Era dewasa ini terjadi transisi pola penyakit pada masyarakat dikarenakan perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan globalisasi yang menyebabkan meningkatnya kejadian penyakit tidak menular.1 Salah satu permasalahan penyakit tidak menular yang sering dijumpai ialah penyakit yang berhubungan dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik didefinisikan sebagai kumpulan faktor fisiologi, faktor biokimia, faktor klinis dan faktor metabolik yang secara langsung meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, dan semua penyebab kematian. Prevalensi sindroma metabolik di dunia berkisar dari <10% hingga 84%. Hal ini tergantung pada negara, perdesaan atau perkotaan, karakteristik (jenis kelamin, umur, ras, dan etnis) dari populasi dan definisi sindroma metabolik yang digunakan. Data jelas dari sindroma metabolik sangat sulit untuk dinilai tetapi diperkirakan sekitar satu milyar orang di dunia menderita sindroma metabolik.2 Secara umum, International Diabetes Federation memperkirakan seperempat populasi dewasa di dunia menderita sindroma metabolik.3 Prevalensi sindroma metabolik di Indonesia pada kelompok lanjut usia adalah sebesar 14,9%.4 Indonesia belum mempunyai banyak data untuk prevalensi sindrome metabolik dan baru terbatas pada data masing-masing kriteria saja seperti yang ada pada riset kesehatan dasar. Sindrom kardiometabolik dapat terjadi karena dipengaruhi banyak hal. Kurangnya aktivitas fisik dianggap telah menjadi faktor risiko utama dari sindrom metabolik. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan memerlukan pengeluaran energi. Inaktivitas fisik, didefinisikan sebagai level aktivitas fisik dibawah rekomendasi.6 Tingkat ketidakaktifan fisik mengalami peningkatan di seluruh dunia. Pada tahun 2008 secara global 31% dari orang dewasa berusia 15 tahun ke atas tidak cukup aktif (laki-laki 28% dan perempuan 34%). Di Indonesia, proporsi aktifitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1%.7 Kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko terkemuka keempat kematian global yang menyebabkan sekitar 3,2 juta kematian. Individu dengan aktivitas fisik yang kurang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dibanding individu yang aktif. Ketidakaktifan fisik merupakan penyebab utama sekitar 27% dari diabetes dan 30% dari beban penyakit jantung iskemik.8 Penelitian menunjukkan bahwa intensitas aktivitas fisik dan lamanya durasi aktivitas fisik berhubungan dengan penurunan risiko sindroma metabolik pada dewasa muda.9 Studi juga menunjukkan bahwa masyarakat Brazil dengan aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko mengalami diabetes mellitus, hiperkolesterolemia dan sindroma metabolic yang lebih tinggi.10 Penelitian menggunakan data tahun 1999-2012 di Korea menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki efek penting dalam penurunan kejadian sindroma metabolic. Aktivitas fisik ini berhubungan dengan tipe aktiviats fisik yang dilakukan dan frekuensinya.11 Menilai tren kejadian sindrom metabolik dan inaktifitas fisik yang terus meningkat dan masih terbatasnya penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dengan sindrom metabolik di Indonesia, maka peneltian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan sindrom metabolik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan masalah penelitian: “Apakah terdapat hubungan aktivitas fisik dengan sindroma metabolik pada pasien Puskesmas Padang Selasa dan Puskesmas Boom Baru Palembang? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan sindroma metabolik pada pasien Puskesmas Padang Selasa dan Puskesmas Boom Baru Palembang. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik sosiodemografis pasien Puskesmas Padang Selasa dan Puskesmas Boom Baru Palembang. 2. Mengidentifikasi status aktivitas fisik pasien Puskesmas Padang Selasa dan Puskesmas Boom Baru Palembang. 3. Mengidentifikasi sindroma metabolik pasien Puskesmas Padang Selasa dan Puskesmas Boom Baru Palembang. 4. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan sindroma metabolik pasien Puskesmas Padang Selasa dan Puskesmas Boom Baru Palembang.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis null (H0): Tidak terdapat hubungan aktivitas fisik dengan sindroma metabolik pasien Puskesmas Padang Selasa dan Puskesmas Boom Baru Palembang. Hipotesis alternatif (H1): Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan sindroma metabolik pasien Puskesmas Padang Selasa dan Puskesmas Boom Baru Palembang.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan pembanding pada penelitian kedokteran dengan topik hubungan aktivitas fisik dengan sindroma metabolik. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada responden mengenai hubungan aktivitas fisik dengan sindroma metabolik. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tingkat aktivitas fisik yang sesuai sebagai bentuk tindakan pencegahan sindroma metabolik. DAFTAR PUSTAKA
1. Islam, S. M., et al. Non-Communicable Diseases (NCDs) in Developing
Countries: A Symposium Report. Globalization and Health [serial online]. 2013;10:1-7. 2. Kaur J. 2014. A Comprehensive Review on Metabolic Syndrome. Cardiol Res Pract. 2014. 11 (3). 3. International Diabetes Federation: The IDF consensus worldwide definition of the metabolic syndrome, http://www.idf.org/metabolic-syndrome. 4. Kamso S. Metabolic syndrome in the Indonesian elderly. Medical Journal of Indonesia. 2007; 16 (3). 5. Nestel P, Lyu R, Low LP, Sheu WHH, Nitiyanant W, Saito I and Tan CE. 2007. Metabolic syndrome: recent prevalence in East and Southeast Asian populations. Asia Pac J Clin Nutr 16(2):362-367. 6. Broekhuizen, L.N., Boekholdt, S.M., Arsenault, B.J., Despres, J.P. dan Stroes, T.R. Physical activity, metabolic syndrome, and coronary risk: the EPICNorfolk prospective population study. Europe Journal of Cardiovascular Preview Rehabilitation. 2011;18:209-17. 7. Badan Litbangkes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;2013. 8. Leskinen, T., et al. Change in Physical Activity and Accumulation of Cardiometabolic Risk Factors. Preventive Medicine [serial online]. 2018;112: 31–7. 9. Salonen MK, Wasenius N, Kajantie E, Lano A, Lahti J, et al. (2015) Physical Activity, Body Composition and Metabolic Syndrome in Young Adults. PLOS ONE 10(5): e0126737 10. Turi, Bruna Camilo, Codogno, Jamile Sanches, Fernandes, Rômulo Araújo, & Monteiro, Henrique Luiz. Low levels of physical activity and metabolic syndrome: cross-sectional study in the Brazilian public health system. Ciência & Saúde Coletiva. 2016. 21(4), 1043-1050. 11. Lee J et al. Association Between Physical Activity and The Prevalence of Metabolic Syndrome: from the Korean National Health and Nutrition Examination Survey, 1999-2012. SpringerPlus. 2016. 5:1870.