You are on page 1of 23

KISTA OVARIUM

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Maternitas II

Dosen pengampu Ariani Fatmawati, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp.Kep.Mat.

disusun oleh :

Aqmarina Ghoesani (302017012)

Asep Agung Gumelar (302017014)


Eka Pitaloka Nur Shaleha (302017028)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

Jln. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No.6 Bandung

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat-Nya kepada
kita semua, sehingga makalah “Kista Ovarium” dapat terselesaikan. Dalam
penyusunannya kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
terlibat.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Maternitas II.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam
mempelajari materi tentang Kista Ovariun. Semoga bermanfaat bagi para pembaca
dan khususnya bagi kami selaku penyusun.

Bandung, Februari 2019


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kista Ovarium didefinisikan sebagai suatu kantong jinak yang
mengandung cairan atau bahan semipadat. Biasanya kecil dan tidak
menimbulkan gejala, tetapi memerlukan pemeriksaan lebih lanjutbakan
kemungkinan menjadi ganas. Kista Ovarium dapat bersifat tunggal atau
multipel dan umumnya muncul selama proses ovulasi. (Lyndon Saputra,
{visual nursing reproduksi})

Gejala-gejala kista ovarium yang perlu diwaspadai antara lain perdarahan


yang lebih banyak daripada biasanya pada saat menstruasi, siklus menstruasi
tidak teratur, sulit hamil, rasa nyeri pada tulang panggul, nyeri saat
berhubungan seksual, serta kesulitan buang air besar atau buang air kecil.

Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada


saluran yang berisi cairan karena adanya infeksibakteri dan virus, adanya zat
dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan membantu
tumbuhnya kista,

Menurut Nugroho (2014), adapaun cara pencegahan penyakit kista yaitu:

1. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina
tubuh.

2. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering


olahraga.

3. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari


infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area
kewanitaan.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini akan diuraikan dalam bab


pembahasan. Rumusan masalah makalah ini terdiri dari :

1. Apakah pengertian Kista Ovarium ?

2. Bagaimana Tanda dan Gejala kista ovarium ?

3. Etiologi

4. Patofisiologi

5. Apa sajakah jenis-jenis kista ?

6. Bagaimana cara pencegahan kista ovarium ?

7. Farmakologi

C. Tujuan Umum

Dari tujuan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mengetahui dan


memahami tentang Kista Ovarium.

D. Tujuan Khusus

Tujuan pembuatan makalah ini dapat disebut juga jawaban dalam setiap
rumusan masalah. Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi kista ovarium

2. Untuk mengetahui tanda dan gejala kista ovarium

3. Untuk mengetahui etiologi dari kista ovarium

4. Untuk mengetahui patofisiologi kista ovarium

5. Untuk mengetahui jenis-jenis kista ovarium


6. Untuk mengetahui cara pencegahan kista ovarium

7. Untuk mengetahui

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di ovarium


dan biasanya berukuran sedikit lebih besar(3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi
(2,5 cm). kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi (LH surgeI) dan
kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Kista folikel yang besar
dapat dihubungkan dengan nyeri pelvik, disparenia, dan kadang-kadang
perdarahan abnormal uterus. (Ali Baziad, 2011)

Kista Ovarium didefinisikan sebagai suatu kantong jinak yang


mengandung cairan atau bahan semipadat. Biasanya kecil dan tidak
menimbulkan gejala, tetapi memerlukan pemeriksaan lebih lanjutbakan
kemungkinan menjadi ganas. Kista Ovarium dapat bersifat tunggal atau
multipel dan umumnya muncul selama proses ovulasi. (Lyndon Saputra,
{visual nursing reproduksi})

Kehamilan dengan kista ovarium jarang dijumpai pada kehamilan yang


disertai Kistoma Ovari seolah-olah terjadi perebutan ruangan ketika kehamilan
makin membesar. Oleh karena itu, kehamilan dengan kista memerlukan
operasi untuk mengangkat kista tersebut pada usia kehamilan 16 minggu. (Ida
Bagus,dkk, 2005)
Bahaya melangsungkan kehamilan bersamaan dengan kista ovari adalah
dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan
abortus, kematian dalam rahim. Pada kedudukan kista di pelvis minor
persalinan dapat terganggu dan memerlukan penyelesaian dengan jalan
operasi seksio sesaria. Pada kedudukan kista ovari didaerah fundus uteri,
persalinan dapat berlangsung normal tetapi bahaya postpartum terjadi torsi
kista, infeksi sampai abses. Oleh karena itu segera setelah persalinan normal
bisa diketahui dapat kista ovari, laparotomi dilakukan untuk mengangkat kista
tersebut. (Ida Bagus,dkk, 2005)

Tumor Jinak Indung Telur

Indung telur mengandung sel yang mampu bertumbuh dan berkembang


menjadi jaringan abnormal yang besar dalam bentuk jinak dengan konsistensi
padat atau kistik. Oleh karena tempatnya didalam abdomen atau perut
gejalanya akan muncul bila tumornya sudah besar atau terjadi gangguan yang
lainnya. (Ayu Chandranita Manuaba,dkk 2006)

Kista Indung Telur

Relatif sering dijumpai, kista ini merupakan pembesaran dari indung


rahim yang mengandung cairan, besarnya berfariasi dapat kurang dari 5 cm-
besarnya memenuhi rongga perut sehingga menimbulkan sesak nafas.
Gejala Klinis Kista Indung Telur sangat berfariasi sebagai berikut :

1. Tanpa gejala apapun, karena besarnya berfariasi.

2. Semakin besarnya tertentu, pasien mencari pertolongan karena merasa


perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh dan
sering sesak nafas, karena perutnya tertekan oleh besarnya kista. (Ayu
Chandranita Manuaba,dkk 2006)

Kriteria kista luteum fungsional adalah :

1. 90% kista yang dijumpai bersama kehamilan.


2. Diameternya tidak lebih dari 6-8 cm.
3. Dengan pemeriksaan USG, dindingnya tipis, dan sebgian besar unikoluler.
4. Cairan didalamnya jernih.
Beda kombinasi kista ovary dan kehamilan dapat dikemukakan bahwa :
1. Kehamilan berasal dari ovarium kontrateralnya.
2. Kistoma ovarinya sebagian besar bertangkai sehingga bergerak bebas
dalam kavum peritoni.
3. Akan terjadi perebutan ruangan karena kehamilan semakin membesar
dan memerlukan ruangan yang lebih luas.
4. Dalam perebutan penggunaan ruangan kavum peritoni dapat terjadi hal
berikut :
a. Kehamilan tidak mampu menekan kistoma ovary sehingga
terjadi :
1) Abortus
2) Persalinan prematuritas.
3) Kehamilan tidak berkembang yang engakibatkan IUF
dead dan IUG atau dismatur.
4) Kistoma ovary tidak mampu menahan perkmbangan
membesarnya uterus yang menyebabkan :
a) Rupture kistoma ovary
b) Perdarahan kistoma ovary
c) Torsis kistoma ovary
Ketiga bentuk komplikasi perebutan ruang tersebut
menimbulkan keadaan gawat serta memerlukan
tindakan laparotomy.
b. Dalam perebutan ruang kavum peritoni, keduanya dapat saling
beradaptasi sehingga kehmilan berlangsung sehingga aterm,
persalinan dapat berjalan normal sedangkan kistoma ovarinya
pun terganggu.
c. Kistoma ovary yang bertangkai dapat masuk kedalam kavum
pelvis minor dengan keuntungan dan kerugian sebagai berikut.
1) Keuntungannya:
a) Tidak terjadi uterus gravidus inkarserata.
2) Kerugiaanya:
a) Kistoma bertangkain tepat pada pelvis minor
sehingga terjadi rebutan ruang pelvis dan masalah
antara uterus hamil dan kistoma ovarinya.
b) Jika kistoma ovarinya menang, akan terjadi abortus
dan kistomanya aka nada di kavum pelvis.
c) Jika uterusnya menang maka akan terjadi:
(1) Kistomanya pecah
(2) Kistomanya mengalami perdarahan
(3) Kistomanya mengalami infeksi
Ketiganya memerlukan tindakan aktif, laparitomi,untuk
mengangkat kistoma yang mengalami komplikasi.
d) Kerugian saat inpartu, kistoma ovary , tetap pada pelvis
minor dan menghalangi jalannya persalinan sehingga
meemrulakan intervensi seksio sesarea.(dr.I.B.G Fajar
Manuaba, dkk 2003)
B. Tanda dan Gejala Kista Ovarium

Dari sekian banyak kasus kista ovarium, pada umumnya atau rata-rata
tidak menimbulkan gejala dan dapat hilang sendiri dalam beberapa bulan.
Meskipun begitu, kista yang ukurannya cukup besar atau pecah berisiko
mengakibatkan gejala serius sehingga perlu ditangani melalui operasi.

Gejala-gejala kista ovarium yang perlu diwaspadai antara lain perdarahan


yang lebih banyak daripada biasanya pada saat menstruasi, siklus menstruasi
tidak teratur, sulit hamil, rasa nyeri pada tulang panggul, nyeri saat
berhubungan seksual, serta kesulitan buang air besar atau buang air kecil.

Jika kista ovarium menyebabkan gejala, Anda kemungkinan akan dirujuk


ke dokter spesialis ginekologi untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut
(misalnya pemeriksaan organ intim, USG, atau tes darah) guna
memastikan diagnosis. (Marianti dalam website Alodokter.com (2017))

Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau


keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan
mengganggu organ tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran
kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul,
maka akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air
besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang,
2013).

C. Etiologi

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada


hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014)

Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada


saluran yang berisi cairan karena adanya infeksibakteri dan virus, adanya zat
dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan membantu
tumbuhnya kista,
Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang
mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme
sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik
(Andang, 2013).

Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu

yang dapat mungkin terjadi, yaitu:

a. Faktor internal

1) Faktor genetik

Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang


disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat
dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.

2) Gangguan hormon

Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau


progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.

3) Riwayat kanker kolon

Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko


terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar
secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya.

b. Faktor eksternal

1) Kurang olahraga

Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila


jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan
akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat
terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.

2) Merokok dan konsumsi alkohol


Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak
sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat
dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan
kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran darah
tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.

3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat

Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu


gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol,
makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan
zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh
manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau
sel-sel darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja
tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas,
konstipasi, dan lain-lain.

4) Sosial Ekonomi Rendah

Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya


kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula
terkena penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau
tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap
manusia tidak menjaga pola hidup sehat.

5) Sering stress

Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena


apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang
tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minu alkohol, dan lain-lain.

D. Patofisiologi

Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium,


dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi
akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus
datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior
melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis
anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin danmerangsang pengeluaran
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone),
dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif,
2013).

Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang


normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan
infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010)

E. Macam-macam Kista

Pembagian Kista Ovarium Berdasarkan Neoplastik dan Non-neoplastik :

1. Non- neoplastik

a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel DE graf yang tidak sampai berfolusi,
namun terus tumbuh menjadi kista volikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh esterogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi
kista. Biasanya dapat didapati kista dengan diameter kista 1-1,5 cm.
Kista yang berdiri sendiri sebesar jenuk nipis. Cairan didalam kista
jernih dan mengandung esterogen. Kista jenis ini mengganggu siklus
menstruasi. Kista folikel ini lambat laun mengecil dan menghilang
dengan sendirinya.

b. Kista Korpus Luteum

Normalnya Korpus Luteum lambat laun mengecil dan menjadi


korpus albikans, kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri
(Persistem). perdarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah colat karena darah
tua. Frekuensi kista luteum lebih jarang dari kista folikel, dan yang
pertama lebih besar dari yang kedua.

c. Kista Teka Luteum

Biasanya terjadi pada mola hidrosa, korio karsinoma, dan kadang-


kadang tanpa adanya kelainan tertentu, ovarium dapat membesar
menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju.
Timbulnya kista ini adalah pengaruh hormon koriogonadottropin yang
berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium
mengecil spontan..

d. Kista Inklusi Germinal

Biasanya terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian bagian kecil


dari epitel germinatifum pada permukaan ovarium, besarnya jarang
melebihi 1 cm. Kista ini biasanya kebetulan ditemukan pada
pemeriksaan kistologi ovarium yang diangkat sewaktu operasi.
e. Kista Endomatrium

Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.

f. Kista Stein-levental

Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat folikistik,


permukaan licin, kapsul ovarium menebal dan tampak tunika yang
tebal dan fibrotik pada pemeriksaan mikroskopik.

2. Neoplastik

a. Kista Ovari Simpleks

Kista ini memiliki permukaan rata dan halus biasanya bertangkai


sering kali bilateral dan biasa menjadi besar, dinding kisata tipis dan
cairan kista jernih berwarna kuning.

b. Kista Denoma Ovari Musinosum

Kemungkianan berasal dari suatu trauma dimana dalam


pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lain. Tumor ini
memepunyai bentuk bulat, ovoid tidak teraratur, dengan permukaan
rata berwarna putuh kebiru-biruan.

c. Kista Demona Ovari Serosum

Berasal dari epitel permukaan ovarium dinding luarnya dapat


meyerupai kista musinosum. Dinding dalam kista sangat licin,
sehingga pada kista yang kecil susah di bedakan dengan kista folikel
biasa.

d. Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada


dinding dalam terdapat suatu lapisan sel.
F. Pencegahan

Kista umumnya akan hilang sendiri dalam beberapa bulan. Untuk


memastikannya, Anda dapat menjalani pemeriksaan USG. Berikut beberapa
faktor yang menentukan perlu atau tidaknya pengangkatan kista:

1. Ada atau tidak adanya gejala. Sekitar empat persen kasus kista aka
menyebabkan gejala. Jika gejala terjadi, operasi pengangkatan akan
dianjurkan.
2. Ukuran dan kandungan kista. Kista yang berukuran besar dan yang
diperkirakan mengandung sel abnormal perlu diangkat melalui operasi.
3. Kista terjadi dalam masa menopause. Wanita yang telah mengalami
menopause memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker
ovarium yang berkembang dari kista.

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat


diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang
cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012
:1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.

2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
Gambar : USG kista ovarium
Sumber : http://forum.detik.com/niwana-sod-mampu-menyembuhkan-
penyakit-kronis-seperti-kanker-kista-dll-t137091.html

3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
4. Parasintesis
Fungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

Penderita kista yang telah mengalami menopause dianjurkan untuk


menjalani tes darah dan USG secara teratur untuk memastikan hilangnya
kista sesegera mungkin. Ditakutkan adanya kemungkinan kista tersebut
sudah berkembang menjadi kanker. (Marianti dalam website
Alodokter.com (2017))

Berdasarkan perkembangan teoritis, jika diagnose kistoma ovary


telah ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, termasuk USG,CT scan
dan sebaikya kistoma ovary diangkat sebelum kehamilan berlanjut.Sebgain
besar penelitian mengajukan pengangkatan kistoma ovary pada di atas
minggu ke 16, dengan pertimbagan:
1. Lasenta telah terbentuk sempurna, sehingga ksitoma oavri bukan
lagi merupakan sumber hormonal ibu hamil.
2. Ruangan untuk intervensi masih cukup luas, sehingga dapat leluasa
mengangkatnya.
3. Tindakan laparotomy tidak terlalu berat karena sebgian besar
kistoma ovarinya.
4. Jika terlalu besar, isinya dapat diapirasi untuk memudahkan
pengeluaran kistoma ovarinya.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi abortus , diperlukan
perlindungan dengan memberikan progeteron dengan dosis tinggi
yang dapat diberikan dalam bentuk tablet peros atau injeksi, seperti
Depoprovera 150 mg.
Waktu pengangkatan kistoma ovary dapat dilakukan:
1. Pada saat seksio sesarea.
2. Segera setelah postpartum karena kesempatan terjadinya tonsi
besar karena kini ruangan kavum peritomi menjadi luas.
3. Luasnya ruangan kavum peritoni menyebabkan kistoma ovary
dapat mengalami:
a. Torsi pada tangkainya,
b. Perdarahan, dan
c. Infekis.
Ketiga komplikasi ini memerlukan intervensi laparotomy.

Kistoma ovary merupakan organ yang sangat potensial untuk mengalai


regrenerasi termasuk kasinoma ovary. Oleh karena itu untuk setiap kistoma harus
dilakukan pemeriksaan PA, hasil PA akan menetukan sikap lebih lanjut, sementara
kehamilan dapat diterusankan apabila cukup viable dengan matangan paru yang
optimal dapat hidup diluar kangungan. (dr.I.A. Chandranita Manuaba , dkk 2003).

Menurut Nugroho (2014), adapaun cara pencegahan penyakit kista yaitu:


1. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina
tubuh.

2. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering


olahraga

3. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari


infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area
kewanitaan.

4. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu


mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol
pemicu stress dan dapat pula terjadi obesitas.

5. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan


progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena
mampu mencegah produksi sel telur.

G. Farmakologi

H. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi


2. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan - Lakukan untuk
rasa Setelah dilakukan pengkajian menentukan
nyaman tindakan keperawatan nyeri secara tingkat
nyeri bd selama 3x24 jam komprehensif kenyamanan
dengan diharapkan gangguan termasuk klien serta
adanya rasa nyaman nyeri lokasi, untuk
masa berkurang. Dengan karakteristik, menentukan
diperut durasi, perawatan
bawah kriteria hasil : frekuensi, yang tepat
kualitas dan
- Mampu Membantu
faktor
mengontrol nyeri mengurangi
presipitasi
(tahu penyebab dalam
- Ajarkan
nyeri, mampu kebutuhan
penggunaan
menggunakan obatan obatan
teknik non
tehnik analgetik
farmakologi
nonfarmakologi
( seperti Membantu
untuk
relaksasi, mengurangi
mengurangi
terapi music) rasa nyer
nyeri, mencari
- Dukung
bantuan)
istirahat tidur
- Melaporkan yang adekuat
bahwa nyeri untuk
berkurang dengan membatu
menggunakan penurunan
manajemen nyeri nyeri.
-
- Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
- Tanda vital dalam
rentang normal

2.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Marianti. 2017. Kista Ovarium. https://www.alodokter.com/kista-ovarium.


Terakhir diakses 23 Februari 2019 pada jam 7:03 WIB
Bagus, I. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan.Ed:2. Jakarta : EGC

Chandranita, A. (2003). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Ed:2. Jakarta: EGC

You might also like