You are on page 1of 5

TUGAS MATA KULIAH FITOFARMASI

“SUPERCRITICAL FLUID EXTRACTION”

Disusun Oleh:

 Afriza Amalia (162210101038)


 Annisa Shalihah (162210101065)
 Desak Putu Salsabila A. N (162210101090)
 Riza Avivah (162210101091)
 Ida Ayu Yunia W. A (162210101095)
 M. Febrian Bachtiar (162210101096)
 Melinda Sriwulandari (162210101097)
 Ferina Nadya Pratama (162210101098)
 Silka Annisa Shania (162210101103)
 Amirun Nisaul Maghfiroh (162210101104)
 Besty Mutiara Ramadhany (162210101106)

Dosen Pengampu:

Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2019
SUPERCRITICAL FLUID EXTRACTION
1. Definisi
Ektraski fluida superkritis adalah cara ekstraksi dengan menggunakan prinsip
peningkatan kelarutan komponen di atas tekanan dan suhu kritis suatu pelarut. Pada kondisi
tersebut daya larut dari pelarut yang digunakan sangat besar tergantung dari tekanan dan
temperatur yang digunakan. Umumnya produk biodesel dengan dengan teknologi fluida
superkritis ini memerlukan suhu 300-400°C dan tekanan sekitar 80 atm. Alasan utama
penggunaan ekstraksi fluida superkritis adalah kemungkinan melakukan ekstraksi pada suhu
sskitar ruang sehingga mencegah substansi yang diinginkan tidak mengalami degradasi
termal.

2. Komponen
Komponen utama supercritical fluid extraction yaitu menggunakan senyawa yang
berada diatas temperatur dan tekanan kritisnya dan berfungsi sebagai solvent/pelarut.
Solvent/pelarut yang dapat digunakan dalam supercritical fluid extraction antara lain
karbondioksida (CO2), air (H2O), metana (CH4), etana (C2H6), propana (C3H8), etilen (C2H4),
propilen (C3H6), metanol (CH3OH), etanol (C2H5OH), dan aseton (C3H6O). Namun, pelarut
yang biasa digunakan adalah karbondioksida (CO2) karena bersifat non toksik, tidak mudah
terbakar, tidak berwarna, tidak berasa/berbau, inert, dan murah. Selain itu, karbondioksida
memiliki suhu kritis yang rendah sekitar 31oC sehingga materi biologis seperti simplisia dapat
diekstraksi pada suhu yang tidak terlalu tinggi sekitar 35oC jadi tidak akan mengalami
kerusakan. Alat yang digunakan dalam metode ini yaitu pompa tekanan tinggi (50C tekanan
50 bar), bejana bertekanan tinggi, oven, dan lemari pendingin.

3. Prinsip Kerja
Teknik ekstraksi dengan fluida superkritik adalah teknik pemisahan yang memanfaatkan
daya larut dari fluida superkritik pada suhu dan tekanan di sekitar titik kritis. Tekanan dan
suhu yang digunakan dalam ekstraksi merupakan parameter utama dalam menentukan
besarnya daya larut. Ekstraksi dengan fluida superkritik memanfaatkan sifat-sifat unik dari
pelarut yang berada di atas titik kritiknya untuk mengekstrak komponen-komponen dari suatu
campuran, sebab kondisi tersebut mempunyai daya melarutkan yang lebih tinggi dan lebih
selektif daripada bentuk cair atau bentuk gas.
Prinsip pertama dalam ekstraksi CO2 superkritik adalah optimasi kelarutan dari bahan
yang akan diekstraksi (lipid, logam berat, bahan alam) pada ekstraksi CO2 superkritik dan
merupakan perbaikan dari fraksinasi yang berkaitan dengan kelompok lipid, bahan alam.
Prinsip yang kedua yaitu peningkatan fraksinasi dengan jenis lipid tertentu. Densitas
yang relatif tinggi seperti pada fase cair dapat meningkatkan kelarutan komponen. Viskositas
yang rendah menyebabkan kemampuan difusi yang tinggi sehingga terjadi peningkatan
kekuatan penetrasi fluida dalam matriks pelarut dan fluida dapat menembus materi padat lebih
cepat.

4. Proses Ekstraksi menggunakan Supercritical Fluid


Sistem harus mengandung pompa untuk CO2, sel tekanan untuk menampung sampel,
sarana mempertahankan tekanan dalam sistem dan wadahpengumpul. Cairan dipompa ke
zona pemanasan, di mana ia dipanaskan hingga kondisi superkritis. Kemudian melewati ke
dalam wadah ekstraksi, di mana ia cepat berdifusi ke dalam matriks padat dan melarutkan
material untuk diekstraksi. Bahan terlarut dari sel ekstraksi ke pemisah di tekanan yang lebih
rendah, dan bahan yang diekstraksi mengendap. CO2 kemudian dapat didinginkan,
dikompresi dan didaur ulang, atau dibuang ke atmosfer.
 Ekstraksi,setelah senyawa yang diinginkan dilarutkan dalam CO2 superkritikal, ekstrak
murni dapat dengan mudah diperoleh dengan depresurisasi sederhana
 Fraksinasi, fraksinasi cairan dapat dilakukan untuk mencapai nilai purifikasi yang tinggi
 Impregnasi, langkah ini diikuti oleh pemulihaa yang menyebabkan lewatnya CO2 dalam
keadaan gas, meninggalkan "target" material diresapi dengan zat aktif
 Pembentukan bubuk, ada dua cara utama untuk mengendapkan mikro dan partikel nano
baik menggunakan cairan superkritikal sebagai pelarut, teknik RESS (Rapid Expansion of
Supercritical Solutions ); atau menggunakannya sebagai anti-pelarut, teknik SAS
(Supercritical Anti-Solvent). Enkapsulasi berbagai zat dan polimer juga dapat dilakukan
dengan menggunakan proses PGSS (Partikel dari Solusi Jenuh Gas).
 Pengendapan, chemical Fluid Deposition (CFD) melibatkan reduksi kimiawi senyawa
organometalik dalam cairan superkritis untuk menghasilkan endapan kemurnian tinggi.
Biasanya, reaksi dimulai denganpenambahan H2 atau zat pereduksi lainnya.
 Reaksi kimia, melakukan reaksi kimia pada kondisi superkritis memberi peluang untuk
memanipulasi lingkungan reaksi (sifat pelarut) dengan meningkatkan tekanan untuk
meningkatkan kelarutan reaktan dan produk, untuk menghilangkan keterbatasan
transportasi antar fase sehingga meningkatkan laju reaksi, dan untuk mengintegrasikan
operasi unit reaksi dan pemisahan.
 Sterilisasi, cairan superkritis telah menunjukkan kemampuan untuk menonaktifkan bateria,
jamur, ragi dan virus sehingga memberikan cara yang efisien untuk sterilisasi makanan dan
peralatan medis. Mekanisme inaktivasi mikroorganisme mungkin disebabkan oleh
perubahan dinding sel dan inaktivasi.
 Pengeringan, proses pengeringan superkritis bergantung pada ekstraksi air dan pelarut
lainnya menggunakan CO2 superkritis.
 Pembersihan, dalam proses pembersihan, penggunaan CO2 superkritis dengan atau tanpa
penambahan surfaktan spesifik menghindari penggunaan pelarut seperti trikloretilen.
 Kromatografi, Supercritical Fluid Chromatography (SFC) digunakan untuk analisis dan
pemurnian berat molekul rendah hingga sedang, molekul labil secara termal dan pemisahan
senyawa kiral.
 Pendinginan, supercritical CO2 dapat digunakan sebagai pendingin dalam sistem
pendingin udara dan pendingin yang menyediakan solusi ramah lingkungan di pompa
panas industri dan domestic.

5. Sifat-sifat Supercritical Fkuid Extraction


 Menggunakan gas tekanan tinggi yang mengombinasikan sifat gas dan cairan.
 Dapat bereaksi dimana hal ini sulit atau bahkan tidak mungkin ditemui pada pelarut
konvensional lainnya.
 Mempunyai kemampuan pelarut yang mirip dengan hidrokarbon ringan (untuk
sebagian besar zat terlarut).
 Kelarutannya meningkat seiring dengan meningkatnya kerapatan yang disebabkan
oleh tekanan tinggi. Hal ini menyebabkan pengendapan padatan yang telah terbagi
dengan baik.
6. Kelebihan dan Kekurangan
Ekstraksi fluida superkritis memberikan keuntungan lebih jika dibandingkan
dengan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik tradisional sebagai
misal, dalam setiapproses ekstraksi sisa pelarut tidak dapat dihindari dan selalu terukur
secara kuantitatif, akantetapi produk akhir yang dihasikan dengan menggunakan
metode ini tidak akan ditemui sisa pelarut, Selain itu, ekstraksi dengan teknologi
fluida super kritis, menghasilkan ekstrak dengan aroma dan rasa yang alami, karena
pelarut CO2 memerlukan temperatur rendah, sehinggamampu menahan koponen yang
memiliki kontribusi terbesar terhadap aroma yang sensitif terhadap panas. Dalam
prosesnya tidak dihasilkan oksigen, sehingga proses oksidasi dariekstrak dapat
dikurangi secara signifikan.
Kekurangan dari metode ini yaitu, pada proses ekstraksi, tekanan yang
dibutuhkan harus tinggi, jika tekanannya tidaktinggi maka rendemennya akan turun
dan waktu proses penyulingannya akan lebih lama. Selanitu, dibutuhkan pressure
vessel yang tahan terhadap tekanan yang tinggi sedangkan diIndonesia sendiri belum
ada industri manufacturing yang bisa membuatnya yang berarti harusdi buat di luar
negeri yang dalam segi perekonomiannya pun mahal

You might also like