Professional Documents
Culture Documents
MALARIA
DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
MEITIA DWI TIRTASARI A.
111 2015 2260
PEMBIMBING :
dr. Widyaningrum, M.Sc Sp.PD
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ILMU
PENYAKIT DALAM Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
provinsi di Indonesia selain itu, dilaporkan juga adanya kasus resistensi
plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) dibeberapa tempat di
Indonesia Keadaan seperti ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit malaria OIeh sebab itu, upaya untuk menanggulangi masalah
resistensi tersebut (multiple drugs resistance), maka pemerintah telah
merekomendasikan obat pilihan pengganti klorokuin dan Sulfadoksin-
Pirimethamin (SP) terhadap P. falciparum dengan terapi kombinasi artemisinin
(artemisinin combination therapy).
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 Tahun
Alamat : Jl. Baji Pagasseng
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Masuk RS : 17 Desember 2016
No. RM : 228545
2. 2 SUBJEKTIF
ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Demam
b. Anamnesis terpimpin
Demam dialami sejak 8 hari ,demam meningkat pada malam hari.
Pasien mengeluh menggigil. Pasien juga mengeluh nyeri uluhati disertai
rasa mual, tetapi tidak muntah. Nafsu makan menurun. Kejang tidak ada,
sakit kepala ada, pusing tidak ada. Batuk tidak ada, sesak tidak ada, nyeri
dada tidak ada. BAK lancar warna kuning pekat, nyeri atau panas saat
BAK tidak ada, darah tidak ada, keruh dan berpasir tidak ada. BAB cair.
Ekstremitas dalam batas normal. Pasien mengaku pernah berdomisili di
Timika.
Riwayat penyakit sebelumnya
Pernah mengalami keluhan yang sama. Riwayat opname di RS
Bhayangkara dengan diagnosis DBD. Riwayat malaria saat di Timika.
6
Riwayat kontak dan pengobatan
Riwayat pengobatan DBD di RS Bhayangkara dan pengobatan malaria
di Timika.
Riwayat kebiasaan
Tidak diketahui
Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
Riwayat alergi
Tidak ada riwayat alergi obat-obatan dan makanan.
2.3. OBJEKTIF
Keadaan umum : Sakit sedang / Gizi cukup / Composmentis
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 161 cm
IMT : 50/(1,61)2 = 19,28 kg/m2 (Normal)
Tekanan Darah : 100/90 mmHg
Nadi : 84 kali/menit,Irama : Reguler
Pernapasan : 22 kali/menit, Tipe : Abdominal-Thorakal
Suhu : 40,3 0C (Aksila)
7
Nyeri tekan di proc. Mastoideus: -
Pendengaran : normal
Hidung : Perdarahan -, Sekret –
Mulut : Bibir : pucat (+) kering(-) sianosis (-)
Gigi geligi : karies (-)
Gusi : perdarahan(-)
Lidah : kotor/tremor (+/-)
Tonsil : T1- T1,hiperemis(-)
Farings :hiperemis(-)
Leher :
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada :
Inspeksi : Bentuk : normochest, simetris ki-ka
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Buah dada : dalam batas normal
Sela iga : dalam batas normal
Lain-lain : tidak ada
8
Paru :
Palpasi : Fremitus raba : dalam batas normal, simetris ki-ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru – hepar : ICS V-VI
Batas paru belakang kanan : ICS IX belakang kanan
Batas paru belakang kiri : ICS X belakang kiri
Auskultasi : Bunyi pernapasan : bronkovesikuler
Bunyi tambahan : Rh (-/-) Wh (-/-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak
Batas atas jantung : ICS II sinistra
Batas kanan jantung : ICS III-IV linea parasternalis dextra
9
Batas kiri jantung : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I / II : murni reguler
Bunyi tambahan : (-)
Perut :
Inspeksi : cembung, ikut gerak napas,tidak terdapat pembesaran
abdomen
Punggung :
Palpasi : tidak ada kelainan
Nyeri ketok : tidak ada
Auskultasi : normal
Gerakan : normal
10
Anus dan Rectum : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Edema -/-
-/-
Laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
HEMATOLOGI RUTIN (17 Desember 2016)
WBC 5,3 103/mm3 4.3 – 10.8
RBC 4,64 106/mm3 4.20 – 6.40
HGB 12,8 g/dl 12.0 – 18.0
HCT 38,5 % 37.0 – 52.0
PLT 109 L 103/mm3 150 – 450
PCT ,088 L% .100 - .500
MCV 83 µm3 80 – 99
MCH 27,5 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 33,2 g/dl 33.0 – 37.0
RDW 13,3 H% 10.0 – 15.0
MPV 8,1 µm3 6.5 – 11.0
PDW 10,2 % 10.0 – 18.0
KIMIA DARAH (17 Desember 2016)
SGOT 47 U/L L : <37, P : <31
SGPT 38 U/L L : <42, P : <32
11
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
HEMATOLOGI RUTIN (19 Desember 2016)
WBC 9,7 103/mm3 4.3 – 10.8
RBC 4,40 106/mm3 4.20 – 6.40
HGB 12,3 g/dl 12.0 – 18.0
HCT 36,1 L% 37.0 – 52.0
PLT 118 L 103/mm3 150 – 450
PCT ,098 L% .100 - .500
MCV 82 µm3 80 – 99
MCH 28,0 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 34,1 g/dl 33.0 – 37.0
RDW 13,4 H% 10.0 – 15.0
MPV 8,4 µm3 6.5 – 11.0
PDW 9,0 L% 10.0 – 18.0
12
MPV 8,2 µm3 6.5 – 11.0
PDW 10,1 L% 10.0 – 18.0
Radiologi USG Abdomen (22 Desember 2016) : Hepar: tidak membesar, permukaan
rata, echotexture normal homogen, vasculature dan. bile ducts tidak dilatasi, SOL (-).
Lien : tidak membesar, echo homogen. Pancreas : echo normal, ductus tidak dilatasi.
GB : tidak dilatasi, dinding baik, tak tampak echo batu. Kedua ren : ukuran normal,
permukaan rata. System calyces tidak dilatasi, tak tampak batu SOL . Vesica urinaria
: echo normal. Kesan : Normal upper & lower abdominal US.
2.4.DIAGNOSIS
DBD, Tifoid, Malaria
2.5.DIAGNOSA BANDING
-
2.6.PLANNING
Nonmedikamentosa :
Tirah baring.
Menjaga agar asupan nutrisi dan cairan tetap adekuat.
Menghindari makanan yang keras dan merangsang saluran cerna
Medikamentosa :
IVFD RL 24 tpm
Ranitidine 1 amp/12j/IV
Dexametason 1 amp/12j/IV
Sotatic 1 amp/12j/IV
13
Liver prime 2x1
Neurosanbe 1 amp/drips
Cefotaxime 1 gr/12j/IV
Paracetamol tab 3x1/ oral
Suldox
Primakuin
2.7. RESUME
Seorang laki-laki masuk UGD RS. Haji Makassar dengan keluhan
Demam dialami sejak 8 hari demam meningkat pada malam hari. Pasien mengeluh
menggigil. Pasien juga mengeluh nyeri uluhati disertai rasa mual, tetapi tidak muntah.
Nafsu makan menurun. Pasien juga mengeluh BAB cair. Pasien mengaku pernah
berdomisili di Timika.
Pada pemeriksaan fisis, didapatkan tanda vital tekanan darah 110/90 mmHg,
Nadi 84x/mnt, Pernapasan 22x/mnt, Suhu 40,3˚C aksillar. Pada pemeriksaan
didapatkan sklera ikterik, dan lidah kotor.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 17 Desember 2016 didapatkan , PLT
109 L103/mm3 , PCT ,088 L% , Widal O: 1/160 , H: 1/160, SGOT 47 U/L,. Pada
tanggal 19 Desember 2016 didapatkan, HCT 36,1 L% , PLT 118 L 103/mm3 , PCT
,098 L%. Pada Tanggal 20 Desember 2016 didapatkan , HCT 36,6 L% , PLT 118 L
103/mm3 , PCT ,097 L%. Pada pemeriksaan DDR tanggal 21 Desember 2016
didapkan hasil Positif.
2.8.FOLLOW UP
Hari 1 :
14
17/12/2016 S: R/
- Demam menggigil - IVFD RL 24 tpm
- Nyeri uluhati - Ranitidine 1
- Mual amp/12j/IV
- Nafsu makan menurun - Sotatic 1 amp/12j/IV
O: - Dexametason 1
- KU: SS/GC/CM amp/12j/IV
- TD : 110/90 mmHg - Drips paracetamol
- N : 84 x/menit
- P : 22x/menit
- S: 40,3 oC
- BP: Bronkovesikuler, BT: Rh -/-,
Wh -/-
- BJ: I/II murni reguler BT: (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Hepar: tidak teraba.
- Lien: tidak teraba
- Extremitas: edema -/-
A:
- Febris pre evaluasi
Hari 2 :
19/12/2016 S: R/
- Demam menggigil - IVFD RL 24
- Mual tpm
- BAB encer - Ranitidine 1
15
amp/12j/IV
O: - Neurosanbe 1
- KU: SS/GC/CM amp/drips
- TD : 100/90 mmHg - Cefotaxime 1
- N : 80 x/menit gr/12j/IV
- P : 22x/menit - Paracetamol tab
- S: 38 oC 3x1/ oral
- BP: Bronkovesikuler, BT: Rh -/-,
Wh -/-
- BJ: I/II murni reguler BT: (-)
- Peristaltik meningkat
- Hepar: tidak teraba.
- Lien: tidak teraba
- Extremitas: edema -/-
A:
- Tifoid
- GEA
- DHF
Hari 3 :
20/12/2016 S: R/
- Demam menggigil - IVFD RL 24
- Mual tpm
- BAB encer - Ranitidine 1
amp/12j/IV
O: - Neurosanbe 1
16
- KU: SS/GC/CM amp/drips
- TD : 110/80 mmHg - Cefotaxime 1
- N : 80 x/menit gr/12j/IV
- P : 22x/menit - Paracetamol tab
- S: 37,6 oC 3x1/ oral
- BP: Bronkovesikuler, BT: Rh -/-,
Wh -/-
- BJ: I/II murni reguler BT: (-)
- Peristaltik meningkat
- Hepar: tidak teraba.
- Lien: tidak teraba
- Extremitas: edema -/-
A:
- Tifoid
- GEA
- DHF
Hari 4 :
21/12/2016 S: R/
- Menggigil - IVFD RL 24 tpm
- BAB keras - Ranitidine 1
amp/12j/IV
O: - Neurosanbe 1
- KU: SS/GC/CM amp/drips
- TD : 110/80 mmHg - Cefotaxime 1
- N : 80 x/menit gr/12j/IV
17
- P : 22x/menit - Paracetamol tab
- S: 36,4 oC 3x1/ oral
- Ikterik (+) - Dexametason 1
- BP: Bronkovesikuler, BT: Rh -/-, amp/12j/IV
Wh -/- - Liverpro 3x1
- BJ: I/II murni reguler BT: (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Hepar: tidak teraba.
- Lien: tidak teraba
- Extremitas: edema -/-
A:
- Tifoid
- GEA
- DHF
- Hepatitis tiphosa
Hari 5 :
22/12/2016 S: R/
- Demam (-) - IVFD RL 24
tpm
O: - Ranitidine 1
- KU: SS/GC/CM amp/12j/IV
- TD : 110/70 mmHg - Neurosanbe 1
- N : 82 x/menit amp/drips
- P : 22x/menit - Cefotaxime 1
- S: 36,2 oC gr/12j/IV
18
- Ikterik berkurang - Paracetamol tab
- BP: Bronkovesikuler, BT: Rh -/-, 3x1/ oral
Wh -/- - Liverpro 3x1
- BJ: I/II murni reguler BT: (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Hepar: tidak teraba.
- Lien: tidak teraba
- Extremitas: edema -/-
A:
- Tifoid
- GEA
- DHF
- Hepatitis tiphosa
Hari 6 :
23/12/2016 S: R/
- Demam (-) - Lanjut obat
O: malaria dari
- KU: SS/GC/CM Timika
- TD : 120/90 mmHg
- N : 82 x/menit
- P : 22x/menit
- S: 36,5 oC
- Ikterik (-)
- BP: Bronkovesikuler, BT: Rh -/-,
Wh -/-
19
- BJ: I/II murni reguler BT: (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Hepar: tidak teraba.
- Lien: tidak teraba
- Extremitas: edema -/-
A:
- Tifoid
- GEA
- DHF
- Malaria
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil,
anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi
malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi maupun mengalami komplikasi
sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.3
3.2 Epidemiologi
Setiap spesies Plasmodium memiliki daerah endemik tertentu walaupun seringkali
memiliki geografi yang saling tumpang tindih. Infeksi malaria tersebar pada lebih
dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika Selatan, Amerika Tengah,
Hispaniola, India, Timur Tengah dan daerah Oceania dan Kepulauan Caribia. Lebih
dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta
dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu
Amerika Serikat, Canada, negara di Eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura,
Hongkong, Japan, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut terhindar
dari malaria karena vektor kontrolnya yang baik. Walaupun demikian, di negara
tersebut makin banyak dijumpai kasus malaria yang diimpor karena pendatang dari
negara malaria atau penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria.4,5
Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Malariae umumnya dijumpai pada
semua negara dengan malaria. Di Afrika, Haiti dan Papua Nugini umumnya
Plasmodium Falciparum. Adapun Plasmodium Vivax banyak di Amerika Latin. Di
Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara Oceania dan India umumnya Plasmodium
Falciparum dan Plasmodium Vivax. Plasmodium Ovale biasanya hanya di Afrika.5
21
Di Indonesia kawasan timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke
Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok sampai Nusa Tenggara Timur serta Timor
Timur merupakan daerah endemis malaria dengan Plasmodium Falciparum dan
Plasmodium Vivax. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi,
dan Batam kasus malaria cenderung meningkat.5
3.3 Etiologi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.5,6
Plasmodium spp.
22
penderita P. malariae dan berhubungan dengan sindrom nefrotik yang mungkin
akibat dari pengendapan kompleks antigen-antibodi di glomerulus.
3. Plasmodium ovale. Predileksinya dalam sel-sel darah merah mirip dengan
Plasmodium vivax (menginfeksi sel-sel darah muda) walaupun gejalanya lebih
ringan karena parasitemianya lebih ringan. P. ovale sering sembuh tanpa
pengobatan. Ada juga seorang penderita terinfeksi lebih dari satu spesies
Plasmodium secara bersamaan.
4. Plasmodium falciparum yang sering menjadi malaria cerebral dengan angka
kematian yang tinggi. Merozoitnya menginfeksi sel darah merah dari segala usia
(baik muda maupun tua) sehingga menyebabkan tingkat parasitemia jauh lebih
tinggi dan cepat (> 5% sel darah merah terinfeksi). Spesies ini menjadi penyebab
50% malaria di seluruh dunia. Sekuestrasi merupakan sifat khusus dari P.
falciparum. Selama berkembang dalam 48 jam, parasit terebut melakukan proses
adhesi yang menyebabkan sekuestrasi parasit pada pembuluh darah kecil. Karena
hal tersebut, hanya bentuk awal yang dapat dilihat pada darah tepi sebelum
sekuestrasi berlangsung, hal ini merupakan petunjuk diagnostik penting seorang
pasien terinfeksi P. falciparum. Sekuestrasi parasit dapat menyebabkan
perubahan status mental dan bahkan koma. Selain itu, sitokin dan parasitemia
berkontribusi pada organ target. Gangguan pada organ target dapat berlangsung
sangat cepat dan secara khusus melibatkan sistem saraf pusat, paru-paru, dan
ginjal.
Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Terdapat lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, dan hanya sekitar 67 spesies yang
terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan ke manusia. Di setiap daerah
dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada satu atau paling banyak 3 spesies
Anopheles yang menjadi vektor penting. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies.6
23
Anopheles Betina
3.4 Patomekanisme
1. Siklus Hidup Aseksual Plasmodium
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina masuk ke
dalam darah manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh
menit, parasit tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium
eksoeritrositik dari daur hidupnya. Di dalam sel hati, parasit tumbuh menjadi
skizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-30.000 merozoit, tergantung
spesiesnya) . Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan
bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki
eritrosit maka disebut stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang berlangsung
selama 2 minggu. Pada P. Vivax dan P. Ovale, sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman
yang disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal didalam hati sampai bertahun-
tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps (kekambuhan).7,8
24
Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah.
Parasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar,
bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang
menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan
membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel
darah merah pecah yang menyebabkan penderita demam. Selanjutnya merozoit,
pigmen dan sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel
darah merah lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit
memasuki eritrosit dan membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu
bentuk seksual (gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni
darah.4,7,8
25
Siklus Seksual Plasmodium
26
Siklus hidup Plasmodium
27
Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi
dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga
cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di
28
punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P.
falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym)
secara berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
29
Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan
(imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak
selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas
penderita. Di daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat tinggi
(hiperendemik) seringkali penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul
gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria
yang bersifat lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,
sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat
atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam
yang berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria
vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae. Perbedaan kurva suhu tubuh
penderita malaria fasciparum, malaria vivax, dan malaria malariae dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.
30
Grafik 2.Kurva temperatur pada penderita malaria vivax.
31
1) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai
penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau,
bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)
2) Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3) Kejang-kejang
4) Panas sangat tinggi
5) Mata atau tubuh kuning
6) Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang,
bibir kering, produksi air seni berkurang)
7) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8) Nafas cepat atau sesak nafas
9) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11) Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12) Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan penanganan semestinya.
3.6 Diagnosis
1. Anamnesis
32
Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat
ditemukan keadaan di bawah ini:
2. Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
b. Malaria Berat
Mortalitas:
Hampir 100% tanpa pengobatan,
Tatalaksana adekuat: 20%
33
Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan berikut:
Malaria serebral
Gangguan status mental
Kejang multipel
Koma
Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL
Distress pernafasan
Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen
Hipotensi
Oliguria atau anuria
Anemia: hematokrit <20% atau menurun dengan cepat
Kreatinin > 1,5 mg/dL
Parasitemia > 5%
Bentuk Lanjut (tropozoit lanjut atau schizont) P. falciparum pada apusan
darah tepi
Hemoglobinuria
Perdarahan spontan
Kuning 10
3. Pemeriksaan laboratorium
34
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++): ditemukan>10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau
sediaan darah tipis.
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6
jam sampai 3 hari berturut-turut.
2) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam
lemari es tetapi tidak dalam freezer pendingin.
35
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
1) Darah rutin
2) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis
gas darah.
3) EKG
4) Foto toraks
5) Analisis cairan serebrospinalis
6) Biakan darah dan uji serologi
7) Urinalisis.
36
Gambar. Stadium darah parasit,
apus darah tipis
37
3.7 Komplikasi
1. Malaria serebral
2. Gagal ginjal akut
3. Kelainan hati (Malaria Biliosa)
4. Hipoglikemia
5. Blackwater fever
6. Edema paru
7. Hiponatremia
8. Manifestasi gastrointestinal3
3.8 Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia.Adapun tujuan pengobatan
radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan
rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu
setiap akan minum obat anti malaria.2
38
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada:
lbu hamil
Bayi < 1 tahun
Penderita defisiensi G6-PD 2
1 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
2 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
3 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama
tidak efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual
tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi). 2
39
Kina tablet
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7(tujuh)
hari. 2
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang
dewasa adalah 4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2
mg/kgbb/hari. Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia<8 tahun. Bila
tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin. 2
Tetrasiklin
Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis 4- 5
mg/kgbb/kali Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak
dengan umur di bawah. 8 tahun dan ibu hamil.
Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama.
40
*) Dosis diberikan kg/bb
**) 2x50 mg Doksisiklin
***) 2x100 mg Doksisiklin
Tetrasiklin - - - *) 4 X 1**)
Tetrasiklin - - - *) 4 X 1**)
41
Pengobatan malaria mix (P. Falciparum + P. Vivax)
1 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
2 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
3 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
42
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivaks dan
malaria ovale. 2
Klorokuin
Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg
basa/kgbb. 2
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari dan
diberikan bersama klorokuin.Seperti pengobatan malaria falsiparum, primakuin tidak
boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi <1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. 2
1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
43
Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin
Lini kedua : Kina + Primakuin
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari. Seperti
pengobatan malaria pada umumnya, primakuin tidak boleh diberikan kepada Ibu
hamil, bayi < 1tahun, dan penderita defisiensi G6-PD.
*) Dosis kina adalah 30mg/kgbb/hari yang diberikan 3 kali per hari. Pemberian kina
pada anak usia di bawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan berat badan.
Dosis dan cara pemberian primakuin adalah sama dengan cara pemberian primakuin
pada malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb perhari selama 14 hari. 2
44
14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgbb/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan
memakai tabel dosis berdasarkan golongan Umur penderita tabel dibawah. 2
0-1 Bln 2-11 Bln 1-4 Thn 5-9 Thn 10-14 Thn >15 Thn
Khusus. untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat
(golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), maka pengobatan
diberikan secara mingguan. 2
Klorokuin diberikan 1 kali per-minggu selama 8 sampai dengan 12 minggu,
dengan dosis 10 mg basa/kgbb/kali Primakuin juga diberikan bersamaan dengan
klorokuin setiap minggu dengan dosis 0,76 mg/kgbb/kali. 2
45
Pengobatan malaria vivaks penderita defislensi G6PD
46
3. Catatan
a. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan sarana diagnostik malaria dan belum
tersedia obat kombinasi artesunat + amodiakuin, Penderita dengan infeksi
Plasrnodium falciparurn diobati dengan sulfadoksin-pirimetamin (SP) untuk
membunuh parasit stadium aseksual.
Obat ini diberikan dengan dosi tunggal sulfadoksin 25 mg/kgbb atau berdasarkan
dosis pirimetamin 1,25 mg/kgbb Primakuin juga diberikan untuk membunuh parasit
stadium seksual dengan dosis tunggal 0,75 mg/kgbb Pengobatan juga dapat diberikan
berdasarkan golongan umur penderita seperti pada table dibawah. 2
H1 SP - 3/4 1 1/2 2 3
47
kina 9 tablet, dan primakuin 3 tablet. Selain pemberian dosis berdasarkan berat badan
penderita, obat dapat diberikah berdasarkan golongan umur seperti tertera pada table
dibawah. 2
<1 Tahun 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun >15 Tahun
Tetrasiklin - - - *) 4 X 1**)
48
Primakuin - ¾ 1 1/2 2 2-3
Tetrasiklin - - - *) 4 x 1**)
0-1 Bln 2-11 Bln 1-4 Thn 5-9 Thn 10-14 Thn >15 Thn
2 Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 4
49
PENGOBATAN MALARIA DENGAN KOMPLIKASI
Definisi malaria berat/komplikasi adalah ditemukannya Plasmodium falciparum
stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis dibawah ini
(WHO,1997):
1) Malaria serebral (malaria otak)
2) Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%)
3) Gagal ginjal akut (urin<400 mI/24 jam pada orang dewasa atau<1 ml/kgbb/jam
padä anak setelah dilakukari rehidrasi; dengan kreatinin darah >3 mg%).
4) Edema paru atau Acute Respiratory Distress Syndrome.
5) Hipoglikemi: gula darah< 40 mg%.
6) Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada anak: tekanan nadi_
≤20 rnmHg); disertai keringat dingin.
7) Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulast intravaskuler
8) Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia
9) Asidemia (pH:< 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L).
10) Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat
anti malaria pada seorang dengan defisiensi G-6-PD). 2
Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat:
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik
3. Hiperparasitemia > 5 %.
4. lkterus (kadàr bilirubin darah > 3 mg%)
5. Hiperpireksia (temperatur rektal > 40° C pada orang dewasa, >41° C pada anak) 2
50
Perbedaan manifestasi malaria berat pada anak dan dewasa dapat dilihat pada tabel
Manifestasi malaria berat pada Anak Manifestasi malaria berat pada
Dewasa
Koma (malaria serebral) Koma (malaria serebral)
Distres pernafasan Gagal ginjal akut
Hipoglikemia (sebelum terapi kina) Edem paru, termasuk ARDS#
Anemia berat Hipoglikaemia (umumnya sesudah terapi
kina)
Kejang umum yang bertulang Anemia berat (< 5 gr%)
Asidosis metabolik Kejang umum yang berulang
Kolaps sirkulasi, syok hipovolemia, Asidosis metabolik
hipotensi (tek. sistolik<50mmHg)
Gangguan kesadaran selain koma Kolaps sirkulasi, syok
Kelemahan yang sangat (severe Hipovolemia, hipotensi
prostation)
Hiperparasitemia Perdarahan spontan
Ikterus Gangguan kesadaran selain koma
Hiperpireksia (SUhu>410C) Hemoglobinuria (blackwater fever)
Hemoglobinuria (blackwater fever) Hiperparasitemia (>5%)
Perdarahan spontan Ikterus (Bilirubin total >3 mg%)
Gagal ginjal Hiperpireksia (Suhu >40C)
Komplikasi terbanyak pada anak : Komplikasi dibawah ini lebih sering pada
Hipoglikemia (sebelum pengobatan kina) dewasa:
Anemia berat. Gagal ginjal akut
Edem paru
Keterangan : Malaria serebral Ikterus
Anemia berat ( Hb<5 g%, Ht<15%)
Sering pada anak umur 1-2 tahun. # Adult Respiratory Distress Syndrom
Gula darah <40mg% lebih sering pada
anak <3 tahun.
Pengobatan malaria berat ditujukan pada pasien yang datang dengan manifestasi
klinis berat termasuk yang gagal dengan pengobatan lini pertama.
Apabila fasilitas tidak atau kurang memungkinkan, maka penderita dipersiapkan
untuk dirujuk ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. 2
51
Penatalaksanaan kasus malaria berat pada prinsipnya meliputi:
1) Tindakan umum
2) Pengobatan simptomatik
3) Pemberian obat anti malaria
4) Penanganan komplikasi
52
Kemasan dan cara pemberian artemeter
Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam
larutan minyak Artemeter diberikan dengan loading dose: 3,2mg/kgbb intramuskular
Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai
penderita mampu minum obat. 2
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen artesunat + amodiakuin + primakuin (Lihat dosis pengobatan lini pertama
malaria falsiparum tanpa komplikasi). 2
Obat alternatif malaria berat
Dosis dan cara pemberian kina pada orang dewasa termasuk untuk ibu hamil:
Loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau NaCI
0,9% diberikan selama 4 jam pertama. Selanjutnyá selama 4 jam ke-dua hanya
diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan
dosis maintenance 10 mg/kgbb dalam larutan 500 ml dekstrose 5 % atau NaCI selama
4 jam Empat jam selanjutnya, hanya diberikan lagi cairan dextrose 5% atau NaCl
0,9% Setelah itu diberikan lagi dosis maintenance seperti diatas sampai penderita
dapat minum kina per-oral. Bila sudah sadar / dapat minum obat pemberian kina iv
diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali, pemberian 3 x
53
sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang
pertama). 2
Dosis anak-anak: Kina.HCI 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan
: 6-8 mg/kg bb) diencerkan dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 % sebanyak 5-10
cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan
dapat minum obat. 2
Catatan :
Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan
dapat menimbulkan kematian
Pada penderita dengan gagal ginjal, loading dose tidak diberikan dan dosis
maintenance kina diturunkan 1/2 nya
Pada hari pertama pemberian kina oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75
mg/kgbb.
Dosis rnaksimum dewasa : 2.000 mg/hari. 2
3.9 Pencegahan
54
terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain Untuk kelompok
atau individu yang akan bepergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya
menggunakan personaI protection seperti pemakaian kelambu, repellent, kawat kassa
dan Iain-lain. 2
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium falciparum
terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan untuk kemoprofilaksis
Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb selama tidak Iebih dari 4-6
minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur <8 tahun dan ibu
hamil.2
Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin dengan
dosis 5 mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu sebelum masuk
ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan
klorokuin lebih dan 3-6 bulan.2
3.10 Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada
malaria berat, mortalitas tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan
diagnosa dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian mortalitas penderita
malaria di dunia masih cukup tinggi bervariasi 15%-60% tergantung fasilitas pemberi
pelayanan. Makin banyak komplikasi makin tinggi mortalitasnya.3
55
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi maupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat
56
DAFTAR PUSTAKA
57