misalnya cucut, tuna, marlin dan
lain-lain di Indonesia berkisar 0,4 mg/kg, dalam kekerangan (bivalve)
berkisar 1,5 mg/kg, dalam udang dan krustasea lainnya berkisar 0,1
mg/kg-0,24 mg/kg (SNI. 2009). Olahan susu dan analognya bekisar 0,02
mg/kg (BPOM RI. 2018).
3. Timah (Stannum, Tin)
Deskripsi
Timah (Sn) memiliki nomor atom 50; bobot atom 118,69; bobot
jenis 7,29g/cm3; titik leleh 231,97°C; titik didih 2270°C. Timah
merupakan unsur logam yang dapat ditempa dan berwarna keperakan.
Secara kimia unsur ini reaktif. Timah bereaksi langsung dengan klorin
dan oksigen dan menggantikan hidrogen dari asam encer. Timah juga
larut dalam alkali membentuk stanat. Timah ada dalam beberapa bentuk
antara lain garam +2 dan +4 (garam sitrat, garam fluorida, garam sulfat,
garam klorida), oksida dan logam. Timah digunakan sebagai penyalut
pelindung tipis pada lempeng baja dan merupakan komponen dari
sejumlah aloi (misalnya kuningan fosfor, logam senjata, solder, logam
babbitt, dan pewter).
Toksisitas
LD50: mencit 592,9 mg/kgbb (oral), tikus 573,1 mg/kgbb (oral).
PTDI: 2 mg/kgbb, PTWI 14 mg/kgbb (JECFA)
Kajian Keamanan
22
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Pada makanan yang tidak diolah kandungannya amat sangat
rendah. Ditemukan pada produk makanan kaleng (buah dan sayur, ikan
herring), pasta gigi, timah logam ditemukan pada debu atau asap polusi
industri. Makanan berlemak lebih mudah menyerap timah. Timah dalam
pangan diserap oleh usus halus kurang dari 5%, sebagian dibuang melalui
urin dan keringat. Timah disebut sebagai mildly toxic mineral. Timah
menurunkan absorpsi kalsium, seng dan menurunkan aktivitas enzim
alkalin fosfatase. Konsumsi timah dalam pangan yang berlebihan dapat
menyebabkan iritasi saluran pencernaan yang ditandai dengan gejala
muntah, diare, kelelahan dan sakit kepala. Pada dosis akut dapat
menyebabkan anoreksia, ataxia dan kelemahan otot, serta pembengkakan
usus halus hingga kematian. Konsentrasi timah antara 150 μg/g-250 μg/g
di dalam makanan kalengan dapat mengakibatkan luka lambung secara
akut (SNI. 2009). Olahan susu dan analognya 250 mg/kg dalam kemasan
kaleng dan 40 mg/kg dalam kemasan bukan kaleng (BPOM RI. 2018).
4. Aluminium (Al)
Aluminium adalah unsur kimia dengan nomor atom 13 dan massa
atom 26, 9815. Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer
dari Al-26 dapat meluruhkan sinar dengan waktu paruh 105 tahun.
Aluminium berwarna putih keperakan, mempunyai titik lebur 659,7oC
dan titik didih 2.057oC, serta berat jenisnya 2,699 gr/cm-3 (pada
temperatur 20oC). Termasuk dalam kelompok boron dalam unsur kimia
(Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr/cm-3. Jari-jari atomnya adalah 117,6
pikometer (1x10-10 m). Aluminium adalah unsur terbanyak ketiga yang
ditemukan di bumi setelah oksigen dan silikon. Jumlahnya sekitar 7,6%
dari berat kerak bumi. Aluminium mudah dilengkungkan dan dibuat
mengkilat, serta larut dalam asam klorida dan asam sulfat berkonsentrasi
di atas 10%, tetapi tidak larut dalam asam organik.
Aluminium ditemukan pada tahun 1825 oleh Hans Christian
Oersted. Baru diakui secara pasti oleh F. Wohler pada tahun 1827.
Sumber unsur ini tidak terdapat bebas, bijih utamanya adalah bauksit.
Penggunaan Aluminium antara lain untuk pembuatan kabel, kerangka
23
Institut Sains dan Teknologi Nasional
kapal terbang, mobil dan berbagai produk peralatan rumah tangga.
Senyawanya dapat digunakan sebagai obat, penjernih air, fotografi serta
sebagai ramuan cat, bahan pewarna, ampelas dan permata sintesis.
Aluminium dapat larut pada pH yang rendah, pH asam dapat
meningkatkan konsentrasi aluminium di dalam makanan. Aluminium
dapat menjadi racun bagi tulang, sumsum tulang dan sistem saraf (Saiyed
dan Yokel, 2005). Konsumsi aluminium berlebih dapat menyebabkan
anemia (Samani, dkk. 2015). Toksisitas LD50: 1000 mg/kgbb, PTWI: 1
mg/kgbb (Food And Enviromental Hygiene Departement. 2009).
2.8 Komponen Utama Dan Susunan Instrumen ICP-OES (Boss dan Kenneth.
1997)
1. Nebulizer
25
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Alat yang mengubah cairan sampel menjadi aerosol yang dapat
dibawa ke plasma. Cara yang dapat digunakan untuk memecah cairan
menjadi aerosol; pneumatic dan mekanik ultrasonik. Kebanyakan nebulizer
ICP komersial adalah dari jenis pneumatic.
2. Pompa
Pompa memanfaatkan serangkaian rol yang mendorong larutan sampel
melalui selang dengan gerakan peristaltik. Pompa tersebut tidak kontak
dengan larutan, hanya dengan selang yang membawa larutan dari bejana
sampai ke nebulizer.
3. Spray Chamber
Spray chamber di tempatkan di antara nebulizer dan torch. Fungsi
utama dari spray chamber adalah menghilangkan tetesan besar dari aerosol.
Fungsi kedua dari spray chamber adalah untuk melancarkan pulse yang
terjadi selama nebulisasi yang sering disebabkan oleh pemompaan larutan.
Secara umum spray chamber ICP dirancang untuk memungkinkan tetesan
dengan diameter sekitar 10 mm atau lebih kecil lolos ke plasma.
26
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Gambar 2.6. Spray chamber ICP-OES
4. Torch
Terdiri dari tiga tabung konsertis untuk aliran argon dan injeksi aerosol.
Jarak antara dua tabung luar dipertahankan sempit sehingga gas yang
dihantarkan diantaranya mengalir dengan kecepatan tinggi. Salah satu fungsi
dari gas untuk menjaga dinding kuarsa torch dingin. Aliran gasnya 7-15 L
/menit. Dalam operasi normal torch memiliki aliran gas menengah sekitar 10
L /menit digunakan untuk mengurangi pembentukan karbon pada ujung
tabung injektor ketika sampel organik sedang dianalisis.
27
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Gambar 2.8. Torch
5. Generator RF
Alat yang meyediakan daya untuk pembentukan dan pemeliharaan
plasma discharge. Daya berkisar antara 700-1500 watt, ditransfer ke gas
plasma melalui load coil di sekitar bagian atas torch. Load coil bertindak
sebagai antena untuk mentransfer daya RF ke plasma. Terbuat dari tabung
tembaga didinginkan dengan air atau gas selama pengoprasian. Kebanyakan
digunakan untuk ICP-OES pada frekuensi antara 27 dan 56 MHz.
6. Transfer Optik
Radiasi emisi dari daerah plasma yang dikenal sebagai zona analitis
normal disampel untuk pengukuran spektrometri. Radiasi tersebut biasanya
dikumpulkan oleh fokus optik seperti lensa cembung atau cermin cekung.
Optik ini kemudian memfokuskan plasma ke celah masuk dari alat
pendispersi panjang gelombang atau spectrometer.
28
Institut Sains dan Teknologi Nasional
7. Pendispersi panjang gelombang
Diferensiasi radiasi emisi suatu unsur dari radiasi yang dipancarkan
oleh unsur dan molekul lainnya. Pemilihan dilakukan dengan beberapa cara.
Yang paling umum diffraction grating (celah difraksi), yang kurang umum
digunakan yaitu Prisma, filter, dan interferometer. Celah adalah sebuah
cermin dengan garis yang berjarak sangat dekat dipermukaannya.
Kebanyakan memiliki garis, atau alur, kepadatan 600-4200 garis per
milimeter. Ketika cahaya mengenainya, cahaya terdifraksi dengan sudut yang
tergantung pada panjang gelombang cahaya dan kepadatan garis, untuk
memisahkan cahaya polikromatik, digabung dalam instrument optik yang
disebut spektrometer. Spektrometer menerima cahaya putih atau radiasi
polikromatik dan mendispersikannya menjadi radiasi monokromatik. Satu
atau lebih celah keluar pada bidang atau lingkaran keluar kemudian
digunakan untuk memungkinkan panjang gelombang tertentu lolos ke
detektor sambil menghalangi panjang gelombang yang lain.
29
Institut Sains dan Teknologi Nasional
dan detektor. Monokromator digunakan dalam analisis multi unsur dengan
pemindaian secara cepat atau slewing, dari satu garis emisi ke garis emisi
yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah sudut difraksi dengan
cara memutarnya atau dengan memindahkan detektor dibidang keluar dari
monokromator dan membiarkan celah berada pada posisi tetap.
Gambar 2.11. Polikromator Rowland Circle
8. Detektor
Setelah garis emisi yang tepat diisolasi oleh spektromator, detektor
dan elektronik yang terkait digunakan untuk mengukur intensitas garis emisi.
Sejauh ini detektor yang paling banyak digunakan untuk ICP-OES adalah
tabung photomultiplier atau PMT. PMT adalah tabung vakum yang berisi
30
Institut Sains dan Teknologi Nasional
bahan fotosensitif yang disebut photocathode, yang melepaskan elektron
ketika terkena cahaya. Elektron yang dilepaskan dipercepat menuju dynode
yang melepaskan 2-5 elektron sekunder untuk setiap satu elektron yang
mengenai permukaannya. Elektron sekunder tersebut mengenai dynode yang
lain, sehingga melepaskan lebih banyak lagi elektron yang mengenai dynode
lainnya, menyebabkan efek penggandaan sepanjang perjalanan. PMT
biasanya memiliki 9-16 tahap dynode. Tahap terakhir adalah pengumpulan
elektron sekunder dari dynode terakhir dengan menggunakan anoda sebanyak
106 elektron sekunder dapat dikumpulkan sebagai hasil dari foto tunggal yang
mengenai photocathode PMT yang memiliki 9 dynode.
9. Komputer dan prosessor
Setiap instrumen ICP-OES komersial yang tersedia saat ini
menggunakan beberapa jenis komputer untuk mengendalikan spektrometer
dan untuk mengumpulkan, memanipulasi, dan melaporkan data analisis.
Uji presisi berarti kedekatan antar tiap hasil uji pada suatu
pengujian yang sama untuk melihat sebaran diantara nilai benar. Presisi
dipengaruhi oleh kesalahan acak (random error), antara lain
ketidakstabilan instrumen, variasi suhu atau pereaksi, keragaman teknik
dan operator yang berbeda. Presisi dapat dinyatakan dengan berbagai
cara antara lain dengan simpangan baku, simpangan rata-rata atau kisaran
yang merupakan selisih hasil pengukuran yang terbesar dan terkecil
Suatu nilai ketelitian dinyatakan dalam Relative Standar Deviation (%
RSD). Besarnya RSD menyatakan tingkat ketelitian analis, semakin kecil
% RSD yang dihasilkan maka semakin tinggi tingkat ketelitiannya.
Presisi dari metode uji ditentukan dengan rumus :
𝑆𝐷
% RSD = X 100%
𝑋
2. Akurasi
36
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Accuracy adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Accuracy dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Accuracy
dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked - placebo
recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method). Dalam
kedua metode tersebut, recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang
diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Biasanya persyaratan untuk recovery
adalah tidak boleh lebih dari 5%. Perhitungan perolehan kembali dapat juga
ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:
𝐶1−𝐶2
% Perolehan kembali (recovery) = x 100 %
𝐶3
Keterangan:
C1 = Konsentrasi dari analit dalam campuran contoh + sejumlah tertentu analit
C2= Konsentrasi dari analit dalam contoh
C3= Konsentrasi dari analit yang ditambahkan kedalam contoh
Akurasi merupakan kemampuan metode analisis untuk memperoleh
nilai benar setelah dilakukan secara berulang. Nilai replika analisis semakin
dekat dengan sampel yang sebenarnya maka semakin akurat metode tersebut.
Rentang kesalahan yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks
dapat dilihat pada tabel 2.5.
3. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode
37
Institut Sains dan Teknologi Nasional
adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan
dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima. Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah
garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang
diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi
analit.
Dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya
antara 50–150% kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering
ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0–200%. Sebagai
parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada
analisis regresi linier y = a + bx. Hubungan linier yang r = +1 atau –1
bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan
analisis terutama instrumen yang digunakan. Parameter lain yang harus
dihitung adalah simpangan baku residual (Sy). Dengan menggunakan
kalkulator atau perangkat lunak komputer, semua perhitungan matematik
tersebut dapat diukur.
Koefisien determinasi adalah rasio dari variasi yang dijelaskan terhadap
variasi keseluruhan. Nilai rasio ini selalu tidak negatif sehingga ditandai
dengan R2. Koefisien korelasi adalah suatu ukuran hubungan linier antara dua
set data dan ditandai dengan r. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai r
= 0 dan r = +1 atau -1 merupakan hubungan yang sempurna, tanda + dan -
bergantung pada arah garis. (Riyanto. 2014)
39
Institut Sains dan Teknologi Nasional
MTI = MWI/Ct
Keterangan:
MWI = Maximum Weekly Intake (mg untuk berat badan orang dewasa Indonesia 50 kg
dan anak-anak 15 kg per minggu).
Ct = Konsentrasi logam berat yang ditemukan (mg/kg).
40
Institut Sains dan Teknologi Nasional
BAB 3
METODE PENELITIAN
41
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
3.3 Prinsip penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar logam Cd, Sn,
Pb, dan Al dalam produk susu kental manis kemasan yang baru (belum
mendekati masa kedaluwarsa) dan lama (dekat dengan masa kedaluwarsa atau
kedaluwarsa) dengan 3 merek serta kemasan yang berbeda. Destruksi basah
dengan HNO3 dan H2O2 digunakan untuk penyiapan sampel, lalu dianalisis
dengan alat ICP-OES. Hasil yang didapat disesuaikan dengan batasan
Peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 dan World
Health Organization (WHO) dan Joint FAO/WHO Expert Committee on Food
Additive (JEFCA).
42
Institut Sains dan Teknologi Nasional
3.4.3 Penyiapan larutan sampel
Destruksi basah
Susu kental manis ditimbang 0,6 gram ke dalam tabung vessel,
kemudian ditambahkan 4 ml HNO3 pekat dan 1 ml H2O2 30%
dimasukan ke dalam masing-masing vessel. Pasang tutup insert vessel
kemudian tutup dengan rapat. Kemudian sampel didestruksi
menggunakan microwave digesti pada suhu 190ºC selama 1 jam
dinginkan pada suhu ruang. Lalu dituangkan larutan sampel ke dalam
labu ukur 50,0 ml kemudian larutkan dengan aquadem hingga tanda
batas. Jika terdapat endapan sampel tersebut disaring. Pindahkan
sampel ke dalam tabung ICPS. Kemudian larutan sampel siap di inject
pada alat ICP-OES (AOAC. 2002 dengan modifikasi).
43
Institut Sains dan Teknologi Nasional
ditambahkan HNO3 10% sebanyak 5 ml ditambahkan aquadem
hingga tanda batas homogenkan.
d. Larutan standar Al 100 ppm :
Larutan standar Al 100 ppm dibuat dengan mengambil 5 ml larutan
standar induk Al 1000 ppm dimasukan ke dalam labu ukur 50,0 ml
ditambahkan HNO3 10% sebanyak 5 ml ditambahkan aqudem
hingga tanda batas homogenkan.
44
Institut Sains dan Teknologi Nasional
4. Larutan standar Al 100 ppm dipipet sebanyak 0 µL, 50 µL, 100 µL, 150
µL, 200 µL, 300 µL dimasukan ke dalam 6 buah labu ukur 50,0 ml, di
tambahkan aquadem hingga tanda batas, kemudian dikocok hingga
homogen sehingga didapat larutan standar 0 ppm, 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3
ppm, 0,4 ppm, 0,6 ppm.
Masing-masing larutan standar disiapkan untuk diinjeksikan ke alat
ICP-OES. Setelah itu di diamati intensitasnya pada panjang gelombang
terpilih. Kurva kalibrasi dibuat dengan menghubungkan antara
konsentrasi dengan intensitas yang diperoleh. Setelah di dapatkan kurva
kalibrasi, ditentukan persamaan garis regresinya (Riyanto. 2014).
45
Institut Sains dan Teknologi Nasional
selama 1 jam, didinginkan. Setelah itu dipindahkan larutan uji kedalam labu
ukur 25,0 ml ditambahkan aquadem hingga batas kalibrasi. Kocok hingga
homogen bila sampel keruh saring dengan kertas saring. Sampel di injeksikan
ke alat ICP-OES. LOD dinyatakan sebagai konsentrasi analit yang sesuai
dengan nilai blanko sampel ditambah 3 standar deviasi dan LOQ adalah
konsentrasi analit yang sesuai dengan nilai blanko sampel ditambah enam
standar deviasi seperti ditunjukan dalam persamaan berikut: (Riyanto. 2014)
(Harmita. 2004)
LOD = x+ 3 SD
LOQ= x + 6 SD
𝑋̅ = konsentrasi rata-rata blanko.
SD = standar deviasi dari blanko.
Keterangan:
x = Nilai masing-masing pengukuran
𝑋̅ = Rata-rata pengukuran
n = Frekuensi penentuan
46
Institut Sains dan Teknologi Nasional
3.5.4 Uji akurasi
Uji akurasi dilakukan dengan membuat 7 larutan sampel menggunakan
satu sampel susu kental manis yang memiliki konsentrasi terendah. Sampel
kental manis ditimbang 0,6 gram dalam tabung vessel, kemudian ditambahkan
4 ml HNO3 pekat dan 1 ml H2O2 30% selanjutnya sampel didestruksi
menggunakan microwave digesti selama 1 jam, didinginkan. Setelah itu
dipindahkan larutan uji kedalam labu ukur 25,0 ml ditambahkan aquadem
hingga batas kalibrasi. Kocok hingga homogen bila sampel keruh saring
dengan kertas saring. Sampel di injeksikan ke alat ICP-OES. Persen perolehan
kembali dihitung dengan rumus: (Riyanto. 2014) (Harmita. 2004)
𝐴−𝐵
% PK= x 100%
𝐶
Keterangan:
A = Konsentrasi total sampel dari pengukuran (sampel +analit)
B = Konsentrasi sampel sebenarnya
C = Konsentrasi analit yang ditambahkan
47
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Expert Committee on Food Additive (JEFCA). Perhitungan Maximum Weekly
Intake menggunakan rumus:
MWI = Berat Badan (a) x PTWI (b)
Keterangan:
a = Rata-rata berat badan orang dewasa Indonesia 50 kg (Kemenkes RI 2010) dan anak-anak
adalah 15 kg.
b = PTWI (Provisional Tolerable Weekly Intake) atau angka toleransi batas maksimum per
minggu yang dikeluarkan lembaga pangan terkait dalam satuan mg/kg.
48
Institut Sains dan Teknologi Nasional
3.8 Bagan Alur Penelitian
49
Institut Sains dan Teknologi Nasional
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pemeriksaan pH
Pada analisis ini sampel yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 3.
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara pH
susu kental manis yang lama dan baru. Pengujian pH tersebut dilakukan
dengan alat kertas indikator pH. Hasil dari pengujian pH tersebut semua
sampel memiliki pH sekitar > 6 sampai < 7 (berbeda-beda) seperti pada
lampiran 4.
Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui apakah nilai pH sampel
memenuhi syarat nilai rentang pH. Berdasarkan persyaratan keputusan Kepala
50
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Badan Karantina Pertanian rentang pH yang memenuhi syarat yaitu 6,5 – 6,75
(Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian. 2008). Hasil pengukuran pH
menunjukkan bahwa memenuhi syarat nilai rentang pH karena memiliki nilai
pH di atas 6. Namun dari pengukuran tidak akurat dikarenakan hanya
menggunakan kertas indikator pH tidak dengan alat pH meter. Pengukuran pH
dilakukan untuk melihat pengaruh lama penyimpan dengan perubahan pH-
nya.
Berdasarkan pada tabel 4.2. Hasil yang didapat logam Cd, Pb, Sn, dan Al
memiliki nilai r mendekati 1 yang berarti bahwa terdapat hubungan linier
antara konsentrasi dengan intensitas yang baik. Data kurva kalibrasi dapat
dilihat pada tabel 4.3. Hasil linearitas dapat dilihat pada Gambar 4.1. Kurva
60
40
20
0 52
0 5 10 Institut
15 Sains20dan Teknologi
25 Nasional
konsentrasi (ng/ml)
Kalibrasi Standar Kadmium (Konsentrasi VS Intensitas)
Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Standar Cd (Konsentrasi VS Intensitas)
Data kurva kalibrasi Pb dapat dilihat pada tabel 4.4. Hasil linearitas
dapat dilihat pada Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Standar Pb (Konsentrasi VS
Intensitas)
250
200 y = 379.32x - 1.6181
IR (Cts/s)
R² = 0.9994
150
100
50
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
konsentrasi (mg/L)
Tabel
4.4. Data IR(Intensitas Ratio) kurva
Konsentrasi (mg/L)
(Cts/s)
kalibrasi Pb
0 0,0000
0,1 33,3700
0,2 76,8400
0,3 111,0000
0,4 149,2000
0,6 226,8000
53
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Data kurva kalibrasi Sn dapat dilihat pada tabel 4.5. Hasil linearitas
dapat dilihat pada Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Standar Sn (Konsentrasi VS
Intensitas)
y = 110.92x + 2.6374
40.00 R² = 0.9941
20.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Konsentrasi (mg/L)
80
60
40
20
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Konsentrasi (mg/L)
54
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Gambar 4.4. Kurva Kalibrasi Standar Al (Konsentrasi VS Intensitas)
IR(Intensitas Ratio)
Konsentrasi (mg/L)
(Cts/s)
0 18,7400
0,1 33,7000
0,2 55,0150
0,3 70,1600
0,4 89,9300
0,6 123,2000
4.5.2. Penentuan Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitas LOQ [20]
LOD (Limit of Detection) atau batas deteksi adalah jumlah terkecil
analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih dapat memberikan
respon signifikan dibandingkan dengan blanko. LOQ (Limit of
Quantification) atau batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit
dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. LOD
dan LOQ dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva
kalibrasi (Harmita. 2004) Berikut hasil dari pengujian validasi LOD dan
LOQ.
55
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Nilai LOD dan LOQ yang diperoleh menunjukkan bahwa metode
dalam penelitian ini dapat digunakan untuk analisis logam Cd, Pb, Sn, dan Al.
Nilai terendah yang dapat terdeteksi oleh alat dapat dilihat pada tabel LOD.
Tabel perhitungan hasil dari LOD dan LOQ logam tersebut dapat dilihat pada
lampiran 5. Contoh hasil perhitungan penentuan LOD dan LOQ tercantum
dalam lampiran 6.
56
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tabel 4.8 Hasil uji presisi logam
2/3 Nilai
Level Logam % CV Horwitz Kesimpulan
horwitz Standar
Cd 1,825% 45,255 30,170 Syarat √
Pb 1,378% 22,627 15,085 CV(%) ≤ √
Low
Sn 4,433% 22,627 15,085 2/3 √
Al 4,995% 22,627 15,085 Horwitz √
59
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Logam Kadar rata- rata sampel (mg/kg ) Batas maksimum
kesimpulan
berat KB 5 KB 6 KB 7 (mg/kg)
Tidak Tidak Tidak 0,05 mg/kg* BPOM Tidak melebihi
Cd
terdeteksi terdeteksi terdeteksi RI No.5 tahun 2018 batas aman
Tidak Tidak Tidak 0,02 mg/kg* BPOM Tidak melebihi
Pb
terdeteksi terdeteksi terdeteksi RI No.5 tahun 2018 batas aman
250 mg/kg BPOM Tidak melebihi
Sn 7,53 0,45 1,96
RI No.5 tahun 2018 batas aman
PTWI 1 mg/kg bb
Tidak Tidak Tidak melebihi
Al 4,92 peraturan (WHO)
terdeteksi terdeteksi batas aman
dan (JEFCA).
Tabel 4.12 Analisis kuantitatif susu kental manis bukan kaleng lama & baru
4.8 Pengaruh lama penyimpanan sampel susu kental manis bukan kaleng
Berdasarkan hasil pengujian sampel susu kental manis bukan kaleng
yang lama (mendekati masa kedaluwarsa atau yang telah kedaluwarsa), kadar
logam Cd pada sampel lama KNKL 4 dan sampel susu kental manis baru (tidak
mendekati masa kedaluwarsa) KNKB 8 tidak terdeteksi, hal ini mungkin terjadi
karena kadar logam yang ada pada sampel terlalu kecil sehingga tidak
terdeteksi oleh alat ICP-OES. Berdasarkan hasil pengujian sampel susu kental
manis bukan kaleng yang lama dan baru kadar logam Pb pada sampel KNKL 4
dan KNKB 8 juga tidak terdeteksi, hal ini mungkin terjadi karena kadar logam
yang ada pada sampel terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh alat ICP-
OES.
61
Institut Sains dan Teknologi Nasional
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil validasi metode tersebut, dapat disimpulkan bahwa
metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini valid karena
memenuhi syarat linearitas yaitu nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1.
Nilai LOD dan LOQ memenuhi batas deteksi dan batas kuantitasi logam
Cd, Pb, Sn dan Al. Nilai recovery memenuhi syarat nilai perolehan
kembali yaitu 40-120 %, 60-115%, 80-110 %, dan nilai presisi memenuhi
syarat CV(%) ≤ 2/3 Horwitz.
2. Hasil penelitian yang didapat dari delapan sampel susu kental manis
menunjukan kadar rata-rata logam Cd adalah 0,025 mg/kg pada sampel
pertama. Kadar rata - rata Sn secara berturut- turut adalah 3,31 mg/kg;
7,73 mg/kg; 13,66 mg/kg; 7,53 mg/kg; 0,45 mg/kg; 1,96 mg/kg. Kadar
rata-rata Al secara berturut- turut adalah 10,11 mg/kg; 0,81 mg/kg; 0,32
mg/kg; 4,92 mg/kg; 0,40 mg/kg. Kadar rata- rata logam Pb tidak
terdeteksi.
3. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh antara
wadah dan lama penyimpanan terhadap besarnya kadar logam. Waktu
penyimpanan berkorelasi dengan jumlah logam, artinya semakin lama
terjadinya kontak, maka semakin banyak jumlah logam. Seperti pada
sampel pertama kadar logam Cd 0,025 mg/kg, kadar Al 10,11 mg/kg, dan
pada sampel ketiga kadar Sn terbesar 13,66 mg/kg.
62
Institut Sains dan Teknologi Nasional
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel lain dengan
wadah kaleng atau bukan kaleng dari berbagai keadaan setelah
penyimpanan. Logam yang diuji lebih banyak lagi agar lebih representatif
dan dengan alat yang lebih kecil batas deteksi limitnya.
63
Institut Sains dan Teknologi Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Blunden, S. dan Wallace, T. (2003). Journal Tin In Canned Food: A Review And
Understanding Of Occurrence and Effect. Food and Chemical Toxicology: United
Kingdom. 41: 1651-1662.
Buckle, K.A dkk. (2013). Ilmu Pangan. Terjemahan oleh Hari purnomo dan
Adiono. UI Press: Jakarta. Hal: 269, 273-277, 290-291.
Dewi, D.C. (2012). Determinasi Kadar Logam Timbal (Pb) Dalam Makanan
Kaleng Menggunakan Destruksi Basah dan Destruksi Kering. Jurnal Alchemy.
Vol. 2. Hal. 12.
64
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Food And Enviromental Hygiene Departement. (2009). Aluminium In Food.
Center For Food Safety: Hongkong.
Muchtadi.R Tien, dan Sugiyono. (2014). Prinsip Proses Dan Teknologi Pangan.
Alfabeta: Cetakan Kedua. Bandung
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No. 5.
(2018). Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan Olahan. Jakarta.
Rini, Dwiari. Sri, dkk. (2008). Teknologi Pangan jilid 1. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Rini, Dwiari. Sri, dkk. (2008). Teknologi Pangan jilid 2. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Riyanto. (2014). Validasi & Verifikasi Metode Uji Sesuai Dengan Iso/Iec 17025
Laboratorium Pengujian Dan Kalibrasi. Edisi 1. Deepublish. Yogyakarta.
Saiyed, S.A., dan Yokel, R.A. (2005). Journal Aluminium Content Of Some
Foods and Food Products In The USA, With Aluminium Food Additives. Taylor
And Francis Group. 22(3): 234-244.
Samani, K.G., Farokhi, E., Samani, N.M., Moradi, H. (2015). The Effect Of
Aluminium On The Increasing Risk Of Developing Anemia Among Workers Of
65
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Tile Production Plants. International Journal Of Epidemiologic Research. 2(1):
24-29.
Sidiq, M.F. (2013). Analisa Korosi dan Pengendaliannya. Jurnal Foundry. Vol. 3.
No. 1. hal.25.
Standar Nasional Indonesia 01- 2971-2011. (2011) . Susu Kental Manis. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Sumardi. (1981) . Metode Destruksi Contoh Secara Kering Dalam Analisa Unsur-
Unsur Fe-Cu-Mn dan Zn Dalam Contoh-Contoh Biologis. Proseding Seminar
Nasional Metode Analisis. Lembaga Kimia Nasional. Jakarta: LIPI.
Wulandari, Nadia., Afkar, zul, Kurniawati, Desy. (2012). Analisis Kadar Logam
Timah (Sn) dan Kromium (Cr) pada Susu Kental Manis Kemasan Kaleng dengan
Metoda Spektrofotometri Serapan Atom. Chemistry Journal of State University of
Padang, Periodic , Vol 1 No 2. Padang.
66
Institut Sains dan Teknologi Nasional