You are on page 1of 9

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.

3 November 2017

SELF MANAGEMENT TERHADAP PSYCHOSOCIAL ADJUSTMENT PASIEN


PENYAKIT GINJAL KRONIS DENGAN HEMODIALISA

Astuti 1, Anggorowati 2, Kusuma3


1 Mahasiswa Prodi Magister Keperawatan, Universitas Diponegoro
2 Dosen Prodi Magister Keperawatan, Universitas Diponegoro

email: astutidwi20@yahoo.co.id

ABSTRACT
Patients with chronic kidney disease should take regular hemodialysis therapy. The main
cause of the deterioration of the psychosocial state of the patients undergoing
hemodialysis is the failure to adapt to the current state of illness. Objective of this study is
to investigate the effect of self-management (education and SEFT therapy) towards
psychosocial adjustment in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis.
The method used is quasi experiment with pre-test and post-test control group design. This
study used purposive sampling with 32 patients with chronic kidney disease. The treatment
provided is self-management with education and SEFT therapy in respondent at the
hospital. The data collection used is questionnaire Pasychosocial Adjustment to Illness
Scale (PAIS). Result of research showed that the ability of psychosocial adjustment
patients on pre-test (x̄) PAIS: 103,12 and post test (x̄) PAIS: 141,81. Based on the results
of wilcoxon test obtained p value 0,000, the hypothesis of this study is accepted. The ability
of psychosocial adjustment of patients increases after participating educational treatment
and SEFT therapy. The engagement between patient, family and nurse can improve the
patient's psychosocial adjustment as respond the changes in health status.
Keywords: hemodialysis, kidney, psychosocial, therapy

ABSTRAK
Pasien dengan penyakit ginjal kronik harus menjalani terapi hemodialisa secara rutin.
Salah satu penyebab terpuruknya keadaan psikososial klien adalah gagalnya beradaptasi
dengan keadaan sakitnya saat ini. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh self
management (edukasi dan SEFT therapy) terhadap psychososial adjusment pada pasien
dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Metode yang dilakukan adalah
quasi eksperimen dengan rancangan pre-test and post-test with control group design.
Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 32 pasien penyakit
ginjal kronis. Perlakuan yang diberikan adalah self management dengan edukasi dan
SEFT therapy pada responden saat di rumah sakit. Pengambilan data dengan
menggunakan kuesioner Psychosocial Adjustment to Ilness Scale (PAIS). Hasil penelitian
menunjukkan kemampuan psychosocial adjustment responden pada pre-test (x̄) PAIS:
103,12 dan post-test (x̄) PAIS: 141,81. Berdasarkan hasil wilcoxon test didapatkan p value
0,000 maka hipotesa penelitian ini diterima. Kemampuan psychosocial adjusment pasien
penyakit ginjal kronis meningkat setelah diberikan perlakuan edukasi dan SEFT therapy.
Keterlibatan secara aktif antara pasien, keluarga dan perawat dapat meningkatkan
kemampuan adaptasi psikososial pasien terhadap perubahan status kesehatannya.
Kata kunci: ginjal, hemodialisa, psikososial, terapi

181
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

PENDAHULUAN sampai tahun 2011 sebanyak 36 juta


Penyakit ginjal kronik orang warga dunia meninggal dunia
merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal akibat penyakit ginjal kronis. Indonesia
untuk mempertahankan metabolisme termasuk negara dengan tingkat
serta keseimbangan cairan dan elektrolit penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.
akibat destruksi struktur ginjal yang Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia
progresif dengan manifestasi (YGDI) menyatakan bahwa pada tahun
penumpukan sisa metabolit (toksit 2006, diperkirakan jumlah pasien PGK di
uremik) di dalam darah (Muttaqin, 2009). Indonesia sebanyak 150.000 orang. Dari
Kidney Disease Improving Global jumlah tersebut 21% berusia 15–34
Outcome (KDIGO) mendefinisikan tahun, 49% berusia 35–55 tahun, dan
penyakit ginjal kronik sebagai kerusakan 30% berusia diatas 56 tahun (Smeltzer &
ginjal lebih dari tiga bulan dengan Bare, 2002). Persatuan Nefrologi
kelainan ginjal secara struktural atau Indonesia memperkirakan pada tahun
fungsional dengan atau tanpa penurunan 2015 sebanyak 70 ribu orang mengalami
laju filtrasi glomerulus (GFR) atau GFR gagal ginjal (Nurani & Mariyanti, 2002).
<60 ml/min/1.73 m2 (Smart et al., 2013). Proses hemodialisis sangat
Fungsi ginjal menurun secara menetap membantu penderita penyakit ginjal
akibat kerusakan nefron yang berjalan kronik, khususnya tahap terminal karena
secara kronis, progresif dan bersifat kondisi nefron hanya 15% yang
irreversible. Kondisi ini mengakibatkan berfungsi (gagal ginjal terminal atau
tubuh gagal mempertahankan tahap akhir) (Smeltzer & Bare, 2002).
metabolisme serta keseimbangan cairan Proses hemodialisis dilakukan sebagai
dan elektrolit yang menyebabkan upaya untuk memperpanjang usia
azotemia (retensi urea dan sampah penderita. Proses ini membantu
nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer, penderita mengembalikan fungsi ginjal
2015 dan Syamsir, 2008). yang sudah rusak, akan tetapi
Penyakit ginjal kronik berkaitan meningkatkan kesejahteraan kehidupan
erat dengan proses degeneratif sebagai pasien dengan gagal ginjal kronik
akibat dari kemunduran atau kerusakan (Smeltzer & Bare, 2002). Meskipun
fungsi organ-organ tubuh. Penyakit fungsi ginjal untuk membersihkan darah
degeneratif yang berhubungan dengan dapat digantikan oleh mesin
meningkatnya kejadian penyakit ginjal hemodialisis, tetapi proses tersebut
kronik antara lain diabetes mellitus, menimbulkan masalah kesehatan bagi
hipertensi, penyakit jantung koroner, dan pasien. Ketergantungan pada mesin
penyakit metabolik lainnya yang dapat hemodialisis, juga menimbulkan masalah
menyebabkan penurunan fungsi ginjal baik fisik, psikologis, maupun sosial yang
(PERNEFRI, 2003). Selain penyakit dirasakan sebagai beban bagi
degeneratif, gaya hidup tidak sehat, penderitanya (Nurani & Mariyanti, 2002).
budaya, dan perubahan status sosial Salah satu penyebab
ekonomi juga memberikan dampak terpuruknya keadaan psikososial klien
terhadap peningkatan angka kejadian dengan penyakit ginjal kronik yang
penyakit ginjal kronis (PERNEFRI, menjalani hemodialisis adalah gagalnya
2003). beradaptasi dengan keadaannya saat ini
World Health Organization (Morton, Fontain, Hudak & Gallo, 2009).
memaparkan bahwa dari tahun 2009 Tingkat penyesuaian diri individu dapat

182
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

dikategorikan ke dalam penyesuaian diri METODE PENELITIAN


yang berhasil (well-adjusted) dan Penelitian ini menggunakan
penyesuaian diri yang gagal (mal- rancangan quasi experimental with
adjusted) (Calhoun & Cocela, 1990). control group design. Populasi pada
Individu dengan penyesuaian dirinya penelitian ini adalah pasien penyakit
baik ialah individu yang mampu ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
mengatasi konflik, frustasi, dan di RSUD Banyumas sejumlah 214
menyelesaikan kesulitan dalam diri pasien pada periode Januari-Maret 2017.
maupun kesulitan yang berhubungan Pemilihan sampel menggunakan teknik
dengan lingkungan. Individu dikatakan purposive sampling berdasarkan kriteria
gagal penyesuaian diri apabila tidak inklusi yang telah ditetapkan, sebanyak
mampu mengatasi konflik yang dihadapi 32 pasien ginjal kronik. Kelompok
atau tidak menemukan cara-cara yang intervensi sejumlah 16 responden
tepat untuk mengatasi masalah/tuntutan menjalani terapi self management yaitu
lingkungannya yang disebut reaksi edukasi tentang penyakit ginjal kronis
frustasi. Reaksi frustasi ini akan (PGK) dan teknik SEFT selama 8
melemahkan fungsi penyesuaian diri minggu. Kelompok kontrol diberikan
yang dapat mengganggu efektivitas edukasi berdasarkan SOP pelayanan
penyesuaian diri individu. Penyesuaian pasien yang menjalani hemodialisis.
diri yang tidak berhasil (mal-adjustment) Pengukuran dilakukan dengan
terjadi karena kondisi tertekan yang menggunakan kuesioner Psychosocial
mengakibatkan individu bertindak tidak Adjustment Illness Scale (PAIS).
rasional dan tidak efektif, serta Data yang terkumpul dianalisis
mendorong individu melakukan usaha dan ditampilkan dalam bentuk distribusi
yang tidak realistis untuk menyelesaikan frekuensi. Berdasarkan uji normalitas
masalah yang dihadapinya (Chen, Tsai, shapiro wilk didapatkan hasil p = 0,000
Sun, Wu, Lee & Wu, 2010). sehingga didapatkan kesimpulan
Self management merupakan distribusi data tidak normal karena nilai p
salah satu intervensi yang dapat < 0,05. Maka, kategori Psychosocial
dilakukan perawat untuk meningkatkan Adjustment Illness Scale menggunakan
status kesehatan pasien dengan kondisi median sebagai ukuran pemusatan dan
kronis dengan cara berkolaborasi minimum-maksimum sebagai ukuran
dengan pasien dan keluarganya (Chen, penyebaran. Selanjutnya, dilakukan uji
Tsai, Sun, Wu, Lee & Wu, 2010). Self wilcoxon test untuk mengetahui
management merupakan prosedur pengaruh self management terhadap
pembelajaran bagi pasien untuk psychosocial adjustment pasien penyakit
membedakan target perilaku dan ginjal kronis.
mencatat tercapai atau tidaknya target
perilaku tersebut. Self management HASIL
berarti mendorong diri sendiri untuk Selama proses pengambilan data,
maju, mengatur semua unsur tingkat partisipasi responden sangat
kemampuan pribadi, mengendalikan baik. Partisipasi responden terlihat dari
kemampuan untuk mencapai hal-hal tidak diperolehnya responden yang drop
yang baik, dan mengembangkan out selama proses terapi self
berbagai segi dari kehidupan pribadi management.
pasien agar lebih baik (Schena, 2011).

183
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

Tabel 1. Karakteristik pasien penyakit kelompok kontrol 93,8 %. Berdasarkan


ginjal kronis di ruang hemodialisa RSUD kategori pekerjaan, pada kelompok
Banyumas. intervensi yang bekerja sebanyak 50%,
sedangkan kelompok kontrol 62,5 %.
Kelompok Tingkat penghasilan responden pada
Variabel
Intervensi Kontrol kelompok intervensi antara penghasilan
n (%) n (%) < 1 juta/bulan dan > 2 juta/bulan
Usia masing–masing berjumlah 6 orang (37,5
4 25 1 6,2
15 – 20 Tahun
%). Sedangkan pada kelompok kontrol,
21 – 25 Tahun 0 0 0 0
sebagian besar mempunyai penghasilan
26 – 30 Tahun 0 0 0 0
> 2 juta/bulan yaitu sebanyak 8 orang
31 – 35 Tahun 1 6,2 1 6,2
(50%).
36 – 40 Tahun 3 18,8 2 12,6
> 41 Tahun 8 50 12 75
Tabel 2. Distribusi Psychosocial
Pendidikan
adjustment sebelum dan sesudah
Tamat SD 6 37,5 8 50
Tamat SLTP 2 12,5 3 18,8
terapi self management.
Tamat SLTA 6 37,5 1 6,2 No Pre- Post- Pre- Post-
PT 2 12,5 4 25 intervensi intervensi kontrol kontrol
Jenis Kelamin 1 109 140 95 110
2 112 143 98 105
Pria 11 68,8 11 68,8 3 99 144 88 92
Perempuan 5 31,2 5 31,2 4 102 146 95 99
Status 5 90 141 88 91
Pernikahan 6 120 154 100 110
Menikah 12 75 15 93,8 7 118 148 86 90
Belum/Cerai 4 25 1 6,2 8 140 165 87 92
9 110 147 95 92
Pekerjaan 10 100 149 88 91
Tidak bekerja 8 50 6 37,5 11 98 143 86 90
Bekerja 8 50 10 62,5 12 91 141 88 92
Penghasilan 13 89 140 92 96
14 92 119 105 112
< 1 Juta/bl 6 37,5 5 31,2
15 90 124 108 116
1-2 Juta/bl 4 25 3 18,8 16 90 125 140 136
>2 Juta/bl 6 37,5 8 50 x̄: 103, 12 x̄: 141, 81 x̄: 96, 19 x̄: 100, 88
Jumlah 16 100 16 100
Berdasarkan tabel 2. dapat
Berdasarkan tabel 1. dapat dijelaskan skor pre-test pada kelompok
dijelaskan bahwa pasien gagal ginjal intervensi mempunyai nilai rata-rata (x̄):
kronis pada kelompok intervensi dan 103, 12 dengan nilai minimal 89 dan nilai
kelompok kontrol sebagian besar berusia maksimal 140. Setelah dilakukan terapi
> 41 tahun dan berpendidikan tamat SD. self management, skor post-test
Karakteristik jenis kelamin pada kedua didapatkan nilai rata-rata (x̄): 141, 81
kelompok mempunyai jumlah yang dengan nilai minimal 119 dan nilai
sama, laki-laki sebanyak 11 orang (68,8 maksimal 165. Pada kelompok kontrol
%) dan perempuan sebanyak 5 orang didapatkan nilai rata-rata (x̄): 96, 19
(31,2 %). Mayoritas responden sudah dengan nilai minimal 86 dan nilai
menikah, kelompok intervensi 75 % dan maksimal 140 pada kegiatan pre-test.

184
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

Selanjutnya, nilai post-test didapatkan Penyakit ginjal kronis


rata-rata (x̄): 100,88 dengan nilai minimal sebenarnya dapat terjadi pada semua
90 dan nilai maksimal 136. tingkat usia. Namun, bila diidentifikasi
lebih detail terjadi penyakit ginjal kronis
Tabel 3. Pengaruh self management dapat terjadi sering dengan
terhadap psychosocial adjustment bertambahnya usia seseorang,
pada pasien dengan penyakit ginjal disamping ada beberapa faktor yang
kronis. mempengaruhinya. Di Indonesia,
penyakit ginjal kronis diperburuk karena
Psychosocial n Median p
adjustment (minimum-
adanya proses infeksi yang sering terjadi
maksimum) sehubungan dengan penyakit-penyakit
Sebelum self 16 99,5 (89-140) 0,000 yang ada pada daerah dengan iklim
management tropis. Kondisi ini berbeda dengan di
Setelah self 16 143 (119-165) negara maju, misalnya di Amerika
management
Serikat, penyakit ginjal kronis 47% terjadi
pada pasien berusia lebih dari 60 tahun.
Hasil uji normalitas shapiro-wilk Penyakit ginjal kronis tersebut
didapatkan hasil p = 0,000 sehingga disebabkan oleh faktor perilaku dan gaya
didapatkan kesimpulan distribusi data hidup terutama dari asupan makanan
tidak normal karena nilai p < 0,05. Hasil (Levey, 2007). Penyebab lainnya adalah
uji wilcoxon didapatkan hasil p value < adanya gangguan metabolik seperti
0,05, maka hipotesa Ha diterima, berarti diabetes melitus, hipertensi,
variabel terapi self management glomerulonefritis dan penyakit lainnya
berpengaruh terhadap kemampuan yang berhubungan dengan obstruksi.
psychosocial adjustment pasien penyakit Selanjutnya, berdasarkan
ginjal kronis, atau dengan kata lain karakteritik jenis kelamin. Pada
hipotesa penelitian ini diterima. penelitian ini responden pria lebih
banyak mengalami penyakit ginjal kronis
PEMBAHASAN dibanding perempuan dengan rasio pria
Hasil penelitian ini menunjukkan sejumlah 11 orang (68,8%) dan
bahwa pada karakteristik usia responden perempuan 5 (31,2%) pada kelompok
yang mengalami penyakit ginjal kronis intervensi. Hasil penelitian yang
didominasi oleh usia > 41 tahun. Hasil dilakukan oleh Lathifah (2016)
penelitian serupa didapatkan pada menyebutkan 80 pasien dengan penyakit
penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan ginjal kronis yang dirawat dan menjalani
(2012) menyatakan angka kejadian terapi hemodialisis di RSUD Moewardi,
penyakit ginjal kronis akan meningkat lebih banyak pria daripada wanita baik
seiring dengan bertambahnya usia. pada kelompok intervensi maupun
Penelitian tersebut melibatkan 300 kelompok kontrol. Pada kelompok
responden pasien penyakit ginjal kronis intervensi jumlah pria sebanyak 26
dimana sebanyak 231 responden (77%) (65%) dan 14 wanita (35%), sedangkan
berusia lebih dari 40 tahun mengalami pada kelompok kontrol terdapat 24 pria
masalah ginjal kronis dengan rincian (60%) dan 16 wanita (40%).
sebagai berikut 23% pada usia 40-49 Tingkat pendidikan responden
tahun, 27,3% pada usia 50 - 59 tahun pada kelompok intervensi dalam
dan 25,1% pada usia ≥ 60 tahun. penelitian ini lebih didominasi oleh

185
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

pendidikan tamatan SD dan tamatan oleh pasangan hidup akan berkontribusi


SLTA masing-masing ada 6 orang terhadap kemampuan mereka dalam
(37,5%), dan pada kelompok kontrol melakukan adaptasi secara psiko-sosial.
sebagian besar responden tamatan SD Individu akan merasa kuat menghadapi
sebanyak 8 orang (50%). Pendidikan penyakit dan menjalani terapi
adalah salah satu faktor yang hemodialisis. Dukungan dari pasangan
berpengaruh terhadap pengetahuan, hidup dapat berupa motivasi,
sikap dan tindakan yang dimiliki oleh penghargaan atau reinforcement positif,
individu (Notoatmojo, 2003). perhatian dan mencari jalan keluar
Pengetahuan yang baik dapat sebagai terhadap masalah yang dihadapinya.
stimulus terjadinya perubahan sikap dan Hasil penelitian ini berbeda
melandasi individu untuk melakukan dengan penelitian sebelumnya yang
tindakan dalam penyesuaian diri dilakukan oleh Rukmaliza (2017) yang
terhadap sakit yang dialami. menyatakan tidak ada hubungan antara
Penyesuaian diri tersebut merupakan status menikah (79,4%) dengan kualitas
manifestasi kemampuan individu dalam hidup pasien gagal ginjal kronis.
melakukan psychosocial adjustment Penelitian ini hanya mengidentifikasi
terhadap perubahan status hubungan karakteristik responden
kesehatannya. dengan kualitas hidup yang dimiliki.
Penelitian yang dilakukan oleh Sehingga, peran perawat yang bekerja di
Sitiaga (2015) mengidentifikasi 31 pasien ruang hemodialisis sangat penting untuk
gagal ginjal kronis dengan karakteristik mendukung pasien gagal ginjal kronis
latar belakang pendidikan dibagi dalam selama menjalani terapi hemodialisis.
dua kategori yaitu pendidikan dasar dan Hasil penelitian ini menunjukkan
pendidikan lanjut. Ada 23 responden bahwa status pekerjaan responden baik
(74,19%) dengan kategori pendidikan yang bekerja atau tidak bekerja pada
dasar dan 8 responden (25,81 %) kelompok intervensi mempunyai jumlah
dengan kategori pendidikan lanjut. Hasil yang sama masing-masing 8 responden
penelitian tersebut menyatakan bahwa (50%). Sedangkan pada kelompok
sebanyak 18 responden (58,07%) kontrol, responden dengan status
mempunyai pengetahuan yang baik bekerja lebih banyak dari pada yang
tentang penyakit ginjal kronis dan terapi tidak bekerja dengan jumlah 10
yang harus dijalaninya termasuk responden (62,5%) dan yang tidak 6
program pengaturan pola makan (diet) responden (37,5%). Demikian juga
dan sebanyak 13 responden yang penelitian yang dilakukan oleh Purwati
mempunyai pengetahun kurang baik. dan Wahyuni (2016) mengidentifikasi
Walaupun ada kesenjangan hasil 103 responden dengan penyakit gagal
penelitian, namun belum tentu individu ginjal kronis yang menjalani terapi
dengan pendidikan rendah akan hemodialisa di RS Gatoel Mojokerto
berimplikasi terhadap pengetahuan yang dimana sebanyak 29 orang (28,2%)
rendah pula dan juga sebaliknya. dengan status bekerja dan 74 orang
Status pernikahan yang dimiliki (71,8%) dengan status tidak bekerja.
oleh pasien ginjal kronis dapat dijadikan Namun, dalam penelitian tersebut tidak
salah satu aspek pendukung dalam menjelaskan hubungan status pekerjaan
terapi self management, karena besar dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
atau tidaknya dukungan yang diberikan kronis. Dalam penelitian ini, Purwati dan

186
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

Wahyuni (2016) menyatakan faktor yang membantu pasien untuk terbiasa hidup
mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan kondisi penyakit kronis. Terapi
gagal ginjal kronis yaitu jenis kelamin, self management atau dikenal dengan
tingkat pendidikan dan status istilah pengelolaan diri ini merupakan
pernikahan. salah satu model terapi dalam
Hasil penelitian ini mendukung keperawatan jiwa yaitu cognitive
penelitian sebelumnya yang dilakukan behavior therapy (CBT). Terapi
oleh Hartini (2016) yang meneliti 134 manajemen diri (self management)
pasien penyakit gagal ginjal kronis di RS diupayakan agar pasien dengan masalah
Moewardi menyatakan pasien yang utama penyakit ginjal kronis dapat
mempunyai kecukupan ekonomi akan melakukan perencanaan, pemusatan
mampu menyediakan segala fasilitas perhatian dan evaluasi terhadap aktivitas
yang diperlukan selama menjalani terapi yang harus dilakukan sehubungan
hemodialisis di rumah sakit dan mampu dengan perubahan status kesehatan
memenuhi kebutuhan hidup hariannya. aktual yang dialaminya.
Hal ini tentunya berbeda dengan pasien Terapi self management dewasa
dengan penghasilan rendah, dimana ini sangat penting untuk dilakukan pada
mereka akan memenuhi kesulitan dalam pasien penyakit ginjal kronis yang
menenuhi kebutuhan hidupnya temasuk menjalani hemodialisis. Hal ini seiring
dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan dengan perubahan pola pengobatan
kesehatan. Pada penelitian tersebut juga atau terapi yang harus dijalani oleh
mengemukakan 58 responden (43,3%) pasien. Maka, terapi self management
dengan penghasilan rendah < 1.425.000 bagi pasien penyakit ginjal kronis yang
per bulan menderita penyakit gagal ginjal menjalani terapi hemodialisa dalam
kronis lebih besar dari pada mereka prosesnya dapat mengarahkan pasien
yang berpenghasilan sedang dan tinggi. untuk melakukan perubahan terhadap
Selanjutnya, hasil penelitian ini perilakunya sendiri dengan suatu teknik
juga menyatakan bahwa terdapat terapeutik yang dilakukan oleh perawat
peningkatan kemampuan psychosocial hemodialisa melalui edukasi dan SEFT
adjustment pasien dengan penyakit therapy.
ginjal kronis setelah mengikuti program Menurut Green (2012) terdapat
terapi self management. Demikian juga beberapa faktor yang berpengaruh
hasil penelitian yang dilakukan Lorig dan dalam pemberian terapi self
Holan (2003) menyatakan pasien dengan management pada penyakit kronis
terapi hemodialisis berupaya melakukan seperti penyakit ginjal kronis. Pertama,
penyesuaian diri terhadap kondisi faktor demografi seperti kondisi atau
sakitnya dimana tingkat penyesuaian diri status sosial ekonomi dan budaya.
terbanyak dalam kategori sedang yaitu Kedua, faktor klinik seperti adanya
47%, tinggi sebanyak 33% dan tingkat penyakit penyerta yang dialami pasien
penyesuaian rendah 20%. penyakit ginjal kronis (comorbidities),
Ada tiga kategori yang harus dan kompleksitas pengobatan yang
dilakukan pada terapi self management harus dijalani pasien. Ketiga, faktor
menurut Green (2012) yaitu terapi harus sistem seperti kualitas hubungan dan
berfokus pada kebutuhan sakit yang komunikasi dengan pemberi pelayanan
dialami oleh pasien, melibatkan sumber kesehatan. Faktor-faktor tersebut sangat
daya yang dimiliki oleh pasien dan mempengaruhi kemampuan pasien dan

187
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

motivasi yang dimilikinya untuk penatalaksanannya serta layanan SEFT


melakukan penyesuaian diri secara therapy bagi pasien dengan
psikososial atau psychosocial mengajarkan teknik tapping pada pada
adjustment. Selain itu pengalaman masa titik-titik tertentu untuk mengurangi
lalu dalam menjalani pengobatan perasaan stres, cemas dan depresi.
sehubungan dengan penyakitnya, turut
berkontribusi dalam keberhasilan terapi UCAPAN TERIMA KASIH
self management. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada prodi Magister
KESIMPULAN Keperawatan UNDIP, RSUD Banyumas,
Karakteristik responden dalam pasien yang menjalani terapi
penelitian ini didominasi oleh usia > 41 hemodialisa sehingga, penelitian ini
tahun, n latar belakang pendidikan tamat dapat terselesaikan.
SD dan SLTA, status menikah, dan
bekerja dengan mayoritas penghasilan DAFTAR PUSTAKA
>2 juta/bulan. Kemampuan psychosocial Muttaqin, A. (2009). Buku ajar
adjustment pasien penyakit ginjal kronis keperawatan klien dengan
sebelum dilakukan intervensi (edukasi gangguan sistem kardiovaskular
dan SEFT therapy) mempunyai nilai rata- dan hematologi. Jakarta:
rata (x̄) PAIS: 103,12 menjadi meningkat Salemba Medika.
setelah intervensi dengan nilai rata-rata Smart, et al. (2013) Exercise & Sports
(x̄) PAIS: 141,81. Uji wilcoxon Science Australia (ESSA)
didapatkan p value 0,000 maka dapat position statement on exercise
disimpulkan terdapat pengaruh self and chronic kidney disease.
management terhadap kemampuan Journal of Science and Medicine
psychosocial adjustment pasien dengan in Sport. Australia: Department
penyakit ginjal kronis dimana p value < of renal medicine Royal
0,05 maka hipotesa penelitian ini Brisbane and Women’s Hospital.
diterima.
Smeltzer. (2015). Keperawatan Medikal
SARAN Bedah. Vol. 2, Jakarta: EGC.
Pasien dengan penyakit ginjal Syamsir. (2008). Gagal ginjal. Jakarta:
kronis harus mempunyai gaya hidup Gramedia.
yang baik dan sehat selain tetap
mengkonsumsi obat-obatan yang Pernefri. (2003). Konsensus
diresepkan oleh medis. Selanjutnya, penatalaksanaan gagal ginjal.
keluarga sebagai support system bagi Jakarta: PRENEFRI.
pasien dengan penyakit ginjal kronis Smeltzer, Suzanne C, dan Brenda G,
diharapkan selalu mendampingi dan Bare. (2002). Buku ajar
memberikan dukungan yang bersifat keperawatan medikal bedah
emosional, informatif dan saran selama Brunner dan Suddarth. Edisi 8.
pasien menjalani terapi hemodialisa. Jakarta: EGC.
Demikian juga, perawat yang bekerja di
ruang hemodialisa seharusnya mampu Nurani, V. M. dan Mariyanti, S. (2013).
memberikan layanan edukasi tentang Gambaran makna hidup pasien
penyakit ginjal kronis, pengobatan dan gagal ginjal kronik yang

188
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

menjalani hemodialisa. Jurnal asupan protein pasien gagal


Psikologi. 11. 1 ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa rawat jalan di RSUD
Morton, PG, Fontaine, DK, Hudak, CM &
Sukoharjo. Available from:
Gallo, BM. (2009). Critical care
nursing – A holistic approach. http://eprints.ums.ac.id/40497/1/
edisi. 8. Philadelphia: Lippicott PUBLIKASI%20KARYA%20ILMI
Williams and Wilkins. AH.pdf diakses 26 Mei 2017.

Calhoun, J.F. & Cocella, J.R. (1990). Rukmaliza, T. (2013). Hubungan


Psychology of adjusment and karakteristik individu dengan
human relationship. New York: kualitas hidup pasien gagal
McGraw-Hill Publishing Co. ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Banda
Chen, Tsai, Sun, Wu, Lee, Dan Wu. Aceh. Available from:
(2010). The impact of self- http://etd.unsyiah.ac.id/index.php
management support on the ?p=show_detail&id=9255
progression of chronic kidney diakses 27 Mei 2017.
disease—A prospective
randomized controlled trial. Purwati, H. & Wahyuni, S. (2016).
Oxford Journals. Oxford Hubungan antara lama
University Press. menjalani hemodialisis dengan
kualita hidup pasien gagal ginjal
Schena, F. P. (2011). Management of kronik di RS Gatoel Mojokerto.
patients with chronic kidney Available from:
disease.Intern Emerg Med:6 www.ejournal.stikeswilliambooth.
(Suppl 1) S77–S83. ac.id/index.php/Kep/article
Tjekyan, S. (2012) Prevalensi dan faktor diakses 27 Mei 2017
risiko penyakit ginjal kronik di Hartini, S. (2016). Gambaran
RSUP Moh. Hoesin Palembang. karakteristik pasien gagal ginjal
MKS. 46. No 4. kronis yang menjalani
Levey, A.S. (2007). Chronic kidney hemodialisa di RSUD Dr
disease progression. Tufts Open Moewardi. 2016 Sumber:
Course Ware, Tufts University http://eprints.ums.ac.id/44680/1/
School of Medicine, Boston nas%20pub%20jadi.pdf diakses
United state. 17 Mei 2017.

Lathifah, A.U. (2016). Faktor risiko Lorig, K, & Holan, H. (2003). Self
kejadian gagal ginjal kronis pada management education: history,
usia dewasa muda di RSUD definition. Outcome and
Moewardi. Available from: mechanisms.2003. Annals of
http://eprints.ums.ac.id/45516/19 Behavioral Medicine.26 (1): 50-
/naskan%20pubikasi.pdf diakses 62.
26 Mei 2017. Green, et al. (2012). Processes of self
Sitiaga, S. (2015). Hubungan tingkat management in chronic illness.
pendidikan, pengetahuan dan Journal Nursing Scholarship.
dukungan keluarga dengan 44(2): 136-144.

189

You might also like