Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTKA
1. Klasifikasi
Benua Afrika, tepatnya dari negara Ethiopia pada abad ke-9. Suku
dan ikan. Tanaman ini mulai diperkenalkan di dunia pada abad ke-17 di
Kigdom : Plantae
Subkigdom : Tracheophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
tunggang sehingga tidak mudah rebah dengan akar lateral tumbuh dan
adalah salah satu golongan tanaman perdu dengan batang yang kokoh
dengan tinggi yang dapat mencapai 2-4 meter (Backer & Bakhuizen van
den Brink, 1968). Batang tanaman kopi mempunyai dua tipe percabangan
antar 1-1,5 cm. Daun kopi memiliki 10-12 pasang urat daun dengan
pangkal daun tumpul dan ujung meruncing (Backer & Bakhuizen van den
Brink, 1968). Tepi daunnya berombak dengan urat daun yang tenggelam.
kurang lebih dua tahun. Bunga tumbuh dari ketiak daun pada cabang
kuntum bunga (Backer & Bakhuizen van den Brink, 1968). Bunga kopi
mahkota yang berwarna putih serta berbau harum, jumlah mahkota 5-7
buah, panjang tabung mahkota antara 15-18 mm dan lebar 2-3,5 mm.
Tangkai putik berukuran kecil panjang, posisi tangkai putik menjulang jauh
Bakhuizen van den Brink, 1968). Benang sari terdiri dari 5-7 helai,
tangkai sari dengan panjang 3-4 mm, (Backer &Bakhuizen van den Brink,
1968).
serbuk sari yang berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang sejenis
kedudukan tangkai putik pada kopi robusta menjulang tinggi dari posisi
benang sari, sehingga kemungkinan benang sari dapat jatuh di tangkai
2009). Waktu yang dibutuhkan dari bunga menjadi buah masak adalah
sekitar 7-9 bulan. Buah kopi merupakan buah bertipe batu dan berbentuk
bulat telur, berukuran kecil dengan diameter 15-18 mm. Buah kopi muda
berwarna hijau dan berwarna merah jika telah masak serta berubah
menjadi hitam ketika kering (Backer & Bakhuizen van den Brink, 1968).
Buah kopi terdiri dari kulit buah dan biji. Kulit buah kopi terdiri dari
tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah
biji kopi terdiri dari dua bagian, yaitu kulit biji (kulit ari) dan endosperma
kopi lainnya. Secara umum, karakteristik yang menonjol yaitu bijinya yang
agak bulat, lengkungan bijinya yang lebih tebal dibandingan kopi arabika
dan garis tengah dari atas ke bawah hampir rata (Panggabean 2011)
Kopi merupakan salah satu komoditi yang sangat penting di dunia
dan menempati urutan kedua setelah crude oil. Tanaman ini biasanya
(tahun 2007). Indonesia memiliki dua jenis kopi yang terkenal yaitu arabika
Perbedaan antara kedua jenis kopi ini terletak pada rasa, daerah
daerah dataran rendah. Kopi robusta dikatakan kopi kelas dua karena
memiliki rasa yang lebih pahit, kandungan kafein yang tinggi dan rasanya
sedikit asam tetapi kopi ini lebih tahan terhadap serangan hama dan
penyakit. Sedangkan, kopi arabika adalah jenis kopi nomor satu dimana
tersebut dimana antara kopi arabika dan robusta memiliki tipe iklim yang
adalah memiliki garis lintang 6-90 LU sampai 240 LS, tinggi tempat
penanaman adalah 1250 sampai 1850 m dpl, curah hujan 1500 sampai
persyaratan iklim untuk kopi robusta adalah memiliki garis lintang 20 oLS
sampai 200 LU, tinggi tempat penanaman 300 sampai 1500 m dpl, curah
hujan 1500 sampai 2500 mm/tahun dan suhu rata-rata adalah 21 – 240C
Pohon kopi mulai berbuah 5 sampai 7 tahun setelah ditanam. Buah kopi
memiliki permukaan yang licin dan kulit buah yang keras. Biasanya buah
muda berwarna hijau tetapi berubah menjadi merah saat masak. Bentuk
(a) (b)
meminum kopi dapat membuat kita tidak mengantuk atau dapat menunda
waktu tidur kita dan yang bertindak pada proses tersebut adalah senyawa
diolah (biji kopi segar), biji kopi dibakar (disangrai) dan biji kopi yang telah
karbohidrat (38 – 42 %), melanoidin (23%), lipid (11 -17 %), protein (10%),
mineral (4,5 – 4,7 %), asam klorogenik atau CGA (2,7-3,1 %), asam
alifatik (2,5 – 2,5 %) dan kafein (1,3 – 2,4 %). Ketika biji kopi telah diolah
nikotinat, trigonelin, asam taneat dan lainnya (Esquivel, P & Jimenez V.M.
2011) .
1. Golongan fenol dan asam tidak mudah menguap yaitu asam kofeat,
vanilin aldehid.
merkaptopiruvat.
dan volerat.
Gambar 2. Bagian-bagian dari buah kopi (Sumber : Esquivel, P & Victor
M. Jimenez. . 2011)
mucilage mengandung air (84,2%), protein (8,9%), gula (4,1 %) dan abu
(0,7%).
B. Kulit
dan Wiana, 2008). Kulit merupakan organ yang pertama kali terkena
polusi oleh zat-zat yang terdapat di lingkungan hidup kita, termasuk
jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di lingkungan kita. Kulit
1. Anatomi Kulit
epidermis atau kutikel lapis dermis (korium, kutis vera, true skin), dan
a. Epidermis
epitel yang mempunyai lapisan tertentu. Lapisan ini terdiri dari 5 lapisan
b. Dermis
masing mempunyai arti fungsional untuk kulit itu sendiri. Lapisan ini jauh
lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis dan fibrosa
padat dengan elemen seluler, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit.
c. Subkutis
ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel
satu dengan yang lainnya oleh trabekulua dan fibrosa. Lapisan sel
darah, dan saluran getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama,
kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga berfungsi
sebagai bantalan.
Gambar 3. Struktur Penampang Kulit (Sumber: Syarif, 2011)
2. Fisiologi Kulit
a. Fungsi Proteksi
pengaruh luar. Lapisan paling luar dari kulit diselubungi dengan lapisan
tipis lemak yang menjadikan kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan
luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk serta menghalau
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda
padat. Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin mudah diserap
kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorpsi kulit
dapat melalui celah antarsel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut
c. Fungsi ekskresi
berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam
urat, ammonia, dan sedikit lemak. Sebum yang diproduksi kelenjar palit
dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badan Krause. Badan taktil
(Kusantati, Prihatin, dan Wiana, 2008). Kulit melakukan peran ini dengan
epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal.
g. Fungsi keratinisasi
sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya
masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan viamin D dari luar makanan
proses difusi melalui dua mekanisme, yaitu (Lund, 1994; Walters, 1993;
Mahanani, 2009) :
a. Absorbsi transepidermal
stratum korneum yang terjadi melalui dua jalur, yaitu jalur transelular yang
berarti jalur melalui protein di dalam sel dan melewati daerah yang kaya
akan lipid, dan jalur paraselular yang berarti jalur melalui ruang antar sel.
partisi obat dalam pembawa dan stratum korneum. Kedua, difusi melalui
epidermis dan dermis dibantu oleh aliran pembuluh darah dalam lapisan
dermis.
b. Absorbsi transappendageal
lebih kecil.
yang lipofil.
c. Konsentrasi obat.
pembawa.
i. Ketebalan kulit. Absorpsi perkutan lebih besar jika obat digunakan pada
obat.
C. Sediaan Gel
1. Definisi Gel
Gel merupakan sistem yang terdiri dari suspensi yang terbuat dari
diaplikasikan pada kulit. Sediaan gel hidrofilik memiliki sifat daya sebar
yang baik pada permukaan kulit. Keuntungan dari gel adalah pelepasan
obat dari sediaan dinilai baik, zat aktif dilepaskan dalam waktu yang
singkat dan nyaris semua zat aktif dilepaskan dari pembawanya (Voight,
1994).
a. Homogen
Bahan obat dan dasar gel harus mudah larut atau terdispersi dalam
Bila ditinjau dari sifat fisika dan kimia bahan dasar yang digunakan
harus cocok dengan bahan obat sehingga dapat memberikan efek terapi
yang diinginkan.
Sediaan akan mudah dioleskan pada kulit tanpa penekanan yang berarti
d. Stabil
Gel harus stabil dari pengaruh lembab dan suhu selama
pada kulit karena adanya pelarut yang menguap. Selain itu, hidrogel akan
meninggalkan lapisan film tipis transparan elastis dengan daya lekat yang
tinggi, tidak menyumbat pori kulit, tidak menghambat fungsi fisiologi kulit
serta mudah dicuci air (Voight, 1994). Komposisi utama dalam sediaan gel
adalah air (85-95%) dan gelling agent. Konsistensi gel berasal dari gelling
dimensi.
air akan terjebak dalam struktur molekul kompleks tersebut dan akan
1996).
Parameter kritis dalam proses pembentukan gel adalah
daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel
a. Gelling agent
Faktor penting yang ada dalam sistem gel adalah gelling agent.
Fungsi utama dari gelling agent untuk menjaga konsistensi cairan dan
struktur gel. Peningkatan jumlah gelling agent dalam suatu formula gel
dalam formula adalah gum alami, gum sintesis, resin, selulosa, dan
hidrokoloidal lain seperti karbopol. Setiap jenis gelling agent memiliki efek
karakteristik sediaan gel seperti kekuatan dan elastisitas (Zats dan Kushla,
akan menghasilkan sediaan gel yang sulit diaplikasikan pada kulit karena
viskositas gel yang dihasilkan akan terlalu tinggi sehingga akan sulit
menyebar secara merata pada saat diaplikasikan (Zats dan Kushla, 1996).
pelarut yang sesuai. Jaringan koloid ini akan menjebak zat aktif dan
Kushla, 1996).
b. Humektan
kulit tidak mengalami hidrasi. Sediaan dengan kandungan air yang tinggi
menjadi kering. Penggunaan gel dalam jangka waktu yang lama dapat
digunakan pada sediaan gel adalah gliserin dan propilen glikol (Mukul dkk,
2011).
c. Pengawet
d. Fragrance
enak yang ditimbulkan oleh zat aktif atau obat (Ansel, 2002). Fragrance
dapat disesuaikan dengan rasa dan warna sediaan dapat berupa bau
B. Monografi Bahan
1. Etanol
46,07; kemurnian etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b dan
tidak lebih dari 93,8 % b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9 % v/v dan
tidak lebih dari 96,0 % v/v C2H5OH, pada suhu 15,56°; Cairan mudah
2. Karbopol
fleksibel dan struktur random coil. Polimer ini akan mengembang sampai
1000 kali dari volume asal dan diameternya ikut mengembang sampai 10
kali dalam bentuk gel ketika dilarutkan dalam air dengan pH di atas pKa 6
bebas. Namun, rantai karbopol akan tetap terikat satu sama lain
tumbuhnya jamur dan kapang karena terdapat media air sebagai media
2009).
3. Propolen Glikol
dingin propilen glikol akan stabil, namun jika dipanaskan pada suhu yang
4. Trietanolamin
dan sedikit berbau amoniak dengan pH sebesar 10,5. TEA yang bersifat
karbopol di dalam air akan ada dalam bentuk tak terion pada pH sekitar 3.
Pada pH ini, polimer akan sangat fleksibel dan strukturnya random coil.
garam yang larut. Hasilnya adalah ion yang tolak menolak dari gugus
sediaan secara topikal. TEA memiliki titik leleh 20-210C (Rowe dkk, 2009).
C. Uji Fisik Sediaan Gel
1. pH
2. Homogenitas
3. Viskositas
peningkatan viskositas. Hal ini berlaku untuk senyawa yang termasuk tipe
berat molekul besar serta struktur panjang akan saling terpilin dan
4. Daya sebar
di tempat aplikasi. Hal ini berhubungan dengan sudut kontak dari sediaan
5. Daya Lekat
Semakin lama daya lekat suatu sediaan pada tempat aplikasi maka efek
6. Konsistensi
kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Perubahan fisik yang diamati adalah
2009).
D. Ekstraksi
hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-
atau hampir semua dari pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur
Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
.1. Maserasi
simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan,
ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah
digunakan untuk mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan
Menurut Voight (1995), maserasi akan lebih efektif jika dilakukan proses
2. Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui
membentuk saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari. Kedua hal ini
secara kualitatif pada perkolat terakhir. Untuk obat yang belum diketahui
fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah
tidak berwarna. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara
maserasi karena:
simplisia , maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke
baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari
yang hampir jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang
jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan. Cara ini cocok bila digunakan
ditetapkan:
3. Sokletasi
dengan kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus direfluks. Alat
pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat ini
kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok.
rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut
2011).
senyawa dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang
non polar.
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
a. Tidak cocok untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil terhadap panas
dihentikan adalah :
pada kaca arloji dan biarkan menguap. Bila tidak ada lagi bercak
pereaksi.
4. Refluks
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
yang menguap.
tekstur kasar.
pemanasan langsung.
E. Etosom
dengan liposom.
Etosom merupakan sistem penghantar berbentuk veeikel yang
terdiri atas fosfolipid dan alkohol konsentrasi tinggi di dalam media berair.
dasar giiserol. Terdiri atas gugus fosfat yang hidrofilik dan atau dua
bersifat hidrofilik. Ketika terjadi integrasi antara lipid di kulid dengan lipid
Lalu diikuti oleh efek etosom berupa penetrasi antar lipid dan permeasi
dengan cara membuka jalur baru akibat ketenturan dan fusi etosom
Fosfolipid, obat, dan bahan lipid lainnya dilarutkan dalam etanoi di wadah
tertutup pada suhu kamar menggunakan mixer. Propilen glikol atau poliol
dalam bak air. Air hangat 30°C ditambahkan ke dalam campuran dan
hidrofilik vesikel, yaitu fase air yang terdapat pada bagian inti dari vesikel.
(Ashis, 2010)
b. Metode Panas
ditambahkan fase air. Obat dilarutkan dalam air atau etanoi tergantung
sirkulasi ststematik. Kelarutan dan kestabilan bahan aktif terjaga labih baik
melintasi kulit baik dalam kondisi teroklusi maupun tidak teroklusi. Semua
al, 2011)