You are on page 1of 13

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI-FRAKSI MODEL DARI

PRODUK REAKSI MAILLARD

Dedin F.Rosida1), Wijaya CH2), Apriyantono A2) and Zakaria FR2)


1).
Program Studi Teknologii Pangan, UPN “Veteran” jawa-Timur
2). Departemen Ilmu and Teknologi Pangan, IPB-Bogor

ABSTRACT

The oxidative browning is considered to have a contribute to the flavor, antioxidative


activity and color of food. As a result of this Maillard reaction, a variety of by products,
intermediates and brown pigmens (melanoidins) are produced. The objectives of this research
was to study the effect of heating and sugar addition of Model to antioxidant activity.
The research is model system of Maillard reaction products were too made from sugar
and amino acids and adjusted to the soysauce preparation. The model contents of glucose –
glycine - cysteine; glucose – glycine – cysteine - phenylalanine; glucose – glycine – cysteine –
phenylalanine – isoleucine - tyrosine. The model were fractionated into molecular weight of 10
kDa – 100 kDa by ultrafiltration. The fractions were characterized by spectra profile of
ultraviolet-visible. The antioxidant of fractions activity was evaluated by rancimat, DPPH(1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl), TBA value, ferric thio cyanate and hemolysis of erythrocyte
methods.
The fractions of model can retard oxidation of oil and had DPPH radical of scavenging
activity especially both Fractions molecular weight >100 kDa (F1) and 30-100 kDa (F2), and
equal with the BHT antioxidant. Antioxidant activity of glucose-glycine-cysteine model by
rancimat and thio cyanate method showed the longest induction period for 15 hours and 72%
antioxidant activity, whereas the radical DPPH scavenger activity for all model showed most
equaly (60%). The fractions with molecular weight about 30-100 kDa (F2) resulted the highest
antioxidant activity. The fractions of model had antioxidant activity in food and biology system.

Key Words : Maillard Reactions, Model, fractinationated, antioxidative activity

Pendahuluan ARP dan degradasi strecker, dan tahap akhir


Reaksi Maillard merupakan reaksi dimana terjadi perubahan senyawa karbonil
antara gugus karbonil terutama dari gula (furfural, produk fisi, dehidroredukton atau
pereduksi dengan gugus amino terutama dari aldehid hasil degradasi strecker) menjadi
asam amino, peptida dan protein (Whistler senyawa yang mempunyai berat molekul
& Daniel 1985). Reaksi awal antara gugus tinggi. Produk degradasi ARP selama
aldehid atau keton dari molekul gula dan pemanasan adalah hidroksimetil furfural
gugus amino bebas dari molekul asam (HMF) yang terbentuk melalui jalur 3
amino atau protein, oleh karena itu sering deoksiglukoson yang merupakan prekursor
disebut dengan istilah reaksi gula-amino dalam pembentukan melanoidin (Yokotsuka
(Miller 1998). 1986).
Reaksi Maillard dapat dibagi dalam Tahap akhir dari reaksi Maillard ini
tiga tahapan yaitu tahap awal dimana menghasilkan pigmen-pigmen melanoidin
terbentuk glikosilamin dan Amadori yang berwarna coklat. HMF atau furfural,
Rearrangement Product (ARP), tahap dehidro-redukton maupun produk-produk
intermediet dimana terjadi dekomposisi fisi yang dihasilkan pada tahap intermediet
dapat membentuk aldol dan polimer tanpa sebanyak 0.778 g (4.32 mmol) dan asam
N. Aldol kemudian terkondensasi dan amino glisin sebanyak 1.34 mg (0.01
dengan adanya senyawa amino akan mmol), sistein 2.9 mg (0.02 mmol),
membentuk melanoidin. Begitu juga dengan phenilalanin 1.4 mg (0.009 mmol), isoleusin
HMF atau furfural, dehdro-redukton, aldehid 2.29 mg (0.017 mmol ) dan tirosin 1.9 mg
serta produk-produk fisi dapat secara (0.01 mmol). Setiap model asam amino dan
langsung bereaksi dengan senyawa amino glukosa dilarutkan dalam buffer fosfat 0.1 M
menghasilkan melanoidin (Bailey & Won pH 5.5 Kemudian dilakukan pemanasan
Um 1992). Selain melanoidin, reaksi dengan hot plate dengan sistem refluks
Maillard juga menghasilkan flavor pada selama 65 menit. Sistem model yang dibuat
berbagai produk pangan. meliputi:
Salah satu antioksidan yang dihasilkan a. glukosa – glisin - sistein (glu-gli-sis)
dari proses pengolahan dapat dihasilkan dari b. glukosa – glisin – sistein – phenilalanin
reaksi Maillard. Penggunaan produk reaksi (glu-gli-sis-phe)
Maillard (Maillard reaction product/MRP) c. glukosa – glisin – sistein – phenilalanin –
dapat mencegah oksidasi lipid (Bailey & isoleusin – tirosin (glu-5.AA)
Won Um 1992). Reaksi Maillard adalah Pada model setelah pemanasan langsung
reaksi yang terjadi antara gugus amino dari didinginkan dengan segera disimpan dalam
suatu asam amino bebas, residu rantai lemari pendingin. Setelah dingin dilakukan
peptida atau protein dengan gugus karbonil fraksinasi dengan ultrafiltrasi dengan
dari suatu karbohidrat apabila keduanya menggunakan membran 100 kDa, 30 kDa
dipanaskan atau tersimpan dalam waktu dan 10 kDa. Hasil ultrafiltrasi ini didapatkan
yang relatif lama. Gugus -amino residu 4 fraksi, yaitu:
lisin yang terikat pada peptida dan protein Fraksi 1 (F1) : BM > 100 kDa
berperan penting dalam reaksi disebabkan Fraksi 2 (F2) : BM 30 – 100 kDa
kereaktifannya yang relatif tinggi. Selain itu Fraksi 3 (F3) : BM 10 – 30 kDa
gugus -amino terminal juga berperan Fraksi 4 (F4) : BM < 10 kDa
dalam reaksi Maillard (Yokotsuka 1986). Kemudian setiap fraksi dilakukan
pengamatan terhadap serapan uv-vis dan
Metodologi kemampuannya sebagai antioksidan dengan
Sistem model dibuat dengan menggunakan metode rancimat, DPPH (1,1-diphenyl-2-
asam amino dan satu jenis gula pereduksi. picrylhydrazyl) (Cheung et al 2003) dan
Model ini dibuat untuk mengetahui linoleat-tiosianat (Tressl & Wondrak, 1998).
kemampuan aktivitas antioksidan dari model . Alur penelitian model dapat dilihat pada
dan membuktikan bahwa senyawa produk Gambar 1.
reaksi Maillard dapat berperan sebagai
antioksidan. Glukosa yang dipergunakan
Glukosa-glisin-sistein Glukosa-Glisin-Sistein-Phenilalanin

Glukosa-Glisin-Sistein-Phenilalanin-
Isoleusin-Tirosin

Dilarutkan dalam buffer fosfat 0.1 M pH 5.5

Pemanasan selama 65 menit pada suhu 100 oC

Pendinginan

model:
Glu – 5.AA

model: Glu-gli-sis model: Glu-Gli-Sis-Phe

Fraksinasi dengan stirred cell ultrafiltration

Fraksi : - BM > 100 kDa (F1)


- 30 kDa < BM < 100 kDa (F2)
- 10 kDa < BM < 30 kDa (F3)
- BM < 10 kDa (F4)

- Pengamatan serapan UV-Vis


- Pengujian aktivitas antioksidan dengan:Rancimat, DPPH, tiosianat

Gambar 1. Skema proses pembuatan model dan uji aktivitas antioksidan


Hasil dan Pembahasan aktivitas antioksidan fraksi-fraksi sebesar
A. Aktivitas antioksidan dalam sistem 31% - 64% dengan aktivitas tertinggi pada
model glu-gli-sis F2 (Gambar 3). Secara statistik (p= 0.05), F2
Aktivitas antioksidan sistem model memperlihatkan perbedaan yang bermakna
glu-gli-sis diamati dengan menggunakan dengan F1, F3 dan F4.
metode rancimat, DPPH dan linoleat- Reduksi dengan tiosianat didapatkan
tiosianat. Analisis antioksidan menggunakan F1 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi
rancimat didapatkan bahwa semua fraksi dengan menghambat oksidasi asam linoleat
memiliki aktivitas antioksidan dengan F2 pada hari pertama sebesar 72%, sedangkan
dan F3 memiliki aktivitas antioksidan fraksi yang lain sebesar 60% (Gambar 4).
tertinggi dengan periode induksi 15 jam Fraksi F2, F3 dan F4 secara statistik tidak
dengan kisaran indek protektif 1.31 - 1.41 memperlihatkan pebedaan yang signifikan.
(Gambar 2), sedangkan dengan DPPH,

18
15.08 15.28
16 14.41 14.11
periode induksi(jam)

14
12 10.85
10
8
6 b
ab
ab b a
4
2
0
F1 F2 F3 F4 kontrol
jenis fraksi

Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul >100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-
100 kDa;
F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul <10
kDa

Gambar 2. Aktivitas antioksidan sistem model glu-gli-sis dengan rancimat

Pada penelitian ini spektrum uv-vis mengalami perubahan (putih-bening). Hal


dari sistem model glu-gli-sis tiap fraksi ini diduga disebabkan konsentrasi asam
terlihat pada Gambar 5. Serapan maksimum amino yang dipergunakan kecil dan proses
tidak cukup tajam ditunjukkan oleh tiap pemanasan yang tidak terlalu lama. Hasil
fraksi. Semua fraksi menunjukkan ada peak penelitian dari Terasawa et al (1991)
kecil pada daerah 270 nm. Serapan yang didapatkan bahwa melanoidin ada pada
tidak tajam ini juga diindikasikan dengan panjang gelombang 270 nm.
warna dari model yang tidak banyak
70 64.176

60
aktivitas antioksidan (%)
50
38.082
40 35.532
31.971
30

20 b

10 a a
a
0
F1 F2 F3 F4
jenis fraksi

Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul >100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-
100 kDa;
F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul <10
kDa

Gambar 3. Aktivitas antioksidan sistem model glu-gli-sis dengan DPPH

80

70
aktivitas antioksidan(%)

60
50

40

30

20
10

0
0 1 2 3 4 5 6
-10
lama oksidasi(hari)

Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul >100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-
100 kDa;
F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul <10
kDa

Gambar 4. Aktivitas antioksidan sistem model glu-gli-sis dengan metode


linoleat-tiosianat pada F1(− −), F2 (−□−), F3 (−Δ−), F4 (−х−)

Penelitian pendahuluan dari model aktivitas antioksidannya sebesar 20.98%.


didapatkan bahwa pada sistem model Hasil ini menunjukkan bahwa model glu-gli-
glukosa-glisin dengan rancimat mempunyai sis mempunyai aktivitas antioksidan lebih
periode induksi selama 12.86 jam. besar dibandingkan dengan model glukosa-
Sedangkan dengan DPPH didapatkan glisin.
1,4

1,2

1
absorbansi

0,8

0,6

0,4

0,2

0
200 250 300 350 400 450 500
panjang gelombang (nm)

Keterangan: F1: fraksi BM>100 kDa; F2: fraksi BM 30-100 kDa;


F3: fraksi BM 10-30 kDa; F4: fraksi BM < 10 kDa

Gambar 5. Spektrum uv-vis F1(− −), F2 (−□−), F3 (−Δ−), F4 (−х−) pada


sistem model glu-gli-sis

Pembentukan antioksidan volatil yang Pada saat pemanasan, hidrogen sulfida


dapat menghambat degradasi oksidatif dari bereaksi dengan produk reaksi Maillard
minyak kedelai dapat dihasilkan dari membentuk senyawa-senyawa yang
pemanasan glukosa-glisin. Di sisi yang lain, mengandung sulfur. Dalam sistem model
hasil reaksi browning volatil dari glukosa- sistein dengan pentosa dan heksosa
sistein dapat menghambat pembentukan memberikan spektrum yang broad dari
asam heksanoat hampir 100% selama 13 senyawa volatil yang mengandung sulfur.
hari dalam keadaan gelap. Senyawa volatil Mono-, di- dan tri- tiazol merupakan struktur
hasil reaksi browning yang mempunyai yang umum yang dibentuk dari sistein (Ledl
gugus tiol dapat menghambat oksidasi lipid. & Schleicher 1990).
Gugus tiol dalam sistein dapat menangkap
satu elektron pereduksi seperti peroksil atau B. Aktivitas antioksidan dalam sistem
radikal alkoksil dan dapat juga menguraikan model glu-gli-sis-phe
hidroperoksida melalui reduksi dua elektron Aktivitas antioksidan sistem model
(Shaker et al 1995). Untuk itu dalam glu-gli-sis-phe dengan rancimat
penelitian ini model dari glukosa-glisin- menghasilkan F1 dan F3 memiliki aktivitas
sistein memiliki aktivitas antioksidan lebih antioksidan tertinggi, tetapi secara statistik
besar dibandingkan model glukosa-glisin. aktivitas antioksidan fraksi-fraksi tidak
Sistein dalam bahan pangan tidak berbeda nyata. indek protektif aktivitas
dalam keadaan bebas. Asam amino sistein antioksidan fraksi-fraksi berada pada kisaran
sangat berperan dalam pembentukan aroma. 1.16 - 1.34 (Gambar 6),

a a
16 14.55 14.57
14 13.21
12.62
periode induksi(jam)

12 10.85
10
8
6 a a
a

a a
a
4
2
0
F1 F2 F3 F4 kontrol
jenis fraksi

Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul >100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-
100 kDa;
F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul <10
kDa

Gambar 6. Aktivitas antioksidan sistem model glu-gli-sis-phe


dengan rancimat

sedangkan dengan DPPH, F4 memiliki tertinggi terjadi pada hari keempat sebesar
aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 68% 27% dan 35%. Secara statistik (p=0.05),
(Gambar 7). Dengan tiosianat, aktivitas ketiga metode tidak memperlihatkan
terbesar dalam menghambat oksidasi asam perbedaan yang bermakna antar fraksi.
linoleat terdapat pada F2 sebesar 45%, untuk Gambar 8 memperlihatkan bahwa setiap
F1 aktivitas antioksidannya hanya sebesar fraksi mempunyai aktivitas antioksidan.
31%. Pada F3 dan F4 aktivitas antioksidan
80
68.243
aktivitas antioksidan (%)
70
56.737 57.967
60
48.709
50
40
30
20 a a a a

10
0
F1 F2 F3 F4
jenis faksi

Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul >100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-
100 kDa;
F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4:fraksi dengan berat molekul <10
kDa

Gambar 7. Aktivitas antioksidan model glu-gli-sis-phe dengan metode DPPH

Pada penelitian ini spektrum uv-vis Serapan yang tidak tajam ini juga
dari sistem model glu-gli-sis-phe tiap fraksi diindikasikan dengan warna dari model yang
diperlihatkan pada Gambar 9. Serapan tidak banyak mengalami perubahan (putih-
maksimum juga tidak cukup tajam bening).
ditunjukkan tiap fraksi. Semua fraksi
menunjukkan ada peak kecil di daerah 270
nm.

50

40
aktivitas antioksidan(%)

30

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6
-10
lama oksidasi(hari)

Keterangan: F1: fraksi BM>100 kDa; F2: fraksi BM 30-100 kDa;


F3: fraksi BM 10-30 kDa; F4: fraksi BM < 10 kDa

Gambar 8. Aktivitas antioksidan sistem model glu-gli-sis-phe dengan metode


linoleat-tiosianat pada F1(− −), F2 (−□−), F3 (−Δ−), F4 (−х−)
1,2
absorbansi

0,8

0,4

0
200 250 300 350 400 450 500
panjang gelombang (nm)

Keterangan: F1: fraksi BM>100 kDa; F2: fraksi BM 30-100 kDa;


F3: fraksi BM 10-30 kDa; F4: fraksi BM < 10 kDa

Gambar 9. Spektrum uv-vis F1(− −), F2 (−□−), F3 (−Δ−), F4 (−х−)


pada sistem model glu-gli-sis-phe

C. Aktivitas antioksidan dalam sistem bahwa F2 dan F3 memiliki aktivitas


model glu- 5.AA antioksidan tertinggi dengan periode induksi
Pada sistem model glu-5.AA dibuat selama 14 jam dan memperlihatkan
dengan lebih banyak jenis asam amino, yaitu perbedaan yang bermakna dengan kontrol,
asam amino glisin, sistein, phenilalanin, indek protektif pada kisaran 1.21 - 1.33
isoleusin dan tirosin. Hal ini dimaksudkan (Gambar 10 dan Tabel 1), sedangkan dengan
untuk mengamati perbedaan aktivitas DPPH yang tertinggi adalah F2 sebesar 55%
antioksidan dengan sistem model dan aktivitas antioksidannya berbeda cukup
sebelumnya yang menggunakan asam amino bermakna dengan fraksi yang lain (Gambar
lebih sedikit. Hasil analisis aktivitas 11).
antioksidan dengan rancimat menunjukkan
16 14.35 14.43
13.43 13.08
14
periode induksi (jam)

12 10.85

10
8
6 ab
ab b b a
4 a a

2
0
F1 F2 F3 F4 kontrol
jenis fraksi

Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul >100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-
100 kDa;
F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul <10
kDa

Gambar 10. Aktivitas antioksidan sistem model glu-5.AA dengan rancimat

60 55.475
aktivitas antioksidan (%)

50

40
28.263 28.551
30

20 a
c
9.879 a
b b
10

0 a

F1 F2 F3 F4
jenis fraksi
Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul >100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-
100 kDa;
F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul <10
kDa

Gambar 11. Aktivitas antioksidan sistem model glu-5.AA dengan DPPH


Penggunaan metode linoleat-tiosianat antioksidan terkuat dibandingkan fraksi
menghasilkan F2 juga yang memiliki lainnya. Jika diperhatikan serapan uv-vis
aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 41%, sistem model glu-5.AA pada Gambar 13
diikuti oleh F3 sebesar 39%, F1 sebesar 36% menunjukkan bahwa serapan F2 paling besar
dan F4 sebesar 34% (Gambar 12). Jadi pada dibandingkan dengan fraksi lainnya. Hal ini
model glukosa dengan 5 macam asam amino juga memperlihatkan bahwa intensitas
F2 memiliki aktivitas antioksidan terkuat. warna berhubungan dengan besarnya
Dari data analisis antioksidan di atas aktivitas antioksidan .
didapatkan bahwa F2 memiliki aktivitas

45
40
aktivitas antioksidan(%)

35
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
lam a oksidasi(hari)

Keterangan: F1: fraksi BM>100 kDa; F2: fraksi BM 30-100 kDa;


F3: fraksi BM 10-30 kDa; F4: fraksi BM < 10 kDa

Gambar 12..Aktivitas antioksidan sistem model glu-5.AA dengan metode


linoleat-tiosianat pada F1(− −), F2 (−□−), F3 (−Δ−), F4 (−х−)

Dengan mengamati tiga macam sistem pada F2, akan tetapi ketika pada sistem
model di atas didapatkan bahwa ketiga model tersebut ditambahkan gugus aromatik
model mempunyai aktivitas sebagai dari asam amino fenilalanin menghasilkan
antioksidan. Ketiga model tersebut aktivitas antioksidan kurang kuat
menghasilkan produk reaksi Maillard, tidak dibandingkan model sebelumnya. Demikian
ada senyawa lain yang berperan sebagai juga ketika sistem model kedua ditambahkan
antioksidan kecuali hanya gula dan asam asam amino tirosin dan isoleusin yang
amino yang bereaksi untuk menghasilkan mengandung gugus aromatik dan alifatik,
produk reaksi Maillard. Pada sistem model tidak banyak meningkatkan aktivitas
Glu-gli-sis dan Glu-5.AA didapatkan bahwa antioksidannya. Kompleksitas berbagai
F2 memiliki aktivitas antioksidan terkuat. macam asam amino dalam bereaksi dengan
Sistem model glu-gli-sis menghasilkan suatu gula reduksi menghasilkan aktivitas
aktivitas antioksidan cukup kuat terutama antioksidan yang berbeda-beda.
Tabel 1. Indeks protektif aktivitas antioksidan sistem model (dengan rancimat)

Sistem Model glu-gli-sis glu-gli-sis-phe glu-5.AA


F1 1.33 1.34 1.24
F2 1.39 1.22 1.32
F3 1.41 1.34 1.33
F4 1.31 1.16 1.21

Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul >100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-
100 kDa;
F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul <10
kDa

glu: glukosa; gli: glisin; sis: sistein; phe: phenilalanin; 5 jenis asam amino: glisin, sistein,
phenilalanin, isoleusin, tirosin

Potensi antioksidan dari senyawa (dihidroksiaceton) dan untuk asam


produk reaksi Maillard bergantung dari jenis aminonya adalah histidin, lisin, dan
gula reduksi dan asam amino yang triptophan. Model glukosa - histidin
digunakan sebagai reaktan. Menurut mempunyai aktivitas antioksidan yang
Bedinghaus & Ockerman (1995) gula cukup kuat, demikian juga dari model
reduksi yang mempunyai kekuatan xilosa-lisin, xilosa-triptophan, DHA-histidin
antioksidan yang kuat adalah dari pentosa dan DHA-triptophan.
dan triosa, xilosa dan DHA

1,6
absorbansi

1,2

0,8

0,4

0
200 250 300 350 400 450 500
panjang gelombang (nm)

Keterangan: F1: fraksi BM>100 kDa; F2: fraksi BM 30-100 kDa;


F3: fraksi BM 10-30 kDa; F4: fraksi BM < 10 kDa

Gambar 13. Spektrum uv-vis F1(− −), F2 (−□−), F3 (−Δ−), F4 (−х−)


pada sistem model glu-5.AA

Pada penelitian ini spektrum uv-vis ditunjukkan oleh tiap fraksi. Semua fraksi
dari sistem model glu-5.AA tiap fraksi menunjukkan ada peak kecil pada daerah
diperlihatkan pada Gambar 13. Serapan 270 nm. Serapan yang tidak tajam ini juga
maksimum juga tidak cukup tajam diindikasikan dengan warna dari model yang
tidak banyak mengalami perubahan (putih- Bedinghaus AJ dan Ockerman HW . 1995.
bening). Hal ini diduga disebabkan Antioxidative Maillard reaction
konsentrasi asam amino yang dipergunakan products from reducing sugars and
sedikit (0.01-0.02 mmol ) dan waktu free amino acids in cooked ground
pemanasan yang kurang lama (65 menit). pork patties. J. Of food of science (60)
5- 992-995
Kesimpulan Cheung LM, Peter CK Cheung dan Vincent
Aktivitas antioksidan pada model EC Ooi. 2003. Antioxidant activity
didapatkan pada berat molekul yang besar (> and total phenolics of edible
30 kDa) mampu menghambat oksidasi mushroom extracts. Food chemistry
minyak atau asam lemak dan menangkap 81. 249-255
radikal DPPH lebih kuat dibandingkan fraksi Hofmann 1998b. Studies on relationship
yang lain. Fraksi dengan berat molekul < 30 between molecular weght and the
kDa hanya mampu menghambat oksidasi color potency of fractions obtained by
minyak atau asam lemak lebih kuat. Jenis thermal treatment of glucose/amino
asam amino lebih menentukan kekuatan acid and glucose/protein solutions by
akivitas antioksidan daripada jumlah dari using ultrasentrifugation and color
asam amino. Model dari glukosa dan asam dilution techniques. J.Agric.Food
amino mempunyai aktivitas antioksidan dan Chem.46: 3891-3895
aktivitasnya kurang kuat jika dibandingkan Ledl F dan Schleicher E. 1990. New aspects
aktivitas antioksidan pada moromi dan of the Maillard reaction in foods and
kecap manis. Indek protektif model hanya in human body. Angewandte Chemie.
pada kisaran 1.21-1.41 sedangkan pada International edition in English.
kecap manis mencapai 1.31-2.34. Asam Vol.29 (6):565-706
amino sistein dalam model produk reaksi Miller DD. 1998. Food Chemistry. A
Maillard memberikan aktivitas antioksidan Laboratory manual. New York: J
lebih kuat dibandingkan dengan asam amino Wiley & Sons Inc.
yang lain dalam model yang dibuat. Shaker ES, Ghazy MA dan Shibamoto T.
1995. Antioxidative activity of volatile
Reference browning reaction products and
Alaiz M., Zamora R, Hidalgo F J. 1995 related compounds in a
Antioxidative activity of (E)-2- hexanal/hexanoic acid system.
octenal/amino acids reaction products. J.Agric.Food Chem. (43): 1017-1022
J. Agric. Food Chem. 43: 795-800 Terasawa N, Murata M, Homma S . 1991.
Antony SM, Han LY, Rieck JR dan Dawson Separation of model melanoidin into
PL. 2000. Antioxidative effect of components with copper chelating
Maillard reaction products formed sepharose 6B column chromatography
from honey at different reaction times. and comparison of chelating activity.
J. Agric. Food Chem. 48: 3985-3989 J.Agric.Biol.Chem.55(6): 1507-1514
Apriyantono A, Marianti S, Bailey RG, Tressl R dan Wondrak GT. 1998. New
Royle L, Ames JM. 1997. Separation melanoidin-like Maillard polymers
of coloured of kecap manis (a typical from 2-deoxypentoses.
Indonesian soy sauce) using HPLC J.Agric.Food.Chem. 46. p.104-110
and capillary electrophoresis. in Whistler R, Daniel JR. 1985. Carbohydrate.
prosiding 6th Maillard Symposium, Di dalam: Fennema OR (eds). Food
London 27-30 July 1997 Chemistry. New York : Marcel
Bailey ME, Won Um K. 1992. Maillard Dekker. Inc
reaction and lipid oxidation. Di
dalam: Angelo AJS. Lipid Oxidation
in Food. ACS symposium series.
.New York: August 25-30

You might also like