You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan yang Maha Pengasih
dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya. Atas
rahmat dan pertolongan Allah, kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah tentang “
Arti Filsafat dan Makna Pendidikan “
Makalah tersebut kami susun dengan maksud sebagai bahan presentasi Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap
materi tersebut.
Harapan kami, semoga setelah penyusunan makalah ini selesai kami semakin
memahami tentang Arti Filsafat dan Makna Pendidikan
Di lain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam
penyusunan makalah ini. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta bimbingan dari
para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami. Akhirnya kami mohon maaf atas segala kekurangan.

Martapura, 09 September2018

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam TAP MPR No. II/MPR/1998, menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan
Nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju,tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, ber-etos kerja, 1rofessional,
bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan juga harus
menumbuhkan jiwa patriorisme dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan
semangat kebangsaan.
Namun dalam kenyataan akhir-akhir ini, banyak sekali kejadian-kejadian yang
timbul akibat dari robohnya system pendidikan di Indonesia. Banyak sekali kesalahan-
kesalahan yang diperbuat oleh para pelaku pendidikan itu sendiri. Yaitu Pemerintah,
peserta didik dan yang terpenting adalah pendidik itu sendiri. Itu dikarenakan banyak
kalangan yang belum memahami secara mendalam hakikat pendidikan dan juga belum
memahami cara berfikir filsafat,
Kita ketahui bersama bahwa antara pendidikan dan juga filsafat sangatlah erat
hubungannya. Secara qodrati manusia sejak lahir sudah bisa berfikir. Dan cara berfikir
inilah yang sebenarnya menjadi permulaan sesorang mencari hakikat suatu kabijaksaan.
Dan kemudian berkembanglah menjadi suatu pemikiran yang mendalam pada suatu
fenomena, yang kemudian menjadi sebuah teori dan pada akhirnya hasil dari pemikiran
ituberbuah sebagai dasar dari pemikiran orang lain di kemudian hari. Sehingga dari sini
penulis mencoba menggali arti dan makna pendidikan dan filsafat serta mencari
hubungan korelasi dari filsafat dan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah arti Filsafat ?
2. Apakah makna Pendidikan ?
3. Apakah ada hubungan antaraFilsafat dan Pendidikan ?

1
C. Tujuan Masalah
1. Memahami arti Filsafat.
2. Mengerti Makna Pendidikan.
3. Mengetahui hubungan antara Filsafat dan Pendidikan.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Arti Filsafat
Sebelum menuju pada arti filsafat pendidikan maka terlebih dahulu
dideskripsikan pengertian filsafat. Filsafat adalah disiplin yang mempelajari objek-
objek kemanusiaan secara menyeluruh (komprehensif), merangkum, spekulatif
rasional, dan mendalam sampai ke akarnya (radiks), sehingga diperoleh inti hakiki dari
objek yang dipelajari (Hanurawan, 2012).
Menurut Syaibani, filsafat pendidikan yaitu pelaksanaanpandangan filsafat dan
kaidah filsafat dalam bidang pendidikan. Filsafatitu mencerminkan satu segi dari segi-
segi pelaksanaan filsafat umum danmenitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip
dan kepercayaankepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam
menyelesaikanmasalah-masalah pendidikan secara praktis (Al-Syaibani, 30).
Padadasarnya, teori filsafat pendidikan ialah teori rasional tentang pendidikan(yang tidak
pernah dapat dibuktikan secara empiris); teori ilmu pendidikanialah teori rasional dan ada
bukti empiris tentang pendidikan. Filsafatpendidikan berisi teori-teori (yang hanya)
rasional; ilmu pendidikanberisi teori-teori rasional dan di tunjang bukti empiris (Tafsir,
2006: 5-6).
Muzayyin Arifin (1984: xi) mengatakan bahwa filsafat pendidikanIslam pada
hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikanyang bersumberkan atau
berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam tentanghakikat kemampuan manusia untuk dapat
dibina dan dikembangkan sertadibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh
pribadinya dijiwai olehajaran Islam. Definisi tersebut memberi kesan bahwa filsafat
pendidikanIslam sama dengan filsafat pendidikan pada umumnya, karena
mengkajitentang berbagai masalah yang ada hubungannya dengan kependidikan,seperti
masalah manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan,kurikulum, metode, lingkungan,
guru dan sebagainya. Perbedaan antarkeduanya adalah, bahwa di dalam filsafat
pendidikan Islam semuamasalah kependidikan tersebut selalu didasarkan pada ajaran
Islam yangbersumberkan al-Qur’an dan al-Hadits.Dari uraian diatas, dapat diketahui
bahwa filsafat pendidikan Islammerupakan suatu kajian secara filosofis mengenai
berbagai masalah yangterdapat dalam kegiatan kependidikan yang didasarkan pada al-
Qur’andan al-Hadits sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnyapara
filosof muslim sebagai sumber sekunder. Selain itu, filsafat pendidikanIslam dapat pula

3
dikatakan suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakniberpikir secara mendalam,
sistematik, radikal, dan universal tentangmasalah-masalah pendidikan, seperti masalah
manusia (anak didik), guru,kurikulum, metode, dan lingkungan dengan menggunakan al-
Qur’andan al-Hadits sebagai dasar acuannya. Secara singkat, filsafat pendidikanIslam
dapat dikatakan sebagai filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran
Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama.
yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah "filsafat" dapat ditinjau
dari dua segi, yakni:
1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang
berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving),
dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat
akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher',
dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan
pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya
kepada pengetahuan.
2. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti 'alam pikiran' atau
'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini
benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu
tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah
orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan
mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu.
3. Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam. Jadi iabukan filsafat
yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimanadijumpai dalam pemikiran
filsafat pada umumnya (Nata, 1997: 15).Pada dasarnya filsafat pendidikan
membicarakan tiga masalahpokok. Pertama, apakah sebenarnya pendidikan itu.
Kedua, apakah tujuanpendidikan yang sejati. Ketiga, dengan metode atau cara apakah
tujuanpendidikan dapat tercapai. Paling tidak ketiga hal tersebut, yaitu:

4
hakikatpendidikan; tujuan pendidikan; dan metode atau cara mencapai
tujuanpendidikan menjadi kajian utamanya.
Beberapa definisi karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka
tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara
berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur
di bawah ini:
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan
guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
(ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi,
merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,
mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan :
Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya
empat persoalan, yaitu:
" apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
" apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
" sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah
suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari
akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang
radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang
universal.
7. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia,
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang

5
dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa:
a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah yang
tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut
di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami
atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat pengetahuan
yang ada.

B. Makna Pendidikan
Ada berbagai ragam makna rumusan pendidikan yang telah dikemukakan oleh
para pakar sesuai dengan sudut pandang dan konteks penggunaan masing-masing
rumusan tersebut. Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin
“educare” berarti memasukkan sesuatu.
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan dimaknai sebagai proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam suatu usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran itu sendiri.
2. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 berisi tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal I disebutkan bahwa makna pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Driyarkoro (Madya Ekosusilo dan Kasihadi, 1989) mengatakan bahwa
pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk memanusiawikan manusia. Dalam
konteks tersebut pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar membantu pertumbuhan
secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam
konteks lingkungan manusia yang memiliki peradaban.
4. Menurut Langgulung (1988: 3) makna pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari
generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Atau
dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari
generasi ke genarasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara.

6
5. Menurut Kneller (1967: 21) makna pendidikan adalah :Education is the process by
which society, through schools, colleges, universities, and other institutions,
deliberately transmits its cultural heritage – its accumulated knowledge, value, and
skill from one generation to another. Artinya pendidikan merupakan proses dimana
masyarakat melalui sekolah-sekolah, perguruan tinggi, universitas, dan institusi lain
dengan sengaja mewariskan warisan budayanya-yakni berupa akumulasi pengetahuan,
nilai, dan ketrampilan dari generasi ke generasi yang lain.
6. Laska (1976: 3), bahwa: Education is one of the most important activities in which
human beings engage. It is by means of the educative process and its role in
transmitting the cultural heritage from one generation to the next that human
societies are able to maintain their existence. Artinya pendidikan merupakan salah
satu aktivitas yang paling utama yang melibatkan tubuh
manusia. Pendidikan merupakan sarana proses mendidik dan perannya di dalam
mewariskankan warisan budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya
sehingga masyarakat manusia bisa memelihara keberadaan mereka.

C. Hubungan Filsafat dan Pendidikan


Setelah kita membahas pengertian, jalan, dan tujuan filsafat serta pendidikan, apa
sesungguhnya hubungan antara keduanya sehingga di sini mesti kita bahas dalam ruang
bersamaan?
Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak
terpisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal ini sangat terpahami
karena pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat, terutama sekali
filsafat nilai, yaitu terkait dengan ketidakmampuan manusia di dalam menghindari
fitrahnya sebagai diri yang selalu mendamba makna-kesamaan di dalam proses, ruang
etika, dan ruang pragmatis.
Di satu sisi, manusia selalu menjadi satu-satunya primata yang selalu menyerukan
kebaikan, cinta, dan kebenaran. Namun, bersamaan dengan itu, manusia pula satu-satunya
makhluk yang dapat membunuh diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama
sekali, selain hanya sebuah kesenangan.
Dalam ruang inilah pendidikan bagi hidup manusia menjadi sesuatu hal yang
penting untuk membawanya pada hidup yang bermakna. Dengan pendidikan, manusia
akan mampu menjalani hidupnya dengan baik dan benar. Dengan demikian, ia bisa

7
tertawa, menangis, bicara, dan diam mengambil ukuran-ukuran yang tepat. Ini sangat
berbeda dengan banyak diri yang tidak terdidik. Hubungan ini menurut pakar merupakan
ilmu yang paling tertua dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu,
mereka menyebut bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu pengetahuan di muka
bumi ini.
Sementara, filsafat mengakui bahwa menurut substansinya yang ada itu tunggal,
dan berada di tingkat abstrak, bersifat mutlak, serta tidak mengalami perubahan.
Sedangkan, menurut eksistensinya, yang ada itu plural, berada di tingkat konkret, bersifat
relative, dan mengalami perubahan terus-menerus.
Jadi, segala sesuatu yang ada di dunia pengalaman itu berasal mula dari satu
substansi. Persoalan yang muncul adalah bagaimana menyikapi segala pluralitas ini agar
tidak terjadi benturan antara satu dan lainnya? Misalnya, pluralitas jenis, sifat, dan
bentuk manusia, binatang, tumbuhan, dan badan-badan benda berasal dari satu substansi.
Apakah yang seharusnya dilakukan agar antara manusia satu dan lainnya tidak saling
berbenturan kepentingan sehingga dapat mengancam keteraturan social dan ketertiban
dunia?
Jawaban terhadap persoalan di atas adalah manusia harus bersikap dan berperilaku
adil terhadap diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam. Agar dapat berbuat demikian,
manusia harus berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai keberadaan
segala sesuatu yang ada ini, dari mana asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah
yang menjadi tujuan akhir keberadaan tersebut. Untuk itu, manusia harus mendidik diri
dan sesamanya secara terus-menerus.
Bertolak dari pemikiran filsafat tersebutlah pendidikan muncul dan memulai
sesuatu. Manusia mulai mencoba mendidik diri dan sesamanya dengan sasaran
menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan ini. Dalam hal ini, kegiatan
pendidikan ditekankan pada materi yang berisi pengetahuan umum berupa wawasan asal
mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan. Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan
kehidupan menjadi landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga semua kegiatan eksistensi
kehidupan ini selalu bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.
Tanpa filsafat, pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang
harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat tetap berada di dalam dunia
utopianya. Oleh karena itulah, seorang guru harus memahami dan mendalami filsafat,
khususnya filsafat pendidikan. Malalui filsafat pendidikan, guru memahami hakikat

8
pendidikan dan pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah ontology, epistimologi,
dan aksiologi.
Pengertian filosof pendidikan dan bagaimana penerapannya serta apa dampak dari
pendidikan harus diketahui oleh guru karena pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan bagi setiap manusia, termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus
mempelajari filsafat pendidikan karena dengan memahami dan memaknai filsafat itu,
akan dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan filsafat
lainnya, misalnya filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan, dan filsafat lainnya.
Dalam pengertian tersebut, filsafat tidak lain bertujuan membawa manusia
mengalami hidup yang dimilikinya dengan pandangan, pengalaman, pengetahuan, serta
penghayatan yang baik dan benar. Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu
menyadari hidup yang dimilikinya dengan benar tanpa adanya.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-
ragu, sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Oleh karena itu, dalam filsafat,
jauh sebelum persoalan-persoalan mesti dicari jawabannya, filsafat selalu terlebih dahulu
mempertahankan sejauh mana relevansi persoalan-persoalan tersebut. Adakah ia
sungguh-sunggu memang sebuah problem atau justru hanya diproblematikakan saja?
Di sini, filsafat membahas sesuat dari segala aspeknya yang mendalam. Maka,
dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaan menyeluruh yang sering dipertentangkan
dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relative karena kebenaran ilmu yang ditinjau dari
segi yang dapat diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya, isi alam yang dapat diamati
hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat ang
di atas permukaan laut saja. Sementara, filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar
gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang
kritis.
Sedangkan, pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan
ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya, yaitu filsafat. Sejalan dengan proses
perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya.
Pada awalnya, pendidikan berada bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias
mebebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk
kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan
hidup manusia.

9
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-
anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan ruhani kea rah kedewasaan. Secara
garis besar, pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, pendidikan; kedua,
teori umum pendidikan; dan ketiga, ilmu pendidikan.
Dalam pengertian pertama, pendidikan pada umumnya mendidik yang dilakukan
oleh masyarakat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada sejak manusia ada di muka bumi
ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting
atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunannya. Tindakan
yang termasuk insting manusia antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta terhadap
anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu ibu, dan merasakan kehangatan
dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian
dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan,
pikiran, perasaan, kemauan, social, sampai kepada perkembangan iman. Kegiatan
mendidik bermaksud membuat manusia menjadi sempurna, membuat manusia
meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik
adalah membudayakan manusia.
Dalam pengertian kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John
Dewey, “The general theory og education dan Philosophy is the general theory of
education.” Dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan atau
filsafat pendidikan sama dengan teori pendidikan. Sebab itu, ia mengatakan pendidikan
adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan
progresif. Inti filsafat pragmatis yang berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan
inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna
hidup dan kehidupan manusia. Dalam pengertian ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh
sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan.
Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.
Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan tidak hanya sekedar
bersifatinsidental, tetapi merupakan suatu keharusan. Dewey (1946:38)
menyatakanbahwa filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari
semuapemikiran mengenai pendidikan. Lebih dari itu, memang filsafat
mengajukanpertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman

10
yangbanyak terdapat dalam lapangan pendidikan.Sama halnya dengan pengertian
dalam filsafat, maka dalam ilmupendidikan, sistem yang dapat disusun adalah
bersendikan adanya gagasangagasan mengenai pendidikan atau prinsip-prinsip yang
merupakan keseluruhandan saling berhubungan. Filsafat sebagai suatu ilmu yang
mengadakan tinjauan dan mempelajari obyeknya dari sudut hakikat, berhadapan dengan
problem utamayang meliputi:
1. Realita, yaitu berupa kenyataan yang menjurus kepada masalah
kebenaran.Kebenaran akan timbul apabila orang dapat menarik
kesimpulanbahwapengetahuan yang dimilikinya memang benar-benar ada (nyata);
2. Pengetahuan, yaitu berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan,
apakahpengetahuan bagaimana cara memperolehnya. Pengetahuan ini
dipelajaraidalam epistemologi;
3. Nilai, yaitu yang dipelajari oleh cabang filsafat yang disebut
aksiologi.Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya antara lain seperti nilai-
nilaiyang dikehendaki oleh manusia yang akan dipakai sebagai dasar
hidupnya.Brubacher (1950:35-40) berpendapat bahwa filsafat dan
pendidikanmempunyai hubungan yang erat satu sama lain, karena problema-
problematersebut berada dalam lingkungan dua disiplin ini. Pendidikan
dalampengembangan konsep-konsepnya antara lain menggunakan dasar-dasar
darikedua konsep tersebut yaitu filsafat dan pendidikan. Dalam
menyelenggarakanpendidikan diperlukan pendirian mengenai pandangan dunia yang
bagaimanakahyang kita perlukan saat sekarang ini.Epistemologi dalam pendidikan
diperlukan karena berkaitan denganpenyusunan dasar-dasar kurikulum.
Kurikulum ini lazimnya diartikan sebagaisarana untuk mencapai tujuan
pendidikan dapat diibaratkan sebagai jalan rayayang perlu dilewati oleh siswa
dalam usahanya untuk memahami dan mengenalilmu pengetahuan.Aksiologi sebagai
cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai dekat puladengan lmu pendidikan,
karena dunia nilai sebagai dasar bagi pendidikan, olehkarena itu perlu
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan. Disisi lainpendidikan sebagai
fenomena kehidupan sosial, kultural, dan keagamaan tidakdapat dipisahkan dari
sistem nilai.Logika sebagai cabang filsafat yang meletakkan dasar ajaran
berpikirdiperlukan oleh pendidikan kecerdasan. Pendidikan kecerdasan

11
menghendakiseseorang mampu mengutarakan pendapat dengan benar dan tepat.
Untuk itudiperlukan penguasaan logika dengan baik.

D. Fungsi Filsafat Dalam Ilmu Pendidikan


Filsafat bukanlah hasil dari riset atau eksperimen. Benar atau salahnyatidak
mungkin diuji dengan fakta. Filsafat adalah hasil pemikiran. Makapemikiran pula yang
akan menerima atau menolak9Keterangan inimengisyaratkan bahwa filsafat adalah hasil
pemikiran yang tentunya dalamproses peningkatan ilmu terdapat klasifikasi, yang pro dan
kontra. Pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu adalah ilmu, sedangkan pendapat
lainmengatakan bahwa filsafat itu tidak terkait dengan ilmu.
Menurut Alfred Whitehead sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof.Dr. HM.
Rasjidi dalam bukunya Filsafat Agama “Banyak orang berkata, bahwaagama dan ilmu
tidak akan bertabrakan (clash), sebab mereka mempunyaibidang yang
berlainan”11.,Gambaran pernyataan di atas, menunjukkan bahwa baik agama
maupunfilsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan
yangsama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud di siniadalah
agama “samawi”, yaitu agama yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi danRasul-
Nya12Walaupun antara kebenaran yang disajikan oleh agama mungkin serupadengan
kebenaran yang dicapai oleh filsafat, tetapi tetap ada agama tidak bisadisamakan dengan
filsafat. Perbedaan ini disebabkan cara yang berbeda. Di satupihak agama ber-alat-kan
kepercayaan, di lain pihak filsafat berdasarkanpenelitian yang menggunakan potensi
manusiawi, dan meyakininya sebagai satusatunya alat ukur kebenaran, yaitu akal
manusia13, namun demikian tidakmutlak filsafat tidak bisa mengkaji agama untuk
menemukan kebanaran-NyaMenyikapi masalah kebenaran dalam filsafat dan kebanaran
Agamapada umumnya dimaknai di satu sisi agama ber-alat-kan kepercayaan, di lainpihak
filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusiawi,jika kebenaran
yang dibicarakan dengan mempergunakan alat yang sama sepertiakal manusia dan
terdapat perbedaan yang gambarannya tidak bisadipertemukan, pada dasarnya hal yang
kita cari dapat dikatakan bukankebenaran. Karena namanya kebenaran walaupun
bagaimana wujudnya tetapmengandung makna (kebenaran)., makna lain menurut Drs.
H.M. Amir Said(almarhum), mengatakan bahwa kalau dia memang berlian walaupun di
dalamlumpur tetap menampakkan cahaya aslinya14. Artinya dalam
membicarakankebanaran pastilah wujudnya akan nampak perbedaan dengan bukan

12
kebenaran.Kebenaran yang diwujudkan ajaran Agama dan hubungannya
dengankebenaran Filsafat sukar untuk dipisahkan, jika hal kebenaran yang kita
fikirkanbetul-betul kebenaran, karena kebenaran wujudnya sama, tidak berobah
danbahkan sangat menyolok perbedaannya dengan yang namanya bukankebenaran. Arti
dari perbedaan antara kebenaran dan bukan kebenaran ibaratsiang dan malam. Kecuali
jika di-akali atau diserupakan, sehingga dia seakan menampakkan suatu kebenaran, hal
ini bisa terjadi jika pelakunya tidak dibarengi dengan iman. Peranan iman-lah yang dapat
mengantar suatu pesan untuk dipikirkan lebih jauh dan menghasilkan suatu kebenaran
yang bermanfaat dalam bidang filsafat pendidikan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

13
Filsafat dan Pendidikan di masa globalisasi sekarang ini turut menunjang tumbuh
kembangnya system tatanan suatu masyarakat. Pada hakikatnya filsafat dan pendidikan
merupakan kegiatan manusia, yang berusaha memanusiakan manusia. Dari hakikat
tersebut dapat dikatakan bahwa filsafat dan pendidikan merupakan kebutuhan manusia
yang tidak bisa ditinggalkan. Filsdafat dan Pendidikan merupakan gerbang manusia
dalam mencapai kesuksesan untuk masa depan masyarakat yang lebih baik.
Dari beberapa rumusan filsafat dan pendidikan tersebut diatas dapatlah kiranya
ditarik kesimpulan :
1. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami dan
mendalami secara radikal dan integral serta systematis dari hakikat permasalahan
manusia itu sendiri. Ilmu filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab
masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena
masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
2. Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan secara sadar oleh manusia sebagai
proses pengubahan sikap dan tata tingkah laku dalam usaha mendewasakan manusia
melalui proses pendidikan yang berkelanjutan dari generasi ke generasi.
3. Hubungan Filsafat dan Pendidikan sangat erat dan saling beterkaitan satu sama yang
lainnya.

B. Saran
Saran pada makalah ini adalah penulis mengharapkan masukan dari Dosen dan
teman-teman mahasiswa serta para pembaca agar makalah ini dapat berguna untuk
kedepannya karena penulis sadar makalah sangat jauh dari sebuah kata kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin dan Tati Sumiati. 2010, Filsafat Pendidikan, Subang: RoyyaNPress.

14
Baso Tola, 2014. Fungsi Filsafat Pendidikan Terhadap Ilmu Pendidikan, Jurnal Irfani,
Volume. 10 Nomor 1, Juni. http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ir
Darwis A. Soelaiman, 2013. Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia. Jurnal Pencerahan
Volume 7, Nomor 2, (September) 2013 Halaman 80-89. ISSN: 1693 – 7775
Fadhil Hikmawan 2017. Perspektif Filsafat Pendidikan Terhadap Psikologi Pendidikan
Humanistik. Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36
H. Abdul Rahman, 2012. Pendidikan Agama Islam Dan Pendidikan Islam. Jurnal Eksis Vol.8
No.1, Mar 2012: 2001 – 2181. http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
Humam Mustajib, 2016. Filsafat Pendidikan Hasan Langgulung. Jurnal eL-Tarbawi Volume
IX, No.2, ISSN: 1979998-5 [Halaman 83 - 98]. DOI: https:// doi. org/ 10.20885/
tarbawi.vol9iss2.art1
Rohinah. 2013. Filsafat Pendidikan Islam; Studi Filosofis atas Tujuan dan Metode Pendidikan
Islam. Jurnal Pendidikan Islam Volume II, No 2, Desember 2013/1435. DOI:
10.14421/jpi.2013.22.309-326
Satrijo Budiwibowo, Kajian Filsafat Ilmu Dan Filsafat Pendidikan Tentang Relativisme
Kultural Dalam Perspektif Filsafat Moral. Hal 10-20.

15

You might also like