You are on page 1of 19

BLIGHTED OVUM

Penyusun :

Eva Liyanti

030.14.057

Pembimbing :

dr. Anindhita Triana, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KEBIDANAN


DAN KANDUNGAN

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO

PERIODE 18 FEBRUARI – 27 APRIL 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya


perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan
muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy
loss. Melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan maka harus mengetahui
akibat dari perdarahan yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu
sendiri.1
Perdarahan pada kehamilan muda sering disebut abortus. Abortus atau
keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.1
Blighted ovum merupakan salah satu jenis keguguran yang terjadi pada awal
kehamilan yang disebut juga dengan anembryonic pregnancy. Seorang wanita
yang mengalami blighted ovum juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti
terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness),
payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes
kehamilan maupun pemeriksaan laboratorium hasilnya pun positif. 2
Kasus blighted ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi
sedikitnya 60% dari semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun,
karena blighted ovum terjadi sangat awal, banyak wanita tidak menyadari bahwa
ketika mereka sedang hamil, mereka menderita blighted ovum. Akibatnya banyak
wanita tidak sadar akan kondisinya.2,3
Blighted ovum terjadi ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada
dinding rahim, tetapi tidak berisi embrio, hanya terbentuk plasenta dan selaput
ketuban. Sebagian besar kasus blighted ovum akan dikeluarkan secara alamiah,
tetapi terkadang kondisi ini memerlukan tindakan medis.2
Pada kehamilan dengan blighted ovum, kantung uterus akan berhenti
perbesarannya. Pada waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati.
Kemudian, terjadi keguguran atau pengeluaran produk kehamilan. Proses
keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan keluarnya
bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak jarang

3
keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang
keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi, janin
memang tidak berkembang dan mekanisme tubuh secara alami
mengeluarkannya.2,4

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. Abortus pada kehamilan muda terjadi kurang dari 20 minggu atau
pada berat janin kurang dari 500 gram. Abortus menurut Sarwono 2002 terjadi
pada sekitar 10-15% dari kehamilan.1
Salah satu gejala dari abortus adalah perdarahan pervaginam dari bercak
darah hingga perdarahan yanga banyak, nyeri perut dan kaku, pengeluaran
sebagian produk konsepsi, serviks dapat tertutup atau terbuka, dan ukuran uterus
lebih kecil dari yang seharusnya.5
Faktor predisposisi dari abortus mencakup beberapa faktor, antara lain : (1)
Faktor janin (fetal), yang terdiri dari kelainan genetik. (2) Faktor dari ibu
(maternal), yang terdiri dari infeksi, kelainan hormonal seperti hipotiroid, diabetes
mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok, alkoholik, faktor
imunologis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum
inpartu yang terjadi umumnya pada trimester 2. (3) Faktor dari ayah (paternal),
kelainan sperma.5
Terdapat berbagai macam abortus yang diklasifikasi sesuai dengan gejala,
tanda dan proses patologi yang terjadi, seperti : 5
a. Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan yang ditandai dengan perdarahan
pervaginam, ostium uteri yang masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan. Gejala yang timbul biasanya hanya
perdarahan pervaginam. Pemeriksaan USG dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan plasenta telah terjadi
pelepasan atau belum.
b. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam cavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Pada
pemeriksaan USG akan dijumpai pembesaran uterus sesuai dengan

5
umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masi jelas
walaupun mungkin sudah tidak tampak normal.
c. Abortus Kompletus
Keseluruhan dari hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin yang kurang dari
500 gram. Gejala yang tampak berupa semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus telah mengecil yang
menyebabkan perdarahan yang terjadi hanya sedikit, dan besar
uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
d. Abortus Inkompletus
Sebagian dari hasil konsepsis sudah keluar dari kavum uteri dan
sebagian lainnya masih tertinggal. Pada pemeriksaan vagina
ditemukan kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan
dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Banyaknya perdarahan yang terjadi bergantung pada sisa hasil
konsepsi yang belum keluar. Dari pemeriksaan USG biasanya
ditemukan pada kavum uteri tampak massa hiperekoik dengan
bentuk tidak beraturan.
e. Missed Abortion
Ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 munggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Pada pemeriksaan
USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang
mengecil dsn bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus
yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
f. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut.
g. Abortus Infeksius
Abortus yang disertai adanya infeksi pada genitalia.
h. Abortus Anembrionik (Blighted Ovum)
Kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal
kehamilan walaupun kantung gestasi tetap terbentuk. Kelainan ini

6
hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG. Bila tidak
dilakukan tindakan, kehamilan ini kan berkembang terus walaupun
tanpa ada janin didalamnya. Biasanya kejadian abortus spontan yang
berlangsung sekitar 14-16 minggu setelah terjadinya kehamilan.
Dalam sebuah analisis terhadap 1000 kasus abortus spontan, ditemukan
bahwa separuh kasus abortus adalah blighted ovum, yang mana embrionya
mengalami degenerasi atau tidak ada pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan ultrasonografi.1

2.2 Blighted Ovum


Blighted ovum (anembryonic pregnancy) merupakan kegagalan
perkembangan embrio dimana hasil fertilisasi ovum tidak berkembang ditahap
awal (6-7 minggu usia kehamilan). Kantung kehamilan pada kasus blighted ovum
terbentuk, namun embrio didalamnya mengalami kegagalan berkembang pada
masa awal kehamilan. Blighted ovum dapat mengalami abortus spontan.3

Gambar 2.1 Blighted ovum

2.3 Etiologi
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses
pembuahan sel telur dan sperma. Penyebab pasti dari blighted ovum belum
diketahui, namun beberapa faktor dapat mengakibatkan terjadi blighted ovum.3,6
1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma.
2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan embrio pada
masa awal kehamilan berhenti.
3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum alkohol

7
4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua pada
pasangan suami istri meningkatkan risiko penurunan kualitas sperma
dan ovum dan semakin banyak seorang istri pernah hamil memperbesar
kemungkinan dari terjadinya blighted ovum.
5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, rubella, streptokokus,
kelainan imunologis (seperti adanya antibodi terhadap janin), rendahnya
kadar beta hCG serta penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol.

2.4 Patofisiologi
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi penggabungan
pronukleus. Hari ke-4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi
trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-hormon kehamilan termasuk
hormon hCG. Pemeriksaan tes kehamilan positif dan kehamilan klinis akan
terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi penuruna hormon kehamilan
(progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan tersebut dapat terjadi karena
beberapa faktor penyebab. Kasus blighted ovum dilakukan pemeriksaan
menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac dan tidak ditemukan
embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan kegagalan perkembangan
embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi.2,4

2.5 Manifestasi Klinis


Blighted ovum pada awalnya sering tidak menyebabkan gejala sama sekali.
Gejala dan tanda hampir sama dengan kehamilan normal, seperti periode
menstruasi terlambat dan tes kehamilan positif. Kehamilan dengan blighted ovum
dapat ditemukan perdarahan melalui vagina atau berupa bercak-bercak perdarahan
dan terkadang disertai nyeri dibagian perut.2

2.6 Diagnosis
Selain melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, blighted ovum dapat
didiagnosis secara pasti dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi pada kasus blighted ovum ditemukan
kantung kehamilan dan tidak ditemukan embrio di dalam rahim. USG bisa
dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter

8
kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat
lebih jelas. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada
kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya
struktur mudigah dan yolk sac. Untuk itu, bila pada USG pertama didapatkan
gambaran seperti ini, perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu kemudian. Bila
tetap tidak dijumpai struktur mudigah dan diameter kantung gestasi sudah
mencapai 25 milimeter maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik.
Bila hasil USG tidak disertai keluhan perdarahan dari vagina, untuk
menghindarkan keraguan saat menegakkan diagnosis blighted ovum dilakukan
USG ulang 10 hari kemudian.1,7

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi


dilatasi dan kuretase secara elektif. Pada pasien diterapi dengan pemberian
preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan
kuretase.8
Dilatasi dilakukan menggunakan dilatator terkecil sampai kanalis servikalis
dapat dilalui oleh sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim
menggunakan penera kavum uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum
uteri dengan sistematis melakukan kerokan pada dinding rahim.7
Hasil kuretase akan dianalisis untuk memastikan apa penyebab blighted
ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati
agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat
dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab
blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat
diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat
hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam
kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari
pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika
terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka pembuahan buatan
mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor
sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal

9
dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika
belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.2,7
Penatalaksanaan post kuretase : 3,7
a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika
diperlukan.
b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan,
dapat dilakukan menggunakan dua kombinasi antibiotik. Pemberian
metronidazole berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri gram negatif dan
anaerob. Pemberian metronidazole dapat diberikan bersama amoksisilin
yang merupakan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca
tindakan.
d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk
mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

2.8 Pencegahan
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan
seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang
di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang
terjadi lebih dari satu kali pada wanita.3
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa
tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita
yang hendak hamil, bila menderita penyakit maka ditangani terlebih dulu penyakit
tersebut, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,
menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan
kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.2,3

10
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Nama : ny. D


Usia : 27 th
Alamat : Kalibata
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : islam
Pendidikan : D3
Tanggal masuk : 21 maret 2019 pukul 19:00
No CM : 215242
3.2 Anamnesis

 Diambil dari : auto anamnesa tanggal 21maret 2019 pukul 20:00


 Keluhan Utama
keluar darah dari vagina sejak tadi pago
 Keluhan tambahan : nyeri perut sejak siang hari, keluar flek berwarna
coklat, dan ada gumpalan darah
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak pagi tadi.
Pasien mengaku hamil 7 minggu dengan HPHT: 21 februari, hamil 7-8
minggu. Menurut keterangan pasien, awalnya darah keluar sebanyak 4
pembalut. disertai dengan adanya gumpalan darah, pasien juga mengeluh
nyeri pada perut bawah. Nyeri tersebut dirasakan sejak 3 minggu yang
lalu. Nyeri tersebut dirasakan terus menerus, nyerinya seperti keram dan
perutnya terasa kencang. Pasien juga mengeluh sering ada flek berwarna
coklat. Karena adanya keluhan tersebut, mengakibatkan pasien sering
merasa lemas, pusing dan susah tidur, dan nafsu makan berkurang. Pasien
juga mengeluh dalam beberapa bulan terakhir terdapat penurunan berat
badan sekitar 2-3kg.

Pasien belum melakukan ANC, pasien hanya baru memsastikan


kehamilannya dengan menggunakan test pack sebanyak 3 kali, namn
haasinya bayangan positif. Kemudian, dilakukan USG oleh Sp.OG pada
tanggal 25 maret 2019, dikatakan bahwa kantung kehamilan kosong.
Pasien menyangkal adanya keluhan keluar lendir dari jalan lahir,
keputihan dan demam. Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada perut
sebelumnya. BAK tidak ada keluhan, namun BAB dirasakan tidak lancar.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tmemiliki riwayat abortus pada kehamilan pertama, tidak memiliki
riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma, alergi dan penyakit
lainnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan sama seperti
pasien.
 Riwayat Pemakaian Obat:
Pasien mengkonsumsi obat penahan nyeri (asam mefenamat), Riwayat
Menarche, Perkawinan, Obstetrik dan Kontrasepsi
1. Riwayat Menstruasi : 13 tahun, ttidak teratur, lamanya 8 hari,
ganti pembalut sebanyak 2-3 kali/hari, dismenore (+).
2. Riwayat Perkawinan : 2 kali pada usia 23 tahun, dan usia 26 tahun
3. Riwayat Obstetrik:
Anak I : keguguran karena terdiagnosis blighted ovum
Anak 2 : Hamil saat ini
4. Riwayat Kontrasepsi: Tidak ada

3.3 Pemeriksaan Fisik


Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Laju Nadi : 73 x/menit
Pernapasan : 19 x/menit
Suhu Tubuh : 36,7 0C
Pemeriksaan Fisik
1. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
2. Leher: pembesaran KGB (-/-)
3. Paru: simetris, stem fremitus kanan = stem fremitus kiri, sonor pada
kedua lapangan paru, vesikuler (+/+), ronki (-/-) dan wheezing (-/-).
4. Jantung: bunyi jantung I > bunyi jantung II, regular (+), murmur (-).
5. Abdomen: soepel, distensi (-), peristaltic (+) kesan normal.
6. Ekstremitas: akral hangat, crt < 3 detik edema (-/-), pucat (-/-).
7. Genetalia
Vt : ostium uteri masih tertutup, perdarahan pervaginam

3.4 Pemeriksaan Penunjang


USG

Tampak GS ukuran 1,27x0.64 cm intrauterin


Fetal pole negatif
Tidak ada cairan bebas
kesan : Anembryonic Pregnancy
Laboratorium (25 maret 2019)

Pemeriksaan Laboratorium Hasil Nilai Normal


Darah Rutin
Hb 12.0 gr/dl 12-15 gr/dl
Ht 37% 37-47 %
Leukosit 111.000 /mm3 4.500-10.500/mm3
Eritrosit 4,78 x 106 /µL 4,2-5,4 jt/ µL
Trombosit 315.000 / mm3 150.000-450.000/mm3
Faal Hemostasis
PT 9.8 detik 10.7-14.3
APTT 845.5detik 21.0-38.5
Diabetes
Glukosa Darah Sewaktu 104 mg/dl <200 mg/dl

3.5 Diagnosis
Diagnosis Banding:
1. G2 hamil 7-8 minggu + Abortus Imminens
Diagnosis Kerja:
G2 hamil 7-8 minggu + Blighted ovum
3.6 Rencana Terapi
a. Pembedahan: Kuretase
Terapi post kuretase hisap:
a) Non farmakologi:
1. Istirahat total
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. Mobilisasi bertahap

b) Farmakologi:
1. Clindamicyn 2x300mg
2. Asam Mefenamat 3 x 500 mg
3. Control 1 minggu

b. Diagnostik:
1. Ultrasonografi

c. Monitoring:
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Kontraksi uterus
4. Tanda-tanda perdarahan dan infeksi

d. Edukasi:
1. Istirahat total
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. Mobilisasi
4. Menjaga hygiene alat reproduksi
5. Pasca kuretase sebaiknya menunda kehamilan sampai 6 bulan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien mengaku hamil 7 minggu datang ke IGD dengan
keluhan keluar darah sejak 5 hari lalu tanpa disertai lendir melalui jalan lahir dan
nyeri di perut bagian bawah. Berdasarkan dari anamnesis dan gejala yang
dikeluhkan tersebut dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Diamna
abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang dikeluarkan pada saat
kehamilan kurang dari 20 minggu. Akan tetapi perlu dipastikan melalui
pemeriksaan penunjang USG mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat
disimpulkan diagnosis pasti yang ada. Adapun abortus yang terjadi pada pasien
tergolong sebagai Blighted ovum yang mana kehamilan yang bisa ditegakkan pada
usia kehamilan 7-8 minggu dengan dilakukan pemeriksaan USG.2
Hasil pemeriksaan USG pasien ini menunjukkan bahwa terlihat kantung
kehamilan tanpa massa intrauterin didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari kasus
ini adalah blighted ovum atau kehamilan kosong dimana terbentuk kantung
kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan embrio
Setelah pasien didiagnosis dengan blighted ovum, tindakan selanjutnya yang
dilakukan terminasi kehamilan dengan cara kuretase jaringan untuk menghentikan
perdarahan, membersihkan sisa-sisa jaringan, mencegah infeksi, sehingga rahim
siap untuk kehamilan berikutnya. Sesuai teori, hal yang dapat dilakukan pada
pasien dengan diagnosa blighted ovum adalah terminasi kehamilan segera setelah
ditegakkan diagnosa pasti dan dilakukan pemeriksaaan penunjang berupa USG.
Tindakan terminasi yang dapat dilakukan berupa kuretase yang merupakan
serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri
dengan melakukan invasi ke dalam kavum uteri. Dimana hasil konsepsi di
bersihkan dan dikeluarkan secara keseluruhan dari kavum uteri. Selain itu, sisa
jaringan yang diambil dapat juga digunakan sebagai sampel laboratorium untuk
mengetahui penyebab terjadinya blighted ovum.2,7
Terapi pasca tindakan kuretase pada pasien ini diberikan analgetik yaitu
asam mefenamat untuk mengurangi nyeri jika diperlukan, pemberian antibiotic
untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, menganjurkan untuk
mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri, serta melakukan observasi meliputi
jumlah perdarahan pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan
tanda-tanda infeksi.3,7
BAB V
KESIMPULAN

Blighted ovum adalah kegagalan perkembangan hasil fertilisasi ovum


ditahap awal atau 6-7 minggu usia kehamilan, dimana hasil pemeriksaan
penunjang ditemukan kantung kehamilan tanpa ada embrio dalam kantung
kehamilan. Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa
pasangan dapat melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran
berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali,
dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita. Penatalaksanaan kasus
blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi dilatasi dan kuretase secara
elektif.

You might also like