Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir ini angka kejadian beberapa penyakit non infeksi
makin menonjol, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perbaikan tingkat
sosial ekonomi telah membawa perubahan pola penyakit. Penyakit infeksi dan defisiensi
gizi makin lama makin sedikit, sedangkan berbagai penyakit non-infeksi, termasuk
ditandai dengan makin meningkatnya konsultasi serta rujukan oleh puskesmas, dokter
umum,dokter spesialis anak, dan dokter spesialis lain ke konsultan jantung. Penyakit
hampir 30% dari seluruhkelainan bawaan. PDA adalah cacat jantung kongenital kelima
yang paling sering ditemukanatau 8-10% dari seluruh kasus cacat jantung kongenital. Di
Perbandingan anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1, dan kasus cenderung
meningkat pada saudara pasien. Sekitar 75% kasus terjadi pada bayi yang lahir dengan
berat badan < 1200 gram dan sering dengan penyakit jantung kongenital lain. Para
petugas medis merupakan ujung tombak dalam deteksi dini bayidengan penyakit jantung
bawaan, oleh karena itu kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung
bawaan perlu terus ditingkatkan, mengingat insidensi penyakit ini cukup tinggi yaitu
diketahui.Berbagai jenis obat, penyakit ibu, pajanan terhadap sinar x telah diduga sebagai
penyebab eksogen penyakit jantung bawaan. Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal
kehamilannya dapat menyebabkan penyakit jantung bawaan pada bayinya, salah satunya
Patent Ductus Arteriosus. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab tersebut
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu kedelapan
jantung bawaan non-sianotik dan sianotik. Jumlah pasien penyakit jantung bawaan non
-sianotik jauh lebih besar dari pada sianotik, yakni berkisar antara 3 sampai 4 kali.
Penyakit jantung bawaan non-sianotik salah satunya adalah Patent Ductus Arteriosus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jantung yang sangat kompleks dan saling berkaitan. Selama kehamilan bulan
pertama, jantung hanya berupa sebuah tabung lurus.Tabung jantung primitif ini
primitif, dan bulbus kordis) dan arteri utama tunggal (trunkus arteriosus) 3
Selama kehamilan bulan kedua, susunan tabung jantung sederhana ini berubah
menjadi jantung dengan dua sistem pompa sejajar, dimana tiap sistem memiliki
dua ruangan dan satu arteri besar. Perkembangan bertahap dicapai melalui
dimana sinoatrium menjadi atrium kanan dan kiri, trunkus menjadi aorta dan arteri
pulmonalis serta ventrikel kiri dan kanan yang terbentuk dari ventrikel primitif
dan bulbus kordis. Ventrikel kiri dan kanan terletak bersisian akibat dari
berangkaian.3
Setelah dua atrium terbentuk, kanal atrioventrikular (AV) dibagi oleh bantalan
perpindahan kanal AV ke arah kanan dan perpindahan sekat ventrikel ke arah kiri
ventrikel kanan menghasilkan ventrikel kiri dengan jalan masuk ganda. Kegagalan
arteriosus persisten. 3
Gambar 2.2. Proses Looping
Sirkulasi Janin
pirau intra dan ekstrakardiak. Pada bayi, sirkulasi paru dan sistemik
mengalir dari plasenta melalui vena umbilikalis. Separuh jumlah darah ini
venosus ke vena kava inferior, yang juga menerima darah dari hati
Sebagian besar darah dari vena kava inferior mengalir ke dalam atrium
mendapat darah dengan tekanan oksigen yang cukup. Sebagian kecil darah
dari vena kava inferior memasuki ventrikel kanan melalui katup trikuspid.
Darah yang kembali dari leher dan kepala janin (pO2 10 mmHg)
arteri pulmonalis. Pada janin hanya 15% darah dari ventrikel kanan yang
4% ke sirkulasi koroner
8% menuju paru
Perubahan yang sangat penting dalam sirkulasi setelah bayi lahir terjadi
karena putusnya hubungan plasenta dari sirkulasi sistemik dan paru yang mulai
darah paru yang meningkat seperti pada defek septum ventrikel ataupun
4. Foramen ovale menutup saat bayi lahir tetapi tidak semua bayi
terdapatnya pirau dari atrium kanan ke atrium kiri melalui foramen ovale
karena tekanan pada atrium kanan masih sedikit lebih tinggi dibandingkan
atrium kiri
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sirkulasi pada janin dan pada bayi
efektif. Arah pirau adalah dari kanan ke kiri, yakni dari atrium kanan ke
kiri melalui foramen ovale, dan dari arteri pulmonalis menuju ke aorta
melalui duktus arteriosus. Pada sirkulasi pascalahir pirau intra dan
Pada janin ventrikel kiri dan kanan bekerja serentak, sedang pada keadaan
kanan.
yang lebih tinggi, yakni tahanan sistemik, sedang ventrikel kiri melawan
kanan akan melawan tahanan paru, yang lebih rendah dari pada tahanan
Pada janin darah yang dipompa oleh ventrikel kanan sebagian besar
menuju ke aorta melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian kecil yang
seluruhnya ke paru.
Pada janin paru memperoleh oksigen dari darah yang mengambilnya dari
Pada janin plasenta merupakan tempat yang utama untuk pertukaran gas,
Perubahan paling penting dalam sirkulasi setelah bayi lahir terjadi karena
meningkat,
Ductus Arteriosus
pulmonalis kiri langsung dengan aorta desendens. Pada janin, duktus arteriosus
dapat tetap terbuka karena produksi dari prostaglandin E2 (PGE2). Pada bayi baru
menurun sehingga duktus arteriosus tertutup dan berubah menjadi jaringan parut
pirau ini berlangsung relatif singkat. Penutupan permanen terjadi pada usia 2-3
minggu. Bila terjadi hipoksia (akibat penyakit paru, asfiksia dan lain-lain) maka
tekanan arteri pulmonalis meningkat dan terjadi aliran pirau berbalik dari arteri
Aksi ini tergantung dari kadar oksigen yang tinggi dalam darah arteri
banyak ditemukan pada keadaan dengan PaO2 yang rendah, termasuk bayi
dataran tinggi.
duktus yang imatur, khususnya pada usia kurang dari 1 minggu, dan tidak
Pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung sianotik yang bergantung
Bila oksigenisasi darah arteri pasca lahir tidak memadai, maka penutupan
duktus arteriosus tertunda atau tidak tejadi. Angka kejadian PDA pada anak yang
lahir di dataran tinggi, lebih besar daripada di dataran rendah. Pada beberapa jenis
kelainan jantung bawaan, bayi hanya dapat hidup apabila duktus arteriosus tetap
terbuka. Termasuk di dalam golongan lesi yang bergantung pada duktus ini (duct
dependent lesions) adalah atresia pulmonal, stenosis pulmonal berat, atresia aorta,
koartaksio aorta berat atau interrupted aortic arch, dan sebagian pasien transposisi
arteri besar.4
Patent Ductus Arteriousus adalah penyakit jantung bawaan yang asianotik dimana
tetap terbukanya duktus arterious setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah
secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi ) ke dalam arteri pulmoner (tekanan
lebih rendah) 1
pulmonal kiri. Bila arkus aorta di kanan, maka duktus terdapat di sebelah kiri,
jarang duktus terletak di kanan bermuara ke arteri pulmonalis kanan. Pada bayi
baru lahir, setelah beberapa kali pernapasan pertama, resistensi vaskular paru
menurun dengan tajam. Dengan ini maka duktus akan berfungsi sebaliknya, bila
mengalirkan darah dari aorta ke arteri pulmonalis. Dalam keadaan normal duktus
mulai menutup, dan dalam beberapa jam secara fungsional sudah tidak terdapat
lagi arus darah dari aorta ke arteri pulmonalis. Apabila duktus tetap terbuka, maka
vaskular paru terus menurun maka pirau dari aorta ke arah arteri pulmonalis
makin meningkat. Pada auskultasi pirau yang bermakna akan memberikan bising
sistolik setelah bayi berusia beberapa hari, sedang bising kontinu yang khas
(Sumber: Silalahi C, Wahab AS. Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik.)
Ketika seorang bayi aterm menderita PDA, dinding dari duktus arteriosus kekurangan
PDA pada bayi prematur, seringnya mempunyai struktur duktus yang normal. Tetap
Bayi yang lahir prematur, makin muda usia kehamilan, makin besar pula presentase
PDA oleh karena duktus dipertahankan tetap terbuka oleh prostaglandin yang kadarnya
masih tinggi, karena memang belum waktunya bayi lahir. Karena itu PDA pada bayi
Pada bayi prematur dengan penyakit membran hialin (sindrom gawat napas akibat
kekurangan surfaktan, yakni zat yang mempertahankan agar paru tidak kolaps), PDA
sering bermanifestasi setelah sindrom gawat napasnya membaik. Bayi yang semula
sesaknya sudah berkurang menjadi sesak kembali disertai takhipnoe dan takikardi.
Tekanan Arteri
Tingkat Hipertrofi Ventrikel dan Atrium Kiri Saturasi Oksigen
Pulmonal
cukup bulan, 8 per 1000 kelahiran hidup pada bayi prematur dan merupakan 9-12% dari
seluruh penyakit jantung bawaan.Duktus arteriosus persisten sering dijumpai pada bayi
prematur, insidensnya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi. Pada bayi berat
badan kurang dari 1500 gram dan mengalami distress pernafasan kira-kira 40%
mengalami duktus yang tetap terbuka. Pada bayi dengan berat badan kurang dari 1000
gram insidensinya mencapai 80%. Insidensi DAP tampaknya berhubungan terbalik
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
melalui duktus arteriosus, yaitu dari aorta ke arteri pulmonal. Luasnya pirau tersebut
tergantung dari ukuran PDA dan rasio dari resistensi pembuluh darah paru-paru dan
sistemik. Pada kasus yang ekstrim, 70% darah yang dipompa ventrikel kiri akan mengalir
melalui PDA kesirkulasi pulmonal. Jika ukuran PDA kecil, tekanan antara arteri
pulmonal, ventrikel kanan, dan atriumkanan normal. Jika PDA besar, tekanan arteri
pulmonal dapat meningkat baik pada waktu sistol dan diastol. Pasien dengan PDA yang
besar mempunyai resiko tinggi terjadinya berbagai komplikasi. Tekanan nadi yang tinggi
volume LV, PAP, ukuran PA, dan perubahan jantung kanan 10,11,12
CMR / CT ditunjukkan ketika kuantifikasi tambahan LVvolume atau evaluasi
untuk menghentikan shunt dari kiri ke kanan. Pada penderita dengan duktus yang
sedang dan besar untuk menangani gagal jantung kongestif dan mencegah terjadinya
penyakit vaskular pulmonal. Penatalaksanaan ini di bagi atas terapi medikamentosa dan
terjadinya kontriksi otot duktus sehingga duktus menutup. Jenis obat yang sering
di berikan adalah: 12
Indometasin
Merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang terbukti efektif mempercepat
bulan dan menurun seiiring menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya terbatas
yang keluar. Jika urine yang keluar sedikit dosis dapat dikurangi dan waktu
(bilirubin > 12 mg), gangguan ginjal, perdarahan, syok dan EKG menunjukkan
cukup bulan dengan PDA dan tidak dianjurkan. Beban volume pada bayi
2. Tindakan Bedah
Pada bayi aterm atau pada anak lebih tua diperlukan tindakan bedah untuk
mengikat atau memotong duktus. Untuk menutup duktus juga dokter dapat
technically suitable
R shunt(QP:QS>1,5) or
treatment demonstrate
pulmonary vascular
reactivity
small, no murmur)
avoided in PDA
desatutration
( Sumber : Fisher RG, Moodie DS, Sterba R, Gill CC. Patent ductus arteriosu in adults—
long-ssterm follow-up: nonsurgical versus surgical treatment. 1986)
Sumber : ( Fisher RG, Moodie DS, Sterba R, Gill CC. Patent ductus arteriosus in adults—
long-ssterm follow-up: nonsurgical versus surgical treatment. 1986 )
PDA adalah sebuah kondisi dimana duktus arteriosus yang seharusnya menutup
dalam rentang waktu normal, tetap dalam keadaan terbuka hingga otomatis mengganggu
fungsi normal jantung. Kelainan Jantung Bawaan PDA umumnya ditemui pada bayi-bayi
yang lahir prematur, juga pada bayi normal dengan perbandingan 1 kasus dari 2500 -
Gejala dan tanda-tanda yang muncul pada pasien dengan PDA tergantung dari
seberapa besar bukaan yang terjadi pada PDA. Semakin besar bukaan yang terjadi
Ada beberapa metode pengobatan yang biasanya diterapkan tim medis untuk
mengatasi gangguan fungsi jantung pada PDA, dan sangat bergantung dari ukuran
bukaan pada duktus dan yang utama usia pasien. Pemberian obat-obatan secara oral bisa
dilakukan untuk membuat duktus mengkerut dengan sendirinya. Apabila berhasil maka
bisa proses pembedahanpun bisa dihindari. Tetapi bila tidak berhasil dengan pemberian
obat-obatan secara oral, dan kondisi PDA memperburuk kesehatan pasien secara umum,
Pasien dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan sedikit atau tidak ada gejala.
Pengobatan termasuk pembedahan pada PDA yang besar umumnya berhasil dan tanpa
DAFTAR PUSTAKA
1. Silalahi C, Wahab AS. Duktus arteriosus Paten. Dalam : Wahab AS. Kardiologi
Anak: Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2006: 69-76.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi i, Simadribrata K M, Setiati S. Ilmu PenyakitDalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi IV. Jakarta: 2007: 1641-46.
3. Stanger, P.Embriologi. In: Buku Ajar Kardiologi Rudolph. 20 ed. Jakarta:
EGC, 2007 pp. 1555-1557.
4. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of pediatrics.
18thed. Philadelphia: saunders Elsevier; 2007.
5. Desantis ERH, Clyman RI. Patent Ductus Arteriosus: Pathophysiology and
Management Patent Ductus Arteriosus. Journal of Perinatology. 2006 : 14-18.
6. Schneider DJ, moore JW. Patent Ductus Arteriosus. University of Illinois College of
Medicine at Peoria and Cardiac Catheterization Laboratory,Children's Hospital of
Illinois, Peoria, Ill (DJS); 2006. 114.
7. Guyton AC. Hall JE. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007. 353-56.
8. Allen HD, Driscoll DJ, Shaddy RE, Feltes TF. Congenital cardiovascular
malformations. Dalam : Moss and adams’ heart disease in infants, children, and
adolescents including the fetus and young adult. 8th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2013.p.672-90
9. Baraas F. Pengantar Penyakit Jantung Pada Anak. Jurnal kardiologi Indonesia. Vol.
XVII No. 2. 1994.
10. Mulyadi MD,dkk. Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Bedah.
Neonatus. Divisi Kardiologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair - RSU Dr.
1986;8:280–284.
13. Harrison DA, Benson LN, Lazzam C, Walters JE, Siu S, McLaughlin PR.
Percutaneous catheter closure of the persistently patent ductus arteriosus in the adult.
Am J Cardiol 1996;77:1094–1097.