You are on page 1of 1

I.

Tujuan
Mempelajari pengaruh keadaan bahan (baku) obat (polimorfi, hidrat, solvate) terhadap
kecepatan disolusi intrinsiknya sebagai preformulasi untuk bentuk sediaannya.

II. Prinsip
2.1 Persamaan Noyes-Whitney
Laju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut telah diajukan dalam batasan-
batasan kuantitatif oleh Noyes dan Whitney. Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai:
dM DS dC DS
= (Cs-C) atau = (Cs-C)
dt h dt Vh
(Martin, et al, 1993).
2.2 Kecepatan Disolusi
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan ke dalam beaker yang berisi air
atau dimasukkan ke dalam saluran cerna (saluran gastrointestin), obat tersebut mulai masuk ke
dalam larutan dari bentuk padatnya. Seringkali disolusi merupakan tahapan yang membatasi
atau tahap yang mengontrol laju bioabsorpsi obat-obat yang memiliki kelarutan rendah, karena
tahapan ini sering kali merupakan tahap yang paling lambat dari berbagai tahapan yang ada
dalam pelepasan obat dari bentuk sediannya, dan perjalanannya ke dalam sirkulasi sistemik
(Martin, et al, 1993).

2.3 Hukum Lambert-Beer

Absorbansi setara dengan konsentrasi dalam sampel, sehingga semakin besar


absorbansi maka semakin besar konsentrasi atau kadar zat uji dalam sampel (Adeeniyo, 2013).

Dapus

Adeeniyo, C. E. 2013. Basic Calibration of UV/Vis Spectrophotometer. International Journal


of Science and Technology. 2(3) : 247-251.

Martin, A., J. Swarbrick, and A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisika Edisi Ketiga. Jakarta: UI
Press.

You might also like