You are on page 1of 11

KEPERAWATAN MATERNITAS

PERKEMBANGAN EMBRIO

Disusun Oleh
Nama : Nadiya Ayu Nopihartati
NIM : P0510217014
Dosen Pembimbing: Asmawati S.Kp.,M.Kep

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
A. Embriogenesis
Embriogenesis merupakan suatu proses perkembangan zigot sehingga terbentuk
individu primitif (belum memiliki bentuk dan rupa yang spesifik). Tahapan
embriogenesis ini terjadi setelah terbentuk zigot pada proses fertilisasi.
Selama proses pembelahan, bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika
zigot mengalami pembelahan berbeda-beda. Ada empat macam bidang
pembelahan sebagai berikut ini.
1. Meridian, adalah bidang pembelahan yang melewati poros kutub, yang
mengakibatkan dihasilkannya dua blastomer dengan ukuran yang sama.
2. Vertikal, adalah bidang pembelahan yang cenderung lewat tegak sejak
dari animal pole sampai vegatal pole.
3. Ekuator, adalah bidang pembelahan yang tegak lurus dengan animal pole-
vegatal pole. Bidang pembelahan ini membelah embrio menjadi empat anakan dan
empat blastomer vegetal.
4. Lotitudinal, adalah bidang pembelahan yang mirip dengan bidang ekuator,
tetapi terjadi sejajar.

Gambar 1.1 (a) Meridian; (b) Vertikal; (c) Ekuator; (d) Longitudinal.

2.2 Tahapan Embriogenesis


Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui
beberapa tahapan, antara lain clavage/pembelahan/segmentasi, Blastula, Gastrula,
dan Neurulasi.
Gambar 1.2 Tahapan Embriogenesis

2.1.1 Clavage
Clavage/pembelahan merupakan proses pembelahan embrio terfertilisasi (zigot)
secara mitosis. Ketika zigot telah terbentuk, maka dimulailah pembelahan mitosis
pada zigot yang dikenal dengan tahapan pembelahan (cleavage). Dalam fase ini,
zygot berubah bentuk dari sel tunggal menjadi sebuah masa sel yang solid/padat
disebut morula. Morula berkembang menjadi bola sel yang berrongga
(rongga=blastosoel), disebut blastula. Sel-sel kecil hasil pembelahan tersebut
dikenal dengan istilah blastomer.
Sel-sel akan mengaturan pembelahannya yaitu pada siklus sel pembelahan, sel-
sel akan mengalami fase S (Sintesis DNA) dan fase M (mitosis) dalam siklus sel,
tetapi melewatkan fase G1 dan G2. Akibatnya sel-sel yang terbentuk tersebut
tidak membesar selama fase pembelahan. Pembelahan hanya membagi–bagi
sitoplasma satu sel besar menjadi banyak sel yang lebih kecil (blastomer) dimana
sel-sel tersebut semuanya bernukleus.
Pada proses mekanisme pembelahan sebagian besar hewan (kecuali mamalia)
mempunyai sel telur dengan polaritas yang jelas. Polaritas ditentukan oleh
mRNA, protein dan kuning telur (yolk). Yolk terkonsentrasi pada satu kutub,
disebut kutub vegetal (vegetal pole). Kutub yang berlawanan(konsentrasi yolk
rendah) kemudian disebut kutub animal (animal pole). Kutub animal merupakan
tempat dari badan polar meiosis menguncup dan terlepas dari sel. Pada beberapa
hewan, kutub animal menandai titik tempar ujung anterior (kepala) embrio
terbentuk. Pada katak, belahan animal mempunyai granula melanin dalam lapisan
luar sitoplasmanya, sehingga terlihat berwarna biru abu-abu pekat. Sedangkan
belahan vegetal yang mengandung yolk terlihat lebih terang. Berikut beberapa
mekanisme pembelahan pada hewan:
a. Pada amfibia, saat fertilisasi terjadi pengaturan kembali sitoplasma sel telur.
Membran plasma dan korteks berotasi menuju titik tempat masuknya sperma,
sehingga membuka daerah pada sitoplasma yang berbentuk pita sempit berwarna
abu-abu muda (Sabit abu-abu /grey crescent). Sabit abu-abu terletak dekat ekuator
berseberangan dengan tempat masuknya sperma. Yolk cenderung menghalangi
pembelahan, akibatnya pembelahan zigot pada katak terjadi lebih cepat pada
belahan animal dibanding belahan vegetal, sehingga menghsilkan embrio dengan
ukuran berbeda-beda. Dua pembelahan pertama terjadi secara polar (vertikal)
sehingga dihasilkan empat sel memanjang dari KA ke KV. Pembelahan ketiga
secara horisontal (ekuatorial), hingga dihasilkan 8 sel.
b. Pada sel bulu babi (sea urchin) dan kebanyakan hewan lainnya mempunyai
lebih sedikit kuning telur, tetapi masih mempunyai sumbu animal-vegetal. Karena
yolk yang sedikit, maka kelajuan pembelahannya hampir sama, sehingga
menghasilkan ukuran blastomer yang hampir sama. Pola pembelahan sampai
tahapan delapan sel untuk golongan hewan echinodermata, chordata, dan
deuterostomata memperlihatkan pola yang hampir sama dengan amfibia. Pola
pembelahan pada protostomata (moluska, annelida, dan arthropoda). Mempunyai
pola yang berbeda. Protostomata memperlihatkan pembelahan secara spiral, yaitu
sel-sel dari lapis atas duduk pada lekukan antar sel-sel pada lapis yang
dibawahnya.Pada deuterostomata, pembelahan terjadi secara radial, artinya sel-sel
lapisan atas mengatur diri langsung diatas sel lapisan bawah.
Gambar 1.3 Pola Bidang Pembelahan
Adapun hubungan tipe sel telur dan pembelahan yaitu banyaknya jumlah kuning
telur dan penyebarannya dalam sitoplasma sangat mempengaruhi pola dari
pembelahan sehingga semakin banyak kuning telur maka pembelahan semakin
lambat. Berikut tipe-tipe sel telur berdasarkan jumlah dan distribusi kuning telur
(KT):

Gambar 1.4 Tipe Sel Telur berdasarkan Jumlah dan Distribusi Kuning Telur
Tipe Pembelahan Meroblastik dan Holoblastik ini berdasarkan jumlah penyebaran
kuning telurnya sehingga menyebabkan terjadi dua macam pembelahan.
a. Pembelahan meroblastik (meroblastic cleavage) adalah pembelahan tidak
sempurna pada sel telur yang kaya kuning telur. Pada sel telur yang kaya yolk
(misal sel telur aves), pembelahan hanya terjadi pada cakram kecil sitoplasma
bebas yolk yang terletak dalam satu daerah kecil dari lingkaran besar
yolk.Pada meroblastik tidak disertai pembagian yolk à inti dan sitoplasma
- Meroblastik discoidal politelolecital: aves, reptil, mamalia bertelur.
- Meroblastik superficial centrolecital : arthropoda.
b. Pembelahan holoblastik (holoblastic cleavage) berarti pembelahan sempurna
(seluruh bagian sel telur) pada sel telur yang mempunyai yolk sedikit (misal :bulu
babi) dan sedang (misal : katak). Holoblastikdibagi menjadi dua yaitu:
- H. equal / sempurna yang akan membelah menjadi 2 sama besar à akhir sel
blastomer seragam.
- H. unequal / tidak sempurna yang terjadi di salah satu kutub
animal pole à cepat, vegetal pole à lambat à mikromer & makromer.

Gambar 1.5 Holoblastik Equal dan Unequal


2.1.2 Blastulasi
Blastulasi merupakan proses pembentukan blastula. Blastula dapat dibedakan dari
morula, karena blastula terdapat suatu ruangan yang disebut Blastosul.
Berdasarkan ada atau tidaknya blastosul, maka dapat dibedakan atas Blastula
berongga (suloblastula) yang terdapat pada blastula katak dan amphioxus dan
Blastula tidak berongga (strecoblastola) yang terdapat pada blastula ikan dan
amphibian. Blastula pada katak terbentuk ketika sel embrio katak (struktur
blastomer) terus membelah, bergerak, dan membentuk rongga pada bagian dalam
(membentuk struktur bola berongga). Pada katak, rongga ini disebut blastocoel
dan terisi cairan internal yang dibatasi oleh sel epitel.
Jumlah kuning telur pada telur berpengaruh tidak hanya pada saat terjadinya
cleavage, tetapi juga berpengaruh pada proses blastulasi. Pengaruh tersebut adalah
sebagai berikut ini.
1. Blastulasi pada tipe telur isolecithal: blastomer yang terbentuk pada saat
cleavage, yang pada tipe telur isolecithal mempunyai kecenderungan tersusun
pada tepi telur berupa lapisan tunggal yang disebut dengan blastoderm.
Akibatnya, terkait dengan penampakan telur, akan terlihat adanya rongga di
tengah yang disebut blastocoele. Contohnya terjadi pada echinodermata.
2. Blastulasi pada tipe telur telolecithal: pada tipe telur telolecithal seperti pada
katak dan jenis amfibia lainnya, penyebaran kuning telur tidak merata. Akibatnya,
terjadi pemindahan bidang pembelahan melalui animal pole. Konsekuensinya,
blastomer vegetal (macromeres) yang terbentuk akan lebih banyak dari blastomer
animal (micromeres). Blastomer kecil (micromere) ini cenderung membentuk atap
blastocoele, sedangkan blastomer besar (macromeres) cenderung membentuk akar
blastocoele.
3. Blastulasi pada tipe telur polylecithal: pada tipe telur polylecithal seperti pada
burung, reptil, dan ikan, proses blastulasi terbatas terjadi hanya pada lempengan
germinal. Dengan berlanjutnya proses pembelahan, sel yang terdapat pada bagian
tengah lempengan germinal menjadi banyak lapis dan terpisah dari kuning telur.
Sementara itu, sel yang terdapat pada bagian tepi dari lempengan germinal tetap
menyatu dengan kuning telur. Selanjutnya, akibat pemisahan sel pada bagian
tengah lempeng germinal akan terbentuk rongga antara blastomer dengan kuning
telur. Rongga tersebut disebut dengan subgerminal cavity. Lapisan bagian luar
blastomer membentuk atap dari subgerminal cavity ini disebut dengan epiblast.
Lantai subgerminal cavity dibentuk dari kuning telur. Beberapa blastomer yang
berasal dari bagian tepi lempeng germinal bermigrasi ke dalam subgerminal
cavity dan membentuk lapisan tebal yang disebut dengan hypoblast. Rongga yang
terbentuk di antara apiblast dengan hypoblast disebut blastocoele.
Berdasarkan bentuknya blastula dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Coeloblastula, adalah tupe blastula dari echinodermata dan amphioxus.
Blastula ini bentuknya bundar atau berongga. Rongganya berisi cairan
mukopolisakarida.
2. Stereoblastula, adalah tipe blastula yang ditemukan pada jenis Annelida dan
moluska. Pada tipe ini tidak ditemukan adanya rongga.
3. Periblastula, adalah tipe blastula yang ditemukan pada jenis serangga.
Blastula ini tidak mempunyai rongga.
4. Discoblastula, adalah tipe bl;astula yang ditemukan pada reptilia dan burung.
Tipe blastula ini tampak pada animal pole dan berbentuk cakram gepeng yang
terdiri atas banyak lapisan yang dipisah dengan kuning telur oleh ruang sempit
yang disebut dengan subgermibal cavity.
5. Amphiblastula, adalah blastula yang dibentu secara struktural oleh dua tipe
blastomer berbeda. Misalnya pada amfibi, blastulanya mengandung dua tipe sel,
yaitu micrimeres dan macromeres.
6. Blastocyst, adalah blastula yang ditemukan pada mamalia. Pada tipe blastula
ini, proses cleavage terjadi secara teratur dan melalui proses ini akan terbentuk
rongga kecil pada setiap sel. Rongga ini disebut blastocoele dan akan berlanjut
membesar. Pada blastula ini, ada dua macam sel, yaitu lapisan sel bagian luar
yang menyerupai epitel dan disebut dengan trophoblast cells atau nutritive cells.
Sel ini akan mengitari rongga dan lapisan sel yang ada di dalamnya. Lapisan sel
yang ada di dalamnya itu disebut dengan formative cells.
Tabel 1.1 Tipe Sel Telur berdasarkan Jumlah dan Distribusi Kuning Telur
Jumlah KT Distribusi KT Tipe Sel Telur Tipe Pembelahan Hewan
Oligo Iso Lesital Oligoisolesital Holoblastik equel Mamalia
Lesital
Meso Telo Lesital Mesotelolesital Holoblastik Amfibia
Lesital unequal
Poli Lesital Telo Lesital Politelolesital Meroblastik Unggas
diskoidal
Poli Lesital Sentro Lesital Polisentrolesital Meroblastik Lalat buah
superficial

2.1.3 Gastrulasi
Setelah terbentuk blastula, sel-sel tersebut akan terus membelah dan menata ulang
dirinya hingga terbentuk embrio berlapis tiga disebut gastrula, proses pada
tahapan ini disebut Gastrulasi. Gastrulasi merupakan saat terbentuknya tiga lapis
daun kecambah (grem layr): ektoderm, mesoderm, dan endoderm yang temasuk
pada periode kritis perkembangan.
Gastrulasi merupakan gerakan yang terintegrasi dan suatu proses dinamis yang
dikontrol oleh kekuatan fisikokimia yang terbentuk pada akhir blastula dan awal
gastrula. Selama gastrulasi, terdapat dua macam gerakan sel-sel, yaitu epiboli dan
emboli.
a. Epiboli meliputi pergerakan sepanjang sumbu anterior-posterior dan meluas
ke tepi (divergen). Epiboli mencakup pergerakan bakat-bakat epidermis dan daun
syaraf. Pada suloblastula, pergrakan sel mengarah ke anterior-posterior tetapi pada
diskoblastula selain ke arah anterior-posterior juga ada hubungannya dengan
perpindahan ke tepi dan perluasan daerah epidermis. Jadi proses epiboli erat
hubungannya dengan pengaturan kembali daerah-daerah daun syaraf dan
epidermis.
b. Pergerakan emboli meliputi involusi (gerakan membelok ke dalam),
invaginasi (gerakan menekuk dan melipat suatu lapisan ke arah dalam), evaginasi
(kebalikan dari ivaginasi), devergensi (gerakan memancar), konvergensi (gerakan
menyempit), poliinvaginasi, delaminasi (peluncuran melipat membentuk lapisan
atau gerakan memisahkan diri sekelompok sel dari sekelompok sel asalnya) dan
mencakup pemanjangan, perluasan, penyempitan, blastopor (mulut primitif/
lubang archenteron paling luar). Pergerakan emboli erat hubungannya dengan
pergerakan daerah chorta mesoderm dan endoterm ke arah dalam, kemudian
meluas sepanjang anteroposterior sumbu gastrula.
Gambar 1.6 Gerakan Emboli
2.1.4 Neurulasi
Neurulasi adalah proses penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf,
jaringan ini berasal dari diferensiasi ektoderm sehingga disebut neural
ektoderm. Bentuk dasar embrio dari semua vertebrata terdiri atas lima bumbung
(tube) yang akan berdiferensiasi membentuk struktur organ definitif. Kelima
bumbung tersebut adalah :
1. Neural tube, terbentuk di bagian dorsal notochord.
2. Endoderm tube, terbentuk pada bagian ventral notochord.
3. Dua buah mesoderm tube, satu berlokasi di samping notochord dan satu lagi
berlokasi di endoderm tube.
4. Epidermal tube, yang menyelaputi seluruh tubuh embrio. Proses tubulasi pada
organ utama terjadi secara serempak dan meliputi proses neurogenesis,
notogenesis, dan mesogenesis.
Neurogenesis adalah proses pembentukan otak, spianl chord beserta organ
sensoris lainnya seperti hidung, mata, dan telinga. Organ dasar ini terbentuk dari
diferensiasi neural tube. Neural tube berasal dari lapis benih ektoderm yang
terletak di daerah sepanjang sumbu dorsomedian (mid dorsal axis) ektoderm dari
gastrula. Selama proses neurulasi, bagian lapin benih ini akan menebal dan bagian
yang menebal ini disebut neural plate.
Notogenesis adalah proses perkembangan notochord. Perkembangan ini diawali
oleh perkembangan chordamesoderm yang berada diantara atap bakal alat
pencernaan (gut) dengan ektoderm. Secara progresif, chordamesoderm ini
menyebar ke ventro-lateral. Pada saat ini, daerah dorso-medial dari
chordamesoderm memisahkan diri menuju ke daerah samping. Di bagian samping
ini, bentukan tersebut disempurnakan sehingga terbentuk notochord.
Mesogenesis adalah proses perkembangan meoderm. Perkembangan ini dimulai
dari berlanjutnya perkembangan bagian samping mesoderm yang menyebar ke
sebelah menyebelah sampai bertemu dengan bagian ventral mid line. Pada saat
bersamaan, lapis mesodermal ini terbagi menjadi dua lapis dan diantara lapisan
tersebut terbentuk rongga. Satu lapisan tersebut disebut dengan splanchnic
mesoderm dan lapisan lainnya disebut dengan somatic mesoderm. Rongga yang
terbentuk di antara kedua lapisan ini akan menjadi coelom.

Gambar 1.7 Neurolasi

You might also like