You are on page 1of 18

BAB 1

PENDAHULUAN

Ada enam (6) program pokok pelayanan kesehatan Puskesmas, diantaranya ;

program pengobatan,promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan

penyakit menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan dan perbaikaan gizi

masyarakat, dimana pada bab kali ini yang akan dibahas adalah Kesehatan

Lingkungan dan diambil dari beberapa pendapat yaitu Kesehatan Lingkungan

menurut WHO (World Health Organisation) adalah Suatu keseimbangan ekologi yang

harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari

manusia, dan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)

adalah Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang

dinamis antara manusia dengan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas

hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Dalam program Kesehatan Lingkungan ada lima (5) upaya dasar yang dapat

dilakukan, yaitu: Penyehatan Lingkungan Air Bersih (SAB), Penyehatan Lingkungan

pemukiman (Pemeriksaan Rumah), Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU),

Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM), Pemantauan Jentik Nyamuk dan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Konsultasi Kesehatan Lingkungan Klinik

Sanitasi. Hal ini sebagai penjabaran dari visi misi Depkes RI 2010/2014 yaitu untuk

mewujudkan masyarakat sehat mandiri dan berkeadilan di bidang kesling, sedangkan

misinya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan lingkungan,melindungi kesehatan

masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan lingkungan yang

paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan


sumber daya di bidang kesehatan lingkungan untuk menciptakan tata kelola

lingkungan yang baik.

Setiap manusia, dimana saja berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang

layak : disebut rumah. Rumah yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi

syarat kesehatan, sehingga penghuninya tidak sakit.


Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang

dekat dengan air bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan

sampah, dekat dengan sarana pembersihan, serta berada di tempat dimana air hujan dan

air kotor tidak menggenang (1).


Berdasarkan hasil rumusan yang dikeluarkan oleh APHA di Amerika, rumah sehat

adalah rumah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis;
b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologi
c. Dapat terhindar dari penyakit menular;
d. Terhindar dari kecelakaan-kecelakaan.
Jika diteliti lebih lanjut, persyaratan yang diuraikan di atas adalah sama

dengan persyaratan seperti yang disebutkan berikut ini.


1. Persyaratan letak rumah
Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuninya dari bahaya

timbulnya penyakit menular, kecelakaan, dan kemungkinan gangguan-gangguan

lainnya. Persyaratan letak rumah merupakan persyaratan pertama dari sebuah rumah

sehat. Berikut ini adalah pertimbangan memilih letak rumah (2):


a. Permukaan tanah dan lapisan bawah tanah (soil dan subsoil), tanah rendah yang

sering digenangi banjir sudah jelas tidak baik menjadi tempat perumahan yang

permanen.
Tanah berbatu karang biasanya lembap dan dingin, karena air pada waktu

hujan tidak bisa meresap ke dalam tanah. Akan tetapi, dengan konstruksi yang baik

(lantai yang kedap air) rumah dengan kondisi tersebut bisa digunakan tanpa ada

gangguan. Apalagi bila dilengkapi dengan drainase yang baik.


b. Hadap rumah (dalam hubungannya dengan matahari, arah angin, dan lapangan terbuka).
Di belahan bumi sebelah utara misalnya, kamar-kamar yang terletak di sebelah

utara akan menerima sinar matahari lebih sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya dapur dan

ruang tempat menyimpan makanan terletak di bagian utara rumah.


2. Persyaratan fisik
Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi rumah harus baik

dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkina terjadinya kelembaban dan mudah

diperbaiki bila ada kerusakan. Persyaratan fisik menyangkut konstruksi rumah. Berdasarkan

pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap orang merasa perlu untuk membuat fondasi

yang kokoh supaya konstruksinya kuat. Tipe fondasi bermacam-macam bergantung pada

berat dari rumah atau gedung yang akan dibangun dan keadaan bawah tanah (subsoil).

Subsoil yang berbatu-batu atau kerikil akan dapat menahan beban yang berat, tetapi subsoil

yang terdiri atas tanah liat, kekuatan menahan bebannya tidak tetap. Kekuatannya bisa

bertambah dan bisa pula menurun, bergantung pada keadaan peresapan airnya yang juga

berubah-ubah mengikuti perubahan keadaan musim. Fondasi yang tidak sesuai akan

mengakibatkan rumah yang di atasnya bisa rontok. Ada tiga cara dalam membuat fondasi,

yaitu:
a. Membuat parit-parit yang diisi dengan adukan semen;
b. Membuat semacam rakit dengan adukan semen yang konkret;
c. Membangun tiang-tiang/pilar-pilar dari besi beton.
Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas lantai

bangunan disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang tak sebanding dengan

jumlah penghuni akan mengakibatkan sesak, kurang bebas, dan akan menyebabkan tidak

sehat. Jika salah satu anggota keluarga ada yang menderita penyakit infeksi menular, maka

kurangnya suplai oksigen akan memudahkan terjadinya penularan penyakit. Luas bangunan

yang optimum adalah 2,5-3 m² untuk tiap orang (tiap anggota keluarga) (2).
3. Persyaratan fisiologis
Rumah sehat harus dipenuhi criteria ventilasi yang baik, pencahayaan yang cukup,

terhindar dari kebisingan, dan adanya lapangan rekreasi, terutama untuk anak-anak bermain.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, rumah sebaiknya dibuat

sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk ke dalam rumah secara bebas, sehingga

asap dan udara kotor dapat hilang secara tepat. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan

pintu dan jendela dalam posisi yang tepat, sehingga udara dapat masuk ke dalam kamar-

kamar dan ruangan-ruangan lain di dalam rumah. Fungsi ventilasi adalah:


1) Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar;
2) Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen karena

aliran udara yang terus-menerus;


3) Menjaga ruangan agar kelembaban dapat terjaga secara optimal.
Ada dua macan ventilasi, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Aliran udara dalam

ruangan pada ventilasi alamiah terjadi secara alami melalui jendela, pintu, lubang-lubang,

dinding, angin-angin, dan sebagainya. Sedangkan pada ventilasi buatan aliran udar terjadi

karena adanya alat-alat khusus untuk mengalirkan udara seperti mesin pengisap (AC) dan

kipas angin (2).


b. Pencahayaan
Sebuah rumah dapat dikatakan sebagai rumah yang sehat apabila memiliki

pencahayaan yang cukup. Hal ini dikarenakan cahaya mempunyai sifat dapat membunuh

bakteri atau kuman yang masuk ke dalam rumah. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam

pencahayaan adalah tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya pencahayaan akan

menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan, sekaligus produktivitas seseorang.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat

mempengaruhi kesehatan orang-orang yang ada di dalamnya. Ada dua macam cahaya, yaitu

cahaya alamiah dan cahaya buatan. Cahaya alamiah merupakan cahaya langsung berasal dari

sumber cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting sebab bermanfaat selain untuk

penerangan secara alami, tidak perlu mengeluarkan biaya, dan berfungsi membunuh bakteri-

bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TBC. Idealnya, cahaya masuk luasnya

sekurang-kurangnya adalah 15-20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah.
Cahaya buatan merupakan cahaya yang bersumber dari listrik, lampu, api, lampu minyak

tanah, dan sebagainya (2).


c. Kebisingan
Saat ini pengaruh kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap orang. Hal ini

dikarenakan kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan seseorang. Apalagi

kalau datangnya tiba-tiba seperti letusan yang sangat mengganggu kehidupan. Orang yang

memiliki penyakit jantung dapat meninggal seketika karena adanya letusan tersebut. Rumah

sehat adalah sebuah rumah yang bisa terhindar dari kebisingan/letaknya jauh dari sumber

kebisingan (2).

4. Persyaratan psikologis
Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik, penataan perabot yang

rapi, tidak over crowding, dan sebagainya. Over crowding menimbulkan efek-efek negative

terhadap kesehatan fisik, mental, maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di

rumah yang padat penghuninya cepat terjadi. Selain itu, di daerah yang seperti ini, kesibukan

dan kebisingan akan meningkat, yang akan menimbulkan gangguan terhadap ketenangan,

baik individu, keluarga, maupun keseluruhan masyarakat di sekitarnya. Ketenangan dan

kerahasiaan setiap individu tidak akan terjamin dan akan mengakibatkan akses-akses

menurunnya moral. Undang-undang perumahan di beberapa Negara maju member wewenang

kepada pemerintah untuk menanggulangi masalah seperti ini. Rumah tempat tinggal

dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-

hal sebagai berikut (2):


a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10 tahun dan bukan

berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu kamar.


b. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi ketentuan

yang telah ditetapkan.


5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut (2):
a. Penyediaan air bersih yang cukup;
b. Pembuangan tinja;
c. Pembuangan air limbah (air bekas);
d. Pembuangan sampah;
e. Fasilitas dapur;
f. Ruang berkumpul keluarga.
Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut: bebas dari kelembapan; mudah diadakan perbaikan;

mempunyai cukup akomodasi dan fasilitas untuk mencuci, mandi dan buang kotoran;

serta mempunyai fasilitas yang cukup untuk menyimpan, meracik, dan memasak

makanan. Pada tahun 1946 di Inggris ada sebuah Sub Committee on Standards of Fitness

for Habitation yang membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni, antara lain

sebagai berikut (2):


1. Dalam segala hal harus kering.
2. Dalam keadaan rumah diperbaiki.
3. Tiap kamar mempunyai lampu dan lubang ventilasi.
4. Mempunyai persediaan air yang cukup untuk segala keperluan rumah tangga.
5. Mempunyai kamar mandi.
6. Mempunyai tempat/kamar cuci, dengan pembuangan air limbah yang baik.
7. Mempunyai system drainase yang baik.
8. Mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan (di dalam atau di luar).
9. Cukup fasilitas untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan.
10. Tempat menyimpan makanan harus mempunyai ventilasi yang baik.
11. Jalan masuk ke rumah yang baik.
12. Mempunyai fasilitas alat pemanas/pendingin di kamar.
13. Setiap kamar mempunyai titik lampu yang cukup.

Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan terdepan,

kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pusat pelayanan

kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi masyarakat. Disamping

itu, keberadaan puskesmas di suatu wilayah dimanfaatkan sebagai upaya-upaya

pembaharuan (inovasi) di bidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan

lainnya bagi kehidupan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat. Oleh karena itu, keberadaan puskesmas dapat diumpamakan

sebagai “agen perubahan” di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul

gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat.


Sektor kesehatan di Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius karena

berbagai permasalahan, seperti kematian ibu melahirkan yang tinggi, angka harapan

hidup yang rendah, tingginya angka rata-rata prevalensi malnutrisi dan penyakit menular,

serta rendahnya kualitas kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan

status kesehatan yang menurut WHO dapat dilakukan dengan memperkuat sistem

pelayanan primer. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melaksanakan pelayanan

kedokteran keluarga.

BAB II

PERMASALAHAN
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat yaitu hanya 48%,

membuat kesadaran masyarakat akan pentingnya rumah sehat juga rendah. Sedangkan

Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat sangat erat hubunganya

dengan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. PenyakitKusta adalah salah satu

contoh masalah kesehatan di Indonesia yang erat hubunganya dengan kesehatan

lingkungan dan rumah sehat. Berdasarkan laporan di Kabupaten Probolinggo pada tahun

2014 sebanyak 27 penderita kusta dengan tipe PB (Pausi Basiler) yang telah selesai

melakukan pengobatan RFT pada tahun 2015 sebanyak 25 penderita (92,59%).

Sementara dari 179 penderita kusta tipe MB (Multi Basiler) pada tahun 2013 yang telah

melakukan pengobatan sampai tahun 2015 sebanyak 159 penderita (88,83%), sedangkan

sisanya masih menyelesaikan pengobatan. Penderita kusta MB baru yang ditemukan

tahun 2015 sebanyak 182 orang. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya

cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan.

BAB III

PERENCANAAN DAN INTERVENSI


Kunjungan rumah untuk menilai tempat tinggal dan mendiagnosis apakah rumah
tersebut tergolong rumah sehat atau tidak sehat di lakukan pada hari senin tanggal 11 Juli
2017 di desa Tanjung Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo.

BAB IV

PELAKSANAAN
Kunjungan rumah untuk menilai tempat tinggal di ikuti oleh 2 dokter interenship dan 1 orang

petugas. dimana hasil yang di dapatkan adalah sebagai berikut :

A. Lembar Observasi Formulir Penilaian Rumah


Nama : Tn. Dodik S Usia: 32 thn
Alamat: Dusun Tanjung – Pajarakan
Jumlah orang dlm 1 rumah 4 orang

Komponen Kriteria Nilai Bobot


yang dinilai
Komponen 35
Rumah
Langit-langit a. Tidak -
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan 1 35

c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan -


Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman -
bambu.ilalang
b. Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata 1 35

atau batu yang tidak diplester/papan yang tidak


kedap air
c. Permanen (tembok/pasangan batu bata/yang -
tidak diplester), papan kedap air
Lantai a. Tanah -
b. Papan/anyaman bambu yang dekat dengan -
tanah/plesteran yang retak.berdebu
c. Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung 2 70
Jendela kamar a. Tidak ada
b. Ada 1 35
Ventilasi a. Tidak ada
b. Ada, tetapi luasnya < 10 % luas lantai 1 35
c. Ada, luasnya 10 % luas lantai
Lubang asapa. Tidak ada 0 0

dapur
b. Ada, luas lubang ventilasi/asap dapur 10% luas -
lantai dapur
c. Ada, luas lubang ventilasi/asap dapur > 10% luas -
lantai dapur (Asap keluar sempurna atau ada
exhaust fan)
Pencahayaan a. Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk -
membaca
b. Kurang terang sehingga kurang jelas untuk -
membaca dengan normal
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat 2 70

dipergunakan untuk membaca dengan normal

Komponen Kriteria Nilai Bobot


yang dinilai
Sarana 25
Sanitasi
Sarana aira. Tidak ada -
bersih b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi -
(PDAM/SGL/S syarat kesehatan
PT) c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat -
kesehatan
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat -
kesehatan
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 5 125
kesehatan
Jamban (saranaa. Tidak ada 0 0

pembuangan b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup -


kotoran) disalurkan ke sungai/kolam
c. Ada buka leher angsa, ada tutup, disalurkan ke -
sungai/kolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank -
e. Ada, leher angsa, septic tank -
Sarana a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di -
Pembuangan halaman rumah
b. Ada diserapkan, mencemari sumber air (jarak -
Air Limbah
dengan sumber air < 10 m)
(SPAL)
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2 50
d. Ada, diserapkan dan tidak mencemari sumber air -
(jarak dengan sumber air >10 m)
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) -
untuk diolah lebih lanjut
Sarana a. Tidak ada -
pembuangan b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 1 25
Sampah (tempata. Ada, kedap air dan tidak tertutup 0 0

sampah)
b. Ada, kedap air dan tertutup

Komponen Kriteria Nilai Bobot


yang dinilai
Kualitas udara 10
Suhu udara a. Tidak nyaman
b. Nyaman (18° - 30° C) 1 10
Kelembaban udaraa. Tidak lembab 0 0

b. Lembab (berkisar antara 40% - 70%)

Komponen Kriteria Nilai Bobot


yang dinilai
Perilaku 20
Penghuni
Membuka jendelaa. Tidak pernah dibuka
kamar b. Kadang-kadang 1 20

c. Setiap hari dibuka


Membersihkan a. Tidak pernah dibersihkan
rumah dan b. Kadang-kadang 1 20

halaman c. Setiap hari dibersihkan


Membuang tinjaa. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0 0

ke jamban b. Kadang-kadang dibuang ke jamban


c. Setiap hari ke jamban
Membuang a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan
sampah padab. Setiap hari ke jamban
tempat sampah c. Setiap hari ke tempat sampah 2 80

Keterangan :
 Memodifikasi formulir observasi sarana sanitasi dasar rumah
 Sumber dari Depkes RI
 Keterangan hasilpenilaian :
Sekor = Nilai x Bobot
Kriteria :
Rumah sehat : 1068 - 1200
Rumah tidak sehat : < 1068
Dari hasil penilaian rumah di dapatkan skor 610. Dari skor yang di dapatkan < 1068 dari
hasil ini dapat disimpulan bahwa rumah tersebut termasuk rumah yang tidak sehat.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring :
• Dari hasil penilaian di dapatkan nilai 610 < 1068 dimana dapat di kategorikan rumah

tidak sehat.
• Pelaksanaan penilaian berjalan dengan lancar
• Pemilik rumah ramah dan mempersilahkan petugas untuk melakukan penilaian

Evaluasi :
• Rumah berkesan cukup dalam pencahayaan untuk bagian depan, untuk bagian

belakang rumah tampak lembab dan kurang pencahayaan.


• Untuk ruang tamu dan ruang kamar depan sudah terdapat tembok dan kramik
• Bagian belakang rumah lantai terbuat dari semen dan sekat hanya dari anyaman.
• Langit – langit rumah bagian belakang tampak lubang dan hamper roboh
• Kamar belakang lantai berupa tanah dan sangat lembab.
• Sumber air berasal dari sumur
• Rumah tidak memiliki jamban
• Terdapat empat anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
• Anggota keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut antara lain :
1. Nenek
2. Adik Nenek
3. Buyut
4. Pasien
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kunjungan rumah berjalan lancar, pemilik dan penghuni rumah sangat ramah. Tetapi,

rumah yang di kunjungi tergolong kedalam rumah yang tidak sehat. Rumah yang belum

memenuhi syarat kesehatan. Dan harus dilakukan pemeriksaan dan pembinaan penyehatan

perumahan meliputi sarana sanitasi dan perilaku penghuninya karena rumah yang sehat dan

nyaman akan berdampak bagi penghuninya dalam meningkatkan produktivitasnya.

Kegiatan upaya penyehatan lingkungan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas

lingkungan melalui kegiatan yang bersifat promotif dan preventif. Adapun pelaksanaannya

bersama masyarakat dan perangkat desa diharapkan mampu memberikan kontribusi

bermakna terhadap kesehatan masyarakat karena kondisi lingkungan yang sehat merupakan

salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat.


DAFTAR PUSTAKA

1. KEPMENKES RI. no 829/MenKes/SK/VII/1989

2. Mubarak, Wahid Iqbal., Nurul Chayatin.2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan

Aplikasi. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.


3. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka

Cipta. Jakarta
4. Profil kesehatan kabupaten probolinggo tahun 2014. WWW.depkes.go.id

Lampiran
LAPORAN PUSKESMAS DOKTER INTERENSHIP
F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

MELAKUKAN KUNJUNGAN RUMAH UNTUK MENILAI TEMPAT TINGGAL

Maret 2017 – juli 2017

Oleh:

dr. Rossa Indah Rahmawati

Pendamping:

dr. Liliek Ekowati, MM. Kes

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PPSDM KESEHATAN

2016-2017

You might also like