You are on page 1of 13

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

ANGKA KESAKITAN ANAK DI SD NEGERI KARTASURA 1

Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Disusun Oleh :

ANITA BUDIATI

J 310 090 042

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

1
2
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
ANGKA KESAKITAN ANAK DI SD NEGERI KARTASURA 1

Anita Budiatia, Dwi Sarbinia dan Isnaeni Herawatib


a
Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
b
Prodi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102

Research by Wardiani (2011) in Elementary School Kartasura 1, showsed


students who had malnutrition prevalence were 4%, students who had excess
nutrients were 4%, while for physical activity prevalence of students with mild
activity by 80% and the prevalence of students with moderate physical activity
was 20%. Research by Lestari (2008) indicated that morbidity in the region of
Kartasura was quite high at 56,3% of children had cough and cold every week,
and 14,58% of children suffered from diarrhea every week.
The study aimed to determine the relationship between nutritional
status and physical activity and child morbidity rates in elementary school
Kartasura 1
The type of this research was an observational with cross sectional
approach. Sampling technique used was proportional random sampling with 47
samples. Nutritional status data were obtained through height and weight
measurements. Physical activities data were obtained through 7x24-hour activity
recall and infectious diseases data were acquired from questionnaires. Data
analysis used Pearson Product Moment test.
The number of subjects that had normal nutritional status was 70.6% who
were often sick, while the number of subjects with mild physical activity was
74.3% who were often sick. The correlation between nutritional status and
morbidity rates obtained p value >0.05. The correlation between the level of
physical activity and morbidity rates obtained p value <0.05.
y There was not any relationship between nutritional status and
morbidity rates. There was a relationship between physical activit
levels and morbidity rates.

Key words : Nutritional Status, Physical Activity, Morbidity Rates


References : 28 (1996-2012)

PENDAHULUAN yang tidak benar dan menyimpang.


Penyimpangan ini mengakibatkan
Anak usia sekolah adalah gangguan pada banyak organ dan
investasi bangsa, karena anak usia sistem tubuh anak (Judarwanto,
tersebut adalah generasi penerus 2006). Berkaitan dengan hal
bangsa. Tumbuh kembangnya anak tersebut, untuk menciptakan SDM
usia sekolah yang optimal yang berkualitas, tentunya banyak
tergantung pemberian nutrisi dengan faktor yang harus diperhatikan dan
kualitas dan kuantitas yang benar. yang memegang peranan penting
Banyak sekali masalah yang adalah unsur gizi (Aritonang, 2003).
ditimbulkan dalam pemberian makan

1
Gizi yang cukup akan turut aktivitas fisik. Asupan energi yang
berperan dalam pencegahan berlebih dan tidak diimbangi dengan
terjadinya berbagai macam penyakit pengeluaran energi yang seimbang
(Santoso, 2004). Kekurangan atau (dengan kurang melakukan aktivitas
kelebihan salah satu unsur zat gizi fisik) akan menyebabkan terjadinya
tersebut akan menyebabkan penambahan berat badan (Hidayati
kelainan atau penyakit karena dkk, 2010).
secara langsung akan menentukan Aktivitas fisik penting bagi
status gizi (Aritonang, 2000). kesehatan anak-anak dan remaja
Status gizi dipengaruhi oleh untuk melakukan kegiatan sehari-
asupan makanan dan penyakit hari. Aktifitas fisik dibagi atas tiga
terutama penyakit infeksi. Asupan tingkatan yakni aktifitas fisik ringan,
gizi yang kurang akan menyebabkan sedang dan berat. Melakukan
status gizi menurun dimana keadaan aktifitas fisik secara teratur
ini akan mempermudah anak untuk mempunyai perlindungan yang
terinfeksi penyakit (UNICEF, 1998). signifikan terhadap kemungkinan
Siswatiningsih (2001) menyatakan terjangkit beberapa macam penyakit.
bahwa antara keadaan gizi buruk Sebaliknya gaya hidup tanpa gerak
dan penyakit infeksi terdapat kaitan diketahui berisiko terjadinya hal-hal
yang erat, sehingga sulit tersebut (Subardja, 2004).
mengatakan terjadi gizi buruk akibat Perilaku masyarakat yang
adanya penyakit infeksi atau mengerti arti kesehatan akan
sebaliknya. Anak gizi buruk mengupayakan agar dirinya bisa
mempunyai risiko >3 kali mengalami tahan terhadap berbagai penyakit
ISPA dibandingkan dengan anak melalui berbagai upaya yang
normal. Selain itu mempunyai risiko dilakukan, contohnya dengan
>3 kali mengalami diare melakukan aktivitas fisik atau
dibandingkan dengan anak normal. olahraga. Tubuh manusia yang
Semakin rendah status gizi sehat dan kuat dapat membentuk
seseorang, maka semakin rentan antibodi dengan lebih giat dari tubuh
sakit dan meningkatkan morbiditas. yang lemah. Banyaknya zat antibodi
Gibney dkk (2005) menyatakan membuat tubuh tahan terhadap
bahwa orang-orang dengan status berbagai penyakit sehingga status
gizi yang buruk lebih cenderung kesehatannya akan meningkat.
mengalami penyakit diare, malaria, Salah satu hal yang dapat
serta infeksi pernafasan, dan juga menunjang kesehatan tubuh adalah
memiliki kemungkinan yang lebih memperkuat sistem daya tahan
besar untuk menderita semua tubuh, karena daya tahan yang baik
penyakit ini dengan durasi yang akan memperkuat tubuh dari
lebih lama. Orang-orang yang gangguan penyakit. (Pizzorno,
gizinya buruk lebih cenderung 1998).
mengalami gejala akibat infeksi Penelitian Wardiani (2011) di
umum yang akan melemahkan SD Negeri Kartasura 1,
keadaan tubuh. Tidak jelas karena menunjukkan siswa yang
keadaan defisiensi makronutrien mempunyai prevalensi gizi kurang
atau mikronutrien tertentu yang sebesar 4%, siswa yang mempunyai
mengakibatkan peningkatan gizi lebih sebesar 4%, sedangkan
morbiditas karena infeksi. untuk aktivitas fisik siswa yang
Salah satu faktor yang mempunyai prevalensi aktivitas
mempengaruhi status gizi adalah ringan sebesar 80% dan siswa yang

2
mempunyai prevalensi aktivitas 2. Kriteria Eksklusi
sedang sebesar 20% yang a. Siswa yang telah memenuhi
menunjukkan adanya hubungan kriteria inklusi tetapi pada saat
antara aktivitas fisik dengan status pengambilan data tidak masuk
gizi. Hasil penelitian Lestari (2008) Sampel pada penelitian ini
menunjukkan angka kesakitan di adalah 47 siswa SD Negeri
wilayah Kartasura cukup tinggi Kartasura 1 yang diambil dengan
sebesar 56,3% anak mengalami metode Proporsional Random
sakit batuk pilek setiap minggunya, Sampling.
dan 14,58% anak menderita diare Data karakteristik responden
per minggu. diperoleh dengan wawancara
langsung siswa dengan
METODE PENELITIAN menggunakan kuesioner. Data
antropometri diperoleh dari hasil
Jenis penelitian ini bersifat pengukuran antropometri yang
observasional dengan pendekatan meliputi berat badan (BB) diperoleh
crossectional. Variabel bebas terdiri dengan cara menimbang anak balita
dari status gizi dan aktivitas fisik dan menggunakan timbangan injak
variabel terikat adalah angka dengan kapasitas 180 kg dan
kesakitan. Penelitian ini ketelitian 0,01 kg, untuk data tinggi
dilaksanakan di SD Negeri Kartasura badan (TB) diperoleh dengan cara
1 dengan dasar pertimbangan: mengukur tinggi badan siswa
1. Siswa-siswi di SD Negeri menggunakan microtoice.
Kartasura 1 memiliki status gizi Data antropometri diolah
kurang sebesar 4% dan siswa dengan menggunakan indeks BB/TB
yang memiliki status gizi lebih dengan cara menghitung nilai Z-
sebesar 4%. score yang kemudian
2. Siswa-siswi di SD Negeri diklasifikasikan sesuai nilai Z-score.
Kartasura 1 memiliki aktivitas fisik Menurut WHO-NCHS bahwa
ringan sebesar 80% dan aktivitas klasifikasi status gizi dengan indeks
fisik sedang 20%. BB/TB dibagi menjadi 4 yaitu sangat
3. Anak sekolah di wilayah kurus (<-3 SD), kurus (-3 s/d < -2
Kartasura memiliki angka SD), normal (-2 SD s/d +2 SD) dan
kesakitan sebesar 56,3%. gemuk (>+2 SD). (Depkes, 2004).
Waktu penelitian dimulai pada Analisis data menggunakan
bulan Maret 2013 - April 2013. program SPSS for Windows versi
Populasi dalam penelitian ini 17.0. meliputi:
adalah seluruh siswa SD Negeri 1. Analisis deskriptif
Kartasura 1, kelas III, IV dan V yang Analisis deskriptif diperoleh
berumur 8 – 11 tahun berjumlah 156 dengan mentabulasikan data
siswa, dengan kriteria inklusi dan penelitian dengan menggunakan
eksklusi sebagai berikut : distribusi frekuensi dari setiap
1. Kriteria Inklusi variabel penelitian. Data yang
a. Siswa dengan kondisi sehat dimasukkan adalah identitas
dan tidak sedang menderita responden, status gizi responden,
penyakit infeksi kronis (TBC, aktivitas fisik, dan angka
pneumonia, difteri, hepatitis). kesakitan.
b. Siswa dapat berkomunikasi 2. Analisis analitik
dengan baik. Analisis analitik untuk menguji
c. Bersedia menjadi responden. hubungan (korelasi) dari setiap

3
variabel penelitian. Analisis ini terdiri dari 33 anak (70,2%)
analitik yang digunakan untuk laki-laki dan 14 anak (29,8%)
menguji hubungan antara status perempuan. Rata-rata umur siswa
gizi dengan angka kesakitan dan adalah 9,9 tahun. Umur minimal
antara aktivitas fisik dengan adalah 8,3 tahun dan maksimal
angka kesakitan. Sebelum 11,6 tahun.
menguji hubungan dilakukan uji
kenormalan terlebih dahulu 1. Status Gizi Siswa
dengan uji Kolmogorov Smirnov Tabel 1.
yang menunjukkan bahwa hasil Distribusi Frekuensi Status Gizi
berdistribusi normal, selanjutnya Kategori (n) (%)
dilakukan uji statistik Korelasi Sangat Kurus 1 2,2
Product Moment. Kurus 5 10,6
Normal 34 72,3
HASIL DAN PEMBAHASAN Gemuk 7 14,9
Total 47 100
A. Gambaran Umum Sekolah Tabel 1 menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa
SD Negeri Kartasura 1 mempunyai status gizi normal
berdiri pada tanggal 1 Februari yaitu 72,3 %. Siswa yang
1982. Sekolah ini beralamat di mempunyai status gizi tidak
Gunung Kunci RT 04 RW 09 normal ini adalah anak dengan
Kelurahan/Kecamatan Kartasura status gizi gemuk sebanyak
Kabupaten Sukoharjo. Jumlah 14,9%, kurus sebanyak 10,6%
karyawan di SD Negeri Kartasura dan sangat kurus sebanyak
1 sebanyak 23 orang yang terdiri 2,2%.
dari 21 guru, satu kepala sekolah
dan satu penjaga sekolah, 2. Aktivitas Fisik Siswa
sedangkan jumlah siswa pada Tabel 2.
tahun 2013 adalah 286 siswa. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik
Fasilitas yang tersedia di SD Kategori (n) (%)
Negeri Kartasura 1 antara lain : Ringan 35 74,5
12 ruang kelas, satu ruang Sedang 11 23,4
kepala sekolah, satu ruang guru, Berat 1 2,1
satu mushola, dua kamar mandi Total 47 100
siswa, satu kamar mandi guru, Tabel 2 menunjukkan
satu ruang perpustakaan, satu bahwa sebagian besar siswa
ruang laboratorium komputer, mempunyai aktivitas fisik
satu ruang UKS (Usaha ringan yaitu 74,5 %. Siswa
Kesehatan Sekolah). yang mempunyai aktivitas fisik
sedang sebesar 23,4% dan
B. Karakteristik Sampel siswa yang mempunyai
aktivitas fisik berat sebesar
Populasi dalam penelitian 2,1%.
ini sebanyak 156 siswa, ada 47
sampel siswa yang masuk dalam 3. Angka Kesakitan Siswa
kriteria inklusi dan menjadi subjek Tabel 3.
penelitian. Sampel dalam Distribusi Frekuensi Angka
penelitian ini adalah siswa (8-11 Kesakitan
tahun). Sampel dalam penelitian Kategori (n) (%)

4
Tidak Sakit 6 12,8 gizi baik itu sangat kurang,
Jarang Sakit 7 14,9 kurang, normal dan gemuk
Sering Sakit 34 72,3 memiliki angka kesakitan yang
Total 47 100 sama-sama tinggi.
Tabel 3 menunjukkan Tidak adanya hubungan
bahwa sebagian besar siswa antara status gizi dan angka
termasuk sering mengalami kesakitan dapat disebabkan
sakit yaitu 72,3 %. Siswa yang karena faktor lingkungan seperti
termasuk jarang sakit cuaca juga dapat mempengaruhi
sebanyak 14,9%, dan yang kesakitan. Cuaca yang tidak
tidak mengalami sakit menentu menyebabkan daya
sebanyak 12,8%. tahan tubuh seseorang menjadi
rendah sehingga mudah sekali
C. Hubungan Status Gizi Dengan terserang penyakit. Seperti
Angka Kesakitan halnya penelitian yang dilakukan
oleh Djafri (2007) menyatakan
Distribusi silang status gizi bahwa anak yang tinggal di
dengan angka kesakitan dapat lingkungan tinggi polusi udara
dilihat pada Tabel 4. akan mempunyai kesakitan lebih
Tabel 4. tinggi dibandingkan anak yang
Distribusi Status Gizi Berdasarkan tinggal di lingkungan rendah
Angka Kesakitan polusi udara. Hal ini dapat terjadi
karena anak-anak adalah
Kategori Angka Kesakitan
populasi yang rentan terhadap
Status Tidak Jarang Sering Total polusi udara. Mempunyai organ
Gizi sakit sakit sakit tubuh yang masih lemah
Sangat 0 1 0 1
Kurus (0%) (100%) (0%) (100%)
sehingga rentan terhadap
Kurus 0 1 5 6 gangguan dan masalah dapat
(0 %) (16,7%) (83,3%) (100%) berkembang sehingga jika
Normal 5 5 24 34
(14,7%) (14,7%) (70,6%) (100%) terkena dampak buruk maka
Gemuk 1 1 5 7 perkembangan organnya tidak
(14,3%) (14,3%) (71,4%) (100%) sesuai dengan semestinya.
Penelitian ini sejalan
Tabel 4 menunjukkan dengan penelitian Suhandani
bahwa dari 34 subjek yang (2007) dalam Maitatorum dan
mempunyai status gizi normal, Zulaekah (2011) yang
sebesar 70,6% termasuk dalam menyatakan tidak ada hubungan
angka kesakitan yang sering antara status gizi, asupan protein,
mengalami sakit. Berdasarkan asupan seng dengan kejadian
hasil uji Pearson Product Moment ISPA pada anak balita di
untuk mengetahui hubungan perkampungan kumuh kota
status gizi dengan angka Surakarta. Pada penelitian
kesakitan diperoleh nilai p-value tersebut dikemukakan faktor
0,669. Hal ini menunjukkan pemicu timbulnya penyakit ISPA
bahwa p-value >0,05, yang karena pemberian ASI eksklusif
berarti Ho diterima, menunjukkan pada saat bayi.
bahwa tidak ada hubungan antara Penelitian ini sejalan
status gizi dengan angka dengan Noviyanti dan Sarbini
kesakitan di SD Negeri Kartasura (2010) yang membuktikan bahwa
1. Hasil tersebut mengartikan tidak terdapat hubungan yang
bahwa dari semua kategori status

5
signifikan antara status gizi menimbulkan penyakit (Noviyanti
dengan status imunitas. Hal ini dan Sarbini, 2010).
dikarenakan status imunitas tidak Penelitian ini tidak sejalan
hanya dipengaruhi oleh status gizi dengan penelitian yang dilakukan
saja, melainkan banyak faktor oleh Nuryanto (2012) yang
yang dapat mempengaruhinya, menyatakan bahwa faktor status
seperti asupan zat gizi mikro gizi mempunyai hubungan
lainnya, infeksi penyakit, bermakna dengan penyakit ISPA
kelengkapan imunisasi, pola asuh pada balita. Balita yang status
orang tua, sanitasi lingkungan, gizinya kurang akan
pen-didikan dan pengetahuan menyebabkan ISPA sebesar
orang tua, obat-obatan, usia, 29,91 kali lebih tinggi
aktivitas olah raga dan stress. dibandingkan balita yang status
Scrimshaw dan gizinya baik. Sukmawati dan Ayu
SanGiovanni (1997) menyatakan (2010) juga menyatakan bahwa
bahwa defisiensi berbagai macam terdapat hubungan yang
zat gizi dapat menyebabkan signifikan antara status gizi
terjadinya infeksi dan pada dengan morbiditas ISPA anak
akhirnya akan mempengaruhi balita di wilayah kerja Puskesmas
sistem imunitas tubuh. Faktor lain Tunikamaseang Kecamatan
yang berpengaruh terhadap Bontoa Kabupaten Maros. Hal ini
status imunitas menurut Ridwan sesuai dengan penelitian
(1999) adalah kelengkapan Rusepno (2005) yang
imunisasi, imunisasi merupakan menyatakan bahwa gizi buruk
bentuk intervensi yang paling akan menyebabkan balita lebih
efektif untuk mencegah penyakit rentan terhadap infeksi, seperti
infeksi. Anak yang tidak pneumonia.
diimunisasi berisiko terinfeksi jauh Djuanda (2000) juga
lebih tinggi dibanding anak yang menyatakan bahwa menurunnya
diimunisasi. Anak yang tidak status gizi berakibat menurunnya
diimunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap infeksi
kekebalan atau imunitas, maka yaitu melalui gangguan imunitas
berisiko untuk mengalami humoral yang disebabkan oleh
komplikasi serius bahkan menurunnya komplemen protein,
mungkin kematian. dan menurunnya aktivitas leukosit
Faktor higiene dan sanitasi untuk memfagosit maupun
juga dapat mempengaruhi status membunuh kuman. Pudjiadi
imunitas. Higiene dan sanitasi (2001) menyatakan malnutrisi
yang kurang memenuhi syarat akan menurunkan imunitas
baik dari segi tempat tinggal seluler, kelenjar timus dan tonsil
maupun penggunaan MCK menjadi atrofik dan jumlah sel T-
(Mandi Cuci Kakus), rumah yang limfosit berkurang sehingga tubuh
saling berhimpitan dapat menjadi lebih rentan terhadap
berdampak buruk terhadap infeksi. Semakin baik status gizi
sirkulasi udara di dalam rumah maka kejadian pneumonia pada
dan berdampak terhadap anak balita semakin berkurang.
kurangnya oksigen dalam Tetapi disamping status gizi,
ruangan sehingga daya tahan kejadian pneumonia pada anak
tubuh menurun dan akhirnya balita dipengaruhi juga oleh
lingkungan fisik, jenis kelamin,

6
umur, asupan ASI, dan hasil uji Pearson Product Moment
prematuritas. untuk mengetahui hubungan
Pudjiadi (2001) menyatakan aktivitas fisik dengan angka
bahwa telah lama diketahui kesakitan diperoleh nilai p-value
adanya interaksi sinergistis antara 0,006. Hal ini menunjukkan
malnutrisi dan infeksi. Infeksi bahwa p-value <0,05 yang berarti
derajat apapun dapat Ho ditolak, menunjukkan bahwa
memperburuk keadaan gizi ada hubungan antara aktivitas
melalui gangguan masukan fisik dengan angka kesakitan di
makanannya dan meningginya SD Negeri Kartasura 1. Hasil
kehilangan zat–zat gizi esensial tersebut mengartikan bahwa
tubuh. Sebaliknya malnutrisi, subjek yang kurang melakukan
walaupun ringan berpengaruh aktivitas lebih rentan terhadap
negatif terhadap daya tahan penyakit atau sering mengalami
tubuh sehingga anak menjadi sakit dibandingkan dengan yang
lebih rentan terhadap infeksi. banyak melakukan aktivitas.
Faktor–faktor yang Banyak melakukan aktivitas
mempengaruhi kemungkinan akan meningkat daya tahan tubuh
adalah keadaan sosial ekonomi terhadap terjadinya suatu
orang tua balita yang rata–rata penyakit. Aktifitas fisik yang
dari golongan menengah ke teratur merupakan salah satu
bawah, terbatasnya pengetahuan cara untuk menjaga sistem
dan perhatian orang tua kekebalan tubuh. Berbagai
mengenai kesehatan, dan penelitian mengkonfirmasikan
kurangnya kesadaran orang tua pengaruh yang menguntungkan
untuk segera memeriksakan dari aktifitas latihan terhadap
anaknya bila sakit. komponen-komponen sistem
kekebalan tubuh. Aktivitas fisik
D. Hubungan Aktivitas Fisik yang teratur juga mengajarkan
Dengan Angka Kesakitan tubuh untuk mendistribusikan
darah dengan lebih baik ke otot
Distribusi silang aktivitas pada saat beraktivitas (Purwanto,
fisik dengan angka kesakitan 2011).
dapat dilihat pada Tabel 5. Sjostrom et al (2008)
Tabel 5. menyatakan bahwa aktivitas fisik
Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan merupakan komponen utama dari
Angka Kesakitan energi expenditure, yaitu sekitar
Kategori Angka Kesakitan 20-25% dari total energi
Aktivitas Tidak Jarang Sering Total
Fisik sakit sakit sakit expenditure. Seiring dengan
Ringan 5 4 26 35 berkembangnya zaman dan
(14,3 %) (11,4%) (74,3%) (100%) kemajuan teknologi membuat
Sedang 1 2 8 11
(9,1%) (18,2%) (72,7%) (100%) masyarakat cenderung mengikuti
Berat 0 1 0 1 gaya hidup tanpa gerak. Tidak
(0%) (100%) (0%) (100%) hanya orang dewasa saja, namun
anak-anak juga cenderung malas
Tabel 12 menunjukkan berolahraga dan lebih senang
bahwa dari 35 subjek yang menghabiskan waktu untuk
memiliki kategori aktivitas fisik menonton televisi dan bermain
ringan sebesar 74,3% termasuk game di rumah. Hal ini dapat
dalam angka kesakitan sering disebabkan karena kurangnya
mengalami sakit. Berdasarkan

7
lahan untuk anak-anak bermain, Riyadi (2006) menyatakan
sehingga membuat anak bahwa jika diketahui jumlah
menghabiskan waktu bermainnya energi tubuh yang telah
di depan layar dan kurang dikeluarkan selama aktivitas
merangsang untuk melakukan sehari, maka sebenarnya jumlah
aktivitas fisik untuk bergerak, tersebut merupakan kebutuhan
akibatnya dapat meningkatkan energi seseorang dengan asumsi
risiko kegemukan atau obesitas aktivitas harian tersebut
karena kurangnya kalori yang merupakan aktivitas normal
dapat dibakar oleh tubuh. sehari-hari untuk hidup sehat.
Terdapat banyak Kegiatan fisik dan olahraga
keuntungan dan hubungan antara secara teratur dan cukup
aktivitas fisik dengan kesehatan takarannya, dapat membantu
diantaranya adalah membantu mempertahankan derajat
mempertahankan keseimbangan kesehatan yang optimal bagi
energi dan mencegah kejadian yang bersangkutan. Kegiatan fisik
obesitas, dengan latihan fisik dan olahraga yang tidak
yang teratur mengurangi risiko seimbang dengan energi yang
penyakit, latihan fisik yang teratur dikonsumsi dapat mengakibatkan
atau dengan level yang tinggi berat badan tidak normal,
pada kegiatan sehari-hari dapat upayakan agar kegiatan fisik dan
mencegah beberapa tipe penyakit olahraga selalu seimbang dengan
kanker, latihan fisik teratur juga masukan energi yang diperoleh
dapat mencegah atau dari makanan sehari-hari (Depkes
menurunkan tekanan darah pada 1996).
penderita hipertensi (Sjostrom et
al, 2008). E. Keterbatasan Penelitian
WHO (2008) menjelaskan
aktivitas fisik siswa sekolah dibagi Hasil penelitian memiliki
atas beberapa bagian yaitu : beberapa keterbatasan yaitu :
waktu tidur, waktu sekolah, waktu 1. Angka kesakitan ditentukan
luang (disekolah dan luar berdasarkan lama hari sakit
sekolah), waktu mengerjakan selama waktu satu bulan tanpa
tugas (pekerjaan rumah), waktu melalui pemeriksaan klinis
melakukan perjalanan kesekolah, yang dilakukan oleh dokter,
dan waktu olahraga. Selama sehingga dapat menimbulkan
melakukan aktivitas fisik, otot bias.
membutuhkan energi di luar 2. Tidak dianalisis data
metabolisme untuk bergerak, pendukung seperti data sosial
sedangkan jantung dan paru-paru ekonomi, asupan makan,
memerlukan tambahan energi lingkungan, pola asuh dan
untuk menghantarkan zat-zat gizi pendidikan orang tua sehingga
dan oksigen ke seluruh tubuh dan tidak diketahui faktor lain yang
untuk mengeluarkan sisa-sisa dapat mempengaruhi angka
dari tubuh. Banyaknya energi kesakitan dan status gizi.
yang dibutuhkan tergantung pada 3. Tidak dikendalikannya
berapa banyak otot yang penyakit kronis seperti TBC,
bergerak, berapa lama, dan pneumonia, difteri, hepatitis
berapa berat pekerjaan yang sehingga dapat merancukan
dilakukan (Almatsier 2009). hasil penelitian.

8
SIMPULAN DAN SARAN dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan status gizi yang
A. Kesimpulan dilakukan secara berkala
dikarenakan ada anak yang
1. Karakteristik subjek yaitu stunted.
berumur antara 8-11 tahun, 2. Bagi Pembaca
jumlah laki-laki 33 siswa, Perlu adanya penelitian
perempuan 14 siswa, berat lebih lanjut antara hubungan
badan minimal subjek 18 kg status gizi dan aktivitas fisik
dan maksimal 48 kg serta dengan memperhatikan
tinggi badan minimal 121,7 faktor-faktor lain seperti
cm dan maksimal 147 cm. kesegaran jasmani,
2. Status gizi siswa di SD Negeri lingkungan, sosial ekonomi
Kartasura 1 menunjukkan dan perilaku subjek itu
sebagian besar subjek sendiri.
memiliki kategori status gizi
normal sebesar 72,3%, untuk DAFTAR PUSTAKA
aktivitas fisik siswa
menunjukkan sebagian besar Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar
subjek memiliki kategori Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka
aktivitas fisik ringan sebesar Utama: Jakarta.
74,5%, dan angka kesakitan Aritonang, E. Siagian Albiner., 2003.
siswa sebagian besar subjek Hubungan Konsumsi Pangan
sering mengalami sakit (diare, dengan Gizi Lebih pada Anak
batuk, pilek, demam) selama TK di Kotamadya Medan.
lebih dari 7 hari dalam satu Lembaga Penelitian
bulan sebesar 72,3%. Universitas Sumatera Utara.
3. Tidak ada hubungan antara Aritonang, I. 2000. Krisis Ekonomi
status gizi dengan angka Akar Masalah Gizi. Media
kesakitan (p=0,669). Pressindo: Yogyakarta.
4. Ada hubungan antara aktivitas Departemen Kesehatan RI. 1996.
fisik dengan angka kesakitan Pedoman Program
(p=0,006). Pemberantasan Penyakit
ISPA untuk Penanggulangan
B. Saran Pnemonia pada Balita Dalam
Pelita VI. Dirjen PPM dan
1. Bagi Sekolah PLP. Jakarta: 1-7.
Pihak sekolah untuk RI. 2004. Sistem Kesehatan
lebih meningkatkan Nasional. Jakarta.
pemantauan terhadap Djafri, Defriman. 2007. Survival
kondisi para siswa terutama Analysis Gangguan
yang mengalami status gizi Pernafasan dengan Tingkat
kurang dan gemuk, selain itu Pejanan Pencemaran Udara
juga aktivitas fisik baik yang Di DKI Jakarta. Jurnal
kurang, sedang ataupun Kesehatan Masyarakat.
berat, karena akan Jakarta.
berpengaruh terhadap angka Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit
kesakitan yang dapat Kulit dan Alat Kelamin. Edisi
mengganggu kegiatan belajar ke-5. FKUI. Jakarta.
mengajar di sekolah. Hal ini

9
Gibney, Michael J., Margetts, Barrie Purwanto, 2011. Dampak Senam
M., Kearney, John M., Arab, Aerobik terhadap Daya
Lenore. 2005. Gizi Tahan Tubuh dan Penyakit.
Kesehatan Masyarakat. Buku Jurnal Media Ilmu
Kedokteran EGC: Jakarta. Keolahragaan Indonesia.
Hidayati, SN., Irawan, R. dan Universitas Negeri
Hidayat, B. 2009. Obesitas Semarang. Volume 1 (1).
Pada Anak. Divisi Nutrisi dan Ridwan, E. 1999. Kadar Hb, Status
Penyakit Metabolik. Ilmu Vitamin A dan Kaitannya
Kesehatan Anak. Fakultas dengan Reaksi Imun Bayi
Kedokteran Unair. Surabaya. yang Diimunisasi. Hasil
Judarwanto, W. 2006. Antisipasi Penelitian. Pusat Penelitian
Perilaku Makan Anak dan Pengembangan
Sekolah. Institusi Pertanian Kesehatan. Departemen
Bogor. Bogor. Kesehatan RI. Bogor.
Lestari, Tri Puji. 2010. Hubungan Riyadi. 2001. Metode Penilaian
Pola Konsumsi Makanan Status Gizi secara
Dengan Morbiditas dan Antropometri. Diktat Program
Status Gizi Anak Sekolah SD Studi Gizi Masyarakat dan
Di Wilayah Jakarta. Skripsi. Sumberdaya Keluarga.
Universitas Muhammadiyah Bogor: Fakultas Pertanian
Surakarta. Surakarta. Institut Pertanian Bogor.
Maitatorum, Ery dan Zulaekah, Siti. Santoso, S. 2004. Kesehatan dan
2011. Status Gizi, Asupan Gizi. Rineka Cipta: Jakarta.
Protein, Asupan Seng Dan Scrimshaw, NS and SanGiovanni,
Kejadian ISPA Anak Balita Di JP. 1997. Synergism of
Perkampungan Kumuh Kota nutrition, infection, and
Surakarta. Jurnal Kesehatan. immunity: an overview.
Volume 4 (1) : 21-30. American Journal of Clinical
Noviyanti, Retno Dewi dan Sarbini, Nutrition. 66: 464S -77S.
Dwi. 2010. Hubungan status Siswatiningsih. 2001. Kaitan Antara
Gizi Dengan Status Imunitas Status Gizi Dengan Kejadian
Anak Balita Di RW VII Infeksi Pada Balita di
Kelurahan Sewu, Kecamatan Kabupaten Jepara Tahun
Jebres, Kota Surakarta. 2000. Abstrak. Fakultas
Jurnal Kesehatan. Volume 3 Kesehatan Masyarakat.
(1) : 58-65 Universitas Diponegoro
Nuryanto. 2012. Hubungan Status Semarang. Semarang.
Gizi Terhadap Terjadinya Sjostrom L, Risannen A, Andersen
Penyakit Infeksi Saluran T, et al. 1998. Randomised
Pernafasan Akut (ISPA) Placebo-Controlled Trial of
Pada Balita. Jurnal Orlistat for Weight Loss and
Pembangunan Manusia. Prevention of Weight Regain
Volume (6): 2. in Obese Patient. Lancet.
Pizzorno, J. 1998. Total Wellness Vol. 352:167-72.
(Terj. Sehat dan Bebas Subardja, Dedi. 2004. Obesitas
Penyakit). Gramedia: Primer Pada Anak. Kiblat
Jakarta. Buku Utama: Bandung.
Pudjiadi S., 2001. Ilmu Gizi Klinis Sukmawati dan Ayu, Sri Dara. 2010.
pada Anak. FKUI. Jakarta. Hubungan Status Gizi, Berat

10
Badan Lahir, Imunisasi
Dengan Kejadian Ispa Pada
Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tunikamaseang
Kecamatan Bontoa
Kabupaten Maros. Media
Gizi Pangan. Volume X. (2).
United Nations Children's Fund.
1998. The State of The
World’s Children. Oxford
University Press: Oxford.
Wardani, Jaya, NA dan Roosita, K.
2008. Aktivitas Fisik, Asupan
Energi, Dan Produktivitas
Kerja Pria Dewasa: Studi
Kasus Di Perkebunan Teh
Malabar PTPN VIII Bandung.
Jurnal Gizi dan Pangan.
Volume 3 (2) : 71-78
WHO. 2008. Physical Activity.
Diakses : 20 Februari 2013.
http://lancaster.unl.edulenviro
/pestlfactssheets/1 07-97.
htm.

11

You might also like