You are on page 1of 14

PENYELENGGARAAN JENAZAH

Dra. Hj. Rifqiyati, M. Si.

DISUSUN OLEH :

HAFI ALVIANSYAH
(2018110072)
Kelas B

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


KESEJAHTERAAN SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018/2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena


hanya dengan berkat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam gelap ke alam yang terang
benderang, dari alam jahiliyah ke alamyang penuh berkah ini. Saya mengucapkan
terima kasih kepada Ibu rifqiyanti selaku dosen al-Islam . Dan saya juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
bantuannya berupa materiil maupun non materiil, karena tanpa bantuan pihak-
pihak tersebut saya tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu,
saya pun mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang saya kutip
tulisannya sebagai bahan rujukan.
Saya menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampu
saya. Saya berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman
maupun pelajaran yang berarti bagi siapa saja yang membacanya.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas Agama Islam Makalah ini saya buat
satu jilid yang berisi tentang “PROSES PENYELENGGARAAN JENAZAH”.
Dalam tiap subbab yang dibahas merupakan informasi yang sesuai dengan materi
yang sedang dibahas.
Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah
ini. Jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................
DAFTAR ISI.........................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................
A. Latar belakang masalah...................................................
B. Rumusan masalah..........................................................
C. Tujuan penulisan...........................................................
D. Manfaat penulisan.........................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................
A. Menghadapi sakaratul maut............................................
B. Memandikan jenazah....................................................
C. Mengafani jenazah......................................................
D. Menguburkan jenazah...................................................

BAB III PENUTUP..............................................................


A. Kesimpulan..............................................................
B. Saran.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Islam menganjurkan ummatnya agar selalu ingat akan mati, Islam juga
menganjurkan ummatnya untuk mengunjungi orang yang sedang sakit (‘Iyadat
Al-Maridh) menghibur dan mendo’akannya. Apabila seseorang telah meninggal
dunia, hendaklah seorang dari mahramnya yang paling dekat dan sama jenis
kelaminnya melakukan kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah, yaitu
memandikan, mengkafani, menyembahyangkan dan menguburkannya.
Menyelenggarakan jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya,
memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya, membawanya ke kubur
sampai kepada menguburkannya adalah perintah agama yang ditujukan kepada
kaum muslimin sebagai kelompok. Apabila perintah itu telah dikerjakan oleh
sebahagian mereka sebagaimana mestinya, maka kewajiban melaksanakan
perintah itu berarti sudah terbayar. Kewajiban yang demikian sifatnya dalam
istilah agama dinamakan fardhu kifayah.
Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka
mempelajari ilmu tentang peraturan-peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah
itupun merupakan fardhu kifayah juga. Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu
kelompok kaum muslimin apabila dalam kelompok tersebut tidak terdapat orang
yang berilmu cukup untuk melaksanakan fardhu kifayah di sekitar
penyelenggaraan jenazah itu.
Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah kami selanjutnya akan
dipaparkan secara terperinci insya Allah tentang penyelenggaraan jenazah.

1.2 Rumusan masalah


A. Menegtahui Menghadapi sakaratul maut
B. Mengetahui cara memendikan jenazah
C. Mengetahui cara mengafani jenazah
D. Mengetahui cara menguburkan jenazah
1.3 Tujuan penulisan
Berdasarkan beberapa rumusan masalah diatas dapat di ambil tujuan
penulisan makalah ini adalah:
A. Untuk mengetahui maksud dari penyelenggaraan jenazah
B. Supaya memahami penyelenggaraan jenazah itu wajib
C. Agar mengerti tata cara penyelenggaraan jenezah dengan benar

1.4 Manfaat penulisan


Adapun mafaat yang di harapkan dalam pembuatan makalah ini adalah :
A. Hasil penulisan makalah ini di harapkan dapat memberikan
informasi kepada pembaca mengenai penyelenggaraan jenzah
B. Hasil penulisan makalah ini di harapkan dapat menambah wawasan
,pengetahuan dan pengalaman bagio pembaca dan penulis
mengenai penyelenggaran jenazah
BAB II

1.1 Menghadapi sakaratul maut

Sakaratul maut merupakan kondisi yang sedang menghadapi kematian,


yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian
merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta
hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya
aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Sakartul
maut dan kematian merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta
merupakan suatu fenomena tersendiri. kematian lebih kearah suatu proses,
sedangkan sakaratul maut merupakan akhir dari hidup.
Mengenai tanda-tanda khusul khotimah atau su’ul khotimah seseorang yang
sedang sakaratul maut, Usman bin Affan pernah berkata bahwa Nabi (SWT)
bersabda:
“perhatikanlah orang yang hampir mati,seandainya kedua matanya
terbelalak,dahinya berkeringat,dan dua lubang hidungnya bertambah
besar,membuktikan bahwa ia sedang memperoleh kabar gembira,tetapi jika dia
mendengar seperti orang yang sedang mendengkur (ngorok) atau
tercekik,wajahnya pucat,mulutnya bertambah besar,berarti ia telah mendapat
kabar buruk”.
Hendaknya setiap saat, setiap hamba harus berusaha untuk
mempersiapkan diri dalam menhadapi kematian. Karena kematian akan datang
tiba-tiba tanpa mengira waktu dan sebab penyakit tertentu, kita tidak akan
mengetahui kapan akan dipanggil untuk menghadap Allah, maka setiap manusia
yang masih hidup seharusnya mempersiapkan diri dengan berbagai bekal untuk
melakukan perjalanan panjang ini; dengan menabung amal shalih, tetap berjalan
dijalan Allah dan menjauhkan diri dari berbagai hal yang akan membawa diri
pada kemurkaan-Nya.

1. Memperbanyak mengingat kematian


Dari Abu Hurairah ra., ia menuturkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda :
“ Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yakni kematian”

2. Salah satu perbuatan yang mengingatkan manusia pada kematian, adalah


dengan berziarah kubur.,

3. Penulisan Wasiat
Hendaklah setiap hambal Allah mempercepat penulisan wasiatnya. Hal
tsb sesuai dengan sabda Rasulullah saw. :
“tidak selyaknya bagi seorang muslim yang menginap sebanyak dua malam.
Kemudian ia memiliki sesuatu yang untk diwasiatkan, kecuali telah mencatat
wasiatnya tersebut di dekat bagian kepalanya (bantal)” (Muttafaq Alaihi).
Dan disunatkan pula orang yang memberikan warisan untuk memberikan wasiat
kepada kerabatnya yang tidak mendapatkan hak waris

4. Sabar dalam menjalani sakit


Orang yang sakit hendaknya menerima sakit yang diberikan oleh Allah
dengan lapang dada. Disamping itu, ia juga harus berusaha bersabar dalam
menerima segala ketentuannya. Sabda Rasulullah yang artinya :
“Sungguh menakjubkan perkara orang-orang beriman yang tidak dimiliki oleh
siapapu. Jika mereka mendapat kebaikan, maka mereka bersyukur. Dan itu baik
baginya. Seandainya mereka ditimpa keburukan (musibah), mereka akan
bersabar. Dan itu baik baginya”(HR. Muslim).

5. Jangan mengharapkan kematian


Apabila sakit dirasakan oleh seorang hamba semakin parah, maka ia
tidak diperbolehkan untuk mengharapkan datangnya kematian. Dari Anas ra.
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda :
“Janganlah salah seorang diantara kalian mengharapkan kematian, hanya karena
mendapatkan bahaya yang diturunkan Allah padanya. Seandainya ingin tetap
memilih kematian, hendaknya ia berkata,’Ya Allah berikannlah kehidupan
padaku, seandainya kehidupan tersebut memang terbaik untukku. Dan cabutlah
nyawaku. Seandainya kematian memang jalan yang terbaik untukku,” (HR.
Bukhari dan Muslim).

6. Sakaratul Maut
Apabila seseorang telah merasakan akan datangnya maut, maka sebaiknya ia
melafalkan kalimat,”La ilaaha illallah,’, sedangkan orang yang berada
disekelilingnya membantunya dengan menuntunnya (mentalqin), apabila yang
sakit lupa. Sabda Rasulullah saw. :
“Talqinlah orang yang akan mati diantara kalian, dengan mengucapkan La
Ilaaha Illallah,” (HR. Muslim).
Dan dari Abu Muadz bin Jabal ra., bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda :
“Barang siapa yang akhir kehidupannya ditutup dengan membaca La Ilaha
Illahllah, maka ia akan masuk surga,” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

1.2 Cara memendikan jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani


dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang
yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur
ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan
kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah
SAW, yakninya:
ُ ‫صلَى للاه َر‬
‫س ْو ُل اَن‬ َ ُ‫علَ ْي هه للا‬ َ ‫صتْهُ الذهى ْال ُمحْ هر هم فهى قا َ َل َو‬
َ ‫سل َم‬ َ ُ‫رواه(و هسدْر به َماء اه ْغ هسلُ ْوه‬
َ َ‫وق‬: َ ‫ البخار‬1208
‫ ومسلم‬1206

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang
perlu diperhatikan yaitu:
Orang yang utama memandikan jenazah
1. Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang
yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya
dan istrinya.
2. Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya,
neneknya,keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
3. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan
Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan
sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.
Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya
hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-
laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak
mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.

Syarat bagi orang yang memandikan jenazah


a.Muslim, berakal, dan baligh
b.Berniat memandikan jenazah
c.Jujur dan sholeh
d.Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan
memandikannya sebagaimana yang diaajarkan sunnah serta mampu menutupi
aib si mayat.

Tatacara memandikan jenazah


hal-hal yang perlu dipersiapkan :
1.Sediakan tempat mandi.
2.Air bersih.
3.Sabun mandi.
4.Sarung tangan
5.Sedikit kapas.
6.Air kapur barus.

Cara memandikan
1.Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2.Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3.Air bersih
4.Sediakan air sabun.
5.Sediakan air kapur barus.
6.Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
7.Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya,
celah jari tangan dan kaki dan rambutnya.
8.Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara
perlahan-lahan.
9.Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
10.Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil
berniat :
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :
ُ‫ت ْالغُ ْس َل ن ََويْت‬ ‫اال َميه ه‬ْ َ‫تَعَالَى لله هل َهذ‬
Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :
ُ‫تَعَالَى لله ْال َميهت َ هة هل َه هذ هه ْالغُ ْس َل ن ََويْت‬
11.Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
12.Siram sebelah kanan 3 kali.
13.Siram sebelah kiri 3 kali.
14.Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan
sebelah belakang.
15.Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
16’Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
17.Setelah itu siram dengan air kapur barus.
18.Setelah itu jenazahnya diwudukkan .

1.3 Cara mengafani jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan


sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum
mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:


1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.

Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani


jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:


Untuk mayat laki-laki :
1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan
diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
3. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi
selembar dengan cara yang lembut.
5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan
tiga atau lima ikatan.
6. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain
kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa
saja yang ada.
Untuk mayat perempuan :
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang
terdiri dari:
1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi
dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
2. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaikan sarung.
5. Pakaikan baju kurung.
6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7. Pakaikan kerudung.
8. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

1.4 Cara menguburkan jenazah

Tata Cara Menguburkan Jenazah:


A. Waktu Untuk Mengubur Mayat
Mengubur mayat boleh pada siang atau malam hari beberapa sahabat
Rasulullah Saw dan keluarga beliau dikubur pada malam hari.
B. Memperdalam Galian Lubang Kubur
Maksud mengubur mayat ialah supaya tertutup, tidak nampak jasadnya
dan tidak tercium baunya dan juga agar tidak mudah dimakan burung
atau binatang lainnya. Oleh sebab itu, lubang kubur harus cukup dalam
sehingga jasad mayat itu aman dari hal-hal di atas.

C. Tentang Liang Lahad


Cara menaruh mayat dalam kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah
kiblat, kemudian di atasnya ditaruh semacam bata dengan posisi agak
condong, supaya nantinya setelah ditimbun mayat tidak langsung
tertimpa tanah. Cara ini dalam bahasa Arab disebut lahad.
Ada juga dengan menggali di tengah-tengah dasar lubang kubur,
kemudian mayat diletakkan di dalamnya, lalu di atasnya diletakkan
semacam bata dengan posisi mendatar untuk penahan tanah timbunan.
Cara ini dalam bahasa Arab disebut syaqqu atau dlarhu.
Cara lain ialah menaruh mayat dalam peti dan menanam bersama peti
tersebut ke dalam kubur. Atau peti tersebut terlebih dahulu diletakkan
dalam keadaan kosong dan terbuka, kemudian setelah mayat dimasukkan
ke dalam peti lalu peti itu ditutup lalu ditimbun dengan tanah.

D. Cara Memasukkan Mayat ke Dalam Lubang Kubur


Cara terbaik ialah dengan mendahulukan memasukkan kepala mayat dari
arah kaki kubur, karena demikian menurut sunnah Rasulullah SAW.

E. Menghadapkan Mayat ke Arah Kiblat


Baik di dalam lahad, syaqqu maupun dikubur di dalam peti, mayat
diletakkan miring ke kanan menghadap kea rah kiblat dengan
menyandarkan bagian tubuh sebelah kiri ke dinding kubur atau dinding
peti supaya tidak terlentang kembali.

F. Tentang Mengalas Dasar Kubur


Para ulama mazhab empat berpendapat makruh menaruh hamparan atau
bantal di bawah mayat di dalam kubur. Bahkan para ulama menganjurkan
supaya ditaruh tanah di bawah pipi mayat sebelah kanan setelah
dibukakan kain kafannya dari pipi itu ditempelkan langsung ke tanah.

G. Berdo’a Waktu Menaruh Mayat Dalam Kubur


Pada waktu mayat dimasukkan ke dalam kubur maka dianjurkan supaya
membaca do’a: Artinya: “Dengan nama Allah dan atas agama
Rasulullah”.
H. Menutupi Kubur Mayat Perempuan Pada Waktu Ia Dimasukkan
Kedalamnya
Bagi mayat perempuan hendaknya dibentangkan kain dan sebagainya di
atas kuburnya pada waktu ia dimasukkan kedalamnya.

I. Mencurah Kubur Dengan Tanah Tiga Kali


Sesudah mayat diletakkan dengan baik, maka masing-masing orang yang
menyaksikan penguburan itu dianjurkan mencurahi lubang kubur itu
dengan tanah tiga kali dengan tangannya dari arah kepalanya. Sesudah
itu, dilanjutkan ditimbun dengan tanah galian kubur itu sampai cukup.

J. Sunat Menyapu Kubur Dengan Telapak Tangan


Disunnatkan bagi orang yang menyaksikan pemakaman mayat, menyapu
kubur dari arah kepala mayat sebanyak tiga kali.

K. Sunat Berdo’a Untuk Mayat Seusai Pemakaman


Disunatkan memohon ampun bagi mayat dan minta dikuatkan
pendiriannya seusai ia dimakamkan, karena pada saat itu ia sedang
ditanya di dalam kubur.
BAB III

Kesimpulan

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi


makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu
perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya.
Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat
itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara
lain:
Memperoleh pahala yang besar. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi
diantara sesame muslim. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan
sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya. Mengingatkan
dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing
supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati. Sebagai bukti bahwa
manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang
manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan
Allah SWT dan RasulNya

Saran

Dengan adanya pembahasan tentang cara pengurusan jenazah ini,penulis


berharap kepada kita semua agar selalu ingat kepada kematian dan
membersiapkan diri untuk menyambut kematian itu.Selain itu penulis juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kitasemua serta dapat mengerjakannya dengan baik ketika menjadi seorang guru
dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Basri,H.Helmi.2010.Fiqih ibadah.Pekanbaru:Suska Press.


Rifa’I,Moh.1976.Tuntunan Sholat Lengkap.Semarang:PT.Karya Toha Putra.
Ali,Zasri.2003.Tuntunan Praktis Pelaksanaan Jenazah.Pekanbaru:Suska Press.

You might also like